Oleh: Jannerson Girsang
Seorang mahasiswa aktivis dan sudah menjalani semester 10 dan belum
selesai skripsi, tiba-tiba mendatangi sebuah kantor seorang profesor di
sebuah perguruan tinggi dan ingin konsultasi.
Dia adalah tokoh demo. Acapkali melakukan demo tentang apa saja yang menurut informasi yang diterimanya pantas didemo.
Tanpa basa basi, dia langsung to the point. .
"Katanya bapak Anu yang pejabat itu pernah menulis tentang paham Komunis yang diajarkan di sekolah-sekolah, Pak Profesor"
"Sudah baca tulisannya?," ujar Professor ingin konfirmasi kebenaran beritanya.
"Belum"
"Lantas, dari mana kamu tau dia menulis tentang paham Komunis mau diajarkan di sekolah-sekolah"
"Kata orang sih"
"Lalu?"
"Kita mau demo nih Pak, Itu kan subversif Pak"
"Udah baca UU Subversi?"
"Belum"
"Oh!," kata Professor, sambil melirik ke kiri mejanya ke tumpukan buku-buku bahan perkuliahannya. .
Profesornya mengangguk-angguk.
Sedih!. Dia tidak mungkin menjelaskan apapun dari referensi yang dia
ketahui. Soalnya apapun yang dibicarakannya pasti nggak nyambung. Dan
dia juga tau si mahasiswa ini bebal. Dia selalu menganggap dirinya
paling benar.
Profesor mengemasi bahan perkuliahan yang akan disajikannya kepada mahasiswa semester V, di jurusan politik.
"Maaf ya dek, saya mau mengajar," ujar Profesor bergegas meninggalkan kantornya menuju ruang kuliah.
Medan, 25 Agustus 2014
"Let us not be satisfied with just giving money. Money is not enough, money can be got, but they need your hearts to love them. So, spread your love everywhere you go" (Mother Theresia). Photo: Di Pantai Barus, Tapanuli Tengah, April 2008. Saat itu, seorang anak laki-laki sedang asyik memancing bersama teman-temannya. (Dilarang keras memposting artikel-artikel dalam blog ini untuk tujuan komersial, termasuk website untuk tujuan memperoleh iklan).
Senin, 25 Agustus 2014
Rendah Hati dan Sabar
Oleh: Jannerson Girsang
Rendah hati dan sabar, itulah senjata seorang janda menghadapi gelombang kehidupan setelah ditinggal suaminya. Mereka berjuang mempertahankan keluarga yang ditinggal suami.
"Hanya dengan kerendahan hati, sabar menghadapi masalah kami mampu hidup sendirian tanpa suami," demikian kesaksian Ny Purba br Saragih dalam acara Kebaktian Minggu Namabalu (janda/duda), Lansia, dan Na Tading Maetek (anak yatim) di GKPS Simalingkar, Minggu 24 Agustus 2014.
Beliau adalah seorang janda berusia 76 tahun dan ditinggal suaminya seorang mantan Pengantar Jemaat di Raya Humala, Simalungun, beberapa tahun lalu.
Tentu persekutuan dengan Tuhan tidak juga ditinggalkan dan merupakan kekuatan besar mereka memperoleh pengiburan dan kekuatan.
Di gereja GKPS Simalingkar yang beranggotakan 178 KK itu terdapat 25 janda/duda, 7 orang lansia (berusia 70 tahun ke atas) dan 3 anak yatim (sampai SD).
Acara ini diselenggarakan setiap tahun. Beberapa waktu yang lalu, mereka juga diberikan pelayanan khusus berupa pemutaran film, serta ceramah pencerahan, sehingga mereka tetap bersemangat dalam kesendirian menghadapi permasalah hidup di tengah-tengah keluarga mereka.
Khusus Minggu Namabalu, Lansia dan Na Tading Maetek, kebaktian menggunakan tata ibadah yang dipersiapkan kantor Pusat GKPS yang dipimpin PW Masnarena br Purba.
Sebuah refleksi firman Tuhan Mazmur 1:2-6 (Namabalu), Amsal 3:1-12 (Lansia), Mazmur 23: 1-6 (Natading maetek). Refleksi dibacakan secara berurutan dari Na Mabalu, Lansia dan Na tading Maetek.
Acara diisi Vokal Group dari Namabalu dan Lansia. Sebuah lagu yang menyentuh perasaan berjudul "Anggo Hupingkiri Goluh On". Pembacaan Puisi oleh Pia br Sinaga, seorang Pemuda GKPS yang baru lulus UMPTN 2014.
Khotbah yang disampaikan PW Masnarena br Purba dari nas Roma 12:1-8 mengingatkan mereka agar dalam status bagaimanapun, kita mampu bersyukur dan tidak bersungut-sungut.
"Nikmatilah keberadaan saudara-saudara sebagai Lansia, sebagai janda, sebagai anak na tading maetek bersama Tuhan dengan rasa syukur, dan tidak bersungut-sungut," tandasnya.
Pada kesempatan itu, jemaat memberikan bingkisan berupa sejumlah uang sebagai tanda atau simbol kepedulian seluruh jemaat.
"Bukan nilai yang diberikan tapi bagaimana kami masih di perhatikan dan di perhitungkan, yang menjadi penguatan sekaligus penyemangat kami," ujar Ester br Lubis, janda Pdt Lihardo Purba, STh, seorang pendeta yang meninggal beberapa tahun lalu.
Ester br Lubis, lulusan STT Abdi Sabda itu, kini mengasuh dua putranya yang masih duduk di SD, dan sendirian melanjutkan perjalanan keluarganya, membesarkan kedua putranya yang masih kecil-kecil. Dia aktif mengajar Sekolah Minggu sekaligus membawa dan membimbing keduanya.
Pesan Pimpinan Pusat GKPS dalam Minggu Namabalu, Lansia dan Na tading Maetek menekankan agar jemaat peduli kepada mereka yang menyandang status janda. lansia dan anak yatim. Mereka adalah anggota jemaat yang memerlukan dukungan dan dorongan semangat.
SELAMAT MINGGU NAMABALU, LANSIA DAN NA TADING MAETEK.
Medan, 24 Agustus 2014
Para Janda, Lansia dan anak Yatim bernyanyi bersama.
Rendah hati dan sabar, itulah senjata seorang janda menghadapi gelombang kehidupan setelah ditinggal suaminya. Mereka berjuang mempertahankan keluarga yang ditinggal suami.
"Hanya dengan kerendahan hati, sabar menghadapi masalah kami mampu hidup sendirian tanpa suami," demikian kesaksian Ny Purba br Saragih dalam acara Kebaktian Minggu Namabalu (janda/duda), Lansia, dan Na Tading Maetek (anak yatim) di GKPS Simalingkar, Minggu 24 Agustus 2014.
Beliau adalah seorang janda berusia 76 tahun dan ditinggal suaminya seorang mantan Pengantar Jemaat di Raya Humala, Simalungun, beberapa tahun lalu.
Tentu persekutuan dengan Tuhan tidak juga ditinggalkan dan merupakan kekuatan besar mereka memperoleh pengiburan dan kekuatan.
Di gereja GKPS Simalingkar yang beranggotakan 178 KK itu terdapat 25 janda/duda, 7 orang lansia (berusia 70 tahun ke atas) dan 3 anak yatim (sampai SD).
Acara ini diselenggarakan setiap tahun. Beberapa waktu yang lalu, mereka juga diberikan pelayanan khusus berupa pemutaran film, serta ceramah pencerahan, sehingga mereka tetap bersemangat dalam kesendirian menghadapi permasalah hidup di tengah-tengah keluarga mereka.
Khusus Minggu Namabalu, Lansia dan Na Tading Maetek, kebaktian menggunakan tata ibadah yang dipersiapkan kantor Pusat GKPS yang dipimpin PW Masnarena br Purba.
Sebuah refleksi firman Tuhan Mazmur 1:2-6 (Namabalu), Amsal 3:1-12 (Lansia), Mazmur 23: 1-6 (Natading maetek). Refleksi dibacakan secara berurutan dari Na Mabalu, Lansia dan Na tading Maetek.
Acara diisi Vokal Group dari Namabalu dan Lansia. Sebuah lagu yang menyentuh perasaan berjudul "Anggo Hupingkiri Goluh On". Pembacaan Puisi oleh Pia br Sinaga, seorang Pemuda GKPS yang baru lulus UMPTN 2014.
Khotbah yang disampaikan PW Masnarena br Purba dari nas Roma 12:1-8 mengingatkan mereka agar dalam status bagaimanapun, kita mampu bersyukur dan tidak bersungut-sungut.
"Nikmatilah keberadaan saudara-saudara sebagai Lansia, sebagai janda, sebagai anak na tading maetek bersama Tuhan dengan rasa syukur, dan tidak bersungut-sungut," tandasnya.
Pada kesempatan itu, jemaat memberikan bingkisan berupa sejumlah uang sebagai tanda atau simbol kepedulian seluruh jemaat.
"Bukan nilai yang diberikan tapi bagaimana kami masih di perhatikan dan di perhitungkan, yang menjadi penguatan sekaligus penyemangat kami," ujar Ester br Lubis, janda Pdt Lihardo Purba, STh, seorang pendeta yang meninggal beberapa tahun lalu.
Ester br Lubis, lulusan STT Abdi Sabda itu, kini mengasuh dua putranya yang masih duduk di SD, dan sendirian melanjutkan perjalanan keluarganya, membesarkan kedua putranya yang masih kecil-kecil. Dia aktif mengajar Sekolah Minggu sekaligus membawa dan membimbing keduanya.
Pesan Pimpinan Pusat GKPS dalam Minggu Namabalu, Lansia dan Na tading Maetek menekankan agar jemaat peduli kepada mereka yang menyandang status janda. lansia dan anak yatim. Mereka adalah anggota jemaat yang memerlukan dukungan dan dorongan semangat.
SELAMAT MINGGU NAMABALU, LANSIA DAN NA TADING MAETEK.
Medan, 24 Agustus 2014
Para Janda, Lansia dan anak Yatim bernyanyi bersama.
Rabu, 20 Agustus 2014
Karen Agustiawan: Mundur dari Pertamina, Memilih Jadi Guru
Oleh: Jannerson Girsang
Langkah Karen Agustiawan mundur sebagai Dirut Pertamina beberapa hari yang lalu, sungguh sebuah kejutan. Di negeri dimana jabatan identik dengan "uang" dan sudah hampir merupakan "dewa", ternyata di mata Karen jabatan Dirut Pertamina sekalipun bukan sesuatu yang dia perlukan. Dia orang yang langka di negeri ini. .
Karen adalah perempuan profesional dan menghargai nilai kebaikan. Karen lebih memilih mengajar, dari pada jadi Dirut Pertamina, "lumbung uang". Mungkin orang materialistis akan menilainya bodoh, atau tak tau diuntung!.
Biasanya seorang Dirut manggut-manggut kepada Menteri BUMN. Beda dengan Karen. Menteri malah membujuk dia supaya tetap mau jadi Dirut perusahan yang memiliki laba Rp35,77 triliun tahun 2013 . Gaji dan bonusnya berapa tuh ya!
"Saya sudah berkali-kali membujuknya, tetapi terus saja mengajukan mundur, jadi tidak bisa saya tahan" kata Menteri BUMN, Dahlan Iskan.
Beberapa koleganya menilai Dirut Pertamina wanita pertama itu sebagai seorang profesional yang tak tergiur dengan materi, seperti kebanyakan pejabat Indonesia saat ini. Sikapnya konsisten sejak awal menjadi Dirut.
Selepas mundur dari Dirut Pertamina itu adalah lulusan Teknik Fisika ITB Bandung 1983 itu akan mengajar di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Sebuah Perguruan Tinggi kelas wahid di negeri Paman Sam. Dia akan berangkat 1 Oktober 2014 mendatang.
Menurut harian Kompas, sebelumnya ibu dari tiga anak itu, telah bergabung dengan lembaga yang bernaung di bawah Universitas Harvard, yakni The Belfer Center for Science and International Affairs. Lembaga tersebut merupakan hub penelitian, pengajaran, dan pelatihan dalam keamanan internasional dan diplomasi, isu-isu lingkungan dan sumber daya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi kebijakan di Harvard Kennedy School.
Tak heran kalau Karen--mulai menjabat sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) pada 5 Maret 2008 itu menoreh berbagai prestasi gemilang.
Dalam catatan mediaonline Okezone, putri Dr. Sumiyatno, utusan pertama Indonesia di World Health Organization (WHO) itu masuk dalam jajaran pengusaha wanita paling berpengaruh di Asia. Pada tahun 2012 Forbes menempatkannya di peringkat 53. Dia juga masuk dalam daftar wanita paling berpengaruh di Asia, Forbes menempatkanya di peringkat 55 pada 2014. .
Selain itu istri Hermawan Agustiawan--bekerja di Dewan Energi Nasional.itu, juga berhasil membawa Pertamina masuk dalam jajaran perusahaan Fortune Global 500 di tahun 2013, peringkat 122. Di tahun 2014, Pertamina juga berhasil bertahan di daftar Fortune Global 500, yakni di peringkat 123
Wanita pertama yang menjadi Dirut di Pertamina itu juga berhasil membuat Pertamina jauh lebih untung, yakni dengan mengalami kenaikan laba sebesar 107,6 persen dari Rp17,1 triliun (2007) menjadi Rp 35,77 triliun (2013) .
Sebelum masuk di lingkungan Pertamina, wanita yang memiliki nama lengkap Galaila Karen Agustiwan ini memulai kariernya di perusahaan minyak Mobil Oil Indonesia hingga 1996 atau ketika perusahaan tersebut diakuisisi oleh Exxon Mobil.
Rumor selalu muncul apapun yang terjadi di Indonesia.Sulit sekali kita membedakan orang baik dan perampok. Saya tidak pernah langsung percaya kalau alasan Karen politis!. "Kita suka mempolitisasi apa saja" kata Habibie.
Yang jelas para pejabat seperti Menteri BUMN, Dahlan Iskan, Menko Ekuin, Khairul Tanjung menepis semua rumor itu dan mengatakan alasan mundurnya Karen tidak ada alasan politis. Kata Dahlan mundurnya Karen murni alasan pribadi: Mau Mengajar, menebar kebaikan.
Wanita kelahiran Bandung, 19 Oktober 1958 itu akan menambah perempuan Indonesia yang berkiprah di luar negeri menyusul Sri Mulyani yang kini menjadi seorang pejabat di Bank Dunia.
Hebat kan Perempuan Indonesia!.
Karen tidak mendewakan uang dan jabatan. Jabatan adalah amanah, bukan kekuatan untuk mendapat kekuasaan atau kekayaan pribadi. Karen berhasil menaikkan laba Pertamina lebih dari seratus persen selama menjabat Dirut.
Mengapa Karen mundur dari Pertamina, mengapa Sri Mulyani mundur dari Menteri Keuangan? Mengapa mereka mendapat tempat terhormat di negeri orang? Mereka adalah tokoh-tokoh kaliber dunia.
Mari bangsa Indonesia bertanya kepada rumput yang bergoyang. Mungkinkah sebuah anomali tengah berlangsung di negeri gemah ripah lho jinawi ini.
Medan, 20 Agustus 2014
Langkah Karen Agustiawan mundur sebagai Dirut Pertamina beberapa hari yang lalu, sungguh sebuah kejutan. Di negeri dimana jabatan identik dengan "uang" dan sudah hampir merupakan "dewa", ternyata di mata Karen jabatan Dirut Pertamina sekalipun bukan sesuatu yang dia perlukan. Dia orang yang langka di negeri ini. .
Karen adalah perempuan profesional dan menghargai nilai kebaikan. Karen lebih memilih mengajar, dari pada jadi Dirut Pertamina, "lumbung uang". Mungkin orang materialistis akan menilainya bodoh, atau tak tau diuntung!.
Biasanya seorang Dirut manggut-manggut kepada Menteri BUMN. Beda dengan Karen. Menteri malah membujuk dia supaya tetap mau jadi Dirut perusahan yang memiliki laba Rp35,77 triliun tahun 2013 . Gaji dan bonusnya berapa tuh ya!
"Saya sudah berkali-kali membujuknya, tetapi terus saja mengajukan mundur, jadi tidak bisa saya tahan" kata Menteri BUMN, Dahlan Iskan.
Beberapa koleganya menilai Dirut Pertamina wanita pertama itu sebagai seorang profesional yang tak tergiur dengan materi, seperti kebanyakan pejabat Indonesia saat ini. Sikapnya konsisten sejak awal menjadi Dirut.
Selepas mundur dari Dirut Pertamina itu adalah lulusan Teknik Fisika ITB Bandung 1983 itu akan mengajar di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Sebuah Perguruan Tinggi kelas wahid di negeri Paman Sam. Dia akan berangkat 1 Oktober 2014 mendatang.
Menurut harian Kompas, sebelumnya ibu dari tiga anak itu, telah bergabung dengan lembaga yang bernaung di bawah Universitas Harvard, yakni The Belfer Center for Science and International Affairs. Lembaga tersebut merupakan hub penelitian, pengajaran, dan pelatihan dalam keamanan internasional dan diplomasi, isu-isu lingkungan dan sumber daya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi kebijakan di Harvard Kennedy School.
Tak heran kalau Karen--mulai menjabat sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) pada 5 Maret 2008 itu menoreh berbagai prestasi gemilang.
Dalam catatan mediaonline Okezone, putri Dr. Sumiyatno, utusan pertama Indonesia di World Health Organization (WHO) itu masuk dalam jajaran pengusaha wanita paling berpengaruh di Asia. Pada tahun 2012 Forbes menempatkannya di peringkat 53. Dia juga masuk dalam daftar wanita paling berpengaruh di Asia, Forbes menempatkanya di peringkat 55 pada 2014. .
Selain itu istri Hermawan Agustiawan--bekerja di Dewan Energi Nasional.itu, juga berhasil membawa Pertamina masuk dalam jajaran perusahaan Fortune Global 500 di tahun 2013, peringkat 122. Di tahun 2014, Pertamina juga berhasil bertahan di daftar Fortune Global 500, yakni di peringkat 123
Wanita pertama yang menjadi Dirut di Pertamina itu juga berhasil membuat Pertamina jauh lebih untung, yakni dengan mengalami kenaikan laba sebesar 107,6 persen dari Rp17,1 triliun (2007) menjadi Rp 35,77 triliun (2013) .
Sebelum masuk di lingkungan Pertamina, wanita yang memiliki nama lengkap Galaila Karen Agustiwan ini memulai kariernya di perusahaan minyak Mobil Oil Indonesia hingga 1996 atau ketika perusahaan tersebut diakuisisi oleh Exxon Mobil.
Rumor selalu muncul apapun yang terjadi di Indonesia.Sulit sekali kita membedakan orang baik dan perampok. Saya tidak pernah langsung percaya kalau alasan Karen politis!. "Kita suka mempolitisasi apa saja" kata Habibie.
Yang jelas para pejabat seperti Menteri BUMN, Dahlan Iskan, Menko Ekuin, Khairul Tanjung menepis semua rumor itu dan mengatakan alasan mundurnya Karen tidak ada alasan politis. Kata Dahlan mundurnya Karen murni alasan pribadi: Mau Mengajar, menebar kebaikan.
Wanita kelahiran Bandung, 19 Oktober 1958 itu akan menambah perempuan Indonesia yang berkiprah di luar negeri menyusul Sri Mulyani yang kini menjadi seorang pejabat di Bank Dunia.
Hebat kan Perempuan Indonesia!.
Karen tidak mendewakan uang dan jabatan. Jabatan adalah amanah, bukan kekuatan untuk mendapat kekuasaan atau kekayaan pribadi. Karen berhasil menaikkan laba Pertamina lebih dari seratus persen selama menjabat Dirut.
Mengapa Karen mundur dari Pertamina, mengapa Sri Mulyani mundur dari Menteri Keuangan? Mengapa mereka mendapat tempat terhormat di negeri orang? Mereka adalah tokoh-tokoh kaliber dunia.
Mari bangsa Indonesia bertanya kepada rumput yang bergoyang. Mungkinkah sebuah anomali tengah berlangsung di negeri gemah ripah lho jinawi ini.
Medan, 20 Agustus 2014
Keterbatasab Bukan Halangan Berhasil
Oleh: Jannerson Girsang
Mengeluhkan keterbatasan adalah pekerjan sia-sia, menyalahkan orang lain dan keadaan menambah musuh.
Tapi, tiap hari kita menemukannya di mana-mana. Padahal, "Keterbatasan bukan halangan berhasil," seperti seringkali diungkapkan dalam acara Kick Andy, Metro TV.
Andaikan saya tinggal di Jakarta, maka saya sudah bisa berhubungan dengan para produser, karya-karya saya sudah bisa diterbitkan percetakan besar.
Cuma, orang yang menggerutu itu masih tinggal di Medan, tidak ada usaha untuk pindah ke Jakarta, atau membina hubungan dengan para penerbit di Jakarta. .
Bahkan melakukan kampanye: "Jakarta hanya memikirkan para penulis yang tinggal di Jakarta. Tak pernah memikirkan para penulis di daerah. Bagaimana kami bisa maju"
Kemudian ada seorang ahli menemukan sebuah produk yang menurutnya cukup bagus.
"Seandainya saya punya uang Rp 1 miliar, maka saya sudah bisa bangun pabrik dan menyerap banyak tenaga-tenaga muda,".
Lantas orang yang mengucapkan kalimat itu hanya diam saja, tidak melakukan apa-apa, kecuali menggerutu.
"Tidak ada yang menghargai karya saya. Inilah negeriku hanya memikirkan koruptor. Usaha saya, tidak ada yang mau membantu".
Kemudian ke sana kemari menyalahkan pemerintah, menyalahkan lingkungannya. .
Siapapun bisa melakukan sesuatu kalau semua sudah tersedia.
Kalau sudah ada uang Rp 1 miliar, tinggal panggil tukang beri uang yang dibutuhkan, tunggu tiga bulan, maka bangunan pabrik akan selesai.
Tidak ada usaha, tidak ada pembelajaran, tidak ada inspirasi yang muncul.
Tidak demikian halnya dengan para anak muda pendiri Google Sergey Brins dan Larry Page.
Saat awal mendirikan perusahaan mesin pencari terbesar dunia itu mereka membutuhkan USD 1 juta. Sementara mereka hanya punya USD 100 ribu.
Mereka tidak hanya mengatakan, "kalau kami punya USD 1 juta". Keduanya tidak pernah mengeluh dan menyalahkan siapapun.
Lantas, keduanya berusaha mendapatkan USD 1 juta dengan cara yang sangat kreative. Secara terus menerus mereka mencari kesempatan untuk bisa mempresentasikan rencananya di depan para pengusaha terkemuka di Amerika.
Hasilnya, mereka memperoleh keyakinan dan dari seorang pengusaha besar Mordechai memberi mereka pinjaman sebesar USD 100 ribu.
Tindakan Mordechai ini mengundang kepercayaan pengusaha terkemuka Amerika lainnya. Mereka juga memberikan pinjaman dan memenuhi kebutuhan awal Google.
Google terus berkembang dan kini memperoleh penghasilan USD 38,6 miliar dari iklan online dan menguasai 33 persen iklan online global.
"Jangan mengeluhkan keterbatasan, tetapi lakukan kegiatan kreatif sehingga keterbatasan itu menumbuhkan kepercayan orang untuk membantu".
Medan, 20 Agustus 2014
Mengeluhkan keterbatasan adalah pekerjan sia-sia, menyalahkan orang lain dan keadaan menambah musuh.
Tapi, tiap hari kita menemukannya di mana-mana. Padahal, "Keterbatasan bukan halangan berhasil," seperti seringkali diungkapkan dalam acara Kick Andy, Metro TV.
Andaikan saya tinggal di Jakarta, maka saya sudah bisa berhubungan dengan para produser, karya-karya saya sudah bisa diterbitkan percetakan besar.
Cuma, orang yang menggerutu itu masih tinggal di Medan, tidak ada usaha untuk pindah ke Jakarta, atau membina hubungan dengan para penerbit di Jakarta. .
Bahkan melakukan kampanye: "Jakarta hanya memikirkan para penulis yang tinggal di Jakarta. Tak pernah memikirkan para penulis di daerah. Bagaimana kami bisa maju"
Kemudian ada seorang ahli menemukan sebuah produk yang menurutnya cukup bagus.
"Seandainya saya punya uang Rp 1 miliar, maka saya sudah bisa bangun pabrik dan menyerap banyak tenaga-tenaga muda,".
Lantas orang yang mengucapkan kalimat itu hanya diam saja, tidak melakukan apa-apa, kecuali menggerutu.
"Tidak ada yang menghargai karya saya. Inilah negeriku hanya memikirkan koruptor. Usaha saya, tidak ada yang mau membantu".
Kemudian ke sana kemari menyalahkan pemerintah, menyalahkan lingkungannya. .
Siapapun bisa melakukan sesuatu kalau semua sudah tersedia.
Kalau sudah ada uang Rp 1 miliar, tinggal panggil tukang beri uang yang dibutuhkan, tunggu tiga bulan, maka bangunan pabrik akan selesai.
Tidak ada usaha, tidak ada pembelajaran, tidak ada inspirasi yang muncul.
Tidak demikian halnya dengan para anak muda pendiri Google Sergey Brins dan Larry Page.
Saat awal mendirikan perusahaan mesin pencari terbesar dunia itu mereka membutuhkan USD 1 juta. Sementara mereka hanya punya USD 100 ribu.
Mereka tidak hanya mengatakan, "kalau kami punya USD 1 juta". Keduanya tidak pernah mengeluh dan menyalahkan siapapun.
Lantas, keduanya berusaha mendapatkan USD 1 juta dengan cara yang sangat kreative. Secara terus menerus mereka mencari kesempatan untuk bisa mempresentasikan rencananya di depan para pengusaha terkemuka di Amerika.
Hasilnya, mereka memperoleh keyakinan dan dari seorang pengusaha besar Mordechai memberi mereka pinjaman sebesar USD 100 ribu.
Tindakan Mordechai ini mengundang kepercayaan pengusaha terkemuka Amerika lainnya. Mereka juga memberikan pinjaman dan memenuhi kebutuhan awal Google.
Google terus berkembang dan kini memperoleh penghasilan USD 38,6 miliar dari iklan online dan menguasai 33 persen iklan online global.
"Jangan mengeluhkan keterbatasan, tetapi lakukan kegiatan kreatif sehingga keterbatasan itu menumbuhkan kepercayan orang untuk membantu".
Medan, 20 Agustus 2014
Menjadi Mahasiswa di Usia 14 Tahun, 6 Bulan dan 9 Hari
Oleh: Jannerson Girsang
Prestasi Arya Bagus, pria kelahiran Solo, 23 Pebruari 2000 cukup istimewa!.
Di usia 14 tahun, 6 bulan dan 9 hari dia berhasil melewati ujian tertulis dan menjadi mahasiswa termuda Universitas Gajah Mada. Pada usia yang sama umumnya anak-anak Indonesia masih duduk di bangku SMP.
Dia juga bercita-cita sudah meraih gelar Master pada usia 19 tahun.
"Meski termuda harus menjadi yang terdepan, itu pesan ibu. Saya bertekad ingin ikut program Fastrack UGM, S1 sampai S2 ditempuh 5 tahun," tandasnya.
Arya memang berbeda dari anak-anak seusianya.
Arya sudah memasuki SD pada usia 4 tahun. Istimewanya lagi, Arya ikut kelas akselerasi mulai dari SD hingga SMA. Dia hanya butuh waktu menyelesaikan SD hingga SMA dalam waktu 10 tahun. Enam tahun di SD, 2 tahun di SMP dan dua tahun di SMA.
Luar biasa ya!.
Tentu, prestasi itu tidak begitu saja berlangsung. Orang tuanya mendorongnya ikut program akselerasi dan memilih kuliah di Jurusan Teknik Sipil UGM Arya juga termotivasi oleh pekerjaan ayahnya, Aris Murtopo yang bekerja sebagai PNS di Dinas Pekerjaan Umum di Karanganyar.
Arya sendiri melihat teknik sipil masih akan terus digunakan,karena selama negeri ini terus membangun akan membutuhkan jurusan yang dipilihnya.
Guna meraih cita-cita itu, Arya mengaku akan berusaha lulus S1 dengan target kurang dari 3,5 tahun. Jika ada kesempatan, anak kedua dari dua bersaudara ini ingin melanjutkan studi ke jenjang S2.
Kalau cita-citanya itu terkabul, maka di usia 19 tahun, Arya sudah meraih gelar Master. Selamat buat Arya.
"The revolution has always been in the hands of the young. The young always inherit the revolution".(Huey Newton). Revolusi mental, jadikan bangsa kita menjadi bangsa yang besar, mampu menghasilkan karya, bukan hanya jadi "pecundang-pecundang".
Diramu dari berbagai sumber.
Medan, 20 Agustus 2014
Doa Seorang Janda
Oleh: Jannerson Girsang
"Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah. Sedangkan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam. Tetapi seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup.Sedangkan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam". (1 Tim 4-6).
Malam ini, saya menerima telepon dari ayah saya yang mengabarkan kabar duka cita, dari kampung yang berjarak sekitar 106 kilometer dari tempat saya menulis kisah ini.
Ompung Morlinim br Sinaga meninggal dunia dalam usia 93 tahun, malam ini. Beliau adalah adik dari ibu ayah saya.
Sebuah renungan kutuliskan sebagai wujud kekaguman dan sayangku untuk Ompung, sebelum aku bisa melihat wajahmu untuk yang terakhir kalinya. Jarak dan pekerjan membuatku belum bisa melayatmu saat ini.
Ompung Morlinim yang tidak lulus SD adalah potret seorang perempuan yang tangguh tetapi lembut, tak berpendidikan tapi cerdas dan bijak.
Seorang ibu yang selalu memberi rasa optimis, penebar kasih sayang. Saya jadi sadar, menebar kebaikan memang tidak harus memiliki ijazah S1, S2, S3, atau Professor. Cukup menguasai satu satu bahasa: "Bahasa Kasih".
Penderitaan adalah jalan Tuhan mendekatkan umatNya diri kepadaNya. Itulah yang kuyakini berlaku bagi almarhumah. Almarhumah sudah menjanda setelah suaminya Ompung Benyamin Girsang meninggal dunia pada 1967.
Sepeninggal ompung laki-laki, putrinya, si Bungsu, Reny Girsang, SH masih dalam gendongan. Anak tertuanya Ruslan Girsang saat itu berusia sekitar 20 tahun dan belum menikah.
Kehidupan pahit seorang ibu dengan sepuluh anak tanpa suami mampu dilaluinya dengan penuh pengharapan dan suka cita. Misalnya, Lermianna yang sempat putus sekolah setelah lulus SMP karena ketiadan biaya, akhirnya menjadi seorang Penginjil Wanita di GKPS, si Bungsu, Reny Girsang,lulus dari Fakultas Hukum, Universitas Lampung. Almarhum Pdt Josep Girsang, STh, pendeta GKPS yang meninggal pada 1988.
Cucunya Shemaria EvhIta Girsang berhasil meraih gelar S2 dari Universitas HKBP Nommensen tahun ini.
Ompung ini tidak pernah sakit, meski hampir "tidak pernah berhenti bekerja". Beberapa tahun terakhir, karena usia tuanya mengharuskannya hanya tinggal di rumah.
Penampilannya selalu ceria, tampak lebih muda dari usianya dan memberi inspirasi bagi kami cucu-cucunya. Tak pernah marah dan penuh kasih sayang.
Beliau adalah pemersatu keluarga kami, rajin mengunjungi famili. Ayah saya yang bersaudara ibu, seperti bersaudara kandung dengan anak-anaknya. Orang selalu salah mengira bahwa ayahku dengan Lermianna saudara ayah, padahal sebenarnya saudara ibu.
Beliau berhasil mewariskan kebaikan kepada keturunannya, sehingga kami merasa satu sama lain dekat, dan hidup saling merindukan satu dengan yang lain.
Sebuah misi yang tak sepenuhnya bisa dilakukan semua orang tua. Mewariskan "damai" bagi keturunannya.
Peristiwa paling berkesan bagiku dengan almarhum adalah ketika beliau bisa mengikuti acara wisudaku sebagai Sarjana Pertanian dari IPB, pada Mei 1985. Tanpa sebuah rencana, dia memiliki kesempatan yang langka bagi seorang janda, petani kampung, menikmati Jagorawi dan bisa bertemu tokoh pertanian negeri ini.
Entah bagimana saat itu, beliau bersama dua orang "ompung" lain kebetulan berada di Jakarta. Mereka bertiga begitu bersemangat dan suka cita bisa berada di auditorium salah satu Universitas terkemuka di negeri ini. Kesempatan yang tidak pernah dimimpikanya sebelumnya.
"Aih, jenges tumang dalan i Jawa on (Bagus sekali Jalan di Jawa ini" katanya, menggambarkan Jagorawi yang mereka lintasi dari Jakarta ke Bogor. Dia terkesan sekali jalan itu dibandingkanya dengan jalan Mardingding-Pematangsiantar yang ketika itu masih berlubang-lubang.
"Sonang tumang au. Boi dihut bani wisuda ni pahompungku (aku sangat senang bisa menghadiri wisuda cucuku)," katanya ketika itu.
Saat itu Ompung Morlinim, seorang janda, petani miskin merasa bangga bisa bersalaman dengan almarhum Prof Dr Andi Hakim Nasution, Rektor Institut Pertanian Bogor.
Dia juga senang karena saat itu cicitnya, putri pertamaku Clara Girsang sudah berusia 3 bulan. (29 tahun sesudah peristiwa itu, kini Clara sudah memberiku seorang cucu berusia 1 tahun)
Ompung yang saya kasihi. Malam ini saya teringat saat aku membawa semua cicitmu Clara, Patricia Girsang , Bernard Patralison Girsang Devee Girsang di Pematangsiantar beberapa tahun lalu. Kita bercanda bersama. Ompung membuat semangat cicit-cicitnya.
Mungkin itulah pertemuan kita yang terakhir secara lengkap bersama keluarga cucumu ini, karena kemudian cicit-cicitmu berangkat ke kota tempat studi mereka, bahkan menikah tanpa Ompung saksikan lagi.
Semua memang berakhir. Usia tuamu melemahkan tubuhmu. Tubuhmu yang lemah dan hanya tinggal di rumah beberapa tahun terakhir. Tapi kuyakin lemahnya tubuhmu masih memiliki kekuatan melalui doa-doamu.
Cucu-cucu dan cicit-cicitmu meraih cita-cita mereka, buah kekuatan doa-doamu.
Malam ini aku terkenang saat perayaan Ulang Tahun Putrimu Lermianna Girsang ke-60, di Balei Bolon, Desember 2009, saat dia memasuki pensiun. Aku menuliskan cukilan kisah putrimu dan tentunya kisahmu juga. Begitu menginspirasi kami semua.
Membaca artikel yang kutuilis pada 2009, mengingatkanku pada ketegaranmu, kesabaranmu, kelembutan dan halusnya tutur bahasamu. Bertemu Ompung terasa damai, tenang, merasa dihargai!
Aku senantiasa terharu dan terinspirasi setiap kali membaca kisah putrimu Lermianna dan kisahmu: "Apa di Balik Gunung", sebuah perjalanan hidup yang memberi keyakinan bahwa masa depan kita ada di tanganNya. Kita hanya perlu percaya dan lakukan perintah-perintahNya.
Kini semuanya hanya kenangan. Keteladanan yang tak akan pernah sirna dari kehidupanku. Ompung dan namboru Lermianna, dua wanita yang sungguh menginspirasi hidupku.
You are the great peace maker, great inspirator!
http:// www.harangan-sitora.blogspot.co m/2009/12/ apa-di-balik-gunung.html
Selamat Jalan Ompung. Hidupmu adalah Imanmu. Doa seorang janda memang luar biasa!
Medan, 19 Agustus 2014
"Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah. Sedangkan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam. Tetapi seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup.Sedangkan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam". (1 Tim 4-6).
Malam ini, saya menerima telepon dari ayah saya yang mengabarkan kabar duka cita, dari kampung yang berjarak sekitar 106 kilometer dari tempat saya menulis kisah ini.
Ompung Morlinim br Sinaga meninggal dunia dalam usia 93 tahun, malam ini. Beliau adalah adik dari ibu ayah saya.
Sebuah renungan kutuliskan sebagai wujud kekaguman dan sayangku untuk Ompung, sebelum aku bisa melihat wajahmu untuk yang terakhir kalinya. Jarak dan pekerjan membuatku belum bisa melayatmu saat ini.
Ompung Morlinim yang tidak lulus SD adalah potret seorang perempuan yang tangguh tetapi lembut, tak berpendidikan tapi cerdas dan bijak.
Seorang ibu yang selalu memberi rasa optimis, penebar kasih sayang. Saya jadi sadar, menebar kebaikan memang tidak harus memiliki ijazah S1, S2, S3, atau Professor. Cukup menguasai satu satu bahasa: "Bahasa Kasih".
Penderitaan adalah jalan Tuhan mendekatkan umatNya diri kepadaNya. Itulah yang kuyakini berlaku bagi almarhumah. Almarhumah sudah menjanda setelah suaminya Ompung Benyamin Girsang meninggal dunia pada 1967.
Sepeninggal ompung laki-laki, putrinya, si Bungsu, Reny Girsang, SH masih dalam gendongan. Anak tertuanya Ruslan Girsang saat itu berusia sekitar 20 tahun dan belum menikah.
Kehidupan pahit seorang ibu dengan sepuluh anak tanpa suami mampu dilaluinya dengan penuh pengharapan dan suka cita. Misalnya, Lermianna yang sempat putus sekolah setelah lulus SMP karena ketiadan biaya, akhirnya menjadi seorang Penginjil Wanita di GKPS, si Bungsu, Reny Girsang,lulus dari Fakultas Hukum, Universitas Lampung. Almarhum Pdt Josep Girsang, STh, pendeta GKPS yang meninggal pada 1988.
Cucunya Shemaria EvhIta Girsang berhasil meraih gelar S2 dari Universitas HKBP Nommensen tahun ini.
Ompung ini tidak pernah sakit, meski hampir "tidak pernah berhenti bekerja". Beberapa tahun terakhir, karena usia tuanya mengharuskannya hanya tinggal di rumah.
Penampilannya selalu ceria, tampak lebih muda dari usianya dan memberi inspirasi bagi kami cucu-cucunya. Tak pernah marah dan penuh kasih sayang.
Beliau adalah pemersatu keluarga kami, rajin mengunjungi famili. Ayah saya yang bersaudara ibu, seperti bersaudara kandung dengan anak-anaknya. Orang selalu salah mengira bahwa ayahku dengan Lermianna saudara ayah, padahal sebenarnya saudara ibu.
Beliau berhasil mewariskan kebaikan kepada keturunannya, sehingga kami merasa satu sama lain dekat, dan hidup saling merindukan satu dengan yang lain.
Sebuah misi yang tak sepenuhnya bisa dilakukan semua orang tua. Mewariskan "damai" bagi keturunannya.
Peristiwa paling berkesan bagiku dengan almarhum adalah ketika beliau bisa mengikuti acara wisudaku sebagai Sarjana Pertanian dari IPB, pada Mei 1985. Tanpa sebuah rencana, dia memiliki kesempatan yang langka bagi seorang janda, petani kampung, menikmati Jagorawi dan bisa bertemu tokoh pertanian negeri ini.
Entah bagimana saat itu, beliau bersama dua orang "ompung" lain kebetulan berada di Jakarta. Mereka bertiga begitu bersemangat dan suka cita bisa berada di auditorium salah satu Universitas terkemuka di negeri ini. Kesempatan yang tidak pernah dimimpikanya sebelumnya.
"Aih, jenges tumang dalan i Jawa on (Bagus sekali Jalan di Jawa ini" katanya, menggambarkan Jagorawi yang mereka lintasi dari Jakarta ke Bogor. Dia terkesan sekali jalan itu dibandingkanya dengan jalan Mardingding-Pematangsiantar yang ketika itu masih berlubang-lubang.
"Sonang tumang au. Boi dihut bani wisuda ni pahompungku (aku sangat senang bisa menghadiri wisuda cucuku)," katanya ketika itu.
Saat itu Ompung Morlinim, seorang janda, petani miskin merasa bangga bisa bersalaman dengan almarhum Prof Dr Andi Hakim Nasution, Rektor Institut Pertanian Bogor.
Dia juga senang karena saat itu cicitnya, putri pertamaku Clara Girsang sudah berusia 3 bulan. (29 tahun sesudah peristiwa itu, kini Clara sudah memberiku seorang cucu berusia 1 tahun)
Ompung yang saya kasihi. Malam ini saya teringat saat aku membawa semua cicitmu Clara, Patricia Girsang , Bernard Patralison Girsang Devee Girsang di Pematangsiantar beberapa tahun lalu. Kita bercanda bersama. Ompung membuat semangat cicit-cicitnya.
Mungkin itulah pertemuan kita yang terakhir secara lengkap bersama keluarga cucumu ini, karena kemudian cicit-cicitmu berangkat ke kota tempat studi mereka, bahkan menikah tanpa Ompung saksikan lagi.
Semua memang berakhir. Usia tuamu melemahkan tubuhmu. Tubuhmu yang lemah dan hanya tinggal di rumah beberapa tahun terakhir. Tapi kuyakin lemahnya tubuhmu masih memiliki kekuatan melalui doa-doamu.
Cucu-cucu dan cicit-cicitmu meraih cita-cita mereka, buah kekuatan doa-doamu.
Malam ini aku terkenang saat perayaan Ulang Tahun Putrimu Lermianna Girsang ke-60, di Balei Bolon, Desember 2009, saat dia memasuki pensiun. Aku menuliskan cukilan kisah putrimu dan tentunya kisahmu juga. Begitu menginspirasi kami semua.
Membaca artikel yang kutuilis pada 2009, mengingatkanku pada ketegaranmu, kesabaranmu, kelembutan dan halusnya tutur bahasamu. Bertemu Ompung terasa damai, tenang, merasa dihargai!
Aku senantiasa terharu dan terinspirasi setiap kali membaca kisah putrimu Lermianna dan kisahmu: "Apa di Balik Gunung", sebuah perjalanan hidup yang memberi keyakinan bahwa masa depan kita ada di tanganNya. Kita hanya perlu percaya dan lakukan perintah-perintahNya.
Kini semuanya hanya kenangan. Keteladanan yang tak akan pernah sirna dari kehidupanku. Ompung dan namboru Lermianna, dua wanita yang sungguh menginspirasi hidupku.
You are the great peace maker, great inspirator!
http://
Selamat Jalan Ompung. Hidupmu adalah Imanmu. Doa seorang janda memang luar biasa!
Medan, 19 Agustus 2014
Menjelekkan untuk Naik Daum, Ogah Ah!
Haruskah melukai, menjelekkan dan memfitnah orang lain supaya kita kelihat hebat, benar?. Ogah Akh!
Menjelekkan, memfitnah orang lain supaya kita dianggap baik, menyalahkan orang lain supaya kita terlihat benar, tidak pernah mencapai kemenangan yang membahagiakan semua orang.
Situasi seperti ini akan terus menerus terjadi dimanapun kita berada. Kalau Anda menghadapi teman-teman seperti itu, kuncinya hanya satu.
"Teruskan berbuat yang Anda yakini baik, seperti kata Mother Theresia. . Jangan lawan rumor dengan rumor, karena akan turut menebar kebencian. Jangan lawan menyakiti membalas dengan menyakiti, karena makin banyak orang tersakiti. Kalau ada orang di FB seperti itu, delete aja. Dia buat lagi, delete lagi. Jangan kasi komentar".
Pendukung orang yang menyakiti, membuat fitnah juga banyak. Dia tidak sendiri. Bahkan ada yang tidak bersalah, tiada tau apa-apa bisa terkena dampaknya.
Kadang, diam itu emas. Pada saatnya, yang busuk, akan keluar dari sarangnya!
27 tahun Nelson Mandela di penjara, bukan karena kesalahannya. Nelson Mandela hanya ingin agar manusia kulit hitam diperlakukan sama dengan kulit putih.
Penguasa apartheid hanya mencari alasan supaya dia bersalah. Para sipir penjara memperlakukan dirinya tidak manusiawi.
Salahkah mimpinya?. Tidak kawan-kawan. Dia akhirnya, setelah 27 tahun dituduh bersalah, difitnah, orang lain membuktikan dirinya benar, tanpa menyakiti siapapun. Hebat yah!
Medan, 18 Agustus 2014
Menjelekkan, memfitnah orang lain supaya kita dianggap baik, menyalahkan orang lain supaya kita terlihat benar, tidak pernah mencapai kemenangan yang membahagiakan semua orang.
Situasi seperti ini akan terus menerus terjadi dimanapun kita berada. Kalau Anda menghadapi teman-teman seperti itu, kuncinya hanya satu.
"Teruskan berbuat yang Anda yakini baik, seperti kata Mother Theresia. . Jangan lawan rumor dengan rumor, karena akan turut menebar kebencian. Jangan lawan menyakiti membalas dengan menyakiti, karena makin banyak orang tersakiti. Kalau ada orang di FB seperti itu, delete aja. Dia buat lagi, delete lagi. Jangan kasi komentar".
Pendukung orang yang menyakiti, membuat fitnah juga banyak. Dia tidak sendiri. Bahkan ada yang tidak bersalah, tiada tau apa-apa bisa terkena dampaknya.
Kadang, diam itu emas. Pada saatnya, yang busuk, akan keluar dari sarangnya!
27 tahun Nelson Mandela di penjara, bukan karena kesalahannya. Nelson Mandela hanya ingin agar manusia kulit hitam diperlakukan sama dengan kulit putih.
Penguasa apartheid hanya mencari alasan supaya dia bersalah. Para sipir penjara memperlakukan dirinya tidak manusiawi.
Salahkah mimpinya?. Tidak kawan-kawan. Dia akhirnya, setelah 27 tahun dituduh bersalah, difitnah, orang lain membuktikan dirinya benar, tanpa menyakiti siapapun. Hebat yah!
Medan, 18 Agustus 2014
Pemuda GKPS Simalingkat Sponsori Perayaan 17 Agustus
Oleh: Jannerson Girsang
Di tengah-tengah lesunya peringatan Hari Kemerdekaan di lingkungan masing-masing, pemuda gereja GKPS Simalingkar, menyadarkan kami semua warga untuk secara bersama-sama merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-69 di lingkungan gereja.
Perayaan seperti ini baru pertama kali diselenggarakan sejak gereja ini berdiri pada 1988.
Para pemuda gereja di GKPS Simalingkar memulai acara Perayaan sejak kemaren sore, 16 Agustus 2014. Mereka merias gereja dan menyajikan beberapa permainan, mulai dari pertandingan olah raga antar sektor.
Acara ini diikuti oleh semua warga. Anak-anak, remaja, pemuda, serta para orang tua sangat menikmati acara ini. "Kita tidak bisa ikut perayaan di instansi-instansi, tapi bisa merasakan gema 17 Agustus di gereja."ujar seorang warga.
Ada pertandingan-pertandingan menarik, seperti panjat pinang, lomba makan kerupuk dll. Sore ini akan dimulai pukul 15.00 dan ditutup nanti dengan penurunan bendera
Mari kita sambut ide-ide pemuda yang mampu membangkitkan semangat nasionalisme.
Pengamatan di lingkungan tempat tinggal di Perumnas Simalingkar yang dihuni sekitar 8000 keluarga itu, kurang dari 30 persen yang memasang bendera di depan rumahnya. Di lingkungan kami tidak ada Perayaan 17 Agustusan. Sungguh menyedihkan memang. Beruntunglah kami diingatkan pemuda-pemuda yang masih memiliki penghargaan atas arti kemerdekaan.
Semoga bangsa ini makin sadar akan cita-cita kemerdekaan yang dicanangkan 17 Agustus 1945.Kita harus hidup berdampingan dengan damai, menerima perbedaan sebagai sebuah berkat Tuhan.
Terima kasih kepada pemuda dengan ide brilian.
Medan, 17 Agustus 2014
Di tengah-tengah lesunya peringatan Hari Kemerdekaan di lingkungan masing-masing, pemuda gereja GKPS Simalingkar, menyadarkan kami semua warga untuk secara bersama-sama merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-69 di lingkungan gereja.
Perayaan seperti ini baru pertama kali diselenggarakan sejak gereja ini berdiri pada 1988.
Para pemuda gereja di GKPS Simalingkar memulai acara Perayaan sejak kemaren sore, 16 Agustus 2014. Mereka merias gereja dan menyajikan beberapa permainan, mulai dari pertandingan olah raga antar sektor.
Acara ini diikuti oleh semua warga. Anak-anak, remaja, pemuda, serta para orang tua sangat menikmati acara ini. "Kita tidak bisa ikut perayaan di instansi-instansi, tapi bisa merasakan gema 17 Agustus di gereja."ujar seorang warga.
Ada pertandingan-pertandingan menarik, seperti panjat pinang, lomba makan kerupuk dll. Sore ini akan dimulai pukul 15.00 dan ditutup nanti dengan penurunan bendera
Mari kita sambut ide-ide pemuda yang mampu membangkitkan semangat nasionalisme.
Pengamatan di lingkungan tempat tinggal di Perumnas Simalingkar yang dihuni sekitar 8000 keluarga itu, kurang dari 30 persen yang memasang bendera di depan rumahnya. Di lingkungan kami tidak ada Perayaan 17 Agustusan. Sungguh menyedihkan memang. Beruntunglah kami diingatkan pemuda-pemuda yang masih memiliki penghargaan atas arti kemerdekaan.
Semoga bangsa ini makin sadar akan cita-cita kemerdekaan yang dicanangkan 17 Agustus 1945.Kita harus hidup berdampingan dengan damai, menerima perbedaan sebagai sebuah berkat Tuhan.
Terima kasih kepada pemuda dengan ide brilian.
Medan, 17 Agustus 2014
Aksi dan Suka Cita
Oleh: Jannerson Girsang
Analisa situasi (contextual analysis) yang lemah akan menghasilkan perencanaan AKSI yang tidak membumi, memberikan dampak yang tidak diharapkan, tidak dirasakan positif baik oleh pelaksananya maupun sekitarnya.
Para ahli menasehatkan merencanakan sesuatu adalah merancang sebuah aksi untuk kebutuhan manusia, baik yang melaksanakannya, maupun orang yang terkena langsung atau tidak langsung dampak aksi tersebut.
Tidak ada aksi di ruang hampa yang hanya aksi an sich.
Setiap aksi akan menghasilkan reaksi selalu mendapat respon positif maupun negatif. Tidak ada aksi yang sempurna. Yang ada adalah bahwa setiap proses aksi akan menjadi pembelajaran baru bagi semua yang terlibat.
Libatkanlah mereka semua, mereka yang terkena dampaknya, dalam semua tahapan hingga sebuah program selesai, agar perencanaan tersebut berjalan secara berkesinambungan.
Libatkan juga mereka memaknai sebuah aksi, agar mereka menikmatinya dan mampu mengucapkan syukur.
Itulah hakekat sebuah aksi, meski kecil, tapi bermanfaat dan mampu menghadirkan suka cita.
Mari terus menerus belajar bersama, aksi yang menghasilkan sukacita. Bukan aksi yang mendatangkan kesombongan di satu pihak, duka cita di pihak lain karena merasa terlecehkan atau terabaikan.
Berikan motivasi kepada mereka yang sedang melaksanakan sebuah aksi, jangan menghakimi. Menghakimi tidak baik bagi yang menghakimi dan juga yang dihakimi, tidak berguna bagi semua.
Kesalahan melaksanakan sebuah aksi adalah pembelajaran! Manusia belajar dari kesalahan, tetapi "jangan ulangi kesalahan yang sama".
Lakukan analisa situasi secara berkesinambungan, sehingga mampu menyempurnakan setiap kesalahan menjadi pembelajaran.
Analisa situasi (contextual analysis) yang lemah akan menghasilkan perencanaan AKSI yang tidak membumi, memberikan dampak yang tidak diharapkan, tidak dirasakan positif baik oleh pelaksananya maupun sekitarnya.
Para ahli menasehatkan merencanakan sesuatu adalah merancang sebuah aksi untuk kebutuhan manusia, baik yang melaksanakannya, maupun orang yang terkena langsung atau tidak langsung dampak aksi tersebut.
Tidak ada aksi di ruang hampa yang hanya aksi an sich.
Setiap aksi akan menghasilkan reaksi selalu mendapat respon positif maupun negatif. Tidak ada aksi yang sempurna. Yang ada adalah bahwa setiap proses aksi akan menjadi pembelajaran baru bagi semua yang terlibat.
Libatkanlah mereka semua, mereka yang terkena dampaknya, dalam semua tahapan hingga sebuah program selesai, agar perencanaan tersebut berjalan secara berkesinambungan.
Libatkan juga mereka memaknai sebuah aksi, agar mereka menikmatinya dan mampu mengucapkan syukur.
Itulah hakekat sebuah aksi, meski kecil, tapi bermanfaat dan mampu menghadirkan suka cita.
Mari terus menerus belajar bersama, aksi yang menghasilkan sukacita. Bukan aksi yang mendatangkan kesombongan di satu pihak, duka cita di pihak lain karena merasa terlecehkan atau terabaikan.
Berikan motivasi kepada mereka yang sedang melaksanakan sebuah aksi, jangan menghakimi. Menghakimi tidak baik bagi yang menghakimi dan juga yang dihakimi, tidak berguna bagi semua.
Kesalahan melaksanakan sebuah aksi adalah pembelajaran! Manusia belajar dari kesalahan, tetapi "jangan ulangi kesalahan yang sama".
Lakukan analisa situasi secara berkesinambungan, sehingga mampu menyempurnakan setiap kesalahan menjadi pembelajaran.
Medan 15 Agustus 2014
Perpustakaan Gereja: Mendorong Minat Baca dan Suka Menuturkan yang Benar
Oleh: Jannerson Girsang
Hari ini (25 Juli 2014 )GKPS Simalingkar menerima visitasi tiga orang Tim Survey Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Baperasda), Pemprovsu untuk Lomba Perpustakaan Rumah Ibadah se-Sumatera Utara 2014, di ruang Perpustakaan, GKPS Simalingkar.
Sebuah kegiatan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah, Pemprovsu dalam rangka memacu gereja turut memasyarakatkan minat baca jemaat, serta mendorong minat jemaat atau gereja dalam mengembangkan perpustakaan.
Semoga pekerjaan kecil ini memberi manfaat. Kami hanya orang kecil yang hanya bisa berbuat kecil. Memang tak terlihat dampaknya secara jangka pendek, tetapi kami berharap dengan mengenal perpustakaan sejak dini, maka anak-anak, remaja dan pemuda gereja diharapkan memiliki budaya baca, yang lebih baik dari orang tuanya.
Jemaat Simalingkar bersyukur karena kini sudah memiliki gedung perpustakaan khusus, dan memiliki pengurusnya yang selalu setia mengurusi perpustakaan dan memonitor perkembangannya. Demikian juga Pengurus Pemeliharaan dan Pengembangan Gereja yang telah membangun fasilitas bagi kenyamanan penyimpanan buku dan ruang baca.
Pepustakaan ini beridiri 10 April 2010, dan kini memiliki sekitar 2500 koleksi buku-buku rohani dan bacaan umum. dan anak-anak. 1000 eksemplar diantaranya adalah bantuan Pemprovsu pada 2010. Selain itu Perpustakaan ini juga menerima bantuan dari Lembaga Alkitab Indonesia, perseorangan, baik jemaat GKPS maupun di luar GKPS Simalingkar.
2012, Perpustakaan ini memperoleh kehormatan menjadi Juara II Perpustakaan Gereja se-Sumatera Utara. Semoga dengan pengembangan yang sudah dilaksanakan selama dua tahun ini mendapat penghargaan yang lebih baik.
Dua wanita yang dibantu seorang tenaga tidak tetap mengurus perpustakaan ini dengan tanpa pamrih, pantas diberikan acungan jempol. Mereka adalah Prof Dr Erika Saragih, Hilderia Saragih, Ny Samjus Damanik, serta para pengurus lainnya yang tak dapat disebut satu per satu.
Selain melakukan perawatan, mereka juga melaksanakan kegiatan lomba pidato, menulis cerita dan kegiatan lain yang berkaitan dengan meningkatkan minat baca di kalangan anak-anak dan Remaja. Mudah-mudahan Pengurus Perpustakaan terus secara kreatif melakukan kegiatan meningkatkan minat baca bagi seluruh jemaat.
Kondisi minat baca bangsa ini yang sangat rendah dibanding bangsa-bangsa lain, memerlukan perhatian dari semua pihak, gereja pada khususnya. Jangan biarkan jemaat hanya terbiasa mendengar sesuatu dengan pendengaran, mereka harus membaca buku, membaca hal-hal yang sudah teruji kebenarannya, sehingga mereka mampu dan terbiasa berkata benar dan mempercayai yang benar. Mereka suka menuturkan cerita yang benar.
Semoga dengan terus dikembangkannya Perpustakaan Gereja, jemaat semakin pintar, tidak percaya kabar burung, dan dalam kehidupannya mampu mencerminkan sikap-sikap yang benar: sopan, mencintai kebenaran, tidak suka bertengkar atau menyebabkan orang lain bertengkar karena kabar yang tidak benar.
.
Hari ini (25 Juli 2014 )GKPS Simalingkar menerima visitasi tiga orang Tim Survey Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Baperasda), Pemprovsu untuk Lomba Perpustakaan Rumah Ibadah se-Sumatera Utara 2014, di ruang Perpustakaan, GKPS Simalingkar.
Sebuah kegiatan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah, Pemprovsu dalam rangka memacu gereja turut memasyarakatkan minat baca jemaat, serta mendorong minat jemaat atau gereja dalam mengembangkan perpustakaan.
Semoga pekerjaan kecil ini memberi manfaat. Kami hanya orang kecil yang hanya bisa berbuat kecil. Memang tak terlihat dampaknya secara jangka pendek, tetapi kami berharap dengan mengenal perpustakaan sejak dini, maka anak-anak, remaja dan pemuda gereja diharapkan memiliki budaya baca, yang lebih baik dari orang tuanya.
Jemaat Simalingkar bersyukur karena kini sudah memiliki gedung perpustakaan khusus, dan memiliki pengurusnya yang selalu setia mengurusi perpustakaan dan memonitor perkembangannya. Demikian juga Pengurus Pemeliharaan dan Pengembangan Gereja yang telah membangun fasilitas bagi kenyamanan penyimpanan buku dan ruang baca.
Pepustakaan ini beridiri 10 April 2010, dan kini memiliki sekitar 2500 koleksi buku-buku rohani dan bacaan umum. dan anak-anak. 1000 eksemplar diantaranya adalah bantuan Pemprovsu pada 2010. Selain itu Perpustakaan ini juga menerima bantuan dari Lembaga Alkitab Indonesia, perseorangan, baik jemaat GKPS maupun di luar GKPS Simalingkar.
2012, Perpustakaan ini memperoleh kehormatan menjadi Juara II Perpustakaan Gereja se-Sumatera Utara. Semoga dengan pengembangan yang sudah dilaksanakan selama dua tahun ini mendapat penghargaan yang lebih baik.
Dua wanita yang dibantu seorang tenaga tidak tetap mengurus perpustakaan ini dengan tanpa pamrih, pantas diberikan acungan jempol. Mereka adalah Prof Dr Erika Saragih, Hilderia Saragih, Ny Samjus Damanik, serta para pengurus lainnya yang tak dapat disebut satu per satu.
Selain melakukan perawatan, mereka juga melaksanakan kegiatan lomba pidato, menulis cerita dan kegiatan lain yang berkaitan dengan meningkatkan minat baca di kalangan anak-anak dan Remaja. Mudah-mudahan Pengurus Perpustakaan terus secara kreatif melakukan kegiatan meningkatkan minat baca bagi seluruh jemaat.
Kondisi minat baca bangsa ini yang sangat rendah dibanding bangsa-bangsa lain, memerlukan perhatian dari semua pihak, gereja pada khususnya. Jangan biarkan jemaat hanya terbiasa mendengar sesuatu dengan pendengaran, mereka harus membaca buku, membaca hal-hal yang sudah teruji kebenarannya, sehingga mereka mampu dan terbiasa berkata benar dan mempercayai yang benar. Mereka suka menuturkan cerita yang benar.
Semoga dengan terus dikembangkannya Perpustakaan Gereja, jemaat semakin pintar, tidak percaya kabar burung, dan dalam kehidupannya mampu mencerminkan sikap-sikap yang benar: sopan, mencintai kebenaran, tidak suka bertengkar atau menyebabkan orang lain bertengkar karena kabar yang tidak benar.
.
Langganan:
Postingan (Atom)