Oleh: Jannerson Girsang
Menjelang malam Natal ini dunia menghadapi suka dan duka. Tetapi semua harus mampu memaknainya sebagai sebuah berkat. Di dalam suka dan duka kita harus mampu bersyukur, setelah bertemu Tuhan.
Pagi ini saya kedatangan anggota keluarga yang akan mengadakan pesta hari Sabtu 27 Desember 2014. Sebelumnya ada keluarga yang mengundang pesta 26 Desember.
Tadi malam saya menjenguk keluarga yang sudah dirawat sebulan lebih. Malam-malam sebelumnya melayat sebuah keluarga-istri dan tiga orang anak yang belum berkeluarga, kehilangan ayah yang sangat mereka cintai. Ada beberapa keluarga yang saya kenal anggota keluarga mereka sakit menahun. Mereka tentu khawatir akan kesehatannya.
Beberapa menit yang lalu, saya mendapat sms dari teman saya Murni Sianipar memberitakan bahwa teman kami Alrida Lumbantoruan (Pegawai Sekretariat Kantor Rektor Universitas HKBP Nommensen) meninggal dunia dini hari tadi. Betapa sedih keluarga yang ditinggalkan, hanya beberapa jam menjelang acara Kebaktian Natal.
Dimanapun Anda merayakan Natal malam ini, di rumah sakit, di rumah duka, di ruang-ruang ber-ac, semuanya akan mendapat lawatan Tuhan. Semua orang yang percaya kepadaNya dimampukan untuk memahami apapun yang kita alami saat ini adalah sebuah rencana yang indah.
Di tempat duka, di tempat suka, Natal akan berjalan. Tuhan melayat semua orang dan orang percaya kepadaNya akan merasakannya.
Selamat mempersiapkan diri merayakan Natal, menerima lawatan Tuhan atas semua persoalan hidup. Pergilah ke Perayaan Natal apa adanya. Jangan repotkan diri dengan hal-hal yang tak prinsip.
Gembala di padang menerima Yesus dalam kesederhanaannya. Tidak pakai baju baru, perhiasan-perhiasan baru, mobil baru. Tapi mereka mampu bersuka cita.
Orang majus yang kaya membawa mas dan mur untuk dipersembahkan kepada Tuhan, bukan untuk dipamerkan kepada umum.
Raja Herodes yang takut kekuasaannya hancur karena kedatangan Yesus, berpura-pura "kirim salam". Padahal dalam hatinya dia ingin membunuhnya. Orang yang gila kekuasaan, suka pamer adalah orang paling sedih di hari Natal.
"Lalu gembala-gembala itu pulang sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu jang dilihat dan didengarnya: semuanya tepat seperti sudah dikabarkan kepadanya". (Lukas 2:20).
Lewatkan malam Natal, rayakanlah Natal dengan suka cita, dan kembalilah dari perayaan itu dengan memuji dan memuliakan Tuhan karena kita bertemu Dia sumber penghiburan, damai sejahtera serta keadilan.
Hanya Dia yang memahami keberadaan dan kesulitan kita.
Medan, 24 Desember 2014
Menjelang malam Natal ini dunia menghadapi suka dan duka. Tetapi semua harus mampu memaknainya sebagai sebuah berkat. Di dalam suka dan duka kita harus mampu bersyukur, setelah bertemu Tuhan.
Pagi ini saya kedatangan anggota keluarga yang akan mengadakan pesta hari Sabtu 27 Desember 2014. Sebelumnya ada keluarga yang mengundang pesta 26 Desember.
Tadi malam saya menjenguk keluarga yang sudah dirawat sebulan lebih. Malam-malam sebelumnya melayat sebuah keluarga-istri dan tiga orang anak yang belum berkeluarga, kehilangan ayah yang sangat mereka cintai. Ada beberapa keluarga yang saya kenal anggota keluarga mereka sakit menahun. Mereka tentu khawatir akan kesehatannya.
Beberapa menit yang lalu, saya mendapat sms dari teman saya Murni Sianipar memberitakan bahwa teman kami Alrida Lumbantoruan (Pegawai Sekretariat Kantor Rektor Universitas HKBP Nommensen) meninggal dunia dini hari tadi. Betapa sedih keluarga yang ditinggalkan, hanya beberapa jam menjelang acara Kebaktian Natal.
Dimanapun Anda merayakan Natal malam ini, di rumah sakit, di rumah duka, di ruang-ruang ber-ac, semuanya akan mendapat lawatan Tuhan. Semua orang yang percaya kepadaNya dimampukan untuk memahami apapun yang kita alami saat ini adalah sebuah rencana yang indah.
Di tempat duka, di tempat suka, Natal akan berjalan. Tuhan melayat semua orang dan orang percaya kepadaNya akan merasakannya.
Selamat mempersiapkan diri merayakan Natal, menerima lawatan Tuhan atas semua persoalan hidup. Pergilah ke Perayaan Natal apa adanya. Jangan repotkan diri dengan hal-hal yang tak prinsip.
Gembala di padang menerima Yesus dalam kesederhanaannya. Tidak pakai baju baru, perhiasan-perhiasan baru, mobil baru. Tapi mereka mampu bersuka cita.
Orang majus yang kaya membawa mas dan mur untuk dipersembahkan kepada Tuhan, bukan untuk dipamerkan kepada umum.
Raja Herodes yang takut kekuasaannya hancur karena kedatangan Yesus, berpura-pura "kirim salam". Padahal dalam hatinya dia ingin membunuhnya. Orang yang gila kekuasaan, suka pamer adalah orang paling sedih di hari Natal.
"Lalu gembala-gembala itu pulang sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu jang dilihat dan didengarnya: semuanya tepat seperti sudah dikabarkan kepadanya". (Lukas 2:20).
Lewatkan malam Natal, rayakanlah Natal dengan suka cita, dan kembalilah dari perayaan itu dengan memuji dan memuliakan Tuhan karena kita bertemu Dia sumber penghiburan, damai sejahtera serta keadilan.
Hanya Dia yang memahami keberadaan dan kesulitan kita.
Medan, 24 Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar