My 500 Words

Selasa, 08 Juli 2014

Berita Baik dan Harta Berlimpah

Oleh: Jannerson Girsang

Tidak salah selama hidup Anda memiliki harta kekayaan berlimpah, memegang jabatan setinggi-tingginya. Tetapi itu tidak pernah memberi kekaguman atau teladan, ketika dalam pencapaian itu Anda tidak menabur kebaikan yang tulus.
 

Jarang sekali orang memberitakan hal-hal yang jelek di tengah-tengah orang meninggal. Keharuman, hasil pekerjaan yang baik, itulah yang kebanyakan diungkap.

Belum pernah saya mendengar, orang menyebut-nyebut berapa harta seseorang, berapa jumlah uangnya, di tempat duka!

Hal-hal bersifat fisik, ternyata tidak begitu menarik dan tak banyak memberikan sumbangan pencerahan hati dan pikiran manusia. Berita atau kisah tentang perbuatan baik jauh lebih harum dari dampak harta dan kekayaan seseorang.

Harta dan kekayaan punya daya jangkau ruang dan waktu yang terbatas, tetapi berita kebaikan akan menyebar kemana-mana, serta kekal selamanya.

Ketika seseorang menutup mata untuk selama-lamanya, memasuki peti mati, hal yang bisa dibagikan kepada semua orang hanya tinggal berita, kisah hidup. Seberapa banyak kebaikan yang ditabur dan dirasakan orang lain. 

Jatah bagi yang meninggal hanya sebidang tanah seluas 2X2 meter dan dilobangi, kemudian ditimbun.

"Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran"

Orang pergi ke rumah duka, sangat dihormati, karena tidak perlu diundang dan tuan rumah umumnya tidak perlu mencetak undangan.

Keluarga almarhum tak pernah memilih-milih siapa yang hadir atau tidak boleh hadir dalam acara penghiburan. "Saya hanya mengenal sekitar 50% dari yang hadir melayat ibu saya," ujar seorang yang ibunya baru meninggal, tadi malam

Hati yang tulus, menggerakkan seseorang melayat orang atau teman yang meninggal. Belajar makna kehidupan, karena di sanalah alhir kesudahan setiap manusia!

"Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya".

Orang-orang yang berhati tulus, sederhana lebih tahan tinggal di sekitar persemayaman orang meninggal. Mereka mampu dan gemar merenungkan makna kehidupan, menghibur keluarga yang berduka. Dia bisa menghibur dirinya sendiri dan mereka yang sedang berduka.

"Hidup ibarat bunga yang mekar di pagi hari dan layu di sore hari. Segala yang bersifat kebendaan akan hilang tergerus angin sepoi menjelang malam dan hanya menyisakan kisah keharuman yang kekal".

Di tengah-tengah kehidupan sehari-hari memberitakan hal-hal baik, senang memberi kebaikan, lebih baik ketimbang melakukan "serangan fajar", mempertontonkan kesombongan, kegagahan dan meremehkan teman sebangsa, apalagi dengan kampanye hitam.

"....................Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah tempat bersukaria".

Selamat jalan para senior kami Prof Dr Ir Sengli J Damanik, MSc, Guru Besar USU dan mantan Rektor Universitas Simalungun dan Dr Firman Siregar, MSAc, mantan Rektor Universitas HKBP Nommensen. Upacara pemakaman kedua tokoh itu akan dilaksanakan hari ini.

Semoga kepergian bapak-bapak mengajarkan kami arti hidup yang sebenarnya.

Kebaikan yang bapak-bapak tabur adalah keharuman yang jauh lebih mahal, lebih kekal dari kekayaan bersifat fisik/materi.

Pengkhotbah 7: 1-4

Medan, 8 Juli 2014

Tidak ada komentar: