Oleh : Jannerson Girsang
Saya diam sejenak. Tak menjawab. Ada rasa malu, karena saya memang tidak tau apa-apa. Bahkan beliau menimpalinya lagi, ”Seharusnya kau yang lebih tau, malah kau tidak tau,”.
Aku memang harusnya lebih tau dari beliau. Tetapi begitulah terkadang. Tidak semua informasi bisa kita lebih dulu tau, walau kita lebih dekat dengan seseorang. Saluran informasi bisa tertutup atau hal-hal lain yang membuat informasi tidak mengalir. .
Wah, pak Munthe steoke. Tidak mungkin!. Langsung saya telepon inang Floriana, istri pak Munthe. ”Ya memang benar, bapak dirawat di Herna. Madabuh ia ari Sabtu, sanggah i pesta au”, katanya dengan suara lemah dan serak.
Saat itu, kami hanya komunikasi lewat handphone. Saya mengatakan kami sedang di pesta. ”Oh pesta boru Girsang itu ya. Nasiam homa suhut tene”katanya mengaminkan alasan saya tidak menjenguk pak Munthe hari Senin itu. .
Pesta itu adalah pesta Rina boru Girsang anak almarhum Saridin Girsang dari pasar I. Saya menjadi salah seorang wakil suhut dan tidak bisa meninggalkan pesta itu sampai selesai, sekitar jam 18,00 WIB. Saya memutuskan menjenguknya ke rumah sakit besoknya. Malamnya saya mengirim sms kepada teman-teman dekat.
Selasa 19 Juli 2009. Sekitar jam 07 saya berangkat ke Rumah Sakit Herna. Kebetulan ayah dan ibu saya sedang berada di Medan, merekapun saya ajak ke sana. Tiba di rumah sakit, saya bertemu Elisa, anak tertuanya dan salah seorang saudara pak Munthe yang tinggal di Pematangsiantar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar