Oleh: Jannerson Girsang
Penampilan Ebiet G Ade malam ini di acara Bukan Empat Mata Trans-7 malam ini (7 Mei 2014) menambah kekagumanku padanya. Selain menampilkan keempat anaknya yang berprestasi dan berkarakter baik, juga memuji istrinya Yayuk Soegianto, bangga dengan anak-anaknya.
Semua tampil bersama malam ini.
Kepopuleran, harta tidak membuat karakter baik keluarga ini luntur. Tetap sederhana, bersahaja, menjadi keluarga teladan. Hal yang langka ditemukan dalam keluarga artis abad ini! .
Bukan hanya menjadi salah seorang penyanyi "terlaris dan terbaik" dinegeri ini, tetapi Ebiet juga seorang ayah yang berhasil mewariskan nilai-nilai baik kepada keempat anak-anaknya. Dia adalah ayah yang sempurna!
Ebiet, adalah pencipta lagu "Camelia" yang ngetop di akhir 70-an, dan masih penyanyi laris manis hingga saat ini. Pria sederhana dan rendah hati, jauh dari kemewahan seorang artis beken, ternyata menempatkan prioritas masa depan dan pewarisan nilai baik bagi anak-anaknya.
Aku kagum: Kagum sekali. Dia mengasihi dan mencintai hanya satu orang istri. Menghasilkan anak-anak yang luar biasa. .
Beruntung sekali keempat anaknya, Abietyasakti "Abie" Ksatria Kinasih, Aderaprabu "Dera" Lantip, Trengginas, Byatriasa "Yayas" Pakarti Linuwih, Segara "Dega" Banyu Bening, memiliki ayah seperti Ebiet. Berbahagialah Yayuk Soegianto yang memiliki suami genius, populer, tetapi tetap menjadikannya sebagai "permata" satu-satunya yang harus dipelihara.
Ebiet mempersiapkan anak-anaknya dengan pendidikan yang baik, mendapat pekerjaan yang baik. Satu-satunya cewek, "Yayas" adalah lulusan
sebuah universitas di Jerman. Anak bontotnya Dega lulus dari sekolah
bisnis dari salah satu universitas terkemuka.
Kalaupun waktu kemudian membuat anak-anaknya meniru kebiasaan baik ayahnya: bermusik, menulis lagu atau menyanyi di sela-sela pekerjaan mereka.
Mereka berbakat seperti ayahnya, dan bakat itu sempat seperti seolah dibendung, karena Ebiet tidak suka anak-anaknya seperti dirinya. Ebiet tidak tertarik, ketika seorang anaknya menulis cita-citanya di catatan hariannya: :"menjadi penyanyi"
Tokh sikap Ebiet fleksibel. "Mereka memiliki hak untuk memilih sendiri yang mereka sukai untuk dilakukan,"ujarnya bijak.
Si cewek, Yayas memainkan organ mengiringi ayahnya menyanyikan lagu "Nyanyian Rindu untuk Ayah", di lain episoda si bungsu "Dera" berduet dengan sang ayah menyanyikan "Kandas Di rerumputan". Saat menyanyi, dari bangku undangan khusus, terlihat istrinya, saling bertatapan dengan anak tertuanya "Abie" tanda rasa bangganya.
Kekaguman juga pantas diarahkan kepada istrinya yang setia, Yayuk Soegianto, mantan penyanyi Pop Indonesia yang tampil berkerudung, malam ini.
Yayuk adalah adik kandung Iis Soegianto, penyanyi "Jangan Sakiti Hatinya", idola saya dan anak-anak muda di era 80-an.
Ebiet menyebut istrinya "Penyemangat" di keluarga. "Ibunya anak-anak adalah permata yang harus dipelihara dengan baik. Saya berterima kasih dia Ikhlas dan rela mencintai saya. Dia mengorbankan banyak hal. Mungkin bagi sebagian orang itu seperti saya terlalu memuji istri saya. Intinya bayangkan seorang istri yang punya kehidupan sendiri, dan ikut saya yang beda pola pikir,"ujar Ebiet.
Menyaksikan Bukan Empat Mata malam ini, merupakan berkah bagi saya. Berada di tengah Keluarga Impian Artis Indonesia Abad 21. Impian Keluarga Indonesia.
"Anak-anak rindu ayah, sayang ibu, ayah ibu yang memperhatikan dan membimbing anak-anaknya hingga berhasil dan berkarakter."
Beda dengan citra keluarga artis yang banyak ditampilkan di televisi saat ini. Suami istri bercerai, anak terlantar, saling menuntut hak, saling menjelekkan dan bangga menjadi tontonan buruk bagi jutaan pemirsa.
Keluarga Pria kelahiran, Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah, 21 April 1954 ini sudah tigapuluh tahun mengarungi bahtera rumah tangga dengan Yayauk. Tak pernah sekalipun terdengar rumor atau isu miring seperti banyak artis yang keluarganya hancur lebur.
Pasangan Ebiet dan Yayuk adalah keluarga ideal, memikirkan masa depan pewarisan nilai baik kepada anak-anaknya.
Ebiet dikenal dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok yang tersisih. Lewat lagu-lagunya yang ber-genre balada, pada awal kariernya, ia 'memotret' suasana kehidupan Indonesia pada akhir tahun 1970-an hingga sekarang.
Tema lagunya beragam, mulai dari tema cinta, alam, sosial-politik, bencana, religius, keluarga, dll. Sentuhan musiknya mendorong pembaruan pada dunia musik pop Indonesia.
Semua lagu ditulisnya sendiri, ia tidak pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, kecuali lagu Surat dari Desa yang ditulis oleh Oding Arnaldi dan Mengarungi Keberkahan Tuhan yang ditulis bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Malam ini saya juga berbahagia!.
Saya akan mendapat hadiah berupa album baru dari Ebiet. Putri saya, baru menelepon bahwa Ebiet menyerahkan album barunya melalui anak saya Clara Girsang.
"Album ini diserahkan kepada orangtuanya yah Clara," demikian Ebiet memesankan kepada anak saya, Clara yang bekerja di Trans-7. Senangnya bukan main!
Terima kasih putriku Clara. Bagi orang tua lain, peran putri seperti ini mungkin kecil, tetapi sangat berharga buatku. Ebiet adalah simbol karakter ayah teladan, simbol penulis lagu genius. Apa salahnya ya membanggakan anak sendiri. Ebiet juga begitu.
Memang tidak baik, kalau membuat anak seperti tidak punya prestasi apa-apa. Sekecil apapun karya mereka, mereka punya hak untuk dipuji, untuk diangkat, supaya termotivasi.
Dulu, saya pernah mengatakan melalui Clara, ketika Ebiet tampil di Bukan Empat Mata beberapa tahun lalu, bahwa saya penggemar berat Ebiet.
Malam ini, ternyata berbalas budi baik Mas Ebiet. Terima kasih Mas Ebiet atas albumnya. Mudah-mudahan albumnya segera tiba di Medan, dan saya menikmatinya.
Aku bersyukur karena punya putri yang bisa dekat dengan penyanyi idolaku. Berkatnya mengalir.
Semoga keluarga Ebiet menginspirasi keluargaku, keluarga kita semua. Suami dengan satu istri, fokus anak-anak dan karier.
2010, saking kagumnya, saya juga menuliskan isi hati saya buat Ebiet. http://harangan-sitora.blogspot.com/2010/08/menonton-ebit-g-ade-di-metro-tv.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar