Oleh: Jannerson Girsang
“Peace begins with a smile..” (Mother Teresa)
Pagi ini, saat jalan pagi menempuh jarak 4.3 kilometer di Perumnas Simalingkar, di depan dua atau tiga rumah saya membaca "spanduk" yang terbuat dari kayu atau karton: 'RUMAH INI DALAM SENGKETA".
Artinya, pemiliknya sedang "tidak damai". Saya sudah melihatnya beberapa hari sebelumnya. Tetapi, hingga pagi ini, keadaannya tidak berubah. Pemiliknya semua larut dalam kebenciannya masing-masing.
Kata Mother Theresia damai dimulai dari senyum. Mengeluarkan senyum kepada orang yang dibenci, memang bukan pekerjaan mudah. Padahal, itulah pintu masuk perdamaian.
“Darkness cannot drive out darkness: only light can do that. Hate cannot drive out hate: only love can do that.” (Martin Luther King Jr).
Orang yang hidup dalam kegelapan, tidak bisa membebaskan orang dari kegelapan, hanya "terang" yang dapat melakukannya. Orang yang memilki rasa kebencian tidak bisa membebaskan orang dari kebencian. Hanya kasih yang dapat melakukannya.
Kasih, cinta, itulah yang dapat menciptakan damai, membebaskan orang dari sengketa.Pengadilan?. Kalau boleh dihindari. Karena hasilnya, "Yang menang jadi arang, yang kalah jadi abu"
Semoga malam ini semuanya sadar dan memandang manfaat yang lebih besar. Berdamai itu datang dari hati yang tulus, saling memaafkan.
Semoga para pemilik rumah-rumah sengketa itu mampu memulai senyum di pagi hari esok, dan spanduk bertuliskan "RUMAH INI DALAM SENGKETA" tidak kutemui lagi. .
Perlu waktu (tapi jangan lama-lama) bagi setiap orang untuk menemukan damai di hati. Perenungan, aksi, perenungan aksi. “Peace cannot be kept by force; it can only be achieved by understanding.” (Albert Einstein). Perdamaian tidak bisa dipaksakan, karena perdamaian hanya dapat dicapai melalui saling pengertian.
Medan, 23 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar