My 500 Words

Kamis, 11 September 2014

Papan Tulis Kenangan 2005-2006: Tuliskan Cita-citamu, Laksanakan Sepenuh Hati



Oleh: Jannerson Girsang

Menuliskan mimpi dan kegiatan di papan tulis menjadi kenangan yang sangat menginspirasi. Itulah yang dilakukan putri saya kedua, Patricia Girsang, sembilan tahun yang lalu (2005-2006), saat mempersipakan diri menuju UMPTN 2006. 


Karya kecilnnya itu setiap hari menjadi inspirasiku, karena kugantung di dinding ruang kerjaku di rumah.  Yesus is my Way, yang terpampang di sebelah kiri atas membuatku kagum. Putriku begitu yakin akan kuasaNya, sejak muda. Mungkin, sayapun belum seyakin dia!  Di dinding papantulis sebelah kanan: tertulis target yang harus dicapainya: HI: UI 65%, Pertambangan ITB 60%, Hukum UI: 55%.

Malam ini di tengah kesendirianku, aku terkesan dengan papan tulis yang kupajang di ruang kerjaku, sejak putriku berangkat ke Jakarta 2006. 


Seiring usianya, tulisannya sebagian sudah terhapus terhapus, dan kertas yang ditempel sebagai catatan sudah kumal.

Papantulis itu adalah saksi sejarah bagaimana dia menyusun rencana kerja dan kegiatannya, sejak Oktober 2005- April 2006. Jadwalnya dibuat di papan tulis dengan pencapaian yang ketat. Semua tanggal di coret, tanda sudah dilintasi.


Saya tak pernah menghapusnya, dan setiap hari kuperhatikan betapa putriku merencanakan semua kegiatan meraih cita-citanya dengan sempurna. Sebuah saksi sejarah keseriusan seorang anak belajar.  
Saya teringat,  bahwa selama dua setengah tahun di SMA, aktivistas sosialnya memang membanggakan. Dia mampu membawa teman-temannya Paduan Suara Sola Gratia menjuarai beberapa even baik di Bandung, maupun Medan.
 

Saya dan istri tetap mendukungnya meski  nilainya memang drop. Kita terus memotivasinya. Ibunya bilang, "Hebat kau ya Nak, punya dua ranking 3". Dia hanya senyum-senyum saja. "Tenang saja mama" katanya.
 
Saya sangat bersyukur dan cukup bangga, karena di semester 5-6, sejak Oktober 2005, dia benar-benar belajar. Setiap hari dia buat target sendiri, tanpa campur tangan orang tua. 


Setelah lulus SMA, dia berangkat ke Bandung dan testing UMPTN di sana.

Patricia dengan nilai pas-pasan di SMA, akhirnya masuk Fakultas Hukum UI. Selama kuliah dia harus bekerja di Perpustakaan UI, paruh waktu dan mendapat beberapa bea siswa, membantu orang tuanya yang sedang kesulitan.

Dengan segala keterbatasan, melakukan sesuatu dengan suka cita, Patricia akhirnya lulus S1 dari FH UI, Agustus 2010.

Begitu lulus, dia langsung bekerja. Terakhir, dia bekerja sebagai Asisten Manager, Divisi Hukum, PT Gajah Tunggal, kemudian menikah dengan Frederick Simanjuntak, Nopember 2013.

Namun, Juli 2014 lalu, dia meminta persetujuanku. Sesuatu yang mengagetkan. Saat dia berada pada posisi jabatan yang cukup baik di perusahaan, dia meminta mengundurkan diri. Alasannya, menunggu kelahiran bayinya. Dia ingin merawat bayi dan suaminya penuh waktu. Alasannya cukup rasional dan saya menerimanya dengan senang hati. 


Anak adalah prioritas pertama dan utama. Sebuah pilihan yang ditirunya dari ibunya. "Mama dulu merawat kami penuh weaktu, aku juga akan merawat bayiku penuh waktu. Suamiku juga menginginkan aku penuh waktu nantinya merawat anak" katanya.

Terima kasih untuk Patricia, terima kasih Tuhan. Begitu besar berkatMu kepada kami selama 30 Tahun Perkawinanku. Patricia adalah salah satunya.

Semoga papantulis ini tetap kau kenang dan menjadi warisan untuk anakmu nanti, betapa mimpi yang direncakan dan dilaksanakan sepenuh hati akan menjadi kenyataan!


Medan, 9 September 2014

Gambar. Papan tulis dimana putriku Patricia Girsang menuliskan seluruh impian dan melaksanakannya dengan disiplin dan semangat yang luar biasa. Tulisan ini dibuatnya antara Oktober 2005-April 2006. 


Photo: PAPAN TULIS KENANGAN 2005-2006

Anak-anak yang dibiarkan bebas berkreasi memang terkadang membuat kita khawatir. Tetapi pengawasan dan pembinaan yang terus menerus (tidak diserahkan kepada pembantu atau guru les), akan membuat mereka bertanggungjawab dan secara kreatif mampu menyelesaikan persoalannya. 

Malam ini di tengah kesendirianku, aku terkesan dengan papan tulis yang kupajang di ruang kerjaku, sejak putriku kedua berangkat ke Jakarta 2006.Usianya sudah delapan tahun lebih dan sudah ada yang terhapus, dan kertasnya sudah kumal. 

Papantulis itu berisi rencana kerja dan kegiatan putriku kedua, sejak Oktober 2005- April 2006. Aku tak pernah menghapusnya, dan setiap hari kuperhatikan betapa putriku merencanakan semua kegiatan meraih cita-citanya dengan sempurna. Sebuah saksi sejarah keseriusan seorang anak belajar.  

Kami sempat khawatir tentang peluangnya menembus PTN, karena selama tiga tahun di SMA Negeri 1 Medan, nilainya hanya pas-pasan. Bahkan Semester 4 hanya meraih ranking 33. 

Ibunya bilang, "Hebat kau ya Nak, punya dua ranking 3". Dia hanya senyum-senyum saja. "Tenang saja mama" katanya. 

Waktunya banyak tersita di organisasi sekolah. Dia aktif di organisasi Paduan Suara Sola Gratia, sebagai Sekretaris, dan bersama teman-temannya, membawa harum sekolahnya dengan meraih prestasi Nasional di Bandung, dan berbagai event perlombaan Paduan Suara di Sumatera Utara. 

Dalam melaksanakan aktivitasnya di kegiatan ekstra kurikuler, kami pernah suatu ketika sangat khawatir tentang dirinya, dan juga nilai-nilai mata pelajarannya yang drop. . 

5 September 2005, mereka berangkat ke Bandung, rombongan Sola Gratia yang dipimpinnya menumpang pesawat Adam Air, hanya duluan beberapa menit dengan Pesawat Mandala yang jatuh di Bandara Polonia yang menewaskan Gubernur Sumatera Utara, Rizal Nurdin, serta seratusan penumpang lainnya.  

Saya baru saja tiba di kantor, pulang mengantarnya ke Polonia, ketika saya mendengar pesawat jatuh. Saya begitu khawatir ketika itu putri saya ada di dalam pesawat.    

"Ketika itu, saya pikir dia ada di pesawat yang jatuh". Saya sangat khawatir menunggu kabar. Saya menelepon, tetapi tidak menyahut. 

Beberapa menit saya terdiam. Beberapa saat kemudian, saya mendapat kabar, dia  sudah tiba di Cengkareng. Yang jatuh ternyata Mandala, sedang putri saya, naik Adam Air. 

Itulah Putri saya Patricia Girsang, yang selalu ceria, pintar, tapi kadang membuat cemas juga.    

Aktivistas sosialnya memang membanggakan selama SMA, tetapi nilainya memang drop. Namun, kita tidak pernah membuatnya patah semangat. 

Saya  sangat bersyukur dan cukup bangga, karena di semester 5-6, sejak Oktober 2005, dia benar-benar belajar. Setiap hari dia buat target sendiri, tanpa campur tangan orang tua. 

Jadwalnya dibuat di papan tulis dengan pencapaian yang ketat. Semua tanggal di coret, tanda sudah dilintasi. 

Di dinding papantulis sebelah kanan: tertulis target yang harus dicapainya: HI: UI  65%, Pertambangan ITB 60%, Hukum UI: 55%. Di sebelah kiri ditempel: Yesus is the Way. 

Setelah lulus SMA, dia berangkat ke Bandung dan testing  UMPTN di sana. 

Patricia dengan nilai pas-pasan di SMA, akhirnya masuk Fakultas Hukum UI. Selama kuliah dia harus bekerja di Perpustakaan UI, paruh waktu dan mendapat beberapa bea siswa, membantu orang tuanya yang sedang kesulitan.

Dengan segala keterbatasan, melakukan sesuatu dengan suka cita, Patricia akhirnya lulus  S1 dari FH UI, Agustus 2010.   

Begitu lulus, dia langsung bekerja. Terakhir, dia bekerja sebagai Asisten Manager, Divisi Hukum, PT  Gajah Tunggal, kemudian menikah dengan Frederick Simanjuntak,  Nopember 2013. 

Menunggu kelahiran bayinya, Patricia memutuskan berhenti bekerja. Alasannya cukup rasional dan saya menerimanya dengan senang hati. Anak adalah prioritas pertama dan utaman. 

"Mama dulu merawat kami penuh weaktu, aku juga akan merawat bayiku penuh waktu. Suamiku juga menginginkan aku penuh waktu nantinya merawat anak" katanya.

Terima kasih untuk Patricia, terima kasih Tuhan. Begitu besar berkatMu kepada kami selama 30 Tahun Perkawinanku. Patricia adalah salah satunya.

Semoga papantulis ini tetap kau kenang dan menjadi warisan untuk anakmu nanti, betapa mimpi yang direncakan dan dilaksanakan sepenuh hati akan menjadi kenyataan!

Tidak ada komentar: