Oleh: Jannerson Girsang
Pagi ini, saya kembali tertarik membaca bahan ini, sebuah perumpamaan
yang sangat populer dalam Kitab Perjanjian Baru, yakni Perumpaan Padi
dan Ilalang.
Saya suka saja dan sering muncul di hati!. Saya
bersyukur, pagi ini menemukan karya seorang penulis terkenal, Richard
TGR. Dia menjelaskannya lebih baik dari yang saya tau sebelumnya.
Mengingatkan saya kembali!.
Mungkin berguna bagi Anda juga!, Kalau tidak bermanfaat, jangan lanjutkan membacanya!
"Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan
benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi". (Bacaan : Matius 13 :
36 – 43)
Menumbuhkan yang baik butuh usaha besar, tetapi
menumbuhkan hal-hal negatif, mencelakakan yang lain, sangat mudah,
bahkan tanpa usaha.
Tahukah Anda perbedaan menanam padi dan ilalang atau lalang?
Kalau kita menanam padi, kita harus memperhatikan pertumbuhannya mulai
dari menanam benih, kemudian perawatan selama bertumbuh sampai kemudian
berbuah.
Kita harus rutin memberikan pupuk, memberikan air
yang cukup, dan menjaga padi kita saat mulai menguning agar tidak di
makan burung dengan menggunakan orang-orangan sawah.
Kita
harus menunggu beberapa bulan untuk mendapatkan bulir-bulir padi terbaik
dan siap menanggung resiko kerugian akibat bencana banjir atau serangan
hama.
Bertolak belakang dengan menanam padi, untuk menumbuhkan lalang kita tak perlu menaburkan benih dan merawatnya.
Lalang tumbuh dengan luar biasa cepat tanpa perlu perawatan, namun
lalang bukanlah tumbuhan yang berguna. Lalang hanyalah menjadi tumbuhan
penganggu sehingga pasti dibabat dan kemudian di bakar.
Sama
seperti lalang dan padi, kebiasaan-kebiasaan kita yang positif dan
negatif sangat tergantung dari bagaimana cara kita menumbuhkannya.
Untuk memiliki kebiasaan baik kita membutuhkan waktu yang lama dan
perawatan yang tak mudah, namun untuk memiliki kebiasaan buruk kita
hanya membutuhkan waktu singkat dan tak perlu perawatan.
Contoh sederhananya adalah kebiasaan bangun pukul lima pagi. Kita butuh
penyangkalan diri yang luar biasa kalau biasanya asal-asalan bangun.
Setiap hari kita harus rela mendisiplin diri untuk tetap bangun kemudian
melakukan aktifitas yang produktif.
Untuk malas-malasan, kita
tak perlu menyangkal diri. Namun, efeknya kita tidak menjadi produktif
sehingga merugikan Tuhan, diri sendiri dan orang lain.
Hari ini bagaimana dengan Anda? Kebiasaan seperti apa yang Anda tabur dalam hidup Anda?
Apa yang Anda tabur, itulah yang kelak Anda tuai.
Kalau kita menabur dan merawat benih-benih berkualitas seperti
disiplin, kerja cerdas, sabar, bersahabat atau jujur, kebaikan hidup
yang akan kita tuai.
Kalau kita biarkan benih kebiasaan buruk
tumbuh seperti malas-malasan, iri hati, atau memendam amarah,
dukacitalah yang akan kita tuai kelak.
Mari kita tanam dan rawat benih-benih kebaikan sehingga kebaikan pula yang akan kita tuai kelak.
(Richard T.G.R, Dikutip dari Renungan Breaktrough).
Medan, 16 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar