Oleh: Jannerson Girsang
Kisahnya sungguh menginspirasi anak-anak untuk menggunakan akal dan berani. "Jangan anggap remeh orang kecil meski tubuhmu besar, kalau otakmu di dengkul. Orang kecil bisa menjadi kuat, kalau dia pintar dan bijaksana," kata ayah saya ketika menceritakan kisah ini saat saya masih SD di kampung.
Begini kisahnya.
Suatu ketika, di suatu hutan Kancil bertemu dengan Singa. Sang kancil sudah lama ingin menundukkan raja hutan itu, tapi belum pernah tahu bagaimana cara membunuhnya. .
"Hei kancil, kenapa kamu masuk ke wilayahku. Hanya dengan satu taring ini, perutmu sudah sobek,"ujar Singa dengan sombongnya, sambil menunjukkan taringnya yang putih dan menyeramkan itu.
Sang Kancil cerdik tidak gentar mendengar ancaman Singa. Dia dengan tenang berbicara di depan binatang yang sangat kejam itu.
"Kek!", demikian kancil memanggi Singa. "Tadi ada seekor binatang besar dan katanya dialah raja di hutan ini," sambung Kancil memberanikan diri.
Kancil sudah menduga, Singa akan sangat marah. Berita yang diucapkan Kancil benar saja membangkitkan amarah sang raja hutan. .
"Hei, benar kamu Kancil. Kamu bohong!. Kalau benar, kamu harus membawa saya ke tempat binatang itu. Tidak ada raja di hutan ini selain saya. Saya;ah raja hutan," katanya sambil melangkah mendekati kancil.
Kancil sedikit mundur, karena mulai gentar. Tapi, namanya Kancil, selalu punya akal. Diapun berfikir sejenak dan mengatur kata-katanya.
"Kek! Ada. Tidak jauh dari sini!. Saya akan membawa kakek menemui binatang itu" ujar sang Kancil mantap.
Keduanya berjalan menuju sebuah perigi (sumur) yang berdiameter kira-kira dua meter. Perigi itu dalam dan berisi air kira-kira satu meter ke permukaan. Tidak berapa lama keduanya sudah tiba di perigi itu.
"Dimana binatang itu Kancil?. Saya tidak melihatnya. Kalau tidak ketemu, kamu akan kumakan,"ujar Singa mulai geram.
Di sekelilingnya dia tidak melihat ada tanda-tanda binatang besar, yang disebut Kancil sebagai raja hutan.
"Itu di dalam perigi Kek. Nanti dia akan muncul, kalau Kakek sudah melihatnya ke dalam" kata Kancil.
Kancil kemudian mengajak Singa mendekat ke perigi itu.
"Itu di dalam Kek. Coba lihatlah, kan sudah mulai mau menerkam Kakek" katanya, sambil mengajak Singa lebih dekat ke lobang perigi itu.
Singa melihat bayangannya sendiri di dalam air. Kalau Singa memandang ke dalam, bayangan itu bergerak mendekatinya seolah mau menerkamnya.
Tanpa pikir panjang, Singa langsung menerkam bayangan binatang yang mirip seperti wajahnya itu. Singa mengira itulah raja hutan yang akan menjadi saingannya, seperti diceritakan Kancil.
"Rush........,"bunyi air memecahkan keheningan di hutan itu, akibat terkaman singa dan air didalam sebagian menyembur Kancil yang berdiri di samping Singa. Kancil sedikit terkejut, dan kemudian bersorak sorai, karena telah berhasil melumpuhkan Singa.
"Hore....Singa bodoh. Percuma saja badanmu besar, taringmu kuat. Kesombongan dan kebodohanmu membuatmu celaka!" ujar Kancil, langsung meninggalkan Singa sendirian menunggu maut.
Singa yang bodoh itu akhirnya tenggelam di sumur dan tidak mampu mengeluarkan dirinya. Akhirnya sang Raja Hutan mati pelan-pelan, menghirup air sumur tanpa mampu membalikkan tubuhnya lagi.
Kekuatan besar, tanpa memakai otak, bisa dikalahkan kekuatan kecil yang memakai otak dengan bijaksana.
Medan, 3 Juli 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar