My 500 Words

Selasa, 22 Juli 2014

Pernikahan: Siap Dillukai dan Mampu Menyembuhkan Luka

Oleh: Jannerson Girsang

18 Juli 2014, pukul 10.00. Kebaktian persiapan pernikahan (Martumpol) pasangan yang lahir 1964 dan 1966.

Tadi malam saya mengingatkan pasangan itu bahwa menikah adalah siap untuk dilukai. Kekuatan pernikahan adalah ketika kedua pasangan mampu menerima perlakuan yang tidak menyenangkan dari pasangannya, mampu saling mengampuni..

Tidak ada pasangan yang sempurna di dunia ini. Yang merasa dirinya sempurna banyak, Sehingga ada suami yang sombong kepada istrinya atau sebaliknya.

Pasangan yang awet adalah pasangan-pasangan yang sadar penuh dengan luka, dan mampu menyembuhkan lukanya sendiri, serta dari luka itu mereka belajar bertahan.

Inilah pengalaman pasangan-pasangan pernikahan yang awet. "Kocoba bertahan, mendampingi dirimu. Walau kadangkala tak seiring jalan. Kucari dan kucari jalan terbaik. Agar tiada penyesalan dan air mata," kata Pance Pondaag, dalam lagunya "Kucari Jalan Terbaik"

Ingat filosofi karet. Karet menjadi tanaman yang berbeda dari pohon yang lain, karena dia mampu terus tumbuh, walau kulitnya dilukai setiap hari.

Sama seperti karet yang dilukai kulitnya, akan mengeluarkan getah yang bermanfaat bagi umat manusia. Pernikahan yang mampu menyembuhkan luka-lukanya sendiri akan bertahan dan setia sampai akhir dan hanya dipisahkan oleh kematian. .

Pernikahan yang awet akan menjadi inspirasi bagi pernikahan yang kini banyak "terguncang". Pernikahan yang hanya mampu membayangkan mimpi, bukan kenyatan.

Jadilah pasangan-pasangan yang awet, sehingga mewariskan keluarga-keluarga sejahtera, dan kita akan mewariskan bangsa yang sejahtera. .

Medan, 18 Juli 2014

Tidak ada komentar: