My 500 Words

Selasa, 23 September 2014

Pisang Ambon, Kenangan Masa Kecilku

Oleh: Jannerson Girsang

Makanan "enak" di masa kecil tak akan pernah terlupakan sepanjang masa. Pisang Ambon, itulah salah satu makanan paling enak di masa kecilku, dan hingga kini menjadi buah yang selalu kurindukan. Rasanya, baunya dan suasana ketika memakannya di masa lalu, menjadi kenangan yang khas.

Suatu ketika, dalam perjalanan menuju Sibolga, rombingan kami makan di sebuah kedai nasi di Prapat. Saya melihat pisang Ambon dijual di sebelah kedai yang persis di pertigaan jalan ke Hotel Niagara.

Siang itu, saya membeli sesiir karena teringat masa kecilku. Tidak sempurna rasanya habis makan siang tidak makan pisang ukuran "jumbo" itu.

Pisang itu jadi sarapan sore di mobil, ketika melintasi kelokan-kelokan tajam Tarutung-Sibolga. Saya benar-benar puas makan pisang itu, entah hingga beberapa buah,.

Waktu saya masih anak-anak di kampung, pisang ini hanya bisa kumakan sekali seminggu, saat hari Pekan di Saribudolok, hari Rabu.

Menunggu ibu saya pulang dari pekan, rasanya sangat lama. Kadang orang tua temanku sudah datang, tapi ibu belum muncul. Sedih dan ngiler rasanya membayangkan teman-teman makan pisang Ambon.

Pemberhentian bus kebetulan tidak jauh dari rumah kami. Dari pintu rumah, saya dan adik-adikku semua mengamati apakah ibu kami sudah ada di dalam bus.

Kalau ibu datang, semua bersorak kegirangan dan langsung menjemputnya, membantu mengangkat barang bawaannya.

Bayangkan, berjam-jam menunggu di rumah merindukan pisang Ambon. Buahnya besar, manis dan bagi kami penduduk desa, tak terkatakan enaknya.

Di kampung kami di dataran tinggi 1400 meter di atas permukaan laut, pisang Ambon pernah dicoba ditanam, tapi tidak berbuah. Pisang Ambon cocok ditanam di pinggiran pantai Danau Toba, seperti Haranggaol, Tongging, dan daerah peisir pantai lainnya di Danau terbesar di Asia Tenggara itu.

Sayangnya, karena kami keluarga besar, setiap prang paling bisa dapat satu buah. Begitu ibu sampai, setiap orang mendapat satu. Pastilah kurang, Kadang kalau kebetulan tidak ada orang di rumah, saya sering mencuri, dari para-para tempat ibu menyimpannya.

Selain Pisang Ambon, mama saya juga membawa "rondang jagung" dan kembang gula. Kembang gula menjadi makanan favorit, selain Pisang Ambon.

Rabu malam merupakan malam "lezat" karena ada ikan mujahir yang diarsik, sehingga nasinyapun 3 piring. Sehabis makan malam kami mendapat pisang Ambon, satu seorang. Habis makan, dilanjut dengan makan pisang Ambon

Anak-anak makan tiga piring nasi "sigambiri", ditambah lagi pisang Ambon, perut jadi buncit, dan susah bermanfaat.

Sekarang saja, saya hanya mampu menghabiskan satu piring, untuk ukuran dulu.


Waktu kecil saya memang jago makan, karena pulang sekolah, harus ke ladang. Apalagi hari libur, pukul enam sudah berangkat dan bawa bekal seukuran tiga piring nasi merah "sigambiri". Kalau hari-hari biasa tidak akan ada lagi pisang Ambon, karena saat malam Rabu itu semua sudah habis.

Sedih juga ya kalau diingat-ingat. Sulitnya kehidupan masa lalu.

Puluhan tahun kemudian, ketika kami tinggal di Pematangsiantar, putri tertua saya Clara Girsangg, waktu kecil diberi pisang Ambon. Setelah dikuliti, dagingnya dikikis dengan sendok.
Ternyata pisang Ambon sangat cocok untuk bayi. Apalagi buburnya nasi "sigambiri:. Mungkin itu sebabnya Clara jadi gemuk, he..he..he

Pisang Ambon, kenangan manis masa kecilku.

Hayo, silakan dimakan!

Tidak ada komentar: