My 500 Words

Kamis, 12 Februari 2015

Mewariskan Damai: Hal Tersulit dari Kepemimpinan

Oleh: Jannerson Girsang

Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Dia harus mewariskan rasa damai di hati orang yang dipimpinnya.
Tugasnya bukan sekedar hal teknis, atau mewujudkan hal-hal yang bersifat fisik.

Sedemikian lama Yesus hidup dan melayani, warisan terpentingNya adalah DAMAI.
"Aku meninggalkan Damai...". "Orang akan mengenal kamu sebagai muridKu, kalau kamu saling mengasihi............."

Mewujudkan damai adalah pekerjaan yang sangat sulit, tapi justru jarang mendapat perhatian, apresiasi. Dunia suka damai, tetapi tidak suka prakteknya. Semasa pemimpin pembawa damai hidup, nyawanya selalu terancam.

Dalam praktek sehari-hari kepemimpinan cenderung menekankan memimpin pembangunan fisik yang mudah terlihat, berupa peningkatan kemampuaan yang menghasilkan material.

Sulit melihat prestasi "pewarisan rasa damai". Pemimpin pejuang persamaan hak, melawan bukan dengan kekerasan, acapkali justru tidak mendapat perhatian semasa hidupnya, bahkan justru banyak terbunuh di masa jabatannya.

Ingat Marthin Luther King, Mahatma Gandhi. Yesus sendiri: pewaris kedamaian, justru "jasadnya" tergantung di kayu salib.

Damai itu musuh dari orang yang iri, dengki, egois, suka memaksakan kehendak. Mereka tidak suka damai, karena dalam keadaan damai orang-orang seperti ini tidak punya kekuatan.

Mari merenungkan: Apa yang akan kita wariskan?

Selamat Hari Minggu.

Tidak ada komentar: