My 500 Words

Selasa, 10 Maret 2015

Curhat dengan Anak: Lima Karakter Para Innovator

Oleh: Jannerson Girsang
Berselancar di dunia maya kita bisa memperoleh informasi gado-gado, menjadi bahan cerita yang bermanfaat, khususnya anak-anak kita di rumah.

Sore hingga malam ini dengan berselancari di dunia maya, saya mendapat bahan diskusi dengan putra saya Bernad, yang kini sudah bekerja dan berusia 24 tahun.

Syukur kalau bahan ini juga berguna bagi yang lain. Kisahku bersama putraku, kisah gado-gado, semoga Anda mampu menikmatinya.

Malam ini saya hanya berdua di rumah dengan putra tunggal saya, Bernard, karena istri sedang berbahagia dengan putri-putri kami dan cucu kami yang baru lahir di Jakarta.

Bernard baru saja tiba di rumah dengan mengendari sepeda motor CBR 150nya dari tempat kerjanya di Pangkalan Susu, sore tadi. Tentu dia capek!. Perlu penyegaran, bukan intimidasi.

Waktu kami bersama juga terbatas. Dia pasti malam mingguan dengan teman-temannya.
Jadi saya harus memanfaatkan waktu yang berkualitas dengan putraku satu-satunya ini.

Sebelum makan malam berdua, saya membalas beberapa status dan mengunjungi status Roy Martin Simamora. Roy adalah seorang anak muda yang cerdas dan memiliki kemauan keras untuk belajar, penulis produktif di media cetak (Analisa dan Kompas) semasa mahasiswa.

Saya juga mengunjungi statusnya Mula, seorang anak muda kreatif, inisiator bea siswa ke Taiwan. Dia adalah dosen tetap Yayasan Universitas HKBP Nommensen yang sedang mengikuti studi program doktor di Taiwan.

Kedua orang ini menjadi bahan cerita kami dalam waktu yang hanya beberapa menit.

Roy Martin Simamora

Mengapa Roy?. Roy adalah salah satu role model yang baik bagi anak-anak kita di masa sekarang ini. Mencintai pendidikan, mencintai kebenaran.

Roy baru lulus dari Unimed, Medan, tahun lalu. Beberapa bulan sesudah lulus, melamar bea siswa dan mendapatkan Full Scholarship in the National Dong Hwa University, Taiwan. Department Curriculum Design and Human Development.

Siang ini Roy mentag ke saya sebuah artikel yang mengisahkan pengalamannya selama beberapa minggu di Taiwan.

Di dalam artikel itu Roy bangga dengan dirinya apa adanya, bersyukur kepada Tuhan, bangga dengan orang tuanya dan merindukan mereka, berkeinginan menyenangkan mereka dengan cara yang benar.

Karakter yang tak banyak dimiliki anak-anak yang kini lebih berfikir instan cenderung mencari jalan pintas.
Roy menempuh jalur pendirikan (mahal? tidak untuk Roy, karena dia mendapat bea siswa yang diusahakan sendiri dengan bantuan teman-teman).

Ada keyakinan bahwa dengan pendidikan yang lebih tinggi dia akan mampu mewujudkan keinginannya itu.
Roy tidak pernah berfikir mencapai tujuannya dengan menempuh jalan pintas. Lulus tidak lantas bermimpi menyogok menjadi PNS, bekerja, lantas "korupsi" dan bawa jalan-jalan orangtua ke Tanah Suci.

Mula Sigiro

Saya juga mengunjungi status Mula Sigiro. Mengapa Mula?. Dia adalah seorang yang mampu menjalankan "berbuat hal kecil dengan cinta kasih yang besar".

Pria kelahiran Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, 1985 ini adalah intelektual muda, dosen tetap Universitas HKBP Nommensen, yang kini sedang menyelesaikan studi program doktor di Taiwan.
Dia memiliki kepedulian besar kepada masyarakat bawah, khususnya para anak-anak muda yang punya mimpi melalui sekolah di tingkat perguruan tinggi untuk berkarya di bidang seni, sosial, sains dan teknologi.

Mula menjadi inisiator untuk Gerakan Mewujudkan 15000 PhD (S3-DOKTOR) dari Sumatera Utara tahun 2040 dengan memfasilitasi, mempersiapkan dan membimbing tuntas anak-anak muda yang BERANI bermimpi dan bercita-cita tinggi untuk studi lanjut hinga PhD ke Taiwan dan negara lainnya melalui program BEASISWA.

Bahkan Mula tidak sungkan-sungkan “menodong” para alumni dengan meminta uang untuk menolong dana awal keberangkatan anak-anak miskin yang lulus beasiswa ke Taiwan.

Hingga saat ini. Mula sudah berhasil membimbing puluhan orang anak-anak Sumatera Utara dan kuliah ke Taiwan melalui program beasiswa dan ini akan terus meningkat setiap semester, termasuk Roy Martin Simamora.

Lima Karakter Para Innovator

Orang pintar dan berkarakter seperti Mula pasti suka kebaikan, dan saya sering melirik statusnya, karena berisi filosofi hidup yang penting diteladani.

Bergaul dengan orang pintar seperti ini setidaknya menularkan sedikit kepintarannya, hasil bacaannya ke saya.

Status di FBnya banyak dikunjungi orang. Dia melakukan postingan tidak sekedar pamer bodi, foto diri, jalan-jalan atau pamer barang yang dimiliki, tetapi penuh dengan filosofi hidup yang bermakna.

Status Mula yang terakhir mengutip sebuah kalimat inspiratif: " KEBODOHAN bukanlah karena kita tidak ada kemampuan untuk menjadi pintar, KEBODOHAN adalah ketidakmauan kita untuk belajar dan bekerja keras"

Kalimat itu merupakan ringkasan dari artikel yang dia posting dari blog seorang motivator berjudul "Lima Karakter Para Innovator".

Kelima karakter itu adalah : (1) melakukan pekerjaan yamg dicintai, (2) meninggalkan jejak, (3) memeras otak, (4) berfikir berbeda, dan (5) berbahasa manusia (mampu mengkomunikasikan pesan dengan baik). http://romisatriawahono.net/…/…/27/5-karakter-para-inovator/.

Kukisahkan Kepada Putraku Bernard Patralison Girsang

Sesudah makan malam, kepada anak saya Bernad, saya mengisahkan dua tokoh di atas, Roy Martin Simamora dan Mula Sigiro. Dua pria yang pantas menjadi inspirasi bagi anak-anak muda kita dari Sumut.
“Coba deh Nad, belajar dari mereka yang pintar-pintar dan pelajari semangat yang mendasari mereka bertindak!”.

Roy dan Mula adalah orang biasa, orang-orang desa dengan kemampuan ekonomi yang sangat terbatas, tetapi memiliki cita-cita yang luar biasa dengan semangat baja!.

Dalam kisahku kepada Bernard, saya katakan yakin bahwa kedua pria itu punya lima karakter di atas.
Kuulangi lagi ya Nad: "1) melakukan pekerjaan yamg dicintai, (2) meninggalkan jejak, (3) memeras otak, (4) berfikir berbeda, dan (5) berbahasa manusia (mampu mengkomunikasikan pesan dengan baik)".
Saat saya membacanya, tiba-tiba lampu mati! Oh!. Gelap, tapi pikiran masih terang, karena baru mendapat pencerahan.

Melakukan Pekerjaan yang Dicintai

"Aku pergi dulu ya Pak" kata Bernard.

Bernardpun pergi dengan khotbah "gado-gado" di atas. Semoga dia bisa menyarikannya dan menjadi bahan cerita kepada teman-temannya yang bermalam minggu ria.

Setelah Bernard pergi, temanku hanya komputer yang tersambung ke internet. Sendiri tidak berarti harus kesepian.

Dari pada hanya sekedar mengeluh, tidak bersyukur dengan keadaan,saya tuliskan dan share cerita ini untuk Anda, mumpung batere komputer saya masih hidup, !

Menerapkan poin 1. “Melakukan pekerjaan yang dicintai”, mampu menghilangkan keterbatasan kita!

Penutup

Terima kasih Roy, terima kasih Mula. Malam ini Anda telah menjadi inspirasi buat saya dan anak saya Bernard Patralison Girsang.

Semoga aksi kecil dengan Cinta besar yang kalian lakoni menginspirasi banyak anak muda di Sumut.
God Bless Both of You

Tak salah semua temanku di FB, yang berniat mendapat beasiswa ke Taiwan berkenalan dengan orang baik dan pintar seperti Roy Martin Simamora dan Mula Sigiro. Keduanya adalah anak muda yang baik, dan terbuka memberi pertolongan kepada siapa saja. Luar biasa!

Merekalah model "intelektual orang-orang Indonesia Baru"

Medan, 8 Maret 2015

Tidak ada komentar: