Oleh: Jannerson Girsang
18 Juli 2014, pukul 10.00. Kebaktian persiapan pernikahan (Martumpol) pasangan yang lahir 1964 dan 1966.
Tadi malam saya mengingatkan pasangan itu bahwa menikah adalah siap
untuk dilukai. Kekuatan pernikahan adalah ketika kedua pasangan mampu
menerima perlakuan yang tidak menyenangkan dari pasangannya, mampu
saling mengampuni..
Tidak ada pasangan yang sempurna di dunia ini. Yang merasa dirinya sempurna banyak, Sehingga ada suami yang sombong kepada istrinya atau sebaliknya.
Pasangan yang awet adalah pasangan-pasangan yang sadar penuh dengan
luka, dan mampu menyembuhkan lukanya sendiri, serta dari luka itu mereka
belajar bertahan.
Inilah pengalaman pasangan-pasangan
pernikahan yang awet. "Kocoba bertahan, mendampingi dirimu. Walau
kadangkala tak seiring jalan. Kucari dan kucari jalan terbaik. Agar
tiada penyesalan dan air mata," kata Pance Pondaag, dalam lagunya
"Kucari Jalan Terbaik"
Ingat filosofi karet. Karet menjadi
tanaman yang berbeda dari pohon yang lain, karena dia mampu terus
tumbuh, walau kulitnya dilukai setiap hari.
Sama seperti karet
yang dilukai kulitnya, akan mengeluarkan getah yang bermanfaat bagi
umat manusia. Pernikahan yang mampu menyembuhkan luka-lukanya sendiri
akan bertahan dan setia sampai akhir dan hanya dipisahkan oleh kematian.
.
Pernikahan yang awet akan menjadi inspirasi bagi pernikahan
yang kini banyak "terguncang". Pernikahan yang hanya mampu membayangkan
mimpi, bukan kenyatan.
Jadilah pasangan-pasangan yang awet,
sehingga mewariskan keluarga-keluarga sejahtera, dan kita akan
mewariskan bangsa yang sejahtera. .
Medan, 18 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar