My 500 Words

Kamis, 26 Maret 2015

In Memoriam Lee Kwan Yew (1923-2015) Mewariskan Kemakmuran, Indeks Korupsi Terendah (Rubrik Opini, Harian Analisa, 26 Maret 2015)


Oleh: Jannerson Girsang

Lee Kuan Yew meninggal dunia!.Pria kelahiran Singapura, 16 September 1923 itu meninggal dunia di Singapore General Hospital, 23 Maret 2015, pada usia 91 tahun.

Singapura berduka!.Bangsa-bangsa di seluruh dunia berduka, karena kehilangan seorang tokoh dengan pemikiran unggul, ahli strategi yang mampu mewariskan kemakmuran bagi rakyat yang dipimpinnya.

Media-media cetak atau elektronik utama di seluruh dunia menyiarkan berita duka tersebut dan menggambarkan Lee sebagai pemimpin besar.

The New York Times Online, salah satu harian terkemuka di Amerika Serikat melansir berita berjudul: “Lee Kuan Yew, Founding Father and First Premier of Singapore, Dies at 91” dan melukiskan Lee Kuan Yew sebagai tokoh pendiri dan perdana menteri pertama Singapura yang mentransformasi pulau kecil menjadi Negara terkaya dan paling kecil korupsinya di antara Negara-negara di Asia.

Harian terkemuka di Indonesia Kompas melansir berita berjudul: Jokowi Hadiri Pemakaman Lee Kwan Yew. Indonesia yakin, fundasi yang sudah dibangun Lee, negeri itu mampu melanjutkan cita-cita negeri itu. ke depan. “Pemerintah dan rakyat Indonesia berkeyakinan bahwa Singapura akan dapat melalui masa sulit ini dan tumbuh berkembang sesuai aspirasi bangsa dan rakyatnya,” kata Jokowi, seperti dikutip Kompas.

Pemikir Unggul

Para pemimpin dunia menggambarkan Lee Kwan Yew sebagai pria yang memiliki pemikiran yang unggul dan menjadi “guru” bagi mereka, mewariskan kemakmuran bagi negerinya dengan indeks korupsi terendah di dunia dan berhasil melakukan suksesi secara damai.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hong Lei, mengungkapkan pendiri dan mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew sebagai “negarawan Asia yang memiliki pengaruh unik”. “Dia juga seorang ahli strategi yang menganut nilai-nilai Timur dan perspektif internasional,”.

Pengakuan atas kebesaran Lee, kini dapat dipelajari dari buku-buku laris yang mengisahkan tentang Lee Kwan Yew.

Sebuah buku yang saya temukan di Google Books—diterbitkan pada 2013 berjudul: Lee Kwan Yew: The Grand Master’s Insights on China, the United States, and the World dengan kata pengantar oleh Henry Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat menggambarkan siapa Lee Kwan Yew.

Buku ini adalah seleksi wawancara Lee Kwan Yew di media dan ditulis oleh Graham Allison, Robert D.Blackwill dan Ali Wyne. Dalam kata pengantarnya di buku itu, Henry Kissinger mengungkapkan Lee adalah seorang pemimpin yang tidak hanya kuat karena memegang posisi sebagai kepala pemerintahan, tetapi karena pemikirannya yang unggul (excellent).

“His analysis is such of quality and depth that his counterparts consider meeting with him as a way to educate themselves. For three generation now, whenever Lee comes to Washinton, he meet with an array of people spanning the top ranks of the American government and foreign policy community………Lee can tell us about the nature of the world that we face, with a special penetrating insights into the thinking of his region,” kata Henry Kissinger.

Satu sub bab buku tersebut berjudul: When Lee Kwan Yew Talks, Who Listens?, mengulas ungkapan-ngkapan kekaguman para pemimpin dunia kepada Lee, mulai dari presiden-presiden Amerika, seperti Barrack Obama, George Bush, Clinton, presiden Prancis Jacques Chirac, Perdana Menteri Inggeris Margaret Thatcher, serta para pemimpin dunia lainnya.

Obama melukiskan Lee Kwan Yew : Lee “is one legendary figure of Asia in the 20 and 21 century. He is somebody who helped to trigger the Asian economic miracle”

Lee adalah seorang kepala negara yang memiliki pemikiran yang unggul (excellent) dan kata-kata bijaknya dari tahun ke tahun dituangkan dalam sebuah buku berjudul: The Wit and Wisdom of Lee Kwan Yew, Lindsay Davis, 2013.

Reporter dan Pengacara

Lee Kuan Yew lahir dari orang tua keturunan China tajir dan telah menetap di Singapura sejak abad ke-19. Di usia sekolahnya, sama dengan keadaan di Indonesia, sekolah-sekolah ditutup semasa penjajahan Jepang dan kuliahnya sempat tertunda semasa penjajahan Jepang di Singapura pada 1942-1945. Pada masa itu diberitakan, Lee sempat menjadi penjual Stikfas, sejenis lem yang dibuat dari tapioka, di pasar gelap.

Lee yang sejak 1942 belajar bahasa Mandarin dan bahasa Jepang, bekerja sebagai penulis laporan kilat Sekutu bagi Jepang serta menjadi editor bahasa Inggris untuk koran Jepang Hobudu (alat propaganda) pada periode 1943–1944.

Setelah perang berakhir, Lee kuliah jurusan hukum di Fitzwilliam Collegedi Inggris, dan setelah menyelesaikan studinya Lee kembali ke Singapura pada 1949, dan bekerja sebagai pengacara di biro Laycock & Ong.

Lima tahun setelah berada di Singapura, pada 1954, Lee bersama sekelompok rekan kelas menengah yang berpendidikan di Inggris membentuk Partai Aksi Rakyat (PAP) untuk mendorong berdirinya pemerintahan Singapura yang berdaulat sehingga negerinya dapat melepaskan diri kolonialisme Britania Raya.

Saat usianya baru memasuki 36 tahun, pada 1959, Lee terpilih sebagai Perdana Menteri pertama Singapura, menggantikan mantan Kepala Menteri Singapura, David Saul Marshall.

Saat itu Singapura adalah koloni Inggris dan memiliki pangkalan angkatan laut utama Inggris di Timur Jauh. Negeri itu dipimpin seorang gubernur dan dewan legislatif. Sebagian besar terdiri atas pengusaha China kaya yang ditunjuk dan bukan dipilih.

Pada awal 1950-an, wacana reformasi dan kemerdekaan sudah mulai muncul.Lee Kuan Yew lalu membentuk partai dan menjadi Sekjen Partai Aksi Rakyat (PAP) yang dibentuknya pada 1954.
Partai Kuan Yew unggul dalam pemilihan pada Juni 1959 dengan kampanye antikolonialisme, antikomunisme, dan menjanjikan reformasi sosial.

Lee Kuan Yew disumpah menjadi Perdana Menteri Singapura pada 5 Juni 1959, dan menjadi perdana menteri pertama yang terpilih secara independen. Singapura kemudian bergabung dengan Federasi Malaysia pada 1963. Namun, Lee berjuang agar Singapura memisahkan diri lantaran khawatir adanya pasca huru-hara etnis di Malaysia.

Menjadi sebuah bangsa, menurut Lee, harus memiliki sedikitnya dua hal. “Before one has a nation there must be two thing. First the content of the common people with the common identity of interest, a common social experience. And, secondly, freedom to exercise the collective will. One may precede the other”. (The Wit and Wisdom of Lee Kwan Yew, Lindsay Davis, 2013).

Setelah itu, ia membuat kebijakan utama untuk membangun ekonomi Singapura, bermodalkan kepercayaan rakyat.Saat berusia 42 tahun, Lee Kuan Yew berhasil membawa Singapura memperoleh kemerdekaannya pada 9 Agustus 1965.Lee terpilih menjadi PM selama tujuh kali berturut-turut dalam kondisi Singapura yang oleh para pengamat disebut condong kepada demokrasi terbatas (1963, 1968, 1972, 1976, 1980, 1984 dan 1988).

Lee Kwan Yew mundur dari jabatan Perdana Menteri pada 28 November 1990, setelah mewariskan kemakmuran bagi Singapura.”Singapura adalah satu-satunya zona bebas korupsi di kawasan di mana korupsi menjadi endemis,” tutur Lee Kuan Yew.

Mewariskan Negeri Makmur dan Bebas Korupsi

Singapura adalah sebuah pulau kecil yang kemudian menjadi kota, dan sebuah Negara. Saat saya pertama kali berlayar dengan Kapal Tampomas menuju Jakarta pada September 1978, melintasi pulau kecil Singapura, cukup hanya beberapa menit. Dua puluh tahun kemudian, 1998, ketika saya mendapatkan training telekomunikasi bagi non-engineer selama dua minggu dan 1999, ketika saya transit dalam perjalanan menuju Filippina. .

Salah satu kesan saya ketika itu adalah larang merokok di tempat public dan mereka yang melakukannya akan dikenakan sanksi. Naik bus atau untuk mendapat pelayanan public, harus antri, tidak berdesakan seperti di kotaku, kota Medan.

Sebuah penampakan manajemen pemerintahan yang baik dan displin yang tentunya tidak terjadi secara instan. Sebuah kisah perjuangan yang dikomandoi Lee Kwan Yew.

Kisah perjuangan dan keuletan Lee Kwan Yew dituangkan dalam dua bukunya, The Singapore Story: 1965-2000. yang diterbitkan pada 1998, dan dilanjutkan dengan From Third World to First,  Kedua buku itu menjadi buku terlaris di seluruh dunia.

Singapura dengan penduduknya yang beragam berjumlah 5 juta jiwa—terdiri dari Cina, Melayu, India, berbagai keturunan Asia, dan Kaukasoid. Menariknya, 42% penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa.
Sebelum merdeka tahun 1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang beragam dengan PDB per kapita $511, tertinggi ketiga di Asia Timur pada saat itu.Setelah merdeka, investasi asing langsung dan usaha pemerintah untuk industrialisasi berdasarkan rencana bekas Deputi Perdana Menteri Dr. Goh Keng Swee membentuk ekonomi Singapura saat ini.

Economist Intelligence Unit dalam “Indeks Kualitas Hidup” menempatkan Singapura pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia. Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia. Negara ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju.

Singapura mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB 17.9% pada pertengahan pertama 2010, meski tanpa sumber daya alam dan sering kekurangan air
Pria yang berlatar belakang pendidikan di Inggeris itu tidak habis akal. Dia meminta nasihat Dr Albert Winsemius, ekonom Belanda yang pernah memimpin tim United Nations Development Programme (UNDP), mengenai industrialisasi Singapura pada 1960.

Winsemius menyarankan agar negeri itu membuat kesepakatan pasar dengan Malaysia sekaligus menawarkan kerja sama perdagangan dengan Indonesia. Dia juga diminta membuka peluang pasar di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Selandia Baru.

Semua saran itu ia turuti dan berhasil mengangkat pendapatan perkapita Singapura dari US$ 500 menjadi lebih dari US%$ 50.000 saat ini. .

Tau Kapan Harus Mundur

Seorang pemimpin tau kapan dia harus turun dari tahta dan mempersiapkan penggantinya untuk melanjutkan cita-cita bangsanya.Lee melakukan pergantian kepemimpinannya dengan baik.Ketika lengser pada 28 November 1990, Lee Kuan Yew mengangkat penggantinya, Goh Chok Tong yang mampu memperkuat pertumbuhan ekonomi negeri itu.

Setelah mundur dari jabatan Perdana Menteri, Lee kemudian menjabat Menteri Senior pada kabinet Goh Chok Tong. Pada Agustus 2004, saat Goh Chok Tong mundur dan digantikan oleh anak sulungnya Lee Hsien Loong, Goh Chock Tong menjabat sebagai Menteri Senior, dan Lee Kuan Yew menjabat posisi baru, yakni Menteri Penasihat

Lee mengaku puas telah membuat Singapura menjadi negeri meritokrasi, bebas korupsi, dan setara bagi semua ras.”Singapura adalah satu-satunya zona bebas korupsi di kawasan di mana korupsi menjadi endemis,” tutur Lee Kuan Yew, seperti dikutip Tempo.co.id. Buku The Singapore Story 1965-2000 mengatakan Lee tidak mengkhawatirkan Singapura di tangan putranya yang dikenal sebagai BG Lee.

Lee berbeda dengan para pemimpin Asia lainnya. Ambil contoh Soeharto dan Marcos misalnya. Keduanya berhasil membawa ekonomi Indonesia dan Filippina ke jenjang yang lebih tinggi selama masa pemerintahannya, namun di akhir masa kekuasaannya keduanya digugat rakyat karena kasus korupsinya. Lengser atau turun takhta secara paksa, karena desakan people power! Mewarisi korupsi yang merajalela.

Selamat jalan Lee, semoga para pemimpin kami meneladani jejakmu!.

Penulis adalah Penulis Biografi dan mantan wartawan, tinggal di Medan. Email: girsangjannerson@gmail.com. Blog: http://www.harangan-sitora. blogspot.com

Tidak ada komentar: