My 500 Words

Selasa, 10 Maret 2015

Jangan Lihat Aksinya, Amati Kebiasaannya

Oleh: Jannerson Girsang

Saya dan Anda pasti sering kecewa menilai seseorang.

Kita kadang lupa, "Quality is not an act, it is a habit" (Aristoteles), Kualitas bukanlah sebuah aksi, tetapi sebuah kebiasaan.

Tak jarang kita tanpa sadar kaget dan mengatakan: "Kok?....".

Melihat kualitas seseorang tidak bisa hanya saat kampanye, tetapi juga dilihat dalam kesehariannya, kebiasaannya, perbuatannya yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama.

Seringkali seseorang dinilai mencintai rakyat miskin, tapi kebiasaannya main golf 4 jam sehari, ke kafe lima kali seminggu, pagi mengurus perusahaan, pesta-pesta, sore latihan dansa.

Hanya karena saat kampanye sekali berfoto memotong padi dengan petani yang pakaiannya compang camping, dan dipublikasi besar-besar di koran dan televisi, atau satu kali dia memberikan uang Rp 100 ribu di panggung, dibilang dermawan, pemilihnya bilang:

"Wah memang dia mencintai rakyat miskin, dan seorang yang dermawan!".

Hingga pada saat kampanye jutaan rakyat Indonesia, jadi buta menilai seseorang. Namanya buta, apalagi hatinya turut buta, yah tidak bisa lagi melihat dan berfikir logis. .

Sayangnya, kebanyakan pemilih tidak sempat memantau kebiasaan seorang tokoh yang dipilihnya.

Luangkan waktu dan jangan hanya melihat penampilan sesaat, penampilan yang sudah dipoles sedemikian rupa, seolah mencerminkan kualitas yang baik.

Jangan sampai terjebak, membenci secara membabi buta, atau sebaliknya mencintai, mengidolakan seseorang secara membabi buta juga. "Kenapa kamu membenci dia?". "Nggak tau, benci aja". Gila!

Kebutaan saya dan Anda dimanfaatkan seorang "opportunis". Jadi coba dengar keliling. jangan ikut pikirannya, tak perlu terburu buru menilai seseorang.

Banyak anak muda memilih pasangannya, hanya memperhatikan aksi, bukan kebiasaan pasangannya.

Zaskia Gotik--si goyang itik menilai mantan pacarnya Vicky Prasetyo, hanya melihat aksinya sebagi orang "keren". Padahal? Lihat aja di TV.

Banyak artis keren lainnya, gagal menilai pasangannya. Akhirnya..hanya bisa berkata: "Tak kusangka dan tak kuduga". Cerai, pisah atau menahan diri hidup menderita.

Ungkapan Aristoteles di atas mirip dengan lagu Simalungun yang syairnya seperti ini. "Ulang itonggor rupa, parlahou do sitonggoron". "Jangan hanya lihat penampilan luar (Wajah), lihatlah perangainya".

Artinya, jangan buru-buru menilai seseorang!

Medan, 2 Maret 2015

Tidak ada komentar: