Oleh: Jannerson Girsang
Lee Kuan Yew
meninggal dunia!.Pria kelahiran Singapura, 16 September 1923 itu meninggal
dunia di Singapore General Hospital, 23 Maret 2015, pada usia 91 tahun.
Singapura
berduka!.Bangsa-bangsa di seluruh dunia berduka, karena kehilangan seorang
tokoh dengan pemikiran unggul, ahli strategi yang mampu mewariskan kemakmuran
bagi rakyat yang dipimpinnya.
Media-media
cetak atau elektronik utama di seluruh dunia menyiarkan berita duka tersebut
dan menggambarkan Lee sebagai pemimpin besar.
The New York Times Online, salah satu harian terkemuka di
Amerika Serikat melansir berita berjudul: “Lee
Kuan Yew, Founding Father and First Premier of Singapore, Dies at 91” dan
melukiskan Lee Kuan Yew sebagai tokoh pendiri dan perdana menteri pertama
Singapura yang mentransformasi pulau kecil menjadi Negara terkaya dan paling
kecil korupsinya di antara Negara-negara di Asia.
Harian
terkemuka di Indonesia Kompas melansir berita berjudul: Jokowi Hadiri Pemakaman
Lee Kwan Yew. Indonesia yakin, fundasi yang sudah dibangun Lee, negeri itu
mampu melanjutkan cita-cita negeri itu. ke depan. “Pemerintah dan rakyat
Indonesia berkeyakinan bahwa Singapura akan dapat melalui masa sulit ini dan
tumbuh berkembang sesuai aspirasi bangsa dan rakyatnya,” kata Jokowi, seperti
dikutip Kompas.
Pemikir Unggul
Para
pemimpin dunia menggambarkan Lee Kwan Yew sebagai pria yang memiliki pemikiran
yang unggul dan menjadi “guru” bagi mereka, mewariskan kemakmuran bagi
negerinya dengan indeks korupsi terendah di dunia dan berhasil melakukan
suksesi secara damai.
Juru bicara
Kementerian Luar Negeri Cina Hong Lei, mengungkapkan pendiri dan mantan Perdana
Menteri Singapura Lee Kuan Yew sebagai “negarawan Asia yang memiliki pengaruh
unik”. “Dia juga seorang ahli strategi yang menganut nilai-nilai Timur dan
perspektif internasional,”.
Pengakuan
atas kebesaran Lee, kini dapat dipelajari dari buku-buku laris yang mengisahkan
tentang Lee Kwan Yew.
Sebuah buku
yang saya temukan di Google Books—diterbitkan pada 2013 berjudul: Lee Kwan Yew: The Grand Master’s Insights on
China, the United States, and the World dengan kata pengantar oleh Henry
Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat menggambarkan siapa Lee
Kwan Yew.
Buku ini
adalah seleksi wawancara Lee Kwan Yew di media dan ditulis oleh Graham Allison,
Robert D.Blackwill dan Ali Wyne. Dalam kata pengantarnya di buku itu, Henry
Kissinger mengungkapkan Lee adalah seorang pemimpin yang tidak hanya kuat
karena memegang posisi sebagai kepala pemerintahan, tetapi karena pemikirannya
yang unggul (excellent).
“His analysis is such of quality and
depth that his counterparts consider meeting with him as a way to educate
themselves. For three generation now, whenever Lee comes to Washinton, he meet
with an array of people spanning the top ranks of the American government and
foreign policy community………Lee can tell us about the nature of the world that
we face, with a special penetrating insights into the thinking of his region,” kata Henry Kissinger.
Satu sub bab
buku tersebut berjudul: When Lee Kwan Yew
Talks, Who Listens?, mengulas ungkapan-ngkapan kekaguman para pemimpin
dunia kepada Lee, mulai dari presiden-presiden Amerika, seperti Barrack Obama,
George Bush, Clinton, presiden Prancis Jacques Chirac, Perdana Menteri Inggeris
Margaret Thatcher, serta para pemimpin dunia lainnya.
Obama
melukiskan Lee Kwan Yew : Lee “is one
legendary figure of Asia in the 20 and 21 century. He is somebody who helped to
trigger the Asian economic miracle”
Lee adalah
seorang kepala negara yang memiliki pemikiran yang unggul (excellent) dan
kata-kata bijaknya dari tahun ke tahun dituangkan dalam sebuah buku berjudul:
The Wit and Wisdom of Lee Kwan Yew, Lindsay Davis, 2013.
Reporter dan Pengacara
Lee Kuan Yew
lahir dari orang tua keturunan China tajir dan telah menetap di Singapura sejak
abad ke-19. Di usia sekolahnya, sama dengan keadaan di Indonesia,
sekolah-sekolah ditutup semasa penjajahan Jepang dan kuliahnya sempat tertunda
semasa penjajahan Jepang di Singapura pada 1942-1945. Pada masa itu
diberitakan, Lee sempat menjadi penjual Stikfas, sejenis lem yang dibuat dari
tapioka, di pasar gelap.
Lee yang
sejak 1942 belajar bahasa Mandarin dan bahasa Jepang, bekerja sebagai penulis
laporan kilat Sekutu bagi Jepang serta menjadi editor bahasa Inggris untuk
koran Jepang Hobudu (alat propaganda) pada periode 1943–1944.
Setelah
perang berakhir, Lee kuliah jurusan hukum di Fitzwilliam Collegedi Inggris, dan
setelah menyelesaikan studinya Lee kembali ke Singapura pada 1949, dan bekerja
sebagai pengacara di biro Laycock & Ong.
Lima tahun
setelah berada di Singapura, pada 1954, Lee bersama sekelompok rekan kelas
menengah yang berpendidikan di Inggris membentuk Partai Aksi Rakyat (PAP) untuk
mendorong berdirinya pemerintahan Singapura yang berdaulat sehingga negerinya
dapat melepaskan diri kolonialisme Britania Raya.
Saat usianya
baru memasuki 36 tahun, pada 1959, Lee terpilih sebagai Perdana Menteri pertama
Singapura, menggantikan mantan Kepala Menteri Singapura, David Saul Marshall.
Saat itu
Singapura adalah koloni Inggris dan memiliki pangkalan angkatan laut utama
Inggris di Timur Jauh. Negeri itu dipimpin seorang gubernur dan dewan
legislatif. Sebagian besar terdiri atas pengusaha China kaya yang ditunjuk dan
bukan dipilih.
Pada awal
1950-an, wacana reformasi dan kemerdekaan sudah mulai muncul.Lee Kuan Yew lalu
membentuk partai dan menjadi Sekjen Partai Aksi Rakyat (PAP) yang dibentuknya
pada 1954.
Partai Kuan
Yew unggul dalam pemilihan pada Juni 1959 dengan kampanye antikolonialisme,
antikomunisme, dan menjanjikan reformasi sosial.
Lee Kuan Yew
disumpah menjadi Perdana Menteri Singapura pada 5 Juni 1959, dan menjadi
perdana menteri pertama yang terpilih secara independen. Singapura kemudian
bergabung dengan Federasi Malaysia pada 1963. Namun, Lee berjuang agar
Singapura memisahkan diri lantaran khawatir adanya pasca huru-hara etnis di
Malaysia.
Menjadi
sebuah bangsa, menurut Lee, harus memiliki sedikitnya dua hal. “Before one has a nation there must be two
thing. First the content of the common people with the common identity of
interest, a common social experience. And, secondly, freedom to exercise the
collective will. One may precede the other”. (The Wit and Wisdom of Lee
Kwan Yew, Lindsay Davis, 2013).
Setelah itu,
ia membuat kebijakan utama untuk membangun ekonomi Singapura, bermodalkan
kepercayaan rakyat.Saat berusia 42 tahun, Lee Kuan Yew berhasil membawa
Singapura memperoleh kemerdekaannya pada 9 Agustus 1965.Lee terpilih menjadi PM
selama tujuh kali berturut-turut dalam kondisi Singapura yang oleh para
pengamat disebut condong kepada demokrasi terbatas (1963, 1968, 1972, 1976,
1980, 1984 dan 1988).
Lee Kwan Yew
mundur dari jabatan Perdana Menteri pada 28 November 1990, setelah mewariskan
kemakmuran bagi Singapura.”Singapura adalah satu-satunya zona bebas korupsi di
kawasan di mana korupsi menjadi endemis,” tutur Lee Kuan Yew.
Mewariskan Negeri Makmur dan Bebas
Korupsi
Singapura
adalah sebuah pulau kecil yang kemudian menjadi kota, dan sebuah Negara. Saat
saya pertama kali berlayar dengan Kapal Tampomas menuju Jakarta pada September
1978, melintasi pulau kecil Singapura, cukup hanya beberapa menit. Dua puluh
tahun kemudian, 1998, ketika saya mendapatkan training telekomunikasi bagi
non-engineer selama dua minggu dan 1999, ketika saya transit dalam perjalanan
menuju Filippina. .
Salah satu
kesan saya ketika itu adalah larang merokok di tempat public dan mereka yang
melakukannya akan dikenakan sanksi. Naik bus atau untuk mendapat pelayanan
public, harus antri, tidak berdesakan seperti di kotaku, kota Medan.
Sebuah
penampakan manajemen pemerintahan yang baik dan displin yang tentunya tidak
terjadi secara instan. Sebuah kisah perjuangan yang dikomandoi Lee Kwan Yew.
Kisah
perjuangan dan keuletan Lee Kwan Yew dituangkan dalam dua bukunya, The
Singapore Story: 1965-2000. yang diterbitkan pada 1998, dan dilanjutkan dengan From Third
World to First, Kedua buku itu menjadi buku
terlaris di seluruh dunia.
Singapura
dengan penduduknya yang beragam berjumlah 5 juta jiwa—terdiri dari Cina,
Melayu, India, berbagai keturunan Asia, dan Kaukasoid. Menariknya, 42% penduduk
Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja
asing membentuk 50% dari sektor jasa.
Sebelum
merdeka tahun 1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang beragam dengan PDB
per kapita $511, tertinggi ketiga di Asia Timur pada saat itu.Setelah merdeka,
investasi asing langsung dan usaha pemerintah untuk industrialisasi berdasarkan
rencana bekas Deputi Perdana Menteri Dr. Goh Keng Swee membentuk ekonomi
Singapura saat ini.
Economist
Intelligence Unit dalam “Indeks Kualitas Hidup” menempatkan Singapura pada
peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia. Singapura
memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia. Negara ini juga memiliki
angkatan bersenjata yang maju.
Singapura
mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB
17.9% pada pertengahan pertama 2010, meski tanpa sumber daya alam dan sering
kekurangan air
Pria yang
berlatar belakang pendidikan di Inggeris itu tidak habis akal. Dia meminta
nasihat Dr Albert Winsemius, ekonom Belanda yang pernah memimpin tim United
Nations Development Programme (UNDP), mengenai industrialisasi Singapura pada
1960.
Winsemius
menyarankan agar negeri itu membuat kesepakatan pasar dengan Malaysia sekaligus
menawarkan kerja sama perdagangan dengan Indonesia. Dia juga diminta membuka
peluang pasar di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Selandia Baru.
Semua saran
itu ia turuti dan berhasil mengangkat pendapatan perkapita Singapura dari US$
500 menjadi lebih dari US%$ 50.000 saat ini. .
Tau Kapan Harus Mundur
Seorang
pemimpin tau kapan dia harus turun dari tahta dan mempersiapkan penggantinya
untuk melanjutkan cita-cita bangsanya.Lee melakukan pergantian kepemimpinannya
dengan baik.Ketika lengser pada 28 November 1990, Lee Kuan Yew mengangkat
penggantinya, Goh Chok Tong yang mampu memperkuat pertumbuhan ekonomi negeri
itu.
Setelah
mundur dari jabatan Perdana Menteri, Lee kemudian menjabat Menteri Senior pada
kabinet Goh Chok Tong. Pada Agustus 2004, saat Goh Chok Tong mundur dan
digantikan oleh anak sulungnya Lee Hsien Loong, Goh Chock Tong menjabat sebagai
Menteri Senior, dan Lee Kuan Yew menjabat posisi baru, yakni Menteri Penasihat
Lee mengaku
puas telah membuat Singapura menjadi negeri meritokrasi, bebas korupsi, dan
setara bagi semua ras.”Singapura adalah satu-satunya zona bebas korupsi di
kawasan di mana korupsi menjadi endemis,” tutur Lee Kuan Yew, seperti dikutip
Tempo.co.id. Buku The Singapore Story
1965-2000 mengatakan Lee tidak mengkhawatirkan Singapura di tangan putranya
yang dikenal sebagai BG Lee.
Lee berbeda
dengan para pemimpin Asia lainnya. Ambil contoh Soeharto dan Marcos misalnya.
Keduanya berhasil membawa ekonomi Indonesia dan Filippina ke jenjang yang lebih
tinggi selama masa pemerintahannya, namun di akhir masa kekuasaannya keduanya
digugat rakyat karena kasus korupsinya. Lengser atau turun takhta secara paksa,
karena desakan people power! Mewarisi korupsi yang merajalela.
Selamat
jalan Lee, semoga para pemimpin kami meneladani jejakmu!.
Penulis
adalah Penulis Biografi dan mantan wartawan, tinggal di Medan. Email:
girsangjannerson@gmail.com. Blog: http://www.harangan-sitora. blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar