My 500 Words

Rabu, 15 Februari 2012

Perjalanan dari Tongging ke Air Terjun Sipiso-Piso (Batak Pos, 15 Pebruari 2012, Bersambung)


Oleh: Jannerson Girsang

 

Perjalanan Minggu sore 22 Januari 2012 dari Tongging ke Sipiso-piso memberi sensasi tersendiri.

Tongging berada di ketinggian 900 meter di atas pemukaan laut, menuju Air Terjun Sipiso-piso dengan ketinggian 1400 meter. Beda dengan naik pesawat yang tinggal landas dari sebuah bandara, ketinggian seperti itu bisa dicapai dalam beberapa menit saja. Dengan jalan darat menggunakan mobil, jarak ini kami tempuh dalam waktu sekitar 25-30 menit.

Mendaki pebukitan dengan selisih ketinggian sekitar 500 meter, menikung melalui perbukitan berliku-liku sejauh lebih kurang 7 kilometer memberi kesan tersendiri. Ditambah pula kisah era enampuluhan di mana sebuah bus yang pernah jatuh di jalur ini. Sensasi itu muncul kala melawati tempat jatuhnya bus itu, tangan rasanya bergetar saat menyetir. Menoleh ke belakang terhampar pemandangan Danau Toba yang indah, di sebelah kiri jurang yang dalam, serta perbukitan terjal di sebelah kanan.

Mengendarai mobil harus bergerak pelan-pelan, mendaki jalan berkelok-kelok dengan tikungan-tikungan tajam.


****

Bergerak dari tempat pembelian mangga di Pekan Tongging, kami melintasi desa Tongging. Memandang ke sebelah kanan terhampar danau biru yang luas, dengan sebagian tertutup karamba. Melintasi di atas jembatan yang menghubungkan sebuah sungai, kami menyaksikan beberapa orang sedang memancing ikan.

Di ujung desa, di satu pantai pemandian dan memancing, terlihat puluhan mobil parkir di pinggir jalan. Para pengunjung pantai di sore hari itu lumayan ramai.Dari plat mobil yang mereka gunakan, para pengunjung itu berasal dari Simalungun, Medan dan dari Tanah Karo.

Ciptaan Tuhan memang agung mempesona. Setiap sisi Danau Toba—hasil ledakan vulkanik puluhan ribu tahun lalu itu, memiliki daya tarik tersendiri.

Ke sebelah kiri pemandangan tak kalah menarik. Di puncak kelihatan gunung Sipiso-piso yang gundul—bagaikan kepala laki-laki botak yang baru dipangkas, perbukitan hijau tanaman di perladangan dan sawah.

Kami mengawali pendakian pertama, melintas jalan dengan kemiringan hampir 45 derajat, tikungan tajam, dan di sebelah kanan adalah Danau Toba. Kalau mobil tidak fit, bisa mundur sampai ke Danau. Harus hati-hati betul, apalagi kenderaan beriringan.

Pejalanan kemudian mendaki jalan berkelok, mendatar beberapa meter, mendaki, berkelok-kelok lagi. Di kiri lembah yang curam dan dalam, di sebelah kanan dinding tebing yang curam. .

Menyetir di jalan mendaki seperti ini memang harus ekstra hati, karena sejarah di jalan ini pernah terjadi sebuah bus yang jatuh ke jurang. Sebuah bus milik marga Silalahi puluhan tahun yang lalu pernah terjun bebas ke jurang sedalam ratusan meter. Lokasi itu masih terlihat dengan sebuah tugu peringatan. Bukan menakut-nakuti, tetapi hanya mengingatkan para pengendara. Hati-hati!.

Di satu titik, kami menyaksikan Air Terjun Sipiso-piso dari jauh. Air tampak putih seperti bongkahan es yang keluar dari sebuah lobang. Tebing-tebing datar di kiri kanannya dengan bebatuan yang kokoh, beton alami yang tercipta bukan oleh tangan manusia.

(Bersambung)

Tidak ada komentar: