My 500 Words

Sabtu, 23 Oktober 2010

Menangisi Sepakbola Kita Renungan 70 Tahun Pele

Oleh : Jannerson Girsang

Pele, pemain sepakbola internasional legendaris. Sukses menjadi pemain dan pelatih sepakbola, kariernya tidak berhenti. Brazil menghargai profesionalismenya sebagai tokoh olah raga. Di negerinya sendiri Pele menjadi pejabat olah raga yang disegani. Namanya tidak pernah lenyap dari persepakbolaan dunia, karena kemudian dia menjadi duta olah raga dunia yang mampu menangkat nama negaranya. .

Selasa, 19 Oktober 2010

Menjadi Istri Pejabat: Berpengaruh, Tidak Sekedar Pendamping

Oleh : Jannerson Girsang

 

Apa yang tergambar di pikiran anda, ketika Forbes mengumumkan peringkat perempuan berpengaruh di dunia?. ”Ah ini hanya akal-akalan saja” atau “Akh, aku ingin seperti mereka?”.

Kali ini kami tertarik mengetengahkan Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia Tahun ini, Michelle Obama. Michelle adalah istri seorang pejabat pemerintah, yang mampu menempatkan dirinya paling berpengaruh di antara perempuan karier di seluruh dunia.

Bulan ini, Majalah Forbes (http://www.forbes.com/profile/michelle-obama) menempatkan istri Barack Obama, Presiden AS menjadi perempuan paling berpengaruh di dunia. Kenaikan peringkat yang luar biasa. Sebelumnya Michelle hanya menempati peringkat 39.

Bekerja di belakang suami (dalam hal ini istri pejabat) bukanlah sesuatu yang harus ditangisi karena di bawah bayangan suami, atau sebaliknya bukan sesuatu yang disyukuri secara membabi buta (mendapat fasilitas dan pengormatan yang semu, istri pejabat).

Di belakangnya terletak tanggungjawab yang melekat. Apakah anda memang seorang perempuan berpengaruh atau hanya seorang ”bayangan” suami—mendampingi suami jalan-jalan, memotong pita, tanpa kemampuan menggerakkan orang lain melakukan sesuatu ke arah yang lebih baik.

***

Sebagai istri presiden, Michelle tidak berpangku tangan hanya mengikuti suaminya. Dia melakukan sesuatu dan tidak dengan mudah memperoleh peringkat itu. Tidak semua istri presiden Amerika memperoleh peringkat seperti ini. Artinya, bukan karena dia istri presiden, walau memang faktor pendukung yang tidak boleh diabaikan.

Berbagai ide-idenya yang dituangkan dalam kegiatan telah tercatat memberi dampak tidak hanya bagi Amerika, tetapi bagi dunia ini. Dia tidak hanya menempel pada status suaminya sebagai presiden.

Dia berbeda dari istri presiden Amerika sebelumnya. Majalah Forbes menilai bahwa Michelle lebih banyak terlibat kebijakan dalam pemerintahan Amerika seperti memperjuangkan hak-hak perempuan dibandingkan Laura Bush, istri George W Bush. Dan Michelle tidak seperti Hillary Clinton yang melakukan kebijakan keras saat reformasi perawatan kesehatan.

Michelle, ibu dua anak bergelar sarjana hukum dari Harvard itu memiliki kepedulian tinggi terhadap isu-isu sosial.

“Dia telah membuat kantor bagi dirinya sebagai Ibu Negara. Seorang penasehat standar gizi sekolah dan urusan keluarga militer, dia lebih banyak terlibat dalam kebijakan dari Laura Bush. Tapi tidak seperti Hillary Clinton, orang yang memperjuangkan reformasi rahasia pemeliharaan kesehatan (dan akhirnya gagal), Obama (Michelle) telah meninggalkan kebijakan keras. Ikon fashion dan ibu dua putri atletis, dia adalah Jackie Kennedy dengan gelar sarjana hukum dari Harvard dan rasa jalanan dari South Side Chicago. Dia juga efektif: Menanggapi kampanye ”Let's Move!”, sebuah kampanye melawan obesitas, perusahaan seperti Coca-Cola, Kellogg dan General Mills telah berjanji mengurangi kadar kalori makanan mereka pada 2012. Ibu Negara tetap populer: 54% orang Amerika berpandangan baik padanya,” ujar Forbes edisi Oktober 2010.
***

Pengaruh Michelle melebih semua perempuan dari berbagai jenis latar belakang. Saingan Michelle di peringkat kedua adalah Irene, perempuan kedua dengan gaji tertinggi di Amerika pada 2009. Irene dibayar sekitar US$ 26 juta dan bayarannya itu setimpal saat rencananya mengakusisi British Candymaker Cadbury. Keputusannya itu membuat keuntungan Kraft naik 25 persen yang sebagian besar disumbang Cadbury Eropa.

Sedangkan di peringkat ketiga adalah Oprah Winfrey. Forbes menilai Oprah merupakan perempuan yang paling sukses dalam bisnis media. Acara Oprah Winfrey telah tayang selama 25 musim, menulis buku-buku best seller sehingga membantu jutaan perempuan menemukan jati diri dan akhirnya menelurkan stasiun televisi sendiri, Oprah Winfrey Network.

Jangan berfikir, seorang perempuan akan memiliki pengaruh kalau dia seorang pejabat. Michele membuktikan ini tidak benar. Posisi sebagai seorang Kanselir tidak lantas membuat Angela Merkel, Kanselir Jerman mampu mempertahankan posisinya di peringkat 1, seperti tahun lalu. Tahun ini posisinya bergeser ke posisi ke empat.

Perempuan berpengaruh lainnya terdiri dari perempuan yang menjabat menteri luar negeri, CEO perusahaan, Penyanyi dan entertainer, model dan lain-lain. Posisi ke lima sampai ke sepuluh ditempati Hillary Clinton – Menlu AS, Indra Nooyi - CEO, PepsiCo, AS, Lady Gaga – Penyanyi dan entertainer, AS, Gail Kelly - CEO, Westpac, Australia, BeyoncĂ© Knowles – Penyanyi dan desainer mode, AS dan Ellen DeGeneres - Talk show host, AS.

***

Bagi para pembaca, khususnya para perempuan, artikel ini mengingatkan bahwa seorang perempuan memiliki peluang yang sangat terbuka untuk menjadi seorang yang berpengaruh. Yakni melalui pemikiran-pemikiran yang diterjemahkan dalam kegiatan-kegiatannya yang berdampak positif kepada kehidupan masyarakat banyak. 

Kekuatan (Power) dewasa ini adalah kemampuan mempengaruhi—menggerakkan orang, membuat perubahan, membentuk pemikiran—wacana apa saja, issu apa saja, realitas apa saja. (Power today is the ability to influence –to move people, to affect change, to shape minds – whatever the platform, whatever the issue, whatever the realm). Forbes, October 2010.

Barangkali tidak ada salahnya Anda merenungkan perjalanan Michelle Obama! Silakan kunjungi website-websitenya, belajarlah dari perjuangannya. 

Marilah tidak sekedar menuntut perubahan kebijakan tentang perempuan. Itu memang penting, tapi bukan satu-satunya faktor. ”Berpengaruh” bukan ”hadiah” tetapi ”usaha” dan ”kerja keras”.

Anda ingin jadi istri pejabat seperti Michelle, atau perempuan karier berpengaruh lainnya?. Silakan berkunjung ke: http://www.forbes.com/profile/michelle-obama#

Dimuat di Harian Analisa: 19 Oktober 2010 Hal 25. bisa juga diakses ke http://www.analisadaily.com. Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-17, anak bungsuku, Devi Anastasia Girsang. 

Semoga semangat Michelle menular bagi anakku yang pintar dan penuh semangat ini.


Senin, 11 Oktober 2010

HM Girsang: Pendeta Asia Pertama Sekretaris VEM

Sebuah Ringkasan

Oleh : Jannerson Girsang


Pendeta Hamonangan Girsang adalah mantan Sekjen Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS). Selain itu cucu Tahan Girsang ini pernah duduk dalam  kepengurusan di berbagai organisasi oikumene di dalam dan di luar negeri. Usai melepas jabatannya sebagai Sekjen GKPS, putra seorang Pangulu Balei ini menjadi pendeta Asia pertama menjabat Sekretaris Eksekutif di VEM (Vereinte Evangelische Mission)/UEM (United Evangelical Mission).

Minggu, 10 Oktober 2010

101010: Istimewakah Hari ini Bagi Anda?

Oleh : Jannerson Girsang

Dalam bahasa China 10 Oktober 2010 (10/10/10) disebut “shi quan shi mei,” atau “sempurna dalam semua sisi”. Momen dengan komposisi 10-10-10 hanya terjadi 12 kali dalam 1.000 tahun. Tahun depan ada angka yang mirip yaitu 11-11-11 dan pada 2012. Setelah itu, komposisi angka yang sama baru akan muncul lagi pada 3001. Jadi tentu wajar kalau orang merasa komposisi angka itu penting. Namun, hari ini saya merasa semua berjalan biasa-biasa saja.

Salman Khan dan Pengajaran Online

Oleh: Jannerson Girsang

Membagikan ilmu dan pelajaran melalui situs di internet, menyumbangkan ilmu kepada orang dimana saja, kapan saja. Muridnya tanpa bayar, tanpa ruang kelas!. Siapa yang mau melakukannya?.

Rabu, 29 September 2010

Menyambut Hari Kereta Api ke-65 : "Mimpi Naik Kereta Api"

Oleh : Jannerson Girsang

Sebuah harapan baru dilansir PT KA (Kereta Api) Divre I Sumut dan NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) Januari 2010 lalu. Perusahaan yang mengelola perkeretapian di Sumut dan Aceh ini mengungkapkan rencana membuka kembali jalur Medan-Delitua, Medan-Pancur Batu dan lokasi lain.

Terlepas dari realisai rencana itu, kami tergugah menuliskan pesan kami kepada perusahaan yang menawarkan jasa murah, cepat, efisien dan nyaman ini. Sebuah kisah yang mengagumi, menggunakan, lantas menaruh harapan baru terhadap jasa kereta api.

Semoga bermanfaat menumbuhkan rasa cinta terhadap kereta api serta mendorong pengelola memenuhi harapan yang telah dijanjikan dan meningkatkan pelayanan.

Orang Desa: Kagum Melihat Kereta Api

Memutar memori puluhan tahun lalu, kata kereta api seingat saya masuk ke telinga kami melalui lagu "Naik Kereta Api". Lagu itu diajarkan guru, ketika masih menjadi siswa Sekolah Dasar, akhir dekade 60-an.

Lagu itu benar-benar menggugah hati kami penduduk desa: Bemimpi Naik Kereta Api". Syairnya sederhana, riang dan mudah dinyanyikan. Semua orang Indonesia pasti mampu menyanyikan lagu anak-anak yang sangat populer. Semua orang Indonesia cinta kereta api.

Masa kecil saya tinggal di desa Nagasaribu. Sebuah desa di Simalungun yang terletak di dataran tinggi di apit Gunung Sinabung, Gunung Sibayak, Gunung Singgalang dan Gunung Sipiso-piso. Di sana hanya ada kereta yang ditarik lembu atau kerbau. Selain itu, penduduk desa saat itu masih terbelakang. Mobilisasi penduduk masih rendah. Anak seusia saya yang pernah mengunjungi Pematangsiantar atau Medan masih bisa dihitung dengan jari.

Tahun 1973, ketika saya berusia 12 tahun, itulah pengalaman pertama mengenal kereta api dari dekat. Saat itu kami berdarma wisata dari desa kami melalui Brastagi-Medan-Pematangsiantar. Di beberapa lokasi perjalanan Medan-Pematangsiantar, kami menyaksikan kereta api melintas di atas rel yang kadang sejajar dengan bus yang kami tumpangi. Suatu ketika kami harus berhenti saat kereta api lewat, seperti di Lubuk Pakam.

Pemandangan itu membuat saya dengan siswa lainnya kagum. Puluhan gerbong—beberapa kali lebih besar dari gerobak kereta lembu di kampung kami, bisa mengangkut banyak sekali penumpang. Sesekali kami juga menyaksikan kereta barang yang mengangkut kelapa sawit. Di desa kami kereta yang ditarik dengan kerbau hanya mampu megnagkut 400-500 kg barang dan jarang bawa penumpang.

Di Jakarta: Menikmati Jasa Kereta Api

Anehnya, meski di Sumatera Utara tersedia jasa kereta api, naik kereta api justru tidak saya alami di Sumatera Utara. Peristiwanya tahun 1978, yakni ketika kami pindah sekolah SMA dari Pematangsiantar ke Jakarta.

Saat memasuki hari-hari pertama sebagai siswa pindahan di salah satu SMA di Jakarta, teman-teman saya berbicara tentang kereta api layaknya membicarakan mobil angkutan "Simas", Kabanjahe-Pematangsiantar.

Beberapa orang teman sekelas saya tinggal di Depok. Setiap hari mereka naik kereta api sampai ke Stasion Cikini, lantas naik bus kota ke sekolah kami di sekitar Utan Kayu, Jakarta Timur.

"Naik kereta api ke sekolah?". Bagi saya rasanya tidak masuk akal saya. Pandangan saya ketika itu, kereta api hanya melayani penumpang ke luar kota, Jalannya kencang, dan tidak boleh berhenti. Aduh dasar anak kampung!.

Sampai suatu ketika, saya mengusulkan agar saya bisa ikut teman yang tinggal di Depok. Hanya supaya bisa naik kereta api. Hingga tiba hari yang tepat di suatu Sabtu, saya bisa bersama teman ke Depok. "Naik kereta api!".

Dari sekolah kami di Utan Kayu, naik bus kota menuju Stasion Kereta Api Cikini. Saya tidak bisa membayangkan sebuah stasion kereta api semegah itu. Seolah kerbau dicucuk hidung, saya mengikuti petunjuk teman sekelas tadi. Mulai dari membeli tiket sampai bagaimana caranya menaiki kereta api.

Ongkos kereta api sangat murah karena kami membeli tiket ekonomi atau kelas "balbal". Seingat saya jauh lebih murah dari ongkos bus kota dari Cililitan ke Tanjung Priok. Saya lupa. Mungkin ketika itu Rp 25, sedangkan angkutan kota jauh dekat Rp 50.

Saya memang sedikit kesal, karena tidak mendapat tempat duduk. Seluruh tempat duduk sudah penuh, bahkan seluruh gang kereta api sudah penuh dengan penumpang. Ternyata kereta api yang kami tumpangi sudah penuh sesak oleh penumpang dari dari Stasion kota dan beberapa stasion yang dilintasi kereta api itu.

Teman saya bilang, itu sudah biasa dan bagi mereka sudah merupakan kenikmatan tersendiri. Saya maklum karena begitu banyak penumpang di Jakarta yang harus diangkut. (Sampai kini, menumpang kereta api ekonomi di Jakarta kondisinya masih sama. Setiap gerbong sudah penuh, bahkan ada yang duduk di atas atap kereta api. Ngeri juga!).

Dengan kereta api ekonomi, Jarak Cikini-Depok ditempuh hanya 20-30 menit. Rasanya terlalu cepat, dan ingin rasanya saya teruskan ke Bogor. Hal yang mustahil tentunya, karena saya sudah janji dengan teman menginap di rumahnya.

Sejak itu, mimpi naik kereta api, berubah menjadi kebiasaan. Penduduk Jakarta menggunakan jasa angkutan kereta api sebagai alat transportasi sehari-hari di wilayah Jabotabek, maupun ke luar kota. Dari Stasion Kota, segala jurusan bisa dituju, ke Tangerang, Rangkas Bitung, Bekasi, Bogor dan lain-lain. Selain itu Jakarta memiliki stasion Gambir yang bisa menghubungkan kereta api ke seluruh penjuru di pulau Jawa.

Kenangan indah naik kereta api pertama itu, tidak bisa kami lupakan. Kalau saya ke Jakarta, saya senang menggunakan jasa angkutan ini. Bulan April 2010 lalu, saya naik kereta api ekonomi Bekasi-Stasion Kota dan Kota-Bogor. Hanya membayar Rp 6000. Jaraknya pasti lebih dari 40 kilometer.

Beberapa tahun sebelumnya saya menggunakan kereta api ekspress Parahyangan (sebelum ditutup) dari Jakarta ke Bandung yang menempuh jarak 180 kilometer. Jarak tempuhnya kurang dari tiga jam. Saya pernah menggunakan jasa kereta api ke Jawa Timur. Lebuh murah, cepat dan nyaman dibanding naik bus.

"Kereta", demikian orang di Jakarta menyebut kereta api, telah menjadi alat angkutan layaknya bus umum. Bisa di dalam kota maupun di luar kota. Relatif murah, tidak macet, dan lebih nyaman dibanding kalau kita naik bus kota.

Di Medan : Mimpi Naik Kereta Api Medan-Pancur Batu

Kini, mimpi puluhan tahun lalu itu sudah berubah. Tidak lagi sekedar melihat kereta api atau naik kereta api. Saya bermimpi suatu ketika bisa menggunakan kereta api sebagai alat angkutan sehari-hari di kota Medan. Selama ini kami menggunakan jasa kereta api ke Rantau Prapat, atau ke Perdagangan (stasion Perlanaan). Cukup menyenangkan.

Sayangnya, di kota Medan sendiri kami sedih menyaksikan rel kereta api Medan-Pancur batu lokasinya tidak jauh dai tempat tinggal kami di Simalingkar, sekarang sudah jadi besi tua, bahkan mungkin sudah diusahai penduduk. Demikian juga di berbagai lokasi lainnya, masih banyak jalur rel yang tidak berfungsi.

Kabar yang menggembirakan meluncur dari Suhendro Budi Santoso di depan wartawan 19 Januari 2010. Kepala Humas PT KA Divre I Sumut dan NAD, mengungkapkan: "Mengantisipasi kemacetan lalulintas di Kota Medan sekitarnya, PT KA (Kereta Api) Divre I Sumut dan NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) akan kembali membuka jalur rel kereta api yang lama antara lain, Medan-Delitua, Medan-Pancurbatu, dan lain-lain", sebagaiman dilansir oleh berbagai media.

Saya dan anda penduduk Medan berharap ucapan Kepala Humas PT KA Divre I Sumut dan NAD, 19 Januari 2010 lalu di depan para wartawan bukan isapan jempol belaka.

Alangkah eloknya, seandainya Medan memiliki jasa angkutan keretas api seperti di Jabodetabek. Medan bisa menghubungkan jalur kereta api tidak hanya Medan-Pematangsiantar atau Rantau Prapat, tetapi juga ke Banda Aceh dan berbagai kota di Sumatera.

Saya yakin harapan yang dijanjikan PT KA itu sedang ditunggu banyak penduduk Medan dan bagian lain pulau Sumatera. Jasa angkutan ini begitu istimewa di mata banyak orang.

Dua harapan pembaca situs: http://rudikurniawandiary.wordpress.com/2008/05/17/kereta-api/, jelas merupakan harapan yang seirama dengan impian para pengguna jasa angkutan kereta api. Ludy Hartono, mengatakan : "saya warga kota kisaran di Sumatra Utara, rasanya menarik sekali menaiki kereta api, cuma, untuk perlintasannya tidak sepanjang di Jawa, mungkin pembangunannya ke depan bisa sampai ke Sumatra Barat, Riau, dan Provinsi lainnya," (Juli 16, 2009 pada 6:30). .

Sementara komentator lain bernama Rudi, mengatakan: "Betul Bang, ada kesenangan sendiri menaiki jenis kendaraan masal ini. Ya mudah-mudahan perkereta apian di negara kita semakin canggih dan profesional. Tidak hanya di Jawa tapi di daerah-daerah lain di seluruh wilayah Indonesia". (Juli 17, 2009 pada 4:03 am).

Semoga terwujud. Namanya juga bermimpi!.

Artikel ini dimuat di Harian Analisa, 27 September 2010 di Halaman Opini.

Jumat, 24 September 2010

Mereka Disanjung Saat Pesta Demokrasi

Oleh : Jannerson Girsang

Orang miskin yang memiliki anggota keluarga besar disanjung saat pesta demokrasi, tetapi sesudah itu mereka tetap miskin. Membaca Kompas.com hari ini, kisah seorang ayah yang memiliki 19 anak menggugah saya menuliskan renungan ini.

Dia adalah Asri M (45) yang memiliki 19 orang anak, buah perkawinannya dengan istri satu-satunya Marsiah (43).Sehari-harinya dia bekerja sebagai buruh tani dengan upah Rp 25 ribu sehari, jauh dibawah Upah Minimum. Penghasilan kecil itulah mendukung hidup kehidupan keluarga ini.

Seluruh keluarga tinggal di rumah berukuran 3 meter x 2.5 meter, berlantai tanah. Usia anak pertama pasangan ini sekitar 19 tahun dan yang paling bungsu berusia empat bulan. Anak pertama mereka berstatus janda dan memiliki dua anak yang masih berumur 4 tahun dan 2 tahun. Dari 19 anaknya, tidak ada yang sekolah, karena jarak sekolah dari rumahnya jauh dan ketiadaan biaya.

Kisah ini adalah potret sebuah keluarga yang tinggal di desa Pekon (Desa) Puralaksana, Kecamatan Way Tenong, Lampung Barat, sekitar 330 kilometer dari Bandar Lampung. Mereka hanya berjuang semampunya dan  pasrah menunggu janji-jani para pemimpin negeri ini.!.

Ironis sekali. Mereka hidup di abad ke 21, abad internet, era globalisasi. Saat setiap orang dituntut memahami huruf, menulis, mampu mengoperasikan komputer, mampu berbahasa Inggeris. Kisah ini menjadi menarik, karena dari segi ini mereka adalah bagian dari sekitar 9,7 juta penduduk yang buta huruf atau 5,97 persen dari penduduk negeri ini.

Saya teringat kisah yang kontras yang pernah dirilis media yang sama beberapa waktu lalu. Gayus Tambunan yang baru bekerja 5 tahun di Dirjen Pajak mampu meraup uang negara miliaran rupiah.

Bandingkan penghasilan Asri M yang hanya Rp 25 ribu sehari. Sayangnya Gayus membelanjakan uang itu tidak seluruhnya untuk anak istrinya. Sebagian dibagi-bagi kepada pejabat yang digaji dari pajak Asri M untuk pengampunan kesalahannya. Tapi, Gayus lupa membagi Asri M, padahal dia sangat membutuhkannya.

Memang, orang seperti Asri M selalu luput dari perhatian. Mereka hanya diperhitungkan kalau tiba masa pesta demokrasi. Mereka bisa memenangkan anggota DPR, Presiden, Gubernur, Bupati atau Kepala Desa. Keluarga ini menyumbang sedikitnya 5 suara saat pesta demokrasi berlangsung. Dan pemilu mendatang mereka memiliki jumlah suara yang lebih besar. Buruh tani seperti Asri M mewakili jutaan buruh tani lainnya di Indonesia.

Saat seperti itu, Asri M lebih berharga dari Gayus. Karena kontribusi suara yang diberikan Gayus lebih sedikit. Orang-orang seperti Gayus lebih sedikit jumlahnya.

Saat pesta demokrasi, pidato-pidato yang menyanjung Asri M dan teman-temannya berkumandang disertai janji-janji politik yang menggiurkan. Mereka akan diperjuangkan kalau mereka mendukung seseorang. Padahal, kenyataannya, penyuluhan KBpun mereka tidak peroleh, untuk fasilitas pendidikan rendah sekalipun tidak ada yang membantu.

Kisah Asri M adalah mewakili jutaan kisah rakyat kecil yang seharusnya menyadarkan pemerintah, serta lembaga-lembaga yang mengaku dirinya menolong orang miskin.

Sketsa kehidupan Asri M adalah kenyataan yang mungkin juga terdapat di sekitar kita. Di Hari Tani 24 Oktober 2010 ini, saatnya kita refleksi bahwa ketidakpedulian kita atas kehidupan seperti Asri M menjadi sumber ancaman kita di masa mendatang.

Mereka membutuhkan implementasi janji-janji pemerintah. ”Orang miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Mereka menanti realisasi proposal-proposal LSM, agar hak-haknya sebagai orang miskin dipenuhi. Dari ruang pengap di rumahnya Asri M menuntut janji-jani para politisi yang nenjanjikan mereka perbaikan di saat kampanye lalu.

Asri M tidak butuh banyak uang seperti Gayus. Meski rumahnya jauh dari sederhana, dia tidak butuh biaya US$100 ribu agar rumahnya tidak disita. Dia tidak butuh USD 20 ribu untuk pengacara, tidak butuh duit US$ 500 ribu bagi para penegak hukum agar tidak ditahan, tidak perlu menyediakan US$ 100 ribu agar rekeningnya tidak disidik, karena dia tidak punya rekening.

Asri M tidak cukup menjadi obyek proposal bagi LSM di dalam maupun di luar negeri dan bukan hanya sekedar kisah ”Tragedi Komedi” bagi media.

Menolong mereka dengan tindakan nyata adalah satu-satunya cara meyakinkan bahwa mereka masih merupakan bagian dari bangsa ini.

Senin, 20 September 2010

Jangan Takut Menghadapi Pelajaran Apapun!

Oleh : Jannerson Girsang

Artikel ini, saya tujukan untuk anak saya yang memulai pekerjaannya sebagai seorang Junior Legal di salah satu perusahaan di Jakarta September tahun 2010. ”Jangan Takut Menghadapi Pelajaran Apapun”, adalah salah satu modal  sebagai wartawan, maupun menulis biografi atau otobiografi.

Tentunya hal ini berlaku juga bagi profesi-profesi yang lain. Jangan anggap remeh pada bidang pengetahuan yang Anda belum pelajari, sebab semuanya berguna, ibarat tubuh yang terdiri dari mata hidung, telinga, kulit, serta lain-lainnya. 

Mungkin kisah ini bisa bermanfaat bagi anda dalam menumbuhkan semangat belajar tentang sesuatu bidang yang belum pernah anda pelajari sebelumnya, memberi pemahaman agar kita jangan sampai terjebak dalam pengultusan ilmu yang kita kuasai, pengkotak-kotakan, apalagi sampai mengabaikan ilmu yang dikuasai orang lain!. Yang lebih parah lagi, merasa diri lebih benar dan lebih hebat dari orang lain.

Semakin kita mengetahui pengetahuan teman, semakin mudah kita mengidentifikasi diri, dan semakin mudah kita berkomunikasi. Hanya dengan demikian kita mampu menghargai mereka, membina kehidupan yang harmonis dan damai, yakni bila kita saling menghargai.   

Pengalaman berpetualang dengan berbagai bidang ilmu kami peroleh ketika menulis otobiografi dan biografi memberi  kesempatan bagi saya berhadapan dengan berbagai ragam kehidupan manusia secara mendalam di Sumatera Utara. Berbicara dengan banyak orang yang berbeda pengetahuan, keyakinan, mengunjungi banyak tempat yang sama sekali baru, serta hal-hal lain yang sama sekali belum pernah kuketahui. Mencari kemudahan dengan menelusuri pengetahuan baru di internet, memahami kesulitan orang lain yang pertama kali melakukannya. Sehingga saya mampu menghargai betapa sulitnya seseorang menulis biografi dan otobiografi.

Mulai dari kisah kehidupan seorang kakek, nenek pendidikan rendah di zaman Belanda, ahli teologia, dokter, ahli hukum, ahli keuangan dan lain-lain, termasuk di dalamnya soal peristiwa, sekolahnya, lingkungan tempat tumbuhnya karakter dan lain-lain. Menelusuri jejak kehidupan seorang nenek sampai ke pedalaman Onan Ganjang  di Tapanuli Utara sana. Menyusuri Pakkat sampai ke tempat bersejarah di kota Barus, Tapanuli Tengah, menembus hutan dan jalan mendaki. Menelusuri Sipahutar-Pangaribuan hanya untuk mengetahui kisah kehidupan di masa lalu.

Jika menulis biografi seorang dokter, maka sebelum menulis, saya sedikitnya harus belajar seluk beluk ilmu kedokteran secara umum, kegiatan dokter, dan lain-lain. Keterangan tentang lokasi dimana dia lahir, dibesarkan, bekerja, dan serterusnya. Pengaruh lingkungan terhadap cara berfikir dan bertindaknya. harus belajar lingkungan sosial dan politik dimana dia dibesarkan, kuliah, maupun bekerja. Kalau sang tokoh terlibat dalam gerakan mahasiswa dan politik, maka diperlukan pengetahuan politik dan sejarah perpolitikan tanah air pada masa itu.

Kesempatan itu menuntut penguasaan berbagai macam bidang ilmu. Untuk menuliskannya dengan pemahaman yang benar, saya dituntut belajar memahaminya dengan membaca pelajaran berbagai berbagai bidang pekerjaan tokoh yang saya tulis. Capek juga!.

Itulah mungkin penyebab mengapa tidak banyak orang yang tertarik menulis jenis buku ini. Itulah sebabnya pula tidak banyak dokumen tentang tokoh di daerah ini yang sempat didokumentasikan, sebelum mereka pergi meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. .

Mengapa bisa?.

Kecintaan menggeluti berbagai bidang ilmu mungkin didorong oleh variasi bidang yang kami geluti selama ini, yakni berbagai bidang ilmu yang kami pelajari di tempat pekerjaan. Sama seperti air mengalir petulangan memahami hal-hal baru berjalan bertahun-tahun. Hingga kami berkesimpulan bahwa sampai tingkat tertentu semua pengetahuan bisa dipelajari sendiri. Apa, bagaimana, siapa, dan dampaknya bagi kehidupan.


Sebelum terjun menulis, saya pernah bekerja dan mempelajari berbagai bidang ilmu, mulai dari Pertanian dengan Ilmu Tanah sebagai ilmu minornya. Mengaplikasikan ilmu itu selama dua tahun dalam pemetaan dan survey tanah, mengajar dan sebagai dosen. Pengetahuan tentang manajemen harus saya geluti ketika memimpin Universitas, kemudian menjadi Program Manajer di sebuah LSM. .

Pelajaran yang lebih ekstrim saya peroleh ketika saya beralih dari dosen dan memimpin perguruan tinggi, langsung terjun menjadi wartawan. Belajar 5W + 1 H. Belajar jurnalistik terapan. Kemudian dalam pekerjan itu saya berhubungan dengan segala lapisan masyarakat, mulai dari tukang tahu di pinggir jalan, serta menghadiri konferensi pers atau mewawancarai pejabat penting. Pekerjaan sebagai wartawan sangat dinamis, karena berhadapan dengan berbagai level manusia, berbagai bidang ilmu, serta berbagai suasana. Sebuah bidang yang menuntun kami berfikir secara interdisiplin ilmu.

Selain itu saya pernah belajar politik dan ekonomi, saat menjalani tugas saya sebagai asisten ekonomi di kantor konsulat asing. Kantor dengan bahasa pengantar Bahasa Inggeris menuntut saya harus memperlengkapi kemampuan itu.

Sesudah itu, selama enam tahun, kami memasuki pekerjaan di bidang telekomunikasi yang banyak ditangani orang asing. Beberapa kali memperoleh pelajaran telekomunikasi bagi non-engineer, baik di dalam maupun di luar negeri. Saya sempat menulis empat buku hasil suvey industrial demand di Sumatra, walau hanya untuk kepentingan internal.

Pengalaman kami menunjukkan bahwa tidak ada ilmu yang sulit dipelajari, atau mudah dipelajari.All depends on your faith. Semuanya tergantung pada keyakinan, yakni keyakinan untuk bisa menguasai ilmu tersebut serta manfaatnya bagi diri kita sendiri. Dalam hal ini, saya memperoleh manfaat memperkaya isi sebuah buku biografi dan otobiografi, serta memperkaya wawasan kami menulis berbagai artikel.

Setidaknya bermanfaat bagi memuluskan pekerjaan yang kami lakukan. Membuat kemampuan mengidentifikai diri lebih baik.  


Hal sepele saja!. Untuk membuat blog http://www.harangan-sitora.blogspot.com--tempat saya mencurahkan pikiran,  saya harus belajar tentang bagaimana membuat blog, memposting sebuah artikel, mengedit, sekaligus mempublikasikannya sendiri.

Di era global ini saya harus berhubungan dengan email, jejaring sosial, memahami beberapa website sebagai sumber pelajaran dan informasi bagi pekerjaan menulis.

Jadi jangan katakan lagi, ”Itu bukan jurusanku”. Khususnya di era global ini semua orang dituntut belajar hal-hal yang baru. Ada banyak hal yang anda perlukan untuk bisa bekerja sama dengan orang lain. Banyak hal baru yang dinamis dan harus dipelajari. ”Jangan takut menghadapi pelajaran apapun, termasuk menghadapi kehidupan, sebab semua ada ilmu yang menyinarinya. Belajar dan belajarlah seumur hidupmu".

Kisah ini bermaksud memberi pelajaran bagi kita semua bahwa "Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, dan berhasillah kau; anggap semua pelajaran mudah, dan semua akan jadi mudah; jangan takut pada pelajaran apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua", seperti pernah dikatakan Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya AR adalah penulis terkenal Indonesia, yang salah satu karyanya diterjemahkan ke dalam 47 bahasa.

Medan, September 2010

Rabu, 15 September 2010

Helen Keller “Buta dan Tuli, Jadi Penulis dan Politisi Terkenal”

Oleh : Jannerson Girsang
Bagaimana mungkin seorang yang buta dan tuli sejak usia 19 bulan menjadi politisi terkenal?. Mengapa tidak!. Helen Keller membuktikannya. Tentu tidak membayangkan seperti  "politik uang" yang menjamur di Indonesia sekarang ini. Dia menjadi penulis, aktif memperjuangkan kepentingan rakyat banyak. 

Rasa ingin tau saya atas kisah ini berawal dari suatu hari, ketika saya browsing di internet dan menemukan beberapa video di situs you tube. Saya tertarik pada sebuah video hitam putih berdurasi 1 menit 34 detik.

Video ini menampilkan perempuan berambut putih, mengenakan baju hitam lengan panjang sedang berada di kamar kerjanya. Wajah itu mengingatkan saya pemeran perempuan tua dalam Film Titanic. Perempuan itu adalah Helen Keller.

Seorang perempuan lain masuk menemuinya, saat Helen sedang duduk membaca buku dengan tangan bergerak-gerak dari kiri ke kanan, mungkin itu buku dari huruf Braille. Didepannya terletak mesin tik zaman dulu. Menyambut tamunya, Helen bangkit dari duduknya dan keduanya saling mendekat.

Berbeda dengan pertemuan orang normal, keduanya hanya menggunakan bahasa isyarat. Saat keduanya sudah berdekatan, jari tangan kanan perempuan tamu tadi menekan-nekan telapak tangan dan jari tangan Helen. Lantas tamu itu memberikan sesuatu untuk dicium. Penciuman adalah salah satu pengganti indera bagi Helen untuk mengenali sesuatu. Keduanya tersenyum dan terlihat gembira luar biasa!.

(Anda bisa menemukan banyak video Hellen Keller di You Tube, jika anda menginginkannya. Cari dengan kata kunci ”Helen Keller You Tube”, anda akan menemukan puluhan video tentang perempuan luar biasa ini. Anda bisa menyaksikan bagaimana Anne Sillivan mengajar Helen dan berbagai kisah lainnya. Luar biasa!).

Adegan itu mengundang decak kagum. Seorang buta dan tuli menjadi penulis dan politikus terkenal. Saya kemudian tertarik mempelajari kisahnya lebih dalam. Bagi anda yang sudah pernah membaca kisah ini silakan baca kembali mungkin ada hal-hal yang menarik. Bagi anda yang belum, saya yakin kisah Helen Keller akan memberi anda sebuah kisah yang benar-benar mengagumkan. 

Mengenal Helen Keller

Siapakah Helen Keller?. Dari berbagai referensi, saya mencoba mengisahkannya berikut ini.

Helen dikenal sebagai penulis, politikus dan aktivis Amerika, meskipun tidak bisa melihat dan mendengar. Dengan kekurangsempurnaan tubuhnya Helen mampu menjadi ”garam dan terang” bagi sekitarnya. Bahkan dia diberi usia yang panjang, 88 tahun. Bagi saya Helen adalah icon menghadapi tantangan tanpa kenal menyerah.

Perempuan bernama lengkap Adams Helen Keller itu dilahirkan pada tanggal 27 Juni 1880 di Tuscumbia, sebuah kota pedesaan kecil di Northwest Alabama, Amerika Serikat. Helen adalah Putri Kapten Arthur Henley Keller dan Kate Adams Keller yang lahir sempurna, baik penglihatan dan pendengarannya.

Nasib tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Sebuah peristiwa yang memutar haluan hidupnya terjadi saat Helen berusia 19 bulan. Dia terserang penyakit, dan akhirnya buta dan tuli. Sejak itu, Helen mengalami kesulitan.

Di usia muda seperti itu, Helen sendiri tentu tidak akan mampu mengatasi masalahnya. Dia bersyukur karena ayah dan ibunya peduli pada masalahnya, dan tidak menyerah dengan keadaan. Mereka tidak membiarkan Helen nantinya hanya menjadi pengemis atau menjadi beban bagi orang lain. Peran ayah ibunya mendorong semangat Helen belajar dan bercita-cita. Bisa dibayangkan bagaimana kesulitan dan kesabaran yang dimiliki orang tuanya. Helen yang sebelumnya cantik dan cerdas tiba-tiba tidak bisa mendengar dan melihat.

Usaha orang tuanya dengan mencari guru dan sekolah yang cocok baginya memampukan Helen bersyukur atas cacad tubuhnya sekaligus mengatasinya. Di sekitar Helen ada seorang perempuan bijak, bernama Anne, yang membimbingnya hingga mampu membaca dan menulis huruf Braille, kemudian .masuk sekolah sebagaimana lazimnya anak-anak seusianya.

Memasuki usia remajanya, pada 1896, Helen pindah ke Cambridge School for Young Ladies. Empat tahun kemudian, musim gugur tahun 1900 dia mendaftar di Radcliffe College. Helen menjadi orang buta dan tuli pertama yang mendaftar di sebuah institusi pendidikan tinggi.

Selama di College itu, Helen mulai menulis tentang hidupnya. Dia menulis cerita dengan baik menggunakan huruf Braile pada mesin tik biasa. Helen dan Anne juga bertemu dengan John Albert Macy yang menolongnya mengedit bukunya yang pertama "The Story of My Life". Buku itu diterbitkan pada tahun 1903. Meskipun pada awalnya buku itu tidak menarik, tetapi kemudian hari menjadi sebuah buku klasik.

Pada tanggal 28 Juni 1904 Helen lulus dari Radcliffe College, orang tuli dan buta pertama meraih gelar Bachelor of Arts. Tahun-tahun berikutnya, Helen menulis buku "The World I Live In". Pada tahun 1909, Helen menjadi anggota Partai Sosialis Massachusetts. Dia menulis serangkaian essai tentang sosialisme "Out of the Dark" (1913).

Sebuah film documenter tentang kehidupan Helen Keller dirampungkan pada 1953. Dia juga menulis otobiografinya: Helen Keller in Her Story.

Di usianya 81 tahun, tepatnya Oktober 1961, Helen menderita serangkaian stroke. Selama setahun dia dirawat di rumahnya di Arcan Ridge.

Di akhir-akhir hidupnya, Helen memperoleh beberapa penghargaan, Presidential Medal of Freedom (1964), sebuah penghargaan sipil tertinggi di Amerika Serikat yang diserahkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat Lyndon Johnson. Setahun kemudian Helen terpilih di Women's Hall of Fame di New York World's Fair.

Helen meninggal dengan tenang di Arcan Ridge pada 1 Juni 1968 dan dikremasi di Bridgeport, Connecticut. Pelayanan pemakaman diadakan di National Cathedral di Washington DC di mana guci berisi abunya disimpan.

Kalau Helen dengan cacad hidup bisa sukses sebagai penulis dan politikus, bagaimana dengan saya dan anda yang sempurna?.

Kisah Helen Keller mengajarkan kita perjuangan seorang tuli dan buta, orang cacat yang memiliki otak yang jenius, ketekunan, kesabaran, keterbukaan mendapat pengajaran, serta kreativitas.

Belajarlah kisah Helen Keller, pasti anda akan memperoleh pengalaman yang luar biasa.

Selasa, 14 September 2010

Mengembalikan Pinjaman Buku Setelah 35 Tahun

Oleh: Jannerson Girsang

Hari ini 14 September 2010, http://www.kompas.com melansir sebuah berita menarik dari belahan bumi Amerika. Pemutihan Buku memberanikan seseorang mengembalikan buku yang sudah dipinjamnya selama 35 tahun.

Kisah di salah satu website terbaik negeri ini, membuka mata kami mengembangkan kisah itu, dan mengajak anda sejenak melirik tempat kisah ini berlangsung, yakni Perpustakaan Umum Winona, AS. Sekaligus mengajak media kita untuk peduli kepada perpustakaan.

Kisahnya begini. Minggu lalu, petugas perpustakaan di Perpustakaan Umum Winona, Minnesotta, AS, Robin DeVires, terkejut ketika seseorang mengembalikan sebuah buku yang dipinjam 35 tahun lalu. Buku berjudul Small Voices: A Grownup’s Treasury of Selections from the Diaries, Journals and Notebooks of Young Children itu berisi kumpulan jurnal beberapa orang terkenal yang ditulis pada masa kanak-kanak mereka. Seseorang meninggalkan buku itu di kotak pengembalian buku, tanpa meninggalkan identitas apapun.


Pustakawan Robin DeVries mengatakan dia senang untuk mendapatkan kembali buku itu.

Perpustakaan mengenakan denda USD 1.400 (seribu empat ratus dollar Amerika)  atau sekitar Rp 12,6 juta untuk buku yang terlambat dikembalikan. Tetapi dengan pemutihan itu membuat peminjam yang lalai bebas denda.

Catatan perpustakaan menyarankan peminjaman buku tersebut di atas diperiksa di awal 1970-an. Tetapi karena sistem sirkulasi telah berubah, tidak jelas siapa yang terakhir melakukan pemeriksaan. Perpustakaan telah mengganti sistem peminjaman, sehingga identitas orang yang meminjam buku itu 35 tahun lalu tidak diketahui.

Tak seorangpun mengetahui motif mengapa orang tersebut tidak meninggalkan identitasnya. Yang pasti, kami menilai orang itu berniat baik. Dia memahami bahwa buku adalah sebuah barang berharga dan bila dibagikan kepada yang lain akan memberi manfaat ganda. Meski harus menyembunyikan identitasnya, mungkin karena malu. Terlalu lama mengembalikan buku itu.

Kisah ini menjadi pelajaran bagi para peminjam buku dari perpustakaan agar tidak terlambat mengembalikan buku-buku yang dipinjam melebihi masa peminjaman. Bisa keterusan seperti kisah di atas. Untungnya dia masih mengerti arti sebuah buku. Meski terlambat dia masih rela mengembalikannya. Sebuah simbol pemahaman atas nilai sebuah buku.

Kisah ini juga menjadi pelajaran bagi pengelola Perpustakaan untuk periode-periode tertentu melakukan pemutihan, agar buku-buku penting yang dipinjam dan lalai dikembalikan bisa dimiliki perpustakaan untuk dibaca lebih banyak orang yang memerlukannya.

Sekilas Perpustakaan Winona


Di balik kisah di atas, alangkah baiknya kita mengetahui sekilas kisah Perpustakaan Winona, sebagai sebuah perbandingan dan motivasi dalam mengembangkan perpustakaan di lingkungan kita. Masyarakat modern memandang perpustakaan sebagai usaha mempertahankan dan mengembangkan peradaban, bukan hanya bangunan fisik belaka, bukan pula hanya melayani peminjaman dan pengembalian buku.

Perpustakaan ini berdiri pada 1857, ketika sekelompok kecil orang lokal membentuk Winone Lyceum, asosiasi perpustakaan paling awal di kota itu. Iuran yang dibayar oleh anggota membiayai pembelian buku baru. Pada tahun 1863 kelompok itu menjadi Young Men's Library Association, yang pada 1870 berkembang menjadi 268 anggota dengan 1.670 buku. Karena sempat dililit hutang, perpustakaan ditutup pada 1875 selama dua tahun.

Pada 1877 Mrs JB McGaughey, Mrs Thomas Wilson, dan Miss Charlotte Prentiss melunasi hutang dan mereorganisasi perpustakaan di bawah nama baru, the Winona Library Association. Pada tanggal 22 Maret 1886, asosiasi menyumbangkan koleksi 3.500 buku untuk Winona, membentuk perpustakaan umum kota pertama yang gratis.

Akhir 1890-an William H. Laird menyumbang $ 50.000 untuk kota untuk rumah permanen untuk perpustakaan, yang mencakup biaya konstruksi untuk bangunan baru. Asosiasi perpustakaan membayar biaya perabot, dan rak. Perpustakaan baru di sudut jalan Fifth Johnson dibuka pada 20 Januari 1899, dan masuk dalam National Register of Historic Places.

Bangunan tahan api dirancang oleh Warren Powers Laird, dekan sekolah arsitektur dari University of Pennsylvania, dan Edgar V. Seeler, seorang arsitek Philadelphia. Bangunan asli memiliki ketinggian 85 kaki, 65 kaki dengan sayap berlantai tiga. Kubah tembaga setinggi 56 kaki di atas jalan. Dinding bata berhadapan dengan batu Bedford dan pintu masuk, trotoar, tempat jalan kaki, adalah batu kapur Winona. Kolom di pintu masuk adalah marmer Georgia Creole.

Fitur yang unik dari perpustakaan ini adalah lantai kaca dalam tumpukan buku, rak-rak dan tangga berukir wajah dari tembaga, dan mural Kenyon Cox, "The Light of Learning," di bawah kubah perpustakaan.

Sebuah perpustakaan dibangun dan dirancang untuk puluhan bahkan ratusan tahun ke depan. Sebuah tempat yang nyaman untuk belajar peradaban manusia. Selain itu, website perpustakaan ini didesain ssedemikian rupa sehingga menarik untuk dikunjungi.

Bagaimana dengan perpustakaan kita?.Momen ini seharusnya kita gunakan untuk belajar lebih banyak tentang perpustakaan. Perpustakaan tidak hanya tempat meminjam buku, tetapi sekaligus sebuah kebanggaan kota.

Bagaimana dengan media kita?. Saatnya media bercermin sejauh mana mereka telah memberi perhatian dalam meliput perpustakaan. Kisah ini diliput berbagai media terkenal dunia seperti The Associated Press, The New York Times serta media terkemuka dunia lainnya.

Media tanah air jangan sampai melupakan kisah dari ruang perpustakaan-perpustakaan nasional!. Kisah perpustkaan kalau dikemas dengan baik menjadi sebuah berita yang memotivasi bangsa ini mencintai dan mengembangkan peradaban. Jangan hanya larut dengan kisah perselingkuhan, kekerasan, korupsi, perilaku politik yang tidak etis para elit.
 
Kalau anda berminat melihat sebuah perpustakaan kota yang modern bisa mengunjungi : http://www.cityofwinona-mn.com.

Artikel ini terinspirasi dari berita di http: www.kompas.com. ”Buku Dikembalikan Setelah 35 Tahun, 14 September 2010).
: