My 500 Words

Sabtu, 28 Maret 2015

Sedihnya Jadi Olgalovers!



Oleh: Jannerson Girsang

Olgalover--sebutan untuk fans Olga Syahputra di seluruh tanah air dilanda duka mendalam, sejak diberitakan meninggal dunia di  Singapura, Jumat 27 Maret 2015, pukul 17.15 waktu Singapura.  

Jenazah Olga diberangkatkan dari Singapura pukul 07.25 waktu setempat atau 06.25 WIB menggunakan pesawat Singapore Airlines SQ952. Pria kelahiran 8 Peberuari 1983 itu dimakamkan pada Sabtu (28/3/2015) sekitar pukul 13.00 WIB di TPU Malaka, Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

Kami Kira Olga Udah Sehat

Anehnya, bagi saya pribadi, peristiwa pilu itu justru terjadi saat saya mengira Olga sudah sehat. 

Begini kisahnya.

Jumat sore itu, 27 Maret 2015, sekitar pukul 18.30 saya tiba di rumah pulang dari kantor. Karena sudah terlambat dan harus pergi ke sermon, saya bersiap-siap untuk mandi, dan beberapa menit melirik ke sebuah televisi swasta yang sedang ditonton istri saya.  

Olga sedang beraaksi!  “Ya, Olga udah sehat ya Ma,” komentar saya serius menonton tayangan itu. Saya senang, karena idola saya Olga yang selama ini diberitakan sakit sudah sembuh.

Saya sama sekali tidak tau kalau saat itu sesuatu sudah terjadi padanya di Singapura, tempat Olga dirawat setahun terakhir.

Demikian juga istri saya. Bahkan dia berkata: "Syukurlah, Olga sudah bisa tampil lagi, Pak".

Saya meninggalkan televisi dan masuk ke kamar mandi. Lalu, sesudah mandi tanpa menanya kiri kanan, tanpa melihat berita,  saya makan malam. 
Kemudian saya pergi ke gereja, mengikuti sermon yang diselenggarakan setiap Jumat. Selama sermon, tentu perhatian fokus dan tidak mendengar berita apapun  tentang Olga, selain dia sembuh dan tampil dalam bayangan saya di televisi beberapa jam sebelumnya.

Sedihnya Menjadi Olgalovers

Usai sermon kami ngobrol dengan pendeta kami, dan para anggota majelis di depan rumah penjaga gereja. 

Seorang teman saya membuka i-padnya. “Olga Syahputra sudah meninggal.”katanya. Dan menunjukkan berita tentang kematian Olga.

Mendengar itu saya sedih. "Olga, mengapa begitu cepat! Tak rela," ujar saya dalam hati. Persis seperti perasaan Billy adiknya Olga. 
Sama seperti jutaan Olgalover lainnya, saya dan istri kehilangan Olga Syahputra. Sebelum sakit, melalui layar kaca Olga setia menghibur kami di rumah: pagi hendak ke kantor, pulang dari kantor. Olga selalu hadir dan membahagiakan.

Kompas memberitakan, para polisi harus mengatur para warga yang berdiri di tengah jalan atau menaiki pagar TPU Malaka. "Ini masih difokuskan di rumah duka. Makanya, banyak personel (polisi) masih di sana. Nanti akan ke sini. Di sana (sekitar rumah duka), masyarakat (jumlah warga) sudah 6.000 orang," ujar seorang personel Sabhara Polsek Metro Duren Sawit, Jakarta Timur, Ajun Inspektur Dua Ridwan, kepada Kompas.com (28 Maret 2015).

Mengapa Cinta Olga?

Media televisi dan cetak memberitakan para Olgalovers melakukan segalanya demi bisa mengantarkan Olga Syahputra ke peristirahatan terakhirnya. Olga Lovers rela menginap bahkan bolos sekolah.

"Kita rencananya bakal nginep di sini sampai besok pagi. Kita mau dateng ke pemakaman juga," ucap Sarah, salah satu penggemar Olga di rumah duka, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat (27/3/2015), seperti dikutip Kompas.com.

Setidaknya belasan wanita yang mengaku sebagai penggemar berat Olga dilaporkan Kompas.com datang ke rumah duka. Mereka menangis, mengingat kenangan indah bersama sang komedian kocak.

"Kita harusnya besok sekolah, kita masih kelas 2 SMA. Tapi ya demi Kak Olga nggak apa-apa deh," katanya lagi.

Sejak mendengar berita duka, para Olgalovers berada dalam kesedihan yang mendalam.

“Kita menjadi Olgalover, karena terinspirasi pada perjuangannya, karya-karyanya, spontanitas dia yang lucu. Pokoknya nyenangin banget,” kata seorang putri yang mengaku bersama-sama  langsung berangkat dari Bogor ke Jakarta dengan naik mobil umum sejak subuh.

Bukan hanya remaja yang berduka. Ucapan duka juga datang dari mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.

"Selamat jalan, Olga. Dulu engkau kerap menghibur saat hati gundah. Semoga di alam sana engkau selalu tersenyum riang karena amalmu di dunia," tulis Mahfud melalui akun Twitternya @mohmahfudmd, Jumat (27/3/2015).

Sementara politikus Partai Golkar Indra J Piliang menulis, "Olga Saputra. Nama khas Piaman. Keluarga Besar Piaman Laweh kehilangan satu talenta di puncak Piramida dunia entertainment. Selamat jalan, sanak."

"Terima kasih telah menghibur kami selama ini dengan canda dan tawamu, kami akan selalu mendo'akan kak Olga agar diterima di sisi-Nya. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih karena dirimu sudah pernah hadir mewarnai layar kaca televisi untuk menghibur kami" kata seorang Olgalovers di  https://www.facebook.com/PerkumpulanOlJessLovers, sebuah akun FB bagi penggemar Olga.

Trans 7 yang sejak saya tiba di rumah sekitar pukul 18.30, hingga artikel ini selesai kutulis, masih terus menayangkan berita tentang Olga. Artikel ini selesai kutulis 20.48.  

Begitu pentingnya Olga, begitu besarnya cinta kami padamu!  

Karya Olga dan Penghargaan

Menurut Wikipedia, Olga membintangi 10 film, 8 sinetron dan 16 acara varietas. Film pertamanya adalah Tina Toon dan Lenong Bocah.  Olga tak puas hanya bermain dalam dunia presenter, sinetron maupun film. Ia pun mencoba dunia tarik suara dan dua single pernah ia rilis, Hancur Hatiku (2009) dan Jangan Ganggu Aku Lagi (2010).

Selama kariernya di dunia hiburan, Olga memenangkan penghargaan sebagai Presenter Acara Variety Show Music Terfavorit dan Pelawak Terfavorit dalam Panasonic Award 2009 dan Panasonic Gobel Awards 2010.

Sebelum sakit, Olga membawakan acara Online di TransTV dan Pesbukers di ANTV bersama Jessica Iskandar dan Raffi Ahmad.

Selamat jalan Olga. Tak ada lagi sakit kau rasakan, namun kau meninggalkan duka mendalam bagi kami Olgalovers. 

We always Love You! 
Malam Minggu 28 Maret 2015

Olga dishalatkan di Mesjid sebelum dimakamkan. Olga Syahputra Disalatkan Mantan Ketua MPR
 Photo: http://m.liputan6.com


Kamis, 26 Maret 2015

In Memoriam Lee Kwan Yew (1923-2015) Mewariskan Kemakmuran, Indeks Korupsi Terendah (Rubrik Opini, Harian Analisa, 26 Maret 2015)


Oleh: Jannerson Girsang

Lee Kuan Yew meninggal dunia!.Pria kelahiran Singapura, 16 September 1923 itu meninggal dunia di Singapore General Hospital, 23 Maret 2015, pada usia 91 tahun.

Singapura berduka!.Bangsa-bangsa di seluruh dunia berduka, karena kehilangan seorang tokoh dengan pemikiran unggul, ahli strategi yang mampu mewariskan kemakmuran bagi rakyat yang dipimpinnya.

Media-media cetak atau elektronik utama di seluruh dunia menyiarkan berita duka tersebut dan menggambarkan Lee sebagai pemimpin besar.

The New York Times Online, salah satu harian terkemuka di Amerika Serikat melansir berita berjudul: “Lee Kuan Yew, Founding Father and First Premier of Singapore, Dies at 91” dan melukiskan Lee Kuan Yew sebagai tokoh pendiri dan perdana menteri pertama Singapura yang mentransformasi pulau kecil menjadi Negara terkaya dan paling kecil korupsinya di antara Negara-negara di Asia.

Harian terkemuka di Indonesia Kompas melansir berita berjudul: Jokowi Hadiri Pemakaman Lee Kwan Yew. Indonesia yakin, fundasi yang sudah dibangun Lee, negeri itu mampu melanjutkan cita-cita negeri itu. ke depan. “Pemerintah dan rakyat Indonesia berkeyakinan bahwa Singapura akan dapat melalui masa sulit ini dan tumbuh berkembang sesuai aspirasi bangsa dan rakyatnya,” kata Jokowi, seperti dikutip Kompas.

Pemikir Unggul

Para pemimpin dunia menggambarkan Lee Kwan Yew sebagai pria yang memiliki pemikiran yang unggul dan menjadi “guru” bagi mereka, mewariskan kemakmuran bagi negerinya dengan indeks korupsi terendah di dunia dan berhasil melakukan suksesi secara damai.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hong Lei, mengungkapkan pendiri dan mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew sebagai “negarawan Asia yang memiliki pengaruh unik”. “Dia juga seorang ahli strategi yang menganut nilai-nilai Timur dan perspektif internasional,”.

Pengakuan atas kebesaran Lee, kini dapat dipelajari dari buku-buku laris yang mengisahkan tentang Lee Kwan Yew.

Sebuah buku yang saya temukan di Google Books—diterbitkan pada 2013 berjudul: Lee Kwan Yew: The Grand Master’s Insights on China, the United States, and the World dengan kata pengantar oleh Henry Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat menggambarkan siapa Lee Kwan Yew.

Buku ini adalah seleksi wawancara Lee Kwan Yew di media dan ditulis oleh Graham Allison, Robert D.Blackwill dan Ali Wyne. Dalam kata pengantarnya di buku itu, Henry Kissinger mengungkapkan Lee adalah seorang pemimpin yang tidak hanya kuat karena memegang posisi sebagai kepala pemerintahan, tetapi karena pemikirannya yang unggul (excellent).

“His analysis is such of quality and depth that his counterparts consider meeting with him as a way to educate themselves. For three generation now, whenever Lee comes to Washinton, he meet with an array of people spanning the top ranks of the American government and foreign policy community………Lee can tell us about the nature of the world that we face, with a special penetrating insights into the thinking of his region,” kata Henry Kissinger.

Satu sub bab buku tersebut berjudul: When Lee Kwan Yew Talks, Who Listens?, mengulas ungkapan-ngkapan kekaguman para pemimpin dunia kepada Lee, mulai dari presiden-presiden Amerika, seperti Barrack Obama, George Bush, Clinton, presiden Prancis Jacques Chirac, Perdana Menteri Inggeris Margaret Thatcher, serta para pemimpin dunia lainnya.

Obama melukiskan Lee Kwan Yew : Lee “is one legendary figure of Asia in the 20 and 21 century. He is somebody who helped to trigger the Asian economic miracle”

Lee adalah seorang kepala negara yang memiliki pemikiran yang unggul (excellent) dan kata-kata bijaknya dari tahun ke tahun dituangkan dalam sebuah buku berjudul: The Wit and Wisdom of Lee Kwan Yew, Lindsay Davis, 2013.

Reporter dan Pengacara

Lee Kuan Yew lahir dari orang tua keturunan China tajir dan telah menetap di Singapura sejak abad ke-19. Di usia sekolahnya, sama dengan keadaan di Indonesia, sekolah-sekolah ditutup semasa penjajahan Jepang dan kuliahnya sempat tertunda semasa penjajahan Jepang di Singapura pada 1942-1945. Pada masa itu diberitakan, Lee sempat menjadi penjual Stikfas, sejenis lem yang dibuat dari tapioka, di pasar gelap.

Lee yang sejak 1942 belajar bahasa Mandarin dan bahasa Jepang, bekerja sebagai penulis laporan kilat Sekutu bagi Jepang serta menjadi editor bahasa Inggris untuk koran Jepang Hobudu (alat propaganda) pada periode 1943–1944.

Setelah perang berakhir, Lee kuliah jurusan hukum di Fitzwilliam Collegedi Inggris, dan setelah menyelesaikan studinya Lee kembali ke Singapura pada 1949, dan bekerja sebagai pengacara di biro Laycock & Ong.

Lima tahun setelah berada di Singapura, pada 1954, Lee bersama sekelompok rekan kelas menengah yang berpendidikan di Inggris membentuk Partai Aksi Rakyat (PAP) untuk mendorong berdirinya pemerintahan Singapura yang berdaulat sehingga negerinya dapat melepaskan diri kolonialisme Britania Raya.

Saat usianya baru memasuki 36 tahun, pada 1959, Lee terpilih sebagai Perdana Menteri pertama Singapura, menggantikan mantan Kepala Menteri Singapura, David Saul Marshall.

Saat itu Singapura adalah koloni Inggris dan memiliki pangkalan angkatan laut utama Inggris di Timur Jauh. Negeri itu dipimpin seorang gubernur dan dewan legislatif. Sebagian besar terdiri atas pengusaha China kaya yang ditunjuk dan bukan dipilih.

Pada awal 1950-an, wacana reformasi dan kemerdekaan sudah mulai muncul.Lee Kuan Yew lalu membentuk partai dan menjadi Sekjen Partai Aksi Rakyat (PAP) yang dibentuknya pada 1954.
Partai Kuan Yew unggul dalam pemilihan pada Juni 1959 dengan kampanye antikolonialisme, antikomunisme, dan menjanjikan reformasi sosial.

Lee Kuan Yew disumpah menjadi Perdana Menteri Singapura pada 5 Juni 1959, dan menjadi perdana menteri pertama yang terpilih secara independen. Singapura kemudian bergabung dengan Federasi Malaysia pada 1963. Namun, Lee berjuang agar Singapura memisahkan diri lantaran khawatir adanya pasca huru-hara etnis di Malaysia.

Menjadi sebuah bangsa, menurut Lee, harus memiliki sedikitnya dua hal. “Before one has a nation there must be two thing. First the content of the common people with the common identity of interest, a common social experience. And, secondly, freedom to exercise the collective will. One may precede the other”. (The Wit and Wisdom of Lee Kwan Yew, Lindsay Davis, 2013).

Setelah itu, ia membuat kebijakan utama untuk membangun ekonomi Singapura, bermodalkan kepercayaan rakyat.Saat berusia 42 tahun, Lee Kuan Yew berhasil membawa Singapura memperoleh kemerdekaannya pada 9 Agustus 1965.Lee terpilih menjadi PM selama tujuh kali berturut-turut dalam kondisi Singapura yang oleh para pengamat disebut condong kepada demokrasi terbatas (1963, 1968, 1972, 1976, 1980, 1984 dan 1988).

Lee Kwan Yew mundur dari jabatan Perdana Menteri pada 28 November 1990, setelah mewariskan kemakmuran bagi Singapura.”Singapura adalah satu-satunya zona bebas korupsi di kawasan di mana korupsi menjadi endemis,” tutur Lee Kuan Yew.

Mewariskan Negeri Makmur dan Bebas Korupsi

Singapura adalah sebuah pulau kecil yang kemudian menjadi kota, dan sebuah Negara. Saat saya pertama kali berlayar dengan Kapal Tampomas menuju Jakarta pada September 1978, melintasi pulau kecil Singapura, cukup hanya beberapa menit. Dua puluh tahun kemudian, 1998, ketika saya mendapatkan training telekomunikasi bagi non-engineer selama dua minggu dan 1999, ketika saya transit dalam perjalanan menuju Filippina. .

Salah satu kesan saya ketika itu adalah larang merokok di tempat public dan mereka yang melakukannya akan dikenakan sanksi. Naik bus atau untuk mendapat pelayanan public, harus antri, tidak berdesakan seperti di kotaku, kota Medan.

Sebuah penampakan manajemen pemerintahan yang baik dan displin yang tentunya tidak terjadi secara instan. Sebuah kisah perjuangan yang dikomandoi Lee Kwan Yew.

Kisah perjuangan dan keuletan Lee Kwan Yew dituangkan dalam dua bukunya, The Singapore Story: 1965-2000. yang diterbitkan pada 1998, dan dilanjutkan dengan From Third World to First,  Kedua buku itu menjadi buku terlaris di seluruh dunia.

Singapura dengan penduduknya yang beragam berjumlah 5 juta jiwa—terdiri dari Cina, Melayu, India, berbagai keturunan Asia, dan Kaukasoid. Menariknya, 42% penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa.
Sebelum merdeka tahun 1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang beragam dengan PDB per kapita $511, tertinggi ketiga di Asia Timur pada saat itu.Setelah merdeka, investasi asing langsung dan usaha pemerintah untuk industrialisasi berdasarkan rencana bekas Deputi Perdana Menteri Dr. Goh Keng Swee membentuk ekonomi Singapura saat ini.

Economist Intelligence Unit dalam “Indeks Kualitas Hidup” menempatkan Singapura pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia. Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia. Negara ini juga memiliki angkatan bersenjata yang maju.

Singapura mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB 17.9% pada pertengahan pertama 2010, meski tanpa sumber daya alam dan sering kekurangan air
Pria yang berlatar belakang pendidikan di Inggeris itu tidak habis akal. Dia meminta nasihat Dr Albert Winsemius, ekonom Belanda yang pernah memimpin tim United Nations Development Programme (UNDP), mengenai industrialisasi Singapura pada 1960.

Winsemius menyarankan agar negeri itu membuat kesepakatan pasar dengan Malaysia sekaligus menawarkan kerja sama perdagangan dengan Indonesia. Dia juga diminta membuka peluang pasar di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Selandia Baru.

Semua saran itu ia turuti dan berhasil mengangkat pendapatan perkapita Singapura dari US$ 500 menjadi lebih dari US%$ 50.000 saat ini. .

Tau Kapan Harus Mundur

Seorang pemimpin tau kapan dia harus turun dari tahta dan mempersiapkan penggantinya untuk melanjutkan cita-cita bangsanya.Lee melakukan pergantian kepemimpinannya dengan baik.Ketika lengser pada 28 November 1990, Lee Kuan Yew mengangkat penggantinya, Goh Chok Tong yang mampu memperkuat pertumbuhan ekonomi negeri itu.

Setelah mundur dari jabatan Perdana Menteri, Lee kemudian menjabat Menteri Senior pada kabinet Goh Chok Tong. Pada Agustus 2004, saat Goh Chok Tong mundur dan digantikan oleh anak sulungnya Lee Hsien Loong, Goh Chock Tong menjabat sebagai Menteri Senior, dan Lee Kuan Yew menjabat posisi baru, yakni Menteri Penasihat

Lee mengaku puas telah membuat Singapura menjadi negeri meritokrasi, bebas korupsi, dan setara bagi semua ras.”Singapura adalah satu-satunya zona bebas korupsi di kawasan di mana korupsi menjadi endemis,” tutur Lee Kuan Yew, seperti dikutip Tempo.co.id. Buku The Singapore Story 1965-2000 mengatakan Lee tidak mengkhawatirkan Singapura di tangan putranya yang dikenal sebagai BG Lee.

Lee berbeda dengan para pemimpin Asia lainnya. Ambil contoh Soeharto dan Marcos misalnya. Keduanya berhasil membawa ekonomi Indonesia dan Filippina ke jenjang yang lebih tinggi selama masa pemerintahannya, namun di akhir masa kekuasaannya keduanya digugat rakyat karena kasus korupsinya. Lengser atau turun takhta secara paksa, karena desakan people power! Mewarisi korupsi yang merajalela.

Selamat jalan Lee, semoga para pemimpin kami meneladani jejakmu!.

Penulis adalah Penulis Biografi dan mantan wartawan, tinggal di Medan. Email: girsangjannerson@gmail.com. Blog: http://www.harangan-sitora. blogspot.com

Selasa, 24 Maret 2015

Bukan Orang Sehat Memerlukan Dokter

Oleh: Jannerson Girsang

"My trust in God flows out of the experience of his loving me, day in and day out, whether the day is stormy or fair, whether I'm sick or in good health, whether I'm in a state of grace or disgrace. He comes to me where I live and loves me as I am".(Brennan Manning)

Brennan Manning (April 27, 1934 – April 12, 2013), seorang penulis buku terkenal Ragamuffin Gospel, mampu merasakan pengalaman masa-masa sakit dan menderita, sebuah berkat untuk lebih mengenal Dia sang Pencipta.

Tuhan datang kepada orang-orang yang berdosa, bukan kepada orang-orang yang (merasa) dirinya benar. Dalam perumpamaan, Yesus membandingkannya dengan orang sakit, bukan kepada tabib atau orang yang mampu mengobati.

Kata-kata penghiburan yang terkenal itu terdapat di dalam Markus 2: 17. "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa"

Kehadiran Yesus memanggil orang-orang berdosa, bukan dorongan duniawi, itu adalah dorongan Roh Tuhan.

Mudah sekali tokh mengatakan "kunjungilah orang sakit dan hiburlah orang yang menderita".
Tetapi dalam kenyataannya hanya sedikit yang mampu melakukannya. Karena melakukan pekerjaan itu bukan dorongan motivasi keduniaan belaka.

Manusia lebih suka mengunjungi orang yang berbahagia. Kemanusiaan kita bertindak selalu memerlukan balas budi, sementara mereka yang sakit dan lemah tidak mampu membalas budi baik dalam sekejap. Mereka kadang menimbulkan kesusahan, dari sisi pandang duniawi.

Hanya mereka yang tulus yang mampu melakukan penghiburan kepada orang sakit dan menderita.
Itulah sebabnya, Allah mempunyai perhatian khusus terhadap orang yang lemah dan tidak berdaya, dan Ia memberkati orang yang menunjukkan kasih setia kepada yang membutuhkan.

Pemazmur dalam Mazmur 41:2-4 mengembangkan prinsip, "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan" (Mat 5:7).

Pengalaman membagi belas kasihan Allah kepada mereka yang membutuhkan, kita dapat berdoa dengan kepastian bahwa Allah akan melepaskan kita pada waktu kesulitan (ayat Mazm 41:2), melindungi kita dari bahaya (ayat Mazm 41:3), memberkati kehidupan kita (ayat Mazm 41:3), menghancurkan kuasa Iblis dan musuh-musuh kita (ayat Mazm 41:3), dan memberikan kepada kita kehadiran-Nya dan kesembuhan waktu kita sakit.

Dalam keadaan lemah, Dia dan kata-kata penghiburan orang-orang yang tergerak melakukannya: menyertai kita dua puluh empat jam. Mereka yang sakit, menderita dimampukan berbahagia dan semakin mengenal dekat Sang Penciptanya.

Selamat Malam dan Selamat Hari Minggu.

Medan, Minggu 22 Maret 2015

Senin, 23 Maret 2015

Pintar dan Bijaksana

Oleh: Jannerson Girsang

Pagi ini, sebelum berangkat kerja, setelah seminggu menjalani kehidupan: mendampingi istri yang sakit, menyelesaikan persiapan keluarga menghadapi pernikahan seorang putri adik kami, menyelesaikan pekerjaan, ulang tahun putri kedua saya hari ini, saya teringat nasehat ibu saya.

Saya teringat sebuah peristiwa. Dulu, suatu hari di bulan September 1978, ketika saya berangkat belajar ke pulau Jawa orang tua saya mengatakan:

"Sekolahlah nak supaya kamu bisa menempatkan dirimu di lingkunganmu nantinya. Jangan lupa ke gereja. Langsung daftarkan dirimu di gereja terdekat. Jumpai famili-famili, supaya kalau ada kesusahanmu bisa kamu minta tolong. Jagalah anak-anak mereka kalau waktumu senggang"

Orang tua saya seorang guru SD--walau mungkin dia tidak mampu merumuskan nasehatnya dengan baik, intinya beliau menyuruh saya sekolah tidak hanya mengumpulkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi orang yang bijaksana.

Di sekolah kita belajar memahami gejala alam, sosial, ekonomi dll dan kaitannya dengan kehidupan pada bidang yang dipelajari, sehingga memudahkan kita untuk memecahkan persoalan yang dihadapi di bidangnya masing-masing.

Kita pintar menjelaskaan sebuah gejala alam, sosial dan memindahkannya ke kertas ujian. Hasilnya nilai di sekolah adalah nilai dari guru: 9 untuk sejarah, 9 bahasa Inggeris dan demikian juga untuk pelajaran yang lain.

Guru ketika itu juga menilai disiplin, kerajinan, dan budi pekerti yang diranking dengan: sangat baik, baik dan buruk. Misalnya melawan guru, memukul teman, tidak hadir atau terlambat di sekolah akan mendapat nilai buruk

Sejalan dengan proses belajar, kita berinteraksi dengan kehidupan nyata. Pulang sekolah tinggal di rumah kos, bergaul dengan teman-teman, masyarakat sekitar. Kita mengumpulkan nilai juga, yaitu kebijaksanaan.

Anak-anak, keluarga kita, masyarakat tidak peduli kita pintar atau bodoh di sekolah. Mereka taunya adalah kita berkontribusi kepada mereka baik secara material maupun immaterial.

Kehadiran kita di keluarga, masyarakat adalah sharing pengalaman hidup yang membuat orang lain merasa hidup--memanusiakan manusia, tidak hanya sharing pengetahuan.

Makanya jangan heran kalau kuping kita panas mendengar kata-kata: "percumanya dia sarjana, percumanya dia master, percumanya dia doktor, percumanya dia professor".

Kita dinilai masyarakat dari kebiasaan kita yang bermanfaat bagi mereka, apa yang kita lakukan berguna bagi mereka, pemikiran atau tindakan kita memecahkan persoalan yang mereka hadapi. Bukan "aksi sesaat" yang sering mengelabui mereka, yang kemudian mengecewakan mereka.

Keluarga, masyarakat mengharapkan kita tidak hanya pintar, tapi "bijaksana", mempraktekkan ilmunya dalam kehidupan, membuat lingkungan lebih baik. Kita dituntut sebagai mahluk sosial yang peduli kepada sekitarnya.

Kita berjuang dalam kehidupan untuk mengumpul kebijaksanaan, belajar seumur hidup mengumpulkan prestasi-prestasi yang bijak, menjadikan sesuatu berguna bagi diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar.

Orang yang hanya mengejar dirinya pintar memindahkan ilmu pengetahuan ke kertas ujian--sarjana kertas, atau dalam kehidupan memikirkan dirinya sendiri, sering mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan.

Banyak sarjana dengan IPK 3,6 tidak bisa mencari pacar, susah bergaul, susah mendapat pekerjaan. Menjadi beban, bahkan tidak mampu menyelesaikan persoalannya sendiri.

Mari terus belajar kehidupan di tengah-tengah lingkungan masyarakat kita, sehingga kepintaran itu berguna bagi orang banyak, tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan , tetapi juga bijaksana.

Who will cry when you die, itulah ukuran kebijaksanaan seseorang. Jutaan orang menangis ketika Mahatma Gandhi, Mother Theresia meninggal dunia.

Selamat Pagi, selamat beraktivitas!. Selamat Ulang Tahun buat Putriku: Patricia Marcelina Girsang. Semoga menjadi istri yang bijaksana.

Buat tulangku yang bijaksana: Markus Sinaga, Kuntas Sijabat

Medan, 23 Maret 2015.

Minggu, 22 Maret 2015

Merindukan Jurnalis Penyuara Kebenaran (Rubrik Opini Analisa, Selasa, 17 Maret 2015)

Oleh: Jannerson Girsang.

Peran jurnalis sungguh sangat besar dalam menegakkan kebenaran, seba­gai salah satu dari empat pilar demo­krasi. Me­reka adalah pe­nyuara kebe­naran, pembela orang-orang lemah, sehingga masyarakat lemah terlindu­ngi, merasa aman dan tercerdaskan.

Jurnalis adalah orang yang istimewa. Mereka memiliki informasi yang tak dimiliki kebanyakan manusia biasa; memiliki akses ke segala lapisan ma­syarakat dan segala tingkatan sumber informasi, mulai dari informasi umum, hingga informasi yang off the record.

Pagi-pagi mereka bisa mewawan­carai seorang tukang becak, malamnya diundang makan malam di hotel ber­bintang dan bertemu dengan seorang Panglima berpangkat Jenderal. Besok­nya, bertemu dengan tamu negara, Kepala Badan Intelijen negara asing. Malam besoknya, mendengar curhat se­orang mantan pejabat tinggi, yang sakit hati kepada pemerintah yang berkuasa.Jurnalis memiliki cerita di balik berita yang sangat berharga dalam menegakkan kebenaran.

Jurnalis adalah Orang-orang Terhor­mat

“I became a journalist because I did not want to rely on newspapers for information” kata Christopher Eric Hitchens (13 April 1949 – 15 December 2011), seorang penulis, jurnalis Inggeris-Amerika.Seseorang disebut jurnalis karena dia tidak hanya mempercayai apa yang tertulis di media, informasi umum yang diketahui masyarakat luas. Dia memili­ki informasi baru yang berbeda.

Mereka adalah pemberita fakta yang benar, mampu menceritakan sesuatu yang belum pernah di dengar publik, dengan cerdas: mencerahkan dan menghibur.Selain itu, jurnalis mengetahui hidden agenda (agenda tersembunyi) dari pesan yang disampaikannya. Dia mengetahui "Berita di balik Berita".

Salah satu kehebatan jurnalis adalah mampu membedakan mana yang pan­tas dan tidak pantas diberitakan. Mereka punya kode etik. Jurnalis Indoensia memiliki kode etik jurnalis yang harus dipatuhi setiap jurnalis. Kalau melang­gar, mereka akan dihu­kum pemba­ca.

John Pilger mengatakan: “It is not enough for journalists to see themselves as mere messengers without under­standing the hidden agendas of the message and the myths that surround it.”

Para jurnalis adalah orang-orang terhormat, orang yang sangat dihargai, sangat istimewa. Cerita mereka tak ternilai harganya.

Saking kagumnya kepada jurnalis, Mahatma Gandhi, seorang pencinta persamaan hak dari India membedakan jurnalis dengan masyarakat lainnya. “I believe in equality for everyone, except reporters and photographers,” katanya.

Membekali Diri Pengalaman Jurnalis Cerdas dan Pemberani

Di era 1990-an, ketika kami diper­siap­kan menjadi jurnalis sebuah maja­lah, dalam pembekalan jurnalistik sela­lu muncul dua nama teladan jurnalis cer­das dan berani yakni Bernstein dan Bob Woodward. Dari Indonesia biasa­nya dimunculkan nama Mochtar Lubis.Kisah mereka sunggung menggugah dan memberi semangat besar dalam melaksanakan tugas-tugas jurnalistik. Mereka adalah jurnalis penyuara kebenaran.

Bernstein dan Woodward misalnya. Di usia muda, mereka berhasil mem­bong­kar kasus Watergate. sKasus Watergate—melibatkan Presiden Nixon, merupakan skandal politik besar yang terjadi di Amerika Serikat pada 1970-an.Skandal itu mencuat di Kantor Pusat Komite Partai Demokrat di Washing­ton, D.C pada 17 Juni 1972, berkat peran kedua jurnalis muda itu. Skandal ini akhirnya memaksa Presiden Nixon mengundurkan diri pada 9 Agustus 1974—satu-satunya peristiwa pengun­duran diri seorang Presiden AS hingga saat itu.

Di tengah usaha Presiden Nixon mencoba menutupi keterlibatannya, kedua jurnalis ini dengan gigihnya menyuarakan kebenaran yang mereka miliki, meski menantang bahaya.Saat kasus itu terjadi keduanya masih berusia muda. Carl Bernstein, pris kelahiran 14 Pebruari 1944 (saat membuka kasus itu berusia 27 tahun), dan Robert Upshur “Bob” Woodward kelahiran 26 Maret 1943 (saat itu berusia 28 tahun).Melalui media tempat mereka bekerja The Washington Post, kedua­nya memberitakan hal-hal terpenting dalam Skandal Watergate.

Skandal itu menghasilkan dakwaan, pengadilan, dan penahanan empat puluh tiga orang, dan puluhan di anta­ranya adalah pejabat administrasi Nixon. Penggantinya Gerald Ford, kemudian mengeluarkan pengam­punan kepada Nixon.

Atas perannya mengungkap Skandal itu, Bernstein menerima banyak penghargaan, dan pekerjaannya mem­buat The Washington Post memperoleh penghargaan Pulitzer untuk Public Service, 1973. Bernstein sendiri adalah seorang jurnalis investigasi Amerika dan penulis nonfiksi. Dia bekerja di The Washington Post sejak 1971 sebagai reporter, dan sekarang adalah associate editor harian itu.

Keduanya mampu membuat sejarah jurnalistik yang menginspirasi banyak jurnalis dunia. Jika jurnalis mau dan memiliki dedikasi yang tinggi untuk menegakkan kebenaran, maka sehebat apapun penguasa yang tidak benar pasti akan jatuh! Masyarakat luas merindukan jurna­lis-jurnalis pembela kebenaran, pem­bela orang-orang lemah.

Indonesia juga memiliki jurnalis-jurnalis cerdas dan berani mengungkap kebenaran. Dalam pelatihan jurnalistik yang saya ikuti, biasanya disebut-sebut nama Mochtar Lubis, jurnalis pembe­rani Indonesia yang membongkar kasus Pertamina di era 1970an, hampir bersa­maan waktunya dengan kasus Water­gate di Amerika.

Meski tidak sekaliber kasus besar yang diungkap kedua jurnalis Amerika itu, Mochtar Lubis, adalah salah satu icon jurnalis cerdas dan pemberani dari Indonesia. Mochtar Lubis melalui harian yang dipimpinnya Indonesia Raya berhasil membongkar kasus Pertamina yang melibatkan Ibnu Sotowo.Kisah Mochtar Lubis selalu menjadi cerita yang awet dan menginspirasi setiap jurnalis.

Kisah kecerda­san dan keberaniannya “tidak lekang oleh panas, tidak lapuk oleh hujan”. Harian Merdeka misalnya, dalam penerbitannya 21 Oktober 2013, menulis topik tentang kisah Mochtar Lubis.“Mochtar Lubis lewat Harian Indo­nesia Raya berusaha menguliti dan mem­bongkar kasus korupsi di Perta­mina yang dilakukan Ibnu Sutowo. Dua koper bukti dugaan korupsi di perusa­haan milik negara itu disodorkan, tapi toh Ibnu Sutowo tetap melenggang kang­kung dan menikmati hasil korupsi­nya,” ungkap Harian Merdeka, 21 Oktober 2013.

Muchtar Lubis di tengah-tengah penegak hukum yang enggan menyeret Ibnu Sotowo dalam kasus Pertamina, dengan berani memberitakan pelangga­ran yang dilakukan mantan Direktur Pertamina itu."Tidak ada penegak hukum yang saat itu memeriksa atau memang­gil dia atas berita korupsi yang kami beritakan. Tidak ada, dia seperti kebal hukum," ujar mantan Redaktur Pelak­sana Harian Indonesia Raya, Atma­kusumah, seperti dikutip redaksi merdeka.com.

Mendengar bang Bahrul Alam (Mantan Redaktur Pelaksana Majalah Perospek, dan terakhir Koordinator Liputan Seputar Indonesia, RCTI) mengisahkan dua nama jurnalis Amerika itu, serta nama Mochtar Lubis, seketika muncul semangat baru: jurnalis harus cerdas dan berani. Kita merasa kecil, tidak ada apa-apanya, dan harus belajar banyak dari pengalaman mereka! Mudah-mudahan jurnalis kita pernah mendengar kisah itu, sehingga mereka memiliki sema­ngat yang membara dalam menegakkan kebenaran.

Penutup

Kita berharap, jurnalis Indonesia adalah orang-orang cerdas dan pembe­rani, menguasai dan mampu memahami persoalan di tengah-tengah masyarakat, UU No 44/199 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.Mereka adalah orang-orang terhor­mat,. Di saat pejabat takut menegakkan kebenaran, dan cenderung menyem­bunyi­kan kasus seperti Presiden Nixon, jurnalis adalah benteng terakhir rakyat.

***Penulis adalah mantan wartawan majalah Ekonomi Prospek, kini penulis biografi. Tinggal di Medan. Email: girsangjannerson@gmail.com. Blog: http://www.harangan-sitora.blogspot.com

Kamis, 12 Maret 2015

Menulis Berita: Mencetak Reporter dalam Dua Jam

Oleh: Jannerson Girsang

Menjadi reporter sebenarnya adalah tugas semua manusia yang ingin bercerita dengan benar, dan memenuhi unsur-unsur berita. Kita berkewajiban melaporkan sesuatu dengan benar dan bermanfaat bagi penerima pesan.

Artikel pendek ini  adalah sebagian bahan training yang saya sampaikan kepada wartawan buletin Penabur di Medan pada 18 Agustus 2013  dan mahasiswa dan dosen  STT Sumatera, 2014 yang lalu.

Untuk Anda yang ingin memperoleh pengetahuan dasar menjadi jurnalis cetak, silakan disimak! Saya jamin, dua jam, Anda sudah bisa menjadi reporter. Tidak sulit kok! Coba aja!.

Sebagai Reporter, Aku Harus? 

Seorang reporter akan bertemu orang dari berbeda lapisan masyarakat, menghadapi semua situasi (mampu membuatnya  bermanfaat untuk bahan berita), melaporkan dan menulis berbagai topik satu atau lebih berita setiap hari, bekerja setiap saat; siang atau malam, untuk melayani informasi yang dibutuhkan pembaca.

Reporter harus memiliki beberapa hal :

  Tertarik pada kehidupan sekitar
  Mencintai Bahasa
  Berfikir teratur dan  bersikap hati-hati
  Bersikap curiga
  Tabah
  Ramah
  Handal

Kemampuan:

  Pengetahuan jurnalistik dasar (menilai dan menulis berita)
  Pengetahuan umum (mampu melihat kesenjangan: kenyataan dan seharusnya)
  Semua orang bisa menjadi reporter! Paling tidak reporter untuk istrinya, sehingga berkata benar sesuai   fakta
 


Bagaimana Aku Bisa? 

Rudyard Kliping penemu  5w +1H mengatakan sebagai berikut:

“Saya tetap berhubungan dengan enam laki-laki yang jujur, (Mereka mengajarkan saya semua yang saya ketahui).  Nama-nama mereka adalah  Apa (What), Mengapa (Why), Kapan (When), Bagaimana (How), Dimana (Where), dan Siapa (Who)." Rudyard Kipling (1902)
   
Rudyard Klipping telah menolong reporter dengan enam kata sebagai alat mengumpulkan dan menyajikan informasi yang dibutuhkan pembaca.

Setiap saat di sekitarku ada 5W + 1 H 

5W + 1 H sangat menolong reporter untuk menggali informasi dan menulisnya dengan sistematis.
Jarar Siahaan menulis dalam blognya http://bataknews.wordpress.com menggambarkan penggunaan 5 W +1 H:

“Tadi pagi Waduh, lo tahu nggak, tadi tuh, sekitar pukul 7 [KAPAN], dekat lampu merah Jalan SM Raja [DI MANA], ada kecelakaan langsung terjadi di depan mata gua. Satu mobil sedan nabrak motor [APA]. Sopirnya [SIAPA] nggak apa-apa, tapi yang punya motor [SIAPA] tewas di tempat. Yang salah sih si korban. Gua sempat lihat, dia nggak peduli lampu merah, malah dia tancap gas motornya. Nah, waktu menerobos lampu merah itu, mobil sedan dari arah kanan juga sedang kencang, dia ketabrak dan jatuh, kepalanya berdarah [BAGAIMANA]. Kasihan banget. Gua sempat berhentikan motor gua, lalu bantu geser motor korban. Nggak lama polisi datang. Menurut polisi, ternyata motor dia tuh lagi putus rem [MENGAPA]. Padahal tadi sempat gua kira dia sengaja ngebut.”

Dengan 5 W + 1 H reporter dapat menyusun pertanyaan dan menulis berita secara mudah, lengkap dan cepat untuk disajikan kepada pembaca

Aku Belum Tau Menerapkannya. Gimana nih?

Misalkan Anda berada dalam ruangan pelatihan  dan melaporkan Pelatihan Jurnalistik dan Blogger Rohani kepada media Anda.

  Apa (What) : Apa peristiwa yang diliput?.
  Mengapa (Why). Mengapa terjadi peristiwa itu? (ACARA ATAU  EVEN. Lihat di TORnya, atau wawancara penyelenggaranya).
  Kapan (When). Kapan peristiwa terjadi? informasi berkaitan dengan waktu.
  Bagaimana (How). Bagaimana peristiwa berlangsung?. (cara penyajian, suasana dll)
  Dimana (Where). Dimana acaranya berlangsung? .
  Siapa (Who). Siapa aktor-aktor yang terlibat? (penyelenggaranya—siapa mereka, jumlah pesertanya—siapa saja mereka dari kalangan mana, dan pelatihnya—ceritakan profilnya).


Wah, Kebetulan Aku kan Sedang Training 

Di dalam kepala sudah harus ada pertanyaan-pertanyaan 5 W + 1 H. Sambil duduk, coba terapkan kata-kata Rudyard Kliping tadi:

  WHO.   30  peserta yang berasal dari wartawan pemula dan para pemuda Kristen yang berminat menjadi penulis atau wartawan.
  WHAT.  Pelatihan Jurnalistik dan Blog Rohani
  WHEN.  Sabtu 16 Agustus 2013 dari pukul 09---.
  WHERE.  Gedung Telkom Speedy, Jl. Mongonsidi Medan.
  WHY?.  (Nanti kutanyakan Panitianya: kok bisa-bisanya mereka menyelenggarakan training?).
  HOW.  Pelatihan diawali Pelatihan Jurnalistik yang disampaikan oleh Ir Jannerson Girsang dan disusul pembicara kedua Simon Pakpahan yang menyajikan    Blogger Rohani.  

Aku Harus Melengkapi Data!.  (Reporter tidak boleh hanya menggunakan apa yang dilihatnya, dia harus observasi). 

Saya mau wawancara dengan panitia. Ada satu pertanyaan yang belum terjawab. (Why). Mengapa training ini dilaksanakan? Mereka pasti memiliki hal-hal yang bermanfaat untuk dimasukkan karena mereka melihat sesuatu dari sudut yang berbeda dengan kerumunan.

Aku juga harus berbicara dengan peserta, gimana pendapat mereka tentang  training ini. (Apa sih manfaatnya training ini bagi kamu?)

Mmmh. Catatan statistik penting juga. Perlu jumlah orang yang hadir, lokasi, waktu, tema, juga hal-hal lain yang membuat peristiwa itu menonjol atau berbeda.

Oh ya, gambar juga. Aku harus mengambil gambar semua bagian-bagian penting. Ada pembicara, ada peserta, ada panitianya. Supaya nanti orang bisa melihat suasana training.

Kini Sudah Terkumpul Data 5W+1H 

  Who.  30  peserta yang berasal dari wartawan pemula dan para pemuda Kristen yang berminat menjadi penulis atau wartawan.
  What. Pelatihan Jurnalistik dan Blog Rohani
  WHEN. Sabtu 16 Agustus 2013 dari pukul 09---.
  WHERE. Gedung Telkom Speedy, Jl. Mongonsidi Medan.
  WHY?. Kata Ketua Panitianya: “Pelatihan ini dilakukan supaya semua peserta mampu menjadi wartawan harian lokal. Pemuda gereja saatnya bersuara melalui media”
  HOW/Bagaimana?. Pelatihan diawali Pelatihan Jurnalistik yang disampaikan oleh Ir Jannerson Girsang dan disusul pembicara kedua Simon Pakpahan yang menyajikan Blogger Rohani. Keduanya menampilkan cara mengajar jurnalistik dan membuat blogger dengan sangat sederhana, sehingga 100% persertanya mampu menulis berita di media dan akan membuat blog.
Gambarnya juga udah dapat. Bagus-bagus semua.

Mau Menulis. Tapi kok  Pusing Ya? 

Dulu juga saya pusing kok!. Kalau tidak pusing berarti Anda tidak normal. Ternyata menuliskan data menjadi berita ada Tekniknya, bukan asal tulis.

 Tetapkan Angle  (sudut pandang) berita melalui 5W+1H tadi.

Angle (sudut pandang, harus kutetapkan dulu).

Kata ahlinya: lead itu harus menunjukkan sudut pandang penulisan berita. Di alinea  pertama setidaknya sudah menyangkut 4 W dari 5W. Jadi membaca alinea pertama, pembaca sudah menangkap sari beritanya.  Kemudian susun dalam bentuk urutan seperti pyramida, menyusun hal-hal penting dari atas, hal yang kurang penting ke bawah.  Pymida terbalik. (Pusing lagi, apa pula itu?).

Caranya Gimana?

Misalnya, saya mau menyoroti tentang Pelatihan Jurnalistik dari angle peristiwanya (What). Maka saya akan mendahulukan cerita tentang Pelatihannya,    membahas persiapannya, pelaksanaannya dan kesulitan yang mereka hadapi.

Kalau saya mau mengambil angle tentang Penyelenggaranya, pembicaranya (Who) maka saya akan  menempatkannya sebagai lead berita. Saya akan memulai dengan  Panitia Penyelenggara mengadakan Training Jurnalistik kepasa 30 peserta diGedung Telkom Speedy, Jl. Mongonsidi Medan Medan, Sabtu 16 Agustus 2013. Saya akan menjelaskan siapa mereka mengapa mereka melakukannya dan apa kegiatan selanjutnya dari program ini.

Kalau saya mau membahas tentang Gedung  (Where) dimana Pelaksanaan Pelatihan ini dilaksanakan, maka saya akan bercerita tentang Hotel dan segala fasilitas yang mendukung kegiatan ini.

Kalau saya mau menyoroti tentang waktu pelaksanaan maka saya akan mulai dengan waktu penyelenggaraan, lamanya waktu, dan efektivitas waktu yang digunakan.

Kalau saya mau menyororti  bagaimana (How) cara berlangsungnya pelatihan maka proses pelatihannya menjadi titik tolak saya dalam membuat berita.  Demikian seterusnya.

Menuliskan ke dalam Bentuk Pyramida Terbalik

Menulis berita harus sistematis, mengikuti bentuk Pyramid. Dengan cara ini reporter dapat menulisnya dengan cepat dan sistematis, sehinga pembaca mudah memahaminya walaupun tidak seluruhnya dibaca.

Angle berita yang Anda pilih, tuliskan paling atas. Kemudian hal-hal terpenting, dan kurang penting ke bawah.

Sehingga susunannya seperti Pyramida.

Dalam lima menit, saya sudah menuliskan berirtanya menjadi seperti ini:

PELATIHAN JURNALISTIK DAN BLOGGER ROHANI

Medan – Majalah Tabloid Penabur menyelenggarakan Pelatihan Jurnalistik dan Blogger Rohani  kepada  Pemuda  gereja di Gedung Telkom Sppedy, Jalan Monginsidi Medan, 16 Agustus 2013.

Menurut Panitia Penyelenggara, sekitar 30 peserta mengikuti pelatihan ini. “Mereka berasal dari kalangan wartawan pemula, para pemuda Kristen yang berminat menjadi wartawan atau penulis rohani Kristen,” ujar Ketua Panitia Penyelenggara Training Jurnalistik Tabloid Penabur.

Majalah yang terbit bulanan dan bertiras 4000 eksemplar ini menghadirkan dua pembicara yakni Ir Jannerson Girsang yang menyajikan Pembekalan Jurnalistik untuk Pemula dan Simon Pakpahan menyampaikan modul berjudul:

Pembicara pertama, pria kelahiran Nagasaribu, 14 Januari 1961 itu, adalah seorang mantan wartawan, penulis artikel di berbagai media di Medan  dan penulis beberapa buku  biografi dan otobiografi beberapa tokoh di Sumatera Utara  sedangkan pembicara kedua adalah Vice of Director di Mitra Sarana Indonesia   Cloud Computing Specialist di Mitra Sarana Indonesia.

Ir Jannerson Girsang menjelaskan tentang teknis pekerjaan reporter, teknik penulisan berita, etika reporter Kristen, serta masa depan kehidupan seorang reporter. “Menjadi reporter dan penulis Kristen di masa depan sangatlah penting, karena tulisan-tulisan dan berita tentang pelayanan gereja sangat minim,” ujar penulis buku beberapa tokoh gereja ini.

Sementara itu, Simon Pakpahan  menjelaskan teknis penulisan di Blog Rohani, serta peran pelayanan pemuda Kristen melalui Blog.  “Andaikan setiap pemuda Kristen memiliki blog, maka berita tentang pelayanan gereja semakin banyhak, suara jemaat akan semakin terdengar ke seluruh penjuru dunia. Menulis di blog adalah menulis untuk dunia,” kata Simon Pakpahan.

Para peserta pelatihan  mengungkapkan manfaat mengikuti pelatihan. “Saya baru pertama kali mengikuti pelatihan jurnalistik. Ternyata menulis berita itu tidak sulit dan perlu lebih banyak pemuda dan jemaat yang mengikuti pelatihan seperti ini,” ujar X dari Pemuda gereja Y.

Acara ditutup oleh Pemred Tabloid Penabur, X Manuhutu.

Masing-masing Kelompok Membuat Berita dengan Angle Masing-masing! Bandingkan hasilnya.

Kok hasilnya belum enak dibaca ya?

Edit dan edit. Latihan dan latihan!

Menulis  atau menulis berita adalah ketrampilan, jadi harus diulang-ulang, lihat berita yang dibuat wartawan senior di Media lokal atau nasional.

Medan, 11 Maret 2015

Selasa, 10 Maret 2015

Khawatir Omongan Orang


Oleh: Jannerson Girsang

“No matter where you are in life, you'll save a lot of time by not worrying too much about what other people think about you. The earlier in your life that you can learn that, the easier the rest of it will be.” (Sophia Amoruso).

Orang lain di sekitar kita adalah penonton, melihat kita dari cara pandang mereka sebagai penonton, bukan pemain pada lakon yang sedang kita mainkan..

Anehnya, kadang mereka bertindak sebagai juri, padahal menjadi penonton yang baik sekalipun sebenarnya belum mampu. Orang lain tidak kenal kita dengan baik. .

Itulah yang sering membuat kita khawatir, karena mendengar omongan orang yang kurang kenal kita, lalu kita percaya, tanpa memikirkan omongan itu bermanfaat atau tidak untuk situasi kita.

Susahnya, memikirkan omongan orang yang membuat diri susah, itu pula yang banyak menyita sebagian besar waktu manusia di dunia ini. Khawatir karena omongan orang. "Apa kata orang nanti?"

Susah tidur, akhirnya daya tahan tubuh menurun, sakit dan produktivitas kerja menurun, prestasi menurun, dan makin khawatir.

Parahnya, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang yang memang dasar omongannya salah untuk situasi dan masalah kita. "Si anu sih, dulu ngomongnya begini. Yang ini nggak boleh, itu boleh!"

Jadi jalanilah apa yang menurut kita benar , dan baik untuk kita, keluarga kita, teman-teman kita.
Kitalah yang mengambil keputusan untuk diri kita, bukan orang lain. Masa depan kita ada di tangan kita sendiri, bukan omongan orang lain.

Kita pula kok yang beranggungjawab atas tindakan atau keputusan yang kita buat sendiri. Hasilnyapun kita yang menikmati. Kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa kalau tindakan kita salah dan berakibat buruk kepada diri kita sendiri.

Makin cepat kita sadari itu, makin mudah hidup kita di kemudian hari, seperti kata Sophia Amoruso, CEO Nasty Gal: "The earlier in your life that you can learn that, the easier the rest of it will be"

Selamat pagi!

Medan, 10 Maret 2015

Rizali Nasution: "Muhammad Yunus" Grameen Bank dari Sumatera Utara

Oleh: Jannerson Girsang

Memberi bantuan kepada perempuan miskin, tanpa agunan. Mungkinkah?.

Terinspirasi dari pengalaman Muhammad Yunus, Grameen Bank di Bangdesah yang memberi bantuan kepada perempuan miskin, seorang dokter menerapkannya di berbagai tempat di Provinsi Sumatera Utara.

Menyambut Hari Perempuan Internasional, pagi ini, saya mengantarkan ke ruang teman-teman seorang laki-laki bernama Rizali H. Nasution, penerima piala Kick Andy Hero 2015, pada 28 Pebruari 2015 lalu.

Kick Andy adalah sebuah tayangan Metro TV yang mengungkap kisah-kisah menginspirasi dari seluruh tanah air. Mereka yang tampil di sana adalah pejuang-pejang kehidupan, pahlawan-pahlawan yang bekerja dalam "sunyi", jauh dari publikasi.

Kick Andy menilai Rizali berhasil meningkatkan ekonomi kaum perempuan desa. Sejak 1999 dokter kelahiran 22 September 1951 itu, melalui lembaga keuangan yang didirikannya Pokmas Mandiri, telah membantu keuangan (micro finance) kepada 45.000 perempuan desa di berbagai kabupaten di Sumatera Utara.

Sebelumnya, bertahun-tahun beliau terlibat dalam membantu masyarakat di pedesaan.
"SUDAH sejak tahun 1983 Dr Rizali Harris bersama sang ayah H. Harris Nasution, mendirikan sebuah Yayasan Humaniora. Mulanya yayasan ini bergerak mendukung program keluarga berencana yang kesannya waktu itu dipaksakan pemerintah," seperti dikutip harian Medan Bisnis

Program ini tidak berjalan berkesinambungan, karena ketergantungan masyarakat sangat besar. "Ada yang salah dalam strategi itu," katanya.

Menurut Rizali, dengan hanya memberi penyuluhan atau bantuan secara sporadis, tanpa meningkatkan pendapatan masyarakat, tidak akan memandirikan mereka, mereka tetap tergantung kepada donor--orang-orang yang membantu.

Di sanalah muncul pemikiran kreatif.

Dokter yang tetap membuka praktek sambil terus membantu masyarakat miskin desa ini, kemudian berhasil menemukan obat agar masyarakat desa dapat meningkatkan ekonominya.

Suatu ketika beliau mendapatkan seorang teman dan menghadiahkanya sebuah buku: berjudul Banker to The Poor, The Autobiography of Muhammad Yunus, pendiri The Grameen Bank di Bangladesh. Buku itulah yang memberikan ilham padanya mendirikan lembaga keuangan mikro itu.

Pintu masuknya adalah melalui peningkatan pendapatan keluarga atau income generating. "Harus melalui perempuan dan sangat miskin".

Rizali kemudian mendirikan Pokmas Mandiri, yang orientasi programnya diarahkan untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan masyarakat mandiri. "Modal awalnya cuma Rp 60 juta, tek-tekan, patungan dari teman-teman,"ujarnya.

Ada kekhawatiran di awal, program ini gagal. "Kalau gagal, yah berhenti di sini," katanya
Namun, kekhawatiran itu tidak terjadi. Modal sekecil itu, ternyata kini bisa membangkitkan ekonomi puluhan ribu perempuan desa. "Rasanya seperti mimpi," katanya dalam statusnya, merespons penghargaan yang diterimanya.

Selamat Pak Rizali!.

Semoga dokter-dokter lain mengikuti jejak bapak. Tidak hanya melayani pasien di ruang praktek, tetapi juga memikirkan mereka yang terbelit oleh kesulitan ekonomi di desa.
Medan, 9 Maret 2015