My 500 Words

Kamis, 03 Juli 2014

Orang Taat dan Cerdas, Pasti Sopan dan Punya Rasa Hormat

Oleh : Jannerson Girsang

Orang yang taat beragama dan cerdas pasti bicaranya sopan, menghormati saudara-saudara sebangsanya, tidak tega korupsi, tidak tega melancarkan fitnah, kampanye hitam, membuat bingung rakyatnya.

Bicaranya menginspirasi, tindakannya menjadi teladan. Dia memiliki teman-teman, pendukung yang tidak jauh-jauh beda dari karakternya. Terasa sekali suasana lingkungan kalau mereka tampil: damai, kreativitas berkembang.

Tapi, sebagian bangsa kita sekarang menunjukkan jati diri palsunya. Mengaku taat beragama, negarawan, tapi mudah marah, emosi, mudah melancarkan kata-kata "bohong", dengan cara-cara kasar, tak perduli perasaan orang lain.

Ketika tampil di ruang publik, melancarkan kata-kata yang membuat kuping merah mendengarnya, tak layak didengar telinga orang yang waras. Para pendukung di rumah ada yang kerjanya hanya memikirkan konsep-konsep kampanye gelap, menjatuhkan lawan, bukan bersaing dengan kreativitas.

Negeri ini banyak dikendalikan orang yang tidak senang dengan kedamaian, suka mengeluarkan kata-kata "pembunuh karakter". Mengeluarkan dana besar untuk Obor Rakyat, media yang penuh fitnah, membuat gusar.

Kesukaannya senang melihat orang susah, susah melihat orang senang. Tiap hari pikirannya gusar, takut kalah, tidak sehat, tak ada rasa kemanusiaan, walau menyebut dirinya manusiawi.

Yang penting menang. Hanya menang!.

Tak peduli, akibat tindakannya. Generasi damai atau generasi berantakan!. Hanya politisi tulen, memenangkan ambisinya.

James Freman Clarke mengatakan, "Seorang politisi berpikir tentang pemilu berikutnya. Seorang negarawan, berfikir generasi berikutnya". Bisalah diklasifikasikan, kalau seseorang hanya mau menang saja!

Beda memang rasanya!. Saya tidak berbeban moral memilih orang yang taat dan cerdas. Senang mendengar apa yang diucapkannya, bangga dengan prestasinya, hormat kepada sekelilingnya.

Saya merindukan negeri ini dipimpin seorang yang mampu membuat suasana pemerintahan penuh kedamaian, ketenangan, dan saling menghormati sesama. Mendorong kreativitas, bukan ketakutan atau kekhawatiran.

"Tuhan bantulah negeri kami ini agar tau sopan santun, tau apa artinya bersaing sehat, menghargai prestasi, tau membedakan mana yang baik dan buruk, mana tindakan yang benar dan salah.

Kami tau dan sadar Tuhan, Jokowi bukan orang sempurna, bukan malaikat. Sempurnakanlah dia agar mampu menjadi pemimpin kami.

Sama dengan Jokowi, saya hanya rakyar kecil Tuhan. Tidak punya uang triliunan rupiah untuk membuat kampanye besar untuk Jokowi. Hanya doaku yang tulus kupanjatkan kepadaMU.

Hanya satu permintaan kami. Ketuklah hati rakyat kami agar mencintai dan memilihnya. Berilah kemenangan kepada Jokowi menjadi Presiden.kami di Pilpres 9 Juli 2014.

Bukan kehendak kami, tapi kehendakMulah yang jadi. Tuhan yang tau siapa yang terbaik. Manusia hanya mampu mengatakan dirinya yang terbaik" Amin!


Medan, 3 Juli 2014

Tidak ada komentar: