My 500 Words

Sabtu, 28 Februari 2015

Selamat Gagal: Orang Hebat, Bukan Tak Pernah Gagal

Oleh: Jannerson Girsang

Jatuh dan bangun. Itulah hidup. Orang yang jatuh, dan terus terpuruk, dan mencari kambing hitam, menyalahkan orang lain, sebenarnya hanya mendatangnkan masalah baru.

"Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall" (Confusious). "Kehebatan kita bukanlah karena kita tidak pernah jatuh atau gagal, tetapi terletak pada kebangkitan kita setiap kali kita jatuh".

Jadi jangan menyesali diri di saat jatuh, tetapi bersyukurlah karena pernah gagal, belajarlah dari kejatuhan itu walau sakit. Bangkitlah!.

Dari pengalaman mereka yang sukses sekarang, selalu ada kisah tentang pengalaman gagal, bahkan hingga ke titik nadir terendah.

Orang yang tidak pernah gagal, tidak mungkin sukses!. Sebab sukses harus ditopang oleh pengalaman gagal, dan menjadi ujian bagi setiap orang.

Kegagalan adalah sebuah proses pendewasaan, penguatan diri, sehingga mampu menopang sukses berikutnya di kemudian hari.

Orang besar, rajin belajar dari kesalahan dan kegagalannya. Di dalam diri mereka terkandung keyakinan bahwa setiap kegagalan menumbuhkan kekuatan dan semangat baru, menghasilkan sesuatu yang baru, bahkan tak terbayangkan sebelumnya.


Hindari kegagalan Anda dengan menyalahkan orang lain, karena sikap itu tidak akan pernah membuat Anda kuat!

Kita gagal karena kita sendiri, bukan orang lain.

Hari ini Anda gagal?. SELAMAT GAGAL. Jangan sedih atau frustrasi, apalagi menyalahkan, mendiskreditkan orang lain. Dosa lho!

Rubahlah cara pandang! Sukses atau gagal ada di dalam pikiran.

"The world we see that seems so insane is the result of a belief system that is not working. To perceive the world differently, we must be willing to change our belief system, let the past slip away, expand our sense of now, and dissolve the fear in our minds" (William James)

Cepatlah bangkit! Besok matahari masih terbit. Peluang memperbaiki diri masih terbuka!

Jumat, 27 Februari 2015

Mengenang 70 Tahun Kematian Anne Frank (1929-1945): Catatan Harian Berdampak Mendunia (Rubrik Opini Analisa, 27 Pebruari 2015)

Oleh: Jannerson Girsang.

Anne Frank (1929-1945) 
            Anne Frank (1929-1945)

Usianya cukup pendek!. Hanya lima belas tahun. Kalaupun dia hidup sekarang usianya baru memasuki 86 tahun. Dia me­ning­gal secara menge­naskan di kamp konsentrasi Nazi, 70 tahun lalu.

Tidak ada catatan yang mengata­kan bahwa dia penulis hebat. Sama seperti kebanyakan orang pada umumnya. Lagi pula saat itu adalah masa sulit bagi keluarganya turunan Jahudi di Jerman. Peluangnya menulis di media tentu sangat terbatas. Tetapi tulisan tangannya menjadi inspirasi bagi dunia.

Penderitaan Mendatangkan Hikmat

Namanya Annelies Marie atau dikenal luas di seluruh dunia dengan Anne Frank. Lahir di Frankfurt, Jerman pada 12 Juni 1929 dan meninggal dalam kamp konsentrasi tentara Nazi, awal Maret 1945.

Gadis yang meninggal di usia belia itu ada­lah orang yang paling banyak didiskusi­kan sebagai korban kekeja­man nazi di kamp kon­sentrasi, holocaust. Kehebatan Anne Frank yang membuatnya dikenang sepan­jang zaman oleh dunia adalah catatan harian­­nya.

Tidak banyak orang seperti Anne Frank. Di dalam penderitaan dia memilih menulis pen­deritaan itu. Kebanyakan orang hanya termenung, sakit dan meninggal, tanpa mewa­ris­kan apa-apa.

Selama di kamp konsentrasi itu Anne Frank menulis catatan harian tentang apa yang dilihat, dirasakan dan dimaknainya tentang peristiwa kekejaman kekejaman Nazi.

“Anne’s diary begins on her thirteenth birthday, June 12, 1942, and ends shortly after her fifteenth. At the start of her diary, Anne describes fairly typical girlhood experiences, writing about her friendships with other girls, her crushes on boys, and her academic performance at school. Because anti-Semitic laws forced Jews into separate schools, Anne and her older sister, Margot, attended the Jewish Lyceum in Amsterdam.” Demikian sebuah catatan yang ditulis seorang periview biografinya

Dia juga menuliskan pe­nin­dasan yang dialminya dan keluarganya. Sebuah catatan yang menjadi saksi kekeja­man suatu rezim—pelajaran bagi dunia yang dituntut untuk selalu menciptakan damai. Tidak enak hidup dalam keadan menderita dan teriso­lasi.

“Selama dua tahun men­catat dalam buku hariannya, Anne berkaitan dengan kuru­ngan dan kekurangan, serta isu-isu yang rumit dan sulit tumbuh dalam keadaan brutal Holocaust. Buku hariannya menjelaskan perjuangan untuk mendefinisi­kan dirinya dalam iklim penindasan . Buku harian Anne berakhir tanpa komentar pada tanggal 1 Agustus 1944. …..Namun, keluarga Frank dikhianati oleh Nazi dan ditangkap pada tanggal 4 Agustus 1944,” lanjut periview yang dikutip dari http://www.sparknotes.com/lit/annefrank/summary.html

Tulislah Maka Kamu Abadi

Kisah lengkap kehidupan Anne Frank bisa dibaca dalam buku The Diary of Young Girl atau menyak­sikan video tentang kehidupannya di youtube. Menggunakan kata kunci Anne Frank, Anda akan menemukan beberapa video yang berisi kisah tentang gadis yang malang itu. .

Di masa Perang Dunia Kedua, Anne Frank, remaja Jahudi yang men­jadi tawanan tentara Nazi menulis dalam buku hariannya apa yang dilihatnya, diala­minya atau dirasakan­nya, serta dimaknai­nya

 Di luar dugaannya tentunya, kalau kemu­dian goresan tangannya itu menjadi sesuatu yang berharga bagi dunia. Itulah hebatnya sebuah tulisan yang didokumentasikan.

 Beberapa tahun kemudian setelah Anne Frank meninggal, satu-satunya orang yang selamat dari anggota keluarga Anne Frank dari kekejaman Nazi di kamp konsentrasi, Otto Frank—seorang pebisnis Jerman dan juga ayah Anne Frank sendiri, membawa buku harian tersebut kepada beberapa penerbit.

Hingga pada pada tahun 1947 catatan hariannya diterbitkan dengan judul Het Achterhuis (The Secret of Annex). Buku itu juga ditulis dalam edisi bahasa Inggeris dengan judul The Diary of Young Girls. (Otto Frank sendiri meninggal pada 19 Agustus 1980 di Basel, Swiss).

 Pada tahun 1955, buku tersebut diadaptasi ke panggung teater Amerika dan membuat buku harian Anne terkenal ke seluruh dunia.

 Nama Anne Frank mencuat ke permukaan setelah catatan hariannya diterbitkan, sebuah kisah yang sungguh-sungguh menggugah pera­saan di masa pendudukan. Catatan hariannya semasa Perang Dunia ke-2 kemu­dian ditulis menjadi sebuah buku The Diary of a Young Girl. Buku itu menjadi inspirasi bagi para pembuat drama dan film.

Menulislah maka kamu akan abadi. Tujuh puluh tahun lalu Anne Frank telah tiada, namun danamnya terus didengungkan hingga sekarang ini. Menjadi inspirasi bagi dunia.

Menulislah Walau Hanya Untuk Dirimu Saja!

Apakah Anda termasuk orang yang merasa diri gagal menulis?. Berkali-kali memasuk­kan arti­kelnya ke media tidak kunjung dimuat. Ber­kali-kali menulis buku tetapi tidak pernah terbit.

Atau bertahun-tahun menulis tidak juga “ngetop”, tidak berhasil menulis buku seperti Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata?.

Jangan menyerah. Teruslah menu­lis!. Me­nulis adalah merekam perada­ban,me­ngung­kap perasaan yang menginspirasi, meng­hasilkan kekua­tan bagi yang lain, paling tidak anda seperti Anne Frank, menulis untuk diri­nya sendiri.

“Any man who keeps working is not a failure. He may not be a great writer, but if he applies the old-fashioned virtues of hard, constant labor, he’ll eventually make some kind of career for himself as writer” (Ray Bradbury).

Apa yang ditulis?. Bagi saya, meniru Anne Frank, saya menulis apa saja yang membuat perasaan tersentuh, terinspi­rasi dan membagikannya kepada kha­laya, baik melalui artikel, buku, atau bahkan hanya saya publikasikan di akun facebook atau blog pribadi saya.

Menulis adalah sebuah ketram­pilan, memerlukan latihan. Latihan menulis dan kepekaan terhadap lingkungan, mem­perkaya tulisan dengan pengala­man interaksi lingkungan, keluarga, teman, atau hasil kerja yang meng­ins­pirasi dan menyemangati diri kita. Menulis fakta yang memberi makna!.

Seperti pengalaman David Brin. “If you have other things in your life—family, friends, good productive day work—these can interact with your writing and the sum will be all the richer”.

Mungkin saya atau Anda belum men­jadi seorang penulis hebat. Namun, tak tertutup kemungkinan dalam diri kita terdapat pengalaman luar biasa dan berguna di masa yang akan datang. Jadi jangan lewatkan peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar kita. Tuliskan saja!.

Anne Frank telah menginspirasi se­mua orang, terutama para penulis di dunia ini pentingnya peristiwa dicatat menjadi sebuah catatan dalam dokumen tertulis. Kita diingatkan kembali kekuatan sebuah tulisan.

Mari kita semua sadar pentingnya menulis dan menulis, walau tulisan itu barangkali hanya mampu memuaskan diri sendiri. Syukur kalau bisa diterbit­kan di media atau menjadi buku.

Menulis adalah ketrampilan dan harus terus menerus dilatih. Menulis tidak hanya untuk dipublikasikan di koran, atau menjadi buku!

Jangan bebani diri Anda, kalau tulisan belum mampu menembus media. Tidak semua artikel yang ditulis ditujukan untuk diterbitkan di media. Meski saya sudah menulis ratusan artikel di berbagai media, saya tidak selalu membuat artikel hanya untuk media, bisa untuk renungan sendiri, atau dibaca oleh orang yang terbatas.

Ketika Anda bosan menulis, ada baiknya renungkanlah pengalaman Anne Frank!. Dia tidak pernah menulis di media, tetapi catatan pribadinya tidak kalah dengan karya para penulis hebat masa kini. ***

Penulis adalah penulis Biografi, berdomisili di Medan. Email: girsangjannerson@gmail.com. blog: http:www.harangan-sitora.blogspot.com

Bisa diakses di website harian Analisa: http://analisadaily.com/opini/news/catatan-harian-berdampak-mendunia/111854/2015/02/27



Senin, 23 Februari 2015

Pelayan yang Tulus

Oleh: Jannerson Girsang

Malam ini, sekitar pukul 21.00 saya dikunjungi Evangelis Yusack Purba, pelayan Tuhan yang setia. "Saya tadi tidak hadir di gereja acara serah terima karena khotbah di Pancur Batu," katanya membuka pembicaraan, sambil menyerahkan tentengan di dalam plastik kepada istri saya.

Begitu pentingnya bagi seorang evangelis harus malam-malam mengucapkan selamat kepada mantan Vorhanger, dan membawa oleh-oleh segala. Sebuah ketulusan persahabatan.

Dia adalah teman,penasehat spiritualku sejak dia bermukim di Simalingkar beberapa tahun lalu dan menjadi anggota jemaat GKPS Simalingkar. Dia berasal dari Papua dan diberi marga Purba.

"Saya tau pasti tidak ada yang datang ke rumah mantan Vorhanger, setelah serah terima. Jadi sayalah orang pertama yang datang," katanya.

Mendengar itu saya tersenyum saja.Dia benar dan seorang pelayan yang memahami psikologis sebuah jabatan dalam pandangan orang kebanyakan. Meski saya sendiri sebenarnya tidak mempersolkan pelayanan dengan jabatan.
 Kemudian kami berbincang banyak hal tentang jemaat kami dan kepemimpinan baru di jemaat. Kita berbincang tentang kegiatan untuk membantu kepemimpinan yang baru.

Beliau pulang mendekati pukul 00.00, sesudah mendoakan saya dengan istri.

Saya sangat mengapresiasi pelayanannya, sebagai evangelis sukarela di GKPS. Di sela-sela pembicaraan kami, saya ingin tau kuncinya apa yang menginspirasinya dengan setia melaksanakan tugasnya Tahun ini, melayani kami dengan setulus hati.

Malam ini dia menginspirasiku dengan Mazmur 143:10. "Ajarlah aku melakukan kehendakMu sebab Engkaulah Allahku. Kiranya Roh yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!"

Medan, tengah malam 22 Pebruari 2015

 

Siapakah yang Perlu Anda Perhatikan?

Oleh: Jannerson Girsang

"Stop wasting time on people who do not deserve your attention. Trust me, time spent with people who care about you is priceless"

"Berhentilah membuang-buang waktu bagi orang yang tidak pantas mendapat perhatian Anda. Percayalah, waktu yang dihabiskan bagi orang-orang yang peduli kepada Anda tak ternilai harganya".

Jangan lupa menyapa saudara-saudara yang peduli kepada Anda, ketimbang Anda berpura-pura memberi kesan baik kepada seseorang yang sebenarnya tak memerlukan Anda.

Memberi perhatian kepada keluarga--sahabat Anda yang sesungguhnya (istri, anak-anak dan saudara-saudara dekat), tetangga Anda, teman sekantor atau  sekerja, orang-orang di sekitar Anda yang selalu memperhatikan (sekaligus butuh perhatian) Anda.

Merekalah yang pantas menjadi prioritas perhatian Anda, jangan pernah terlupakan karena perhatian Anda yang berlebih kepada yang lain.


Ketika Anda kesulitan, orang-orang di ataslah yang pertama memberi pertolongan. Saudara-saudara dekat, tetangga, teman sekantor atau sekerja, orang-orang di sekitar Anda.

Sekali lagi, merekalah prioritas. Sapalah, dan layanilah mereka dengan tulus.

Medan, 23 Pebruari 2015

Citra, Kenyataan dan Harapan

Oleh: Jannerson Girsang

Terlalu banyak harapan orang terhadap kita, tidak saja membuat kita bingung, tetapi mereka yang berharap juga bingung, dan bahkan frustrasi.

Lihat aja seseorang yang sudah menjadi anggota DPR, banyak harapan, dan janji yang ditebar semasa kampanye, padahal kenyataannya tidak sesuai dengan kemampuannya. Waktu kampanye seolah semua bisa terpenuhi. Padahal ketika menjadi DPR, mereka bukan memenuhi janjinya, malah masuk penjara karena korupsi. 

Dalam kehidupan sehari-hari juga kita banyak diharapkan orang melakukan sesuatu yang sebenarnya kita tidak bisa, tetapi mereka menilai kita bisa.

Berikanlah harapan sesuai kemampuan, jangan biarkan bertebaran banyak harapan yang berbuntut kecewa. Ujung-ujungnya kita disebut "ngomong doang"

Tidak mudah juga, karena sebagai manusia kita tidak cukup waktu dan kemampuan menjelaskan semuanya secara terang benderang kepada yang lain.

Kadang pencitraan itu ibarat candu yang membuat orang terus menerus melakukannya, walau menyiksa dirinya. 

Inilah nasehat Joyce Meyer. ".. there is a way to live a simple, joy-filled, peaceful life, and the key is learning how to be led by the Holy Spirit, not the traditions or expectations of man".

Keindahan dari Dalam Hati


Oleh: Jannerson Girsang

"There is no definition of beauty, but when you can see someone's spirit coming through, something unexplainable, that's beautiful to me". (Liv Tyler).
 
Penampilan, kehadiran seseorang yang memberi semangat kepada orang lain, membuat semua akan terasa indah, Orang yang bersangkutan juga akan semakin merasa percaya diri, dan terus memancarkan keindahan. Kehadirannya dirindukan orang, kemana dia pergi, orang akan berkumpul.

Sebaliknya, kalau kehadiran seseorang membuat yang lain "cemberut", maka semua yang dimiliki akan terasa hambar. Mobil Aphard yang dipakainya tak lebih sekedar kaleng-kaleng berjalan, perhiasan yang dipakainya hanya jadi incaran pencuri, tanpa keindahan.

Seorang yang turun dari mobil Aphard dengan muka mendongak ke atas, tanpa peduli sekitarnya, berbicara dengan muncung ke atas, hanya jadi bahan cibiran orang di sekitarnya.

Ketika dia datang, maka orang yang sedang berbicara akan menahan omongannya, orang yang mau tertawapun takut membuka mulutnya, kehadirannya membuat satu-satu orang pergi menghindar, seolah mencari perlindungan.

Orang yang demikian sebenarnya hatinya sedang sakit. Dia tidak puas kalau tidak membuat orang iri, atau sakit hati.

Keindahan itu ada di hati. Hatilah yang memancarkannya melalui, ucapan, tindakan atau bahasa tubuh kita. Hati tak terbohongi, dia akan selalu terpancar di wajah kita. Hati yang sehat akan menyenangkan, tetapi hati yang sakit akan menyakiti yang lain.

"sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21-23)

Medan, 21 Pebruari 2015 

Menuju Tua dan Bijaksana: Belajar dan Belajar Terus


Oleh: Jannerson Girsang

"To be old and wise you must have be young and stupid".

Tujuan pendidikan di Indonesia antara lain adalah memberi kemampuan atau skill dalam bidang tertentu, mengupdate pengetahuannya dengan situasi dengan keinginan belajar seumur hidup, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya bahwa ada kekuatan di luar kekuatan manusia. Tuhan ada!

Melalui pendidikan di Indonesia diharapkan tercipta orang-orang yang pintar dan bijaksana, baik itu melalui proses pendidikan di dalam kelas dan di luar kelas, atau kehidupan yang nyata.

Tidak ada orang yang tiba-tiba saja menjadi pintar, tidak ada orang yang tiba-tiba menjadi bijaksana. Mereka mendapatkan kepintaran dan kebijaksanaan melalui proses belajar.

Orang-orang menjadi pintar dan bijak setelah melintasi berbagai macam jenis kehidupan, keberhasilan, kegagalan, suka, duka, atau mampu memahami hidup, menghadapi segala tantangan kehidupan dengan suka cita, membahagikan dirinya, membahagiakan orang lain walau dirinya menghadapi tantangan atau kesulitan.

Dalam kehidupan nyata, Mahatma Gandhi, Mother Theresia, Nelson Mandela, dan beberapa tokoh lainnya pernah mempraktekkan hidup bijaksana

Mereka mampu menundukkan suasana, iklim, mampu bersuka cita dalam segala situasi kehidupan. Sebab, semua situasi mereka selalu yakin akan "indah pada waktunya", karena semua ada dalam rencana Sang Pencipta.

Mereka mampu bermegah dalam kesengsaraannya karena mereka mengetahui kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena mengaku bahwa kasih Allah telah dicurahkan di dalam hatinya. (Roma 5 (1-11).

Mungkin kita tidak bisa membuat sesuatu aksi menuju bijaksana yang besar, tetapi semua orang bisa membuat kasih yang kecil dengan dampak besar.

Manusia Indonesia dituntut semakin tua semakin pintar dan bijaksana, supaya selama hidupnya mampu menolong dirinya dan memberikan kontribusi bagi dunia sekelilingnya, dituntut membuat semakin banyak orang pintar dan bijaksana, bukan sebaliknya membodoh-bodohi orang, bahkan membuat orang merasa terbodoh atas kehadiran kita.

Itulah beda manusia dengan binatang.

Selamat malam teman-teman. Medan, 20 Pebruari 2015

Jumat, 20 Februari 2015

Jokowi: Sulit Dipahami dengan Akal Biasa


Oleh: Jannerson Girsang

Awalnya saya berfikir Jokowi akan sulit keluar dari masalah kisruh KPK-Polri. Pasti jutaan rakyat Indonesia juga seperti saya.

Ibarat menarik benang dari tepung, benang tidak putus, tepung tidak tumpah. Menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru yang lebih besar.

Tugas Jokowi berat!. Menyelamatkan Polri, menyelamatkan KPK.

Sebagai Presiden dan Panglima Tertinggi ABRI, Jokowi tidak boleh sembarangan membela atau menyalahkan salah satu. Dia berada di atas kepentingan keduanya, harus membuat masalah terang benderang di mata rakyat. Pekerjaan yang membutuhkan, kepiawian, kesabaran dan ketenangan berfikir.

Saya terhenyak, ketika Jokowi menunda pengangkatan Budi Gunawan jadi Kapolri, padahal dia sudah lulus fit and proper test DPR. Sementara beberapa anggota DPR menilai tindakan ini sebagai mengangkangi keputusan DPR.

Alasan Jokowi mungkin karena sehari sebelumnya, KPK mengumumkan Budi Gunawan sebagai tersangka.

Kok berani ya?. Budi kan dicalonkan Megawati/PDIP?. Beliau adalah orang besar, dan SBY aja mau baikan nggak mau. Konon pula Jokowi, yang masih anak kemaren. Ternyata Jokowi tidak bisa didikte oleh Mega, apalagi politisi PDIP. Kecillah!. "Pendukung PDIP cuma sekian persen, aku didukung rakyat," mungkin demikianlah keyakinan Jokowi, sehingga dia berani.

Saya makin yakin, Jokowi hanya takut pada rakyat. Orang-orang partai dia yakini plin plan kok!. Kadang dukung Jokowi, kadang dukung kepentingannya sendiri. Jokowi tau, cara berfikir politisi, harus berbeda dengan dirinya, cara berfikir seorang "pengabdi rakyat"

Saya makin salut, sikapnya terhadap KPK!.

Dia tidak membabi buta membela oknum KPK yang bermasalah. Dia tidak begitu saja terikut arus massa, apalagi aktivis yang cenderung "membela" dan "mencela" orang secara membabi buta.

Ternyata, aktivis membela orang yang bermasalah juga. Kalau Jokowi ikut arus membela oknum KPK bermasalah, sementara Polri sudah mengangkangi mereka dan menjadikannya tersangka, maka dia turut terjerumus.

Beberapa saat sebelum berangkat ke luar negeri, muncul Tim 9 yang diketuai Samsyul Maarif, tokoh Muhammadyah. Orang-orang inilah yang berbicara membela sikap Jokowi. Jokowi tenang-tenang saja.

Yang membuat saya kagum, Jokowi seolah tampak membiarkan saja masalah itu menggantung, walau banyak pihak mendesak agar dia menyelesaikan kisruh ini sebelum berangkat ke luar negeri. Saya sempat khawatir (namanya juga rakyat biasa yang tak tau banyak politik), gimana Jokowi ke luar negeri, masalah di dalam negeri aja belum beres.

Tau nggak!. Jokowi justru mengabaikannya. 5-9 Pebruari Jokowi berkunjung ke beberapa negara ASEAN. "Minggu depan, saya akan selesaikan semua" katanya enteng.

Setelah hakim tunggal Sarpin di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memenangkan gugatan Budi Gunawan, saya yang terikut pemikiran biasa--saya yakin jutaan rakyat juga mengira dia akan mengangkat Budi jadi Kapolri.

Di luar dugaan saya, ternyata, Jokowi mengganti calon Kapolri. setelah sebelumnya memanggil Budi Gunawan. Bahkan pengcara Budi Gunawan mengungkapkan di media televisi, Budi akan menerima keputusan apapun yang diberikan Jokowi.

Rabu, 18 Februari 2015, Jokowi membatalkan pelantikan Komisaris Jenderal Budi Gunawan dan mengusulkan Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti calon Kapolri baru.

Kemudian pagi ini (20 Pebruari 2015), Jokowi mengangkat tiga Pimpinan KPK yang baru, setelah memberhentikan Pimpinan KPK yang bermasalah.

Coba, siapa yang pernah menduga, Jokowi akan sekuat ini? Dia membuat semua terang benderang di mata rakyat.

Semua di luar dugaan saya. Jokowi memang hebat! Langkah-langkahnya tak terbayangkan dengan rasio pemikiran kebanyakan orang.

Analisis saya, Jokowi tau dan itulah kekuatannya, bahwa yang punya negeri ini adalah rakyat. Selama dia mendukung rakyat, dan mendapat dukungan rakyat, tidak ada jenderal, orang-orang "berduit", pemimpin partai yang mampu menggoyahnya.

Saya akan terus menanti kepiawiannya mengadopsi kepentingan masyarakat Indonesia. Bukan kepentingan golongan, apalagi kepentingan rekening gendut.

Yang suka berbohong, akan terbuka, terang benderang di masa pemerintahan Jokowi. Sejauh ini, saya menilai Jokowi berhasil menyingkirkan para pembohong di Polri, dan KPK!

Saya jadi mengenal lebih jauh siapa Abraham Samad, Bambang Widjojanto, Budi Gunawan, kini terang benderang di mata rakyat, karena Jokowi.

Ibarat memegang tampi, Jokowi menggoyang-goyangnya, dan dia menyisihkan beras yang baik dan yang tidak baik.

Saya berdoa khusus untuk Jokowi!

"Mudah-mudahan Jokowi juga tidak sedang berbohong". Karena kalau itu dilakukannya, maka tidak lama juga akan ketahuan!

Pelajaran dari kasus ini: Jangan buru-buru membela atau menyalahkan seseorang. Jokowi tidak pernah menghakimi oknum KPK dan Budi Gunawan. Dia membiarkan Prose hukum pengadilan, proses politik, dan memantau proses gerakan "kepentingan". Identifikasi berbagai "suara", sehingga dia cukup "minyak pelumas" untuk mengambil keputusan. 


Medan, 20 Pebruari 2015

Rabu, 18 Februari 2015

Penggubah Lagu Melankolis (Dimuat di Rubrik Opini, Harian Analisa, 18 Pebruari 2015)

Oleh:  Jannerson Girsang

JUTAAN penggemar Rinto Harahap dimanapun berada diliputi rasa sedih ksrena kehilangan idola­nya seorang pencipta lagu yang menghibur dan me­lem­­but­kan hati selama puluhan tahun, Meski Rinto pergi, lagu-lagu cipta­annya akan terus melegenda.

Rinto Harahap, mening­gal­kan kita untuk selama-lamanya, di Rumah Sakit Elizabeth, Singapura, 9 Pebruari 2015, kurang lebih satu bulan  menjelang usianya memasuki 65 tahun. Media mnyiarkan, Rinto meninggal karena sakit kanker sumsum tulang belakang dan infeksi paru-paru.

Membaca berita kepergian pria kelahiran Sibolga 10 Maret 1949 itu di media sosial Kamis siang, memutar memoriku di masa-masa muda. Tak tahan rasanya untuk tidak menggoreskannya sebagai bentuk penghormatan untuk seorang yang dikagumi.

Telinga Tak Bisa Luput dari Lagu Rinto

Menyaksikan Eddy Silitonga di televisi menangis sedih disamping jenazahnya, membawa saya larut ke nostalgia, kenangan pribadi saya, ke era 70an.

Sejak. 1976, di akhir masa SMP. Saya mengenal karya Rinto melalui lagu "Biarlah Sendiri", yang saya dengar dari tape recorder tetangga saya ketika itu.  Penyanyinya Eddy Silitonga belum dikenal luas sebelum menyanyikan lagu itu.

Suara Eddy Silitonga yang melengking tapi menyejukkan hati itu adalah awal saya mencintai lagu-lagu ciptaan Rinto Harahap. Lagu itu "tidak lekang oleh panas dan tidak tidak lapuk oleh hujan".
Sebelum menulis artikel ini, 38 tahun kemudian, bahkan setelah saya punya cucu, lagu itu, rasanya masih seperti baru saja ngetop, dan telinga saya masih merindukan lagu itu meski hanya melalui youtube.

Sesudah itu, setiap gerak hidup saya tak terlepas dari lagu ciptaan Rinto. Keberangkatan saya ke Jakarta pada 1978, diantar oleh lagu “Benci Tapi Rindu”, sebuah lagu ciptaan Rinto Harahap yang dipopulerkan Diana Nasution. Penyanyi wanita Band Kapal Tampomas melantun­kan lagu balada itu dengan sangat menyentuh perasaan, menghantar kapal berjalan lambat meninggalkan dermaga pelabuhan Belawan, memisahkan saya dan keluarga yang terlihat  kepanasan di terpa mata­hari di pinggir dermaga.

Di masa-masa SMA di Jakarta hingga kuliah di Bogor, lagu-lagu Rinto Harahap adalah idolaku, idola jutaan remaja, maha­siswa. Siapa yang tidak terlena dengan Rita Butar-butar yang melantunkan lagu Seandainya Aku Punya ­Sayap, Iis Soegianto dengan lagu Jangan Sakiti Hatinya.

Dimasa-masa kuliah, saya menikmati lagu Christine Panjaitan yang popular dengan lagunya Sudah Kubilang, Betharia Sonata (Kau Tercipta Hanya Untukku), Nia Daniati (Gelas-gelas Kaca), Nur Afni Oktavia (Bila Kau Seorang Diri). Tentu akan sangat panjang kalau disebut satu per satu.

Telinga saya, mungkin telinga jutaan rakyat Indonesia tidak pernah bisa terhindar dari lagu-lagu ciptaan Rinto. Lagu ciptaannya yang dinyanyikan Eddy Silitonga, Iis Soegianto, Nias Daniati, Christin Panjaitan, Nur Afni Octavia dan lain-lain, mendominasi lagu-lagu di TVRI

Rinto bukan hanya dikenang sebagai  pencipta lagu, tetapi juga seorang penyanyi yang handal, baik dalam grup band The Mercy’s maupun menyanyi solo. .

Siapa tidak kagum menyaksikan Grup Band The Mercy’s yang saat itu kerap mun­cul di TVRI. Instrumentalia lagu Mama The Mercy’s senantiasa menjadi san­tapan pulang kebaktian Minggu me­ngan­tar Film Little Town in Prairie yang sangat ngetop saat itu.

Lagu “Ayah” terus melegenda hingga sekarang karena acapkali dinyanyikan setiap ada ayah teman yang meninggal. Band ini paling banyak mengisi acara di TVRI di akhir era 1970-an.

Sederhana, Jujur dan Lembut

Saya beruntung sempat bertemu muka dengan Rinto Harahap pada sebuah Seminar Nasional Pariwisata, 1988 ketika saya menjabat Rektor di Universitas Simalungun, dan saat itu saya menjadi Ketua Pelaksana Seminar, yang diseleng­ga­rakan dalam menyambut Pesta Danau Toba.

Pembicaraan selama beberapa menit di lobby Siantar Hotel 26 tahun lalu itu, begitu mengesankan. Rinto begitu menyenangkan dalam pergaulan. Sosok­nya low profile, bicaranya lembut dan sangat sopan.

Rizaldi Siagian, seorang seniman Su­mut mendampingi beliau ketika itu, kare­na mereka diundang sebagai pemban­ding.

Senada dengan Addie MS, konduktor dan pencipta lagu klasik terkemuka di negeri ini mengaku hal yang sama. “Rinto mengajarkan kami kekuatan kejujuran dan kesederhanaan,” kata Addie MS, sepeti dikutip The Jakarta Post.

Dia menambahkan bahwa Rinto menginspirasinya karena dia membuk­tikan teknik yang tinggi sendiri tidak cukup dalam mempro­duksi karya seni yang hebat. Rinto memiliki talen­ta khusus yang mem­buatnya mampu mengeks­presi­kan cinta dan penderi­taan dengan caranya sen­diri.

Masyarakat Indonesia tentu tidak asing lagi mendengar ungkapan “Mu­ka Rambo, Hati Rin­to”. Maksudnya biarpun muka seram seperti Ram­bo, tetapi hatinya selembut hari Rinto Harahap.  Rinto simbol orang berhati yang lembut!

Pengamat Mengritiknya Cengeng

Selama hidupnya, pria yang hijrah ke Jakarta pada medio 1970 itu adalah seorang penyanyi, pencipta lagu, dan producer. Tahun 1970-an ia mendirikan grup band The Mercy's yang terdiri Charles Huta­galung, Erwin Harahap, Reynold Pang­gabean dan Rinto Harahap sendiri. Rinto adalah seorang seniman yang bernaluri bisnis. Di samping seorang komposer ia juga pemilik perusahaan recording bernama Lolypop di era 1970-an.

Sebagai pencipta lagu, sejak meng­awali kariernya di Band The Mercys pada 1969, Rinto diberitakan sudah menggu­bah sedikitnya 500 buah lagu. Sebagai pencipta lagu, Rinto mengungkapkan kega­lauannya dengan cara Rinto. Nama­nya menjadi simbol Balada Melankolis Indonesia.

Mengutip ungkapan Kalu Ndukwe Kalu, “The things you do for yourself are gone when you are gone, but the things you do for others remain as your legacy.” Rinto sudah pergi, tetapi karya-karyanya akan dikenang sepanjang masa

Sementara beberapa kritikus dengan sinis menilai karya Rinto yang berlebihan melodramatis.  Mendengar irama dan lirik lagu-lagu Rinto, banyak orang tersentuh.  Rinto bahkan sempat dijuluki sebagai musisi spesialis lagu-lagu cengeng. CNN Indonesia mencatat: “Oleh pemerintahan Orde baru, Menteri Penerangan saat itu Harmoko sempat melarang lagu Rinto dinyanyikan di televisi.

Alasannya, lagu Rinto dianggap kurang memberikan semangat. Namun toh, karier Rinto tak lantas kandas, banyak orang yang terus menantikan karya-karyanya”.

Rinto sendiri mengatakan bahwa lagu-lagunya menyentuh sesuatu yang lebih dari sakit hati dan kesedihan.  "Lagu cengeng itu konotasinya enggak bagus, yang kalau kita dengar seperti dilecehkan. Itu yang membuat saya menentang," ujar Rinto dalam jumpa pers peluncuran album The Masterpiece of Rinto Harahap with Tohpati di Jakarta, Rabu (3/11/2010), seperti dikutip Kompas.com.

Menurut Rinto, lagunya bukanlah cengeng, melainkan lebih berkesan sedih. "Kesan air mata itu yang bagus daripada cengeng. Kalau air mata itu ada sebabnya keluar. Kalau saya lebih condong ke sedih dan air mata," tandas Rinto.

Sebagian pengamat di era 80an, menyebut lagu-lagu karya Rinto sebagai lagu kacangan yang tak perlu menguras energi tinggi untuk membuatnya, karena hanya menggunakan musik tiga jurus (tiga kord), dan tema yang itu-itu saja. Gam­pang dicerna dan disukai oleh masyarakat yang ramai-ramai membeli karya Rinto bak kacang goreng.

Pengamat, penguasa tentu tidak sama dengan penggemarnya. “Mereka boleh saja memandang sinis karya-karya Rinto, tapi sebagai seorang seniman, Rinto juga berhak untuk cerdas bersiasat agar hidupnya sebagai seniman bisa sejahtera,” ungkap Kompas.com.

Penganut Pluralis

11 Pebruari 2015, Rinto Harahap sudah dimakamkan di TPU, Kampung Kan­dang, Jagakarsa, Pasar Minggu Jakarta.

Dari siaran televisi saya menyaksikan Istri Rinto, Lily Kuslolita, mengenakan kerudung. Saya juga menyaksikan  ketiga putrinya tak kuasa menahan tangis saat jenazah ayah tercinta dikebumikan. Tangis Claudia Harahap, putrid tertua Rinto adalah tangis kami semua penggmar Rinto.

Rinto adalah contoh keluarga pluralis Indoensia. Dia menikah dengan Lily yang berasal dari Solo pada tanggal 9 November 1973 silam. Hubungan itu tetap bertahan di tengah perbedaan keyakinan, hingga maut memisahkan. “Papa selalu hidup rukun dan tak pernah mempesoal­kan perbedaan agama mereka”ujar Claudia Harahap, melalui siaran sebuah televisi swasta.

Rinto adalah seorang Kristen Protestan dan bahkan ayahnya pernah berharap ia menjadi seorang pendeta. Sementara itu istrinya Lily merupakan seorang Muslim dan berasal dari keluarga Muslim.
Almarhum Rinto meninggalkan seorang istri bernama Lily Kuslolita, dan tiga orang anak yaitu Cindy Claudia Harahap, Ratna Harahap dan Astrid Harahap.

Saya sedih menghantarkanmu, jutaan penggemarmu turut sedih.

"Biar, biarlah sedih asalkan kau baha­gia. Biar, biarlah sedih usah kau kenang lagi. Biarlah kini...hidupku sendiri". Tapi lagumu Biarlah Sendiri akan selalu kukenang.

Medan, 12 Pebruari 2015

Pemimpin dan Kepala


Oleh: Jannerson Girsang
 
Pemimpin adalah orang yang tau sasaran yang dituju, tau cara menuju ke sana dan menunjukkan jalan ke sasaran itu. (John C Maxwell).

Mereka bukan orang buta menuntun orang buta, yang membuat orang yang dipimpin terjerumus ke jurang, frustrasi, tetapi menuntunnya ke "rumput yang hijau", lebih sejahtera.

Ada pemimpin skala kecil, ada pemimpin skala besar, mulai dari pemimpin rumah tangga, hingga pemimpin bertaraf nasional atau internasional.

Dalam perjalanan itu sebagai pemimpin, maka orang yang pertama berubah adalah "pemimpin" itu sendiri, dia harus merubah dirinya pertama kali, menjadi "model" perubahan karakter yang akan dituju!.

Pemimpin adalah orang yang mampu berkata: "Ikuti apa yang saya lakukan", bukan seorang kepala, yang hanya mampu memaksakan anak buahnya dan mengatakan: "kerjakan apa yang saya perintahkan".

Pemimpin adalah seorang "gembala"!. Dia berada di depan, menuntun "biri-biri" ke rumput yang hijau. Dia adalah petunjuk jalan, bahkan dialah jalan itu sendiri. Dia bertanggungjawab atas kesalahan anak buahnya, bukan hanya menghukum atau memecat anak buahnya ketika salah, tetapi membimbingnya.

Saat ini, negeri ini mengalami krisis kepemimpinan. Yang banyak adalah karakter kepala, hanya mampu mengatakan "kerjakan apa yang saya inginkan atau saya perintahkan".

Banyak ide, tetapi ketika diajak melaksanakan ide itu, hanya sedikit yang tau jalan ke sana dan setia menjalankannya.

Banjir ide "cangkokan"--meniru dan mencontek ide dari buku atau ide orang lain yang dia sendiri tidak mengerti, apalagi pernah melaksanakan ide itu. Dia sendiri kalau disuruh membuat rencana pelaksanaan idenya aja nggak tau, apalagi melakukannya.

Asal bunyi, seolah tau segalanya. Ratusan ide muncul dalam setiap rapat, pertemuan, atau di kedai kopi, hanya menjadi "siparayakon", tidak ada yang bisa melakukan, tanpa pernah menjadi kenyataan.

Kalau idenya tidak berjalan, seringkali menghakimi orang lain, atau pemimpin yang dipilihnya, atau bosnya sendiri. seraya berkilah: "Kan aku sudah pernah bilang dulu.., kalian sih nggak mau melakukan.".Sementara dia sendiri hanya diam, tidak melakukan kewajibannya, sebaliknya suka mengkritik pekerjaan orang lain.

Saat ini kita mengalami krisis kepemimpinan, keteladanan. Kita kekurangan orang berkarakter "pemimpin", dan sebaliknya, banjir karakter "kepala".

Medan, 17 Pebruari 2015

Kamis, 12 Februari 2015

Penonton, Pemain dan Juri

Oleh: Jannerson Girsang

Suasana akan kacau, kalau penonton, pemain dan juri tidak melaksanakan fungsinya masing-masing.

Penyebab Banjir Jakarta, seharusnya langsung cepat dideteksi, kalau pemain, penonton, jurinya jelas.

Juri A Hok menyalahkan PLN mematikan listrik, sebelum banjir. Benarkah kalau listrik hidup banjir tidak ada?. Wallahu alam!.

Ketika masalah tidak jelas, peran masing-masing penanggungjawab atas masalah tidak jelas, maka pekerjaan yang paling mudah adalah saling menyalahkan, tak pernah mau menerima kesalahan, atau menyatakan diri bersalah.

Para pengambil keputusan atau juri, kadang melempar tanggungjawab, bahwa dia adalah pemain. Kadang masuk ke barisan pemain, kadang lari ke tempat duduk penonton untuk berlindung dari tanggungjawab. .

Sebaliknya, pemain sering ingin bahkan mengambil alih peran juri, atau pengambil keputusan.

Penontonpun kadang suka mengambil alih peran pemain dan juri. Lebih parah lagi melegitimasi dirinya paling berhak menjadi pemilik (negeri, institusi, organisasi) dan memaksanakan kehendak.

Marilah dalam setiap persoalan kita memilih hanya satu peran, menjadi penonton, pemain, atau juri. Maka semua akan menjadi terang benderang.

Kalau ada persoalan, mudah mendeteksi penanggungjawabnya.

Kita tidak lagi sibuk terus menerus mencari "kambing hitam" tetapi langsung menemukan "kotak hitam".

Medan, 10 Pebruari 2015

Mewariskan Damai: Hal Tersulit dari Kepemimpinan

Oleh: Jannerson Girsang

Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Dia harus mewariskan rasa damai di hati orang yang dipimpinnya.
Tugasnya bukan sekedar hal teknis, atau mewujudkan hal-hal yang bersifat fisik.

Sedemikian lama Yesus hidup dan melayani, warisan terpentingNya adalah DAMAI.
"Aku meninggalkan Damai...". "Orang akan mengenal kamu sebagai muridKu, kalau kamu saling mengasihi............."

Mewujudkan damai adalah pekerjaan yang sangat sulit, tapi justru jarang mendapat perhatian, apresiasi. Dunia suka damai, tetapi tidak suka prakteknya. Semasa pemimpin pembawa damai hidup, nyawanya selalu terancam.

Dalam praktek sehari-hari kepemimpinan cenderung menekankan memimpin pembangunan fisik yang mudah terlihat, berupa peningkatan kemampuaan yang menghasilkan material.

Sulit melihat prestasi "pewarisan rasa damai". Pemimpin pejuang persamaan hak, melawan bukan dengan kekerasan, acapkali justru tidak mendapat perhatian semasa hidupnya, bahkan justru banyak terbunuh di masa jabatannya.

Ingat Marthin Luther King, Mahatma Gandhi. Yesus sendiri: pewaris kedamaian, justru "jasadnya" tergantung di kayu salib.

Damai itu musuh dari orang yang iri, dengki, egois, suka memaksakan kehendak. Mereka tidak suka damai, karena dalam keadaan damai orang-orang seperti ini tidak punya kekuatan.

Mari merenungkan: Apa yang akan kita wariskan?

Selamat Hari Minggu.

Menyambut Hari Pers 2015: Mengapa Seseorang Disebut Wartawan?

Oleh: Jannerson Girsang

Wartawan adalah seorang yang istimewa, memiliki informasi yang tak dimiliki kebanyakan orang.

Wartawan memiliki akses untuk masuk ke segala lapisan masyarakat dan segala tingkatan sumber informasi, mulai dari informasi umum, hingga informasi yang off the record.

Pagi-pagi mereka bisa mewawancarai seorang tukang becak, malamnya diundang makan malam di hotel berbintang dan bertemu dengan seorang Panglima berpangkat Jenderal. Besoknya, bertemu dengan tamu negara, Kepala Badan Intelijen negara asing. Malamnya mendengar curhat seorang mantan pejabat tinggi, yang sakit hati kepada pemerintah yang berkuasa..

Christopher Eric Hitchens (13 April 1949 – 15 December 2011), seorang penulis, jurnalist Inggeris-Amerika mengatakan, “I became a journalist because I did not want to rely on newspapers for information.” (Christopher Hitchens).

Seseorang disebut wartawan karena dia tidak hanya mempercayai apa yang tertulis di media, informasi umum yang sudah diketahui publik. Dia memiliki informasi baru yang berbeda.

Dia seorang pemberita fakta yang benar, mampu menceritakan sesuatu yang belum pernah di dengar publik, dengan cerdas: mencerahkan dan menghibur.

Tidak hanya itu, wartawan mengetahui hidden agenda (agenda tersembunyi) dari pesan yang disampaikannya. Dia tau "Berita di balik Berita".

Salah satu kehebatan wartawan adalah mampu membedakan mana yang pantas dan tidak pantas diberitakan. Mereka punya kode etik. Kalau melanggar, mereka akan dihukum pembaca.

“It is not enough for journalists to see themselves as mere messengers without understanding the hidden agendas of the message and the myths that surround it.” (John Pilger).

Mereka adalah orang-orang terhormat, orang yang sangat dihargai, sangat istimewa. Cerita mereka tak ternilai harganya.

Saking kagumnya kepada wartawan, Mahatma Gandhi, seorang pencinta persamaan hak dari India membedakan wartawan dengan masyarakat lainnya. “I believe in equality for everyone, except reporters and photographers,” katanya.

Wartawan memberi informasi, menyadarkan kita akan sekeliling kita. Karena kawan-kawan wartawan, kita mengetahui dan peduli sekeliling kita. .

“By giving us the opinions of the uneducated, journalism keeps us in touch with the ignorance of the community.” (Oscar Wilde).

Terima kasih wartawan, selamat merayakan Hari Pers Nasional, 9 Pebruari 2015

Selamat menyambut Hari Pers 2015, selamat bekerja buat rekan-rekanku.

Medan, 9 Pebruari 2015 

Sabtu, 07 Februari 2015

Sambut Kemenangan Ocha Samosir, Lupakan Sejenak Kisruh KPK vs Polri


Oleh: Jannerson Girsang

Para penggemar OCHA Samosir pantas puas dan bangga karena "idolanya" menjadi juara I, adu bakat di Program Televisi Indosiar. Ocha menyingkirkan 37 peserta Mamamia Indosiar 2015.

Saya dan jutaan pendukungnya menikmati hasil kompetisi yang fair, dan melupakan berita-berita seputar kisruh oknum-oknum KPK dan Polri, yang berkompetisi dengan sangat tidak fair.

Setelah berbulan-bulan OCHA--Peserta program televisi Mama Mia asal Sumatera Utara itu berada di "kursi panas", sejak audisi September 2014, putri Sapna Sitopu itu berhasil menorehkan namanya di pentas kontes bakat bertaraf nasional itu.

Ocha melalui liku-liku menapaki tangga Juara. Dia sempat hampir tersisih dalam enam besar.

Pada penampilan 29 Nopember 2014 lalu, pasangan Ocha Samosir dan Sapna Sitopu nyaris terdepak dari kontes bakat itu. Saat itu dalam babak enam besar, masuk zona merah alias karena minim dukungan sms (pesan singkat).

Saat itu Sapna sempat pesimis. "Saya pesimis karena peserta yang lain jelas-jelas mendapat dukungan dari wali kota daerah mereka. Kalau saya sendiri, seberapalah kemampuan saya menggalang dukungan?" ujarnya kepada Tribunenews.

Ternyata, semangat membara mampu menembus semua hambatan. "If you want to do some thing you find a way. If you don't, you will find an excuse," demikian Jim Rohn.

Sapna dan Ocha menemukan jalannya. Saya dan jutaan pendukungnya turut salut dan bangga dengan kegigihannya!.

All out!. Itu yang saya saksikan. Beliau tidak henti-hentinya mengirim sms meminta dukungan. "Bantu sms boru kita ya boto," demikian Sapna terus meminta dukungan melalui sms ke hp saya dalam setiap penampilan OCHA di Mamamia..

Sapna adalah seorang seniman, dosen di Etnomisikologi USU, serta sering tampil dalam acara seni budaya Simalungun. Terakhir saya menyaksikan penampilannya di Balai Bolon GKPS Pematangsiantar dalam penutupan Pesparawi Bapa GKPS, Nopember 2014.

Dalam perjalanan kembali ke Medan dari Pematangsiantar saya dan rombongan Sapna sempat istrahat di sebuah kedai kopi di Perbaungan dan Sapna mengungkapkan kisah perjuangannya mendukung OCHA juara. "Saya meminta kalian mendukungnya yah," katanya waktu itu.

Tentu saja, walau hanya sekedar mengirim sms.

Tadi malam, Sapna menuai hasilnya. Bukan hanya berarti untuk dirinya, tetapi banyak orang.

Sapna turut membawa budaya sinden Batak yang tampil di ajang nasional. Sapna memiliki keahlian nyinden lagu-lagu tradisonal Batak Simalungun, Pakpak Dairi, Mandailing, Ankola dan Karo. Semuanya bisa disaksikan oleh jutaan pemirsa di Indonesia.

Kemenangan Ocha setidaknya membuat saya sedikit terbebas dari pikiran tidak sehat menyaksikan persaingan yang sangat bertolak belakang, pertarungan Polri dan KPK yang sangat memuakkan. Pertarungan yang mengedepankan kepentingan kelompok, pribadi, menggunakan kekuasaan.

Kemenangan Ocha menjadi setitik air di gurun pasir menerangi pikiran yang sedikit galau menyaksikan pertarungan jatuh menjatuhkan yang terjadi di bumi tercinta ini.

Semoga teladan ini mengajarkan kita: hanya bersaing sehat, proses perjuangan panjang, bisa mendatangkan hasil yang membahagiakan semua orang.
Great Ocha, great Sapna!

Selamat untuk boto Sapna Sitopu, ibu Ocha yang memberi pelajaran bagi orang tua dalam mendukung anak-anaknya bersaing sehat. Terima kasih untuk suara Ocha yang memukau. Vina Panduwinata dan seluruh juri, seluruh penggemarmu terhibur dan tercerahkan!

Medan, 18 Januari 2015

 Sapna bersama kedua putrinya

Penyelesaian Kapolri: Mencari yang Terbaik dengan Jalan Terbaik"

Jokowi menegaskan bahwa bangsa ini harus menunggu Minggu depan, keputusan penetapan Kapolri baru. Beliau sendiri akan bertolak ke Malaysia siang ini dan akan melanjutkan kunjungan ke berbagai negara.

Karena satu orang calon Kapolri, Presiden, para petinggi, pengamat, politisi, Tim sembilan, para menteri tampak terbodoh, sibuk!.

Betapa penting dan strategisnya posisi seorang Kapolri. Betapa sulitnya mencari orang yang cocok menduduki "kursi panas" itu. Presiden dibuat sulit mengambil keputusan yang tepat waktu, dan tepat sasaran. Berbagai kepentingan menyandera Jokowi.

Rakyat dimana kebanyakan hanya memperoleh informasi melalui televisi, dicekoki dengan banyak suara orang-orang dengan vested interest sendiri sibuk untuk kepentingannya sendiri. Hari ini bilang A, besok bilang B, sesuai kepentingannya.Kadang membuat bingung. Hanya sedikit yang memberi pencerahan.

Kami yang mencintai Jokowi, selalu mendoakan beliau agar memiliki kebijaksanaan untuk mendapatkan Kapolri yang membela kepentingan kami, jutaan rakyat yang merindukan pejabat yang bersih. Beliau adalah presiden, kami masih yakin beliau masih memihak rakyat.

Mungkin hanya sebagian kecil di tingkat elit yang mendukung beliau, mencari cara yang terbaik bagi kepentingan rakyat. Mudah-mudahan saja minggu depan kita sudah memperoleh keputusan pengangkatan Kapolri yang terbaik bagi rakyat.

Beberapa hari terakhir tampak media begitu gencar memberitakan soal batal atau tidaknya pencalonan BG menjadi Kapolri. Hampir tak terdengar lagi berita pemboman kapal-kapal pencuri ikan.

Kenyamanan rakyat sedikit terganggu, karena berbagai pihak menginterpretasi satu pasal hukum dengan berbagai pemahaman. Membuat rakyat benar-benar bingung.

Kadang semakin khawatir dengan aksi saling tuding, saling mencari kesalahan, tanpa pembuktian yang bisa menenangkan hati rakyat, seperti saya.

Kadang muncul kata-kata "pemakzulan" presiden. Bagi rakyat seperti saya, kalau ini terjadi, Pilpres lagi dong. Akh, bosan!.

Anehnya, pernyataan seperti itu datang bukan dari oposisi, tetapi dari oknum-oknum di PDIP sendiri.
Terbelalaklah mata rakyat betapa begitu banyak masalah di putaran penegak hukum kita. Satu telunjuk menunjuk kesalahan orang lain ternyata para penegak hukum memiliki tiga atau empat kesalahan sendiri yang tersembunyi. .

Saya dan yakin kebanyakan rakyat sadar kok!. Kapolri adalah posisi yang sangat strategis di negeri ini. Tidak sembarangan orang bisa diangkat jadi Kapolri, tidak mudah Jokowi untuk menemukannya.
Presiden Jokowi harus mempertimbangkannya dengan matang. Jangan terpengaruh oleh kepentingan kelompok atau golongan. 

Kita tidak ingin memiliki Kapolri yang memiliki rekening gendut. Rakyat Indoensia butuh seorang Kapolri yang mampu menghukum seorang Aiptu yang memiliki Rp 1,5 triliun di rekeningnya, dan mampu menghukum oknum-oknum Polri yang masih memiliki rekening gendut.

Kita ingin Kapolri yang paling sedikit masalahnya. Rakyat juga yakin tidak ada Polri yang benar-benar bersih 100%. Paling tidak, Kapolri yang "Paling sedikit masalahnya", mengutip istilah Safii Ma'arif, Ketua Tim Sembilan.

Jokowi harus menetapkan status BG atau memilih beberapa perwira tinggi Polri lainnya berpangkat Komjen yang "Paling sedikit masalahnya".

Pagi ini diberitakan Kabareskrim yang baru Irjen Budi Waseso naik pangkat menjadi Komjen. Tambah lagi alternatif pilihan bagi Jokowi, di samping beberapa Komjen lainnya.

"Saya selesaikan semuanya Minggu depan" kata Jokowi, beberapa jam sebelum beliau meninggalkan tanah air, mengunjungi beberapa negara menjalankan tugasnya sebagai Presiden.

Sebagai rakyat kecil, mari kita bersabar menunggu, sambil menonton para pecundang tampil di TV dengan segala macam sandiwara bohongnya.

Rakyat harus menyadari dan yakin, semua keputusan ada di tangan Jokowi sebagai Presiden. Jadi, kalau yang lain bicara ini itu, kita tunggu pernyataan resmi presiden. Presiden akan berada di Malaysia, Brunai dan Filippina sampai 9 Pebruari 2015.

Yang jelas, Presiden Jokowi sedang mencari Kapolri yang terbaik, dengan jalan terbaik, seperti lagu Pance Pondaag: "Kucari Jalan Terbaik".

Medan, 5 Pebruari 2015

Jokowi dan Kegaduhan Politik

Oleh: Jannerson Girsang

Ibarat memancing ikan, Jokowi sedang duduk di tepi sebuah danau yang indah, ikannya sudah mulai memakan umpan.

Tetapi banyak orang-orang yang datang berlari menimbulkan gaduh. Ikannya lari!. Tapi dia tetap bersabar dan memikirkan cara memancing dengan gaya yang berbeda.

Seorang pemancing ikan memerlukan suasana ketenangan dan bebas dari kegaduhan. Siapapun yang memimpin Indonesia memang harus memiliki out of box thinking. Harus bisa memancing dan mendapatkan ikan meski dalam suasana gaduh.

Tidak bisa sekedar meniru atau berteori. Indonesia sekarang berbeda dengan yang dulu, Indonesia berbeda dengan negara manapun di dunia ini.

Saya tetap yakin Jokowi adalah orang yang berbeda dari semua pemimpin Indonesia lainnya. Dia sangat cinta Indonesia, cinta kami rakyat Indonesia.

Saya turut mendoakan agar Jokowi bisa memancing meski suasana gaduh.
Selamat Pagi!

Medan, 4 Pebruari 2015

Selamat Ulang Tahun ke 24


Pangeranku Bernard Patralison Girsang genap berusia 24 tahun hari ini. Meski di tempat yang jauh, teknologi, doa-doa kita senantiasa membuat perasaan dekat.

Semoga Tuhan memberkatimu Nak. Jangan lupa memaknai pengalaman, karena itu adalah guru terbaik.

Ingat teman-teman yang menolongmu, teman-teman sekerjamu. Doakan dan jangan lupa berterima kasih kepada mereka. .

Salam dari jauh. Happy Birthday. Have success and cepat dapat jodoh.

Medan, 4 Pebruari 2015

Orang (Merasa) Kaya dan Orang (Merasa) Pintar

Oleh: Jannerson Girsang
Di sekitar kita selalu ada orang yang dikelompokkan orang kaya atau orang pintar. Merekalah sering jadi penentu dan memimpin perubahan lingkungan ke arah yang lebih baik, jadi trend setter.

Masalahnya, apakah semua melaksanakan kewajibannya sesuai statusnya. Karena ketika mereka alpa, maka dampak negatifnya terhadap lingkungan sangat besar. Bayangkan kalau orang kaya pelit mendermakan kekayaannya, orang pintar juga pelit menularkan kepintarannya.

"Kalau Anda (merasa) kaya--karena sebenarnya kaya itu relatif, janganlah kekayaan Anda membuat orang lain merasa miskin, tetapi turutlah mereka menikmati kebanggaan, kebahagiaan karena kekayaan Anda.

Demikian juga, kalau Anda (merasa) pintar, janganlah kepintaran Anda membuat orang lain merasa bodoh, tetapi makin pintarlah mereka karena Anda. Tidak hanya pintar, tapi bijaksana".

"Ulang pangahap kaya hape lang tarbahen pangunsandean, mangahap malo hape lang jadi pangguruan".

Janganlah (merasa) menjadi orang kaya tetapi tidak bisa menjadi tompangan, tumpuan pertolongan,atau (merasa) orang pintar tetapi tidak bisa mengajar.

Kekayaan, kepintaran bukanlah sekedar tontonan sandiwara yang wah, indikator lebih dari yang lain, apalagi menjadi sumber kesombongan, merasa lebih tinggi dari yang lain.

Makin seseorang berstatus kaya, makin seseorang berstatus pintar, makin berat bebannnya.

Orang berstatus kaya mempunyai beban menjadikan lebih banyak orang menjadi kaya, setidaknya merasa kaya, dan orang berstatus pintar menciptakan lebih banyak orang menjadi pintar, atau setidaknya tidak merasa bodoh.

Yang sering terjadi, justru sebaliknya. Karena seseorang kaya atau pintar, tidak mau melaksanakan tugasnya sesuai statusnya, dia menjadi sombong, bahkan mengisolasi diri, membentuk kelompok yang merasa statusnya sama.

Sering tidak disadari bahwa orang disebut kaya karena di sekitarnya ada orang yang belum kaya, disebut pintar karena di sekitarnya ada orang yang belum pintar. Ada orang yang jatuh miskin, ada Orang Kaya Baru (OKB). Berputar seperti roda. Ada orang yang dulu bodoh, sekarang makin pintar. Tentu tidak orang yang makin bodoh, hanya secara relatif, dia lebih bodoh dari yang lain, karena tidak mau belajar.

Harus diingat juga. Di atas langit masih ada langit. Kaya, pintar itu memang sangat relatif. Kaya di Medan, belum tentu kaya di Jakarta, pintar di Medan belum tentu pintar di Jakarta.
Tetapi orang kaya dan pintar di mana saja memiliki tugas yang sama: menjadikan kekayaannya, kepintarannya membuat yang lain lebih kaya, yang lain lebih pintar.

Mungkin kita masih hanya (merasa) kaya atau pintar. Belum menjadi orang kaya, atau orang pintar yang sesungguhnya. Mari kita periksa diri masing-masing!. (Podah ni namatua).

Medan, 3 Pebruari 2015

Hari ini Rasanya Rame

Hari ini rasanya rame.

Pagi hingga siang kebaktian Minggu. Siang hingga sore, Rapat Majelis untuk persiapan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) di Synode Jemaat Minggu depan, berlanjut dengan Pemilihan Pengurus Sekolah Minggu.

Baru pulang dari partonggoan STM Sauhur menjelang pukul 21.00.

Selamat buat Pengurus Sekolah Minggu yang terpilih hari ini:

Ketua: Sy Henri Purba, SE
Wakil Ketua: Sy Sudirman Purba
Sekretaris: Bennauli br Sinaga
Wakil Sekretaris: Hersanta br Purba
Bendahara: Resmi br Siregar

Selamat bekerja.

Seorang tamu dari Jerman baru-baru ini saat makan malam bersama bertanya:

"What about week end?"

"No Weekend".

"I can not imagine" katanya.

Hiburan malam ini: telepon anak-anak dan cucu, dengar lagu-lagu menjelang tidur. Itulah kegiatan seorang Vorhanger satu hari, pada hari-hari puncak menjelang Periode lima tahun berakhir. Butuh energi suka cita, sehingga semua kegiatan bisa menjadi berkat.

Medan, 1 Pebruari 2015

Takar dengan Seimbang


Oleh: Jannerson Girsang

Kebaikan dan Keburukan ibarat dua sisi mata uang. Semua orang memiliki keduanya. Karena mereka bukan malaikat.

Mulailah menilai orang, karya atau hasil kerja dari sisi positif. Tidak melulu mencari salah, apalagi tidak mampu dan tidak pernah mengungkap sisi kebaikannya.

Sebab manusia tidak ada yang sempurna. Ketika seseorang suka atau "candu menjadikan sisi negatif sebagai sorotan utama pembicaraannya, untuk memposisikan dirinya seolah hebat, benar, dia tidak sadar, sedang melakukan aksi ibarat "menepuk air di dulang, akan kepercik mata sendiri".
Sebab yang ngomong juga tidak mampu merasakan balasan kalau kepadanya diperlakukan hal yang sama.

Cuma, kadang dia luput, dan orang sering membiarkannya, karena di sekitarnya masih banyak orang baik, tidak sampai hati melukainya. Tapi sering tidak tau diri, seringkali "candu" melanjutkan aksi itu.
Pengalaman saya, orang yang suka mencari sisi negatif orang lain untuk menaikkan citra dirinya, ketika kepadanya diperlakukan hal yang sama, langsung "klenger", pipinya merah,suaranya keras, sakit hati, atau dendam, kalau dia pengurus, maka tidak akan mengerjakan pekerjaannya, karena visinya hanya untuk diri sendiri. Mana tahan.....!

Mari sama-sama memperbaiki diri. Mulailah saling menakar kebaikan, bukan melulu membeberkan keburukan.

Semua orang memiliki kebaikan dan keburukan. Tak seorangpun di dunia ini mampu menerima keburukannya diungkapkan, tanpa menakar kebaikannya.

Selamat hari Minggu!

Medan 1 Pebruari 2015

Ibuku 77, Aku 54, Putriku 30, Cucuku 17 Bulan

Oleh: Jannerson Girsang

Hari ini ibuku genap berusia 77 tahun. Beliau lahir 22 Januari 1938. Tanggal lahir kami berdekatan, dan baru saja merayakan Ulang Tahun ke 54, pada 14 Januari 2015 lalu.

Kasih ibu sepanjang masa, hingga menutup mata. Dia yang melahirkanku, terus menyayangiku, mendoakanku, mendoakan anak-anakku, cucuku, tanpa henti!

Bahkan hingga memiliki cucu, beliau selalu ada di belakangku. Beliau adalah wanita yang paling lama menyangiku dengan setulus hati, tanpa pamrih. Tidak ada wanita yang dapat menggantikan
ibuku, soal kasih sayang dan perhatian tanpa pamrih.

Melahirkan anak adalah satu pengorbanan ibu yang tak dapat dibayar dengan apapun. Taruhan nyawa! Tidak boleh dilupakan oleh siapapun yang masih hidup.

Sehari sebelum saya lahir, 13 Januari 1961, pagi hari, ibuku berangkat ke ladang sewaan mereka di Paya (ladang Jasiap Sipayung), tidak jauh dari desa kami, Nagasaribu, Kabupaten Simalungun.

Saat itu cabe hijau dan diantaranya terdapat juga daun sup sedang mekar-mekarnya. Ibuku masih menyiangi tanaman liar (gulma) dan seperti biasanya pulang ke rumah jam 5 sore.

Sesampainya di rumah, dalam keadaan hamil tua, ibu mandi dan mengambil air sendiri ke pancuran yang terletak di sebuah lembah berjarak sekitar 200 meter dari rumah.

Pulang dari pancuran, ibu yang sedang hamil tua itu tidak langsung beristirahat, tetapi harus memasak makan malam--dibantu adik-adik ayah, untuk makan malam keluarga besar.

Sesudah makan malam, adik-adik ayah saya yang sudah remaja atau gadis, meninggalkan rumah dan tidur di rumah orang lain atau tetangga. Hanya anak-anak yang masih kecil yang tidur di rumah.
Di desa itu, biasanya anak-anak remaja atau dewasa yang rumahnya kecil, menumpang tidur di rumah yang penghuninya sedikit (janda atau keluarga yang anak-anaknya sudah berkeluarga).

Pagi-pagi mereka kembali ke rumah masing-masing.

Saat semua penduduk desa sedang tidur nyenyak, ibuku merasakan sesuatu yang aneh dan sekitar pukul 02 dinihari, ibuku merasakan pengalamannya yang pertama seorang wanita hamil tua.
Beliau merasakan pegal di pinggangnya dan perutnya mulas-mulas. "Saya yakin akan segera melahirkan,sakit sekali"ujarnya suatu ketika. Saya terharu bercampur bangga mendengarnya.
Terbayang ibuku yang meringis kesakitan dan tentunya bingung karena baru pertama kali mengalaminya.

Menunggu proses kelahiranku, ibuku ditemani para ibu-ibu yang usianya lebih tua (Nan Saludin, Nan Salomo, Nan Lena, Nan Josep, ompung si Letnan), ayahku dan kakek (ompung) saya sendiri. (Kecuali ayah dan ibu saya semua nama-nama ini sudah meninggal).

Tiga jam kemudian, sejak ibu mulai merasakan ciri-ciri mau melahirkan (kontraksi), dengan pertolongan paraji nan Loyar boru Payung (juga sudah meninggal), menggunakan peralatan medis yang sangat sederhana, berhasil menolong proses kelahiranku.

Itulah satu peristiwa pengorbanan ibuku yang bertarung nyawa untuk melahirkanku di suatu malam. Tentu banyak lagi kisah kasih ibu yang kalau saya menuliskannya semua hari ini satu kalimat saja satu peristiwa, akan sangat panjang dan Anda tak sempat membacanya.

Puji Tuhan!. Lima puluh empat tahun sudah beliau tidak pernah lepas memberi kasih sayang, mendoakan, memberi biaya yang kuperlukan semasa sekolah, menikahkanku, memberi jajan anak-anak dan cucuku, terus...entah apa lagi yang akan saya terima.

Tidak pernah menuntut balas. Hanya berharap supaya anak-ananya lebih baik dari dirinya, tidak ketinggalan dari orang lain, dan tetap menghormatinya, menghargainya sebagai orang tua. Itu saja, harapan yang sangat sederhana!

"Terima kasih kalian sudah mengingatkan ulang tahunku. Akupun tidak ingat kalau hari ini ulang tahunku. Baru bangun, karena sedikit flu,"kata ibuku pagi ini, saat berkomunikasi lewat telepon.

Hari ini mereka berdua akan merayakan ulang tahunnya dengan sederhana. "Makan siang ma hanami akkin i Saribudolok,"katanya.

Mereka berdua selalu seperti pengantin baru, menikmati masa pensiunnya di rumah kesayangannya di kampung Nagasaribu. Karena bapak masih bisa nyetir mobil, mereka bisa dengan leluasa pergi kemana-mana.

 Salam dari ompung Nagasaribu buat cucunya, putri adikku Henri, Glenia Evelyn yang sedang sakit di RS Elizabeth, Medan. Semoga lekas sembuh!

Medan. 22 Januari 2015 

Bersihkan Akun FB Meragukan, Sebarkan Kesejukan


Oleh: Jannerson Girsang

Mari jadikan FB sebagai ruang tamu keluarga besar. Hindarkan pertemanan dengan akun yang berniat jahat!

Hati-hati berteman dengan FB yang mencantumkan hanya satu atau dua foto dirinya, tetapi menghindar mencantumkan foto keluarga atau temannya, tidak ada foto kegiatan sehari-harinya. Statusnya, alamat, alumni, tak jelas.

Jelas niatnya di FB diragukan.

Kalau Anda pernah terjebak dengan akun seperti itu, wah geli deh. Umumnya, bahasa yang digunakan serta isi FBnya sungguh membuat kita tidak nyaman.

Bagi saya: FB adalah ruang tamu untuk menyapa anak-anak saya, teman-teman saya setiap hari. Saya juga mendapat pesanan pekerjaan dari FB.

Bukan untuk menipu orang!

"Darah" dari keakraban orang tua anak dan pertemanan adalah komunikasi. Tanpa komunikasi, sebenarnya kasih sayang, keakraban itu omong kosong.

Inilah komunikasi termurah, praktis, sehat, bermanfaat bagi banyak orang.
Jadi, saya tidak mau terganggu oleh orang-orang yang usil. Mungkin teman-teman yang lain juga begitu.

SUMBER GANGGUAN.

FB seperti ini bisa menjadi sumber gangguan bukan hanya bagi Anda, tetapi bagi teman-teman Anda yang lain.

Mungkin akun-akun seperti inilah yang meng-hack FB teman-teman dan melakukan penipuan, seperti yang terjadi kepada teman saya kemaren..

Tolaklah pertemanan dengan mereka. Dengan melakukan hal itu, Anda turut menolong banyak orang!.

Kecuali kalau Anda juga sama seperti mereka, berniat jahat kepada teman sendiri.
Sayapun akan memblock Anda!

FB KELUARGA.

Mari jadikan FB ini menjadi ruang tamu keluarga. Pastikan orang-orang yang terdaftar di akun Anda adalah teman-teman baik Anda, keluarga Anda, setidaknya berperangai baik dan tidak mengganggu kenyamanan teman-teman yang lain. .

Sebarkan Kasih, Suka cita, Damai sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemahlembutan, Penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu

WASPADALAH melakukan percakapan di inbox FB.

Kadang Anda tidak sadar, bahwa FB teman Anda sudah dihack. Anda masih merasa berhubungan dengan teman akrab Anda, ternyata Anda sedang menghadapi penjahat.

INGAT INI!.


MEMINTA UANG.

Siapapun meminta uang atau barang melalui FB jangan layani, sebelum konfirmasi melalui telepon!. Demikian sebaliknya!. Siapapun yang menawarkan barang atau uang untuk Anda, jangan berbesar hati sebelum melakukan konfirmasi! Semua itu bohong, apalagi Anda tidak mengenal mereka.
Seperti yang saya alami kemaren dari akun sahabat saya.

"boleh nggak minta tolong!"
"apa bos?"
"bos ada saldo gk di ATM ?
klo ada., bisa sy pinjam dlu bos, buat ngirim sodara"

Untung saya melakukan konfirmasi, jadi terhindar dari niat buruk penjahatnya

MENGAKU JATUH CINTA.

Yang aneh, kalau dia mengaku JATUH CINTA pada Anda!. Padahal tidak pernah bertemu muka!.
Anda orang yang waras tentunya. Orang yang waras tidak mau menyambut CINTA orang gila.
Kalau Anda sama dengan orang gilanya, yah bak gayung bersambutlah! Siaplah Anda mendapat malapetaka. Pengalaman banyak teman, mereka menjadikan Anda alat pemerasan.

LAKUKAN INI

Klick SETTING, kemudian Klick: BLOCKING: masukkan nama akun itu dan selesai. Anda sudah terhindar dari niat penjahat.

Dia tidak bisa lagi berhubungan dengan akun saya.. Hari ini saya memblock dua akun seperti itu.
Dengan berbuat begitu, saya tidak menyebar niat orang jahat kepada teman-teman saya di FB.
Kalau Anda melakukan hal yang sama, Anda menolong ribuan orang dari niat orang jahat.

19 Januari 2015

Bagi Tuhan Tiada Yang Tak Mungkin


Oleh: Jannerson Girsang

Singkirkan kekhawatiranmu. Tidak pernah apa yang dikhawatirkan terjadi. Tuhan selalu memberikan jauh dari apa yang kita pikirkan dan doakan!.

Sore ini, saya begitu senang, karena sudah melaksanakan dengan baik pemilihan pengurus Bapa dan Wanita GKPS Simalingkar periode 2015-2020.

Lima tahun yang lalu, saya sempat khawatir dengan keadaan saya, apakah mampu melaksanakan tugas sebagai vorhanger (memimpin 700-an orang jemaat). Sementara saya di awalnya memiliki beban berat.

Tinggal dua bulan lagi. Saya yakin akan mampu mengakhirnya dengan baik. Puji Tuhan. .
Sebenarnya saya flu, beberapa hari terakhir cukup sibuk dan butuh istirahat.

Tetapi rasa senang sepertinya mampu menghilangkan segala rasa penat dan tak nyaman. Tak perlu khawatir dengan kesehatan, karena kesembuhan, apalagi cuma virus flu datang dari "suka cita" dan minum air putih. .

Tiba di rumah saya minta diurut sama anakku Bernard dan tertidur sebentar. Cukup untuk menghilangkan kepenatan sehari.

Saya ingat tugas yang diberikan putri bungsu almarhum adikku Parker Girsang Trisha Melanie Girsang, siswa Kelas II, SMA Negeri 2 Bekasi.

Dua hari yang lalu dia minta saya membantu PRnya. "Bapatua, minta tolong dong buatkan biografi kakak untuk tugasku di sekolah," katanya melalui sms, saat saya masih di tempat acara pemakaman adik ayah saya di Pematangsiantar.

Icha mengirimkan draftnya dan saya mengeditnya. Mudah-mudahan cukup untuk memenuhi tugasnya.

Selesai mengedit PR putriku ini, saya mengirimnya melalui inboxnya. Saya menyempatkan diri mengamati FBnya.

Lantas, masuk ke FB almarhum adik saya. Meski adik saya sudah meninggal hampir lima tahun yang lalu, saya sekali-sekali masih bisa mengunjungi FBnya. Melihat aktivitas terakhirnya.

Itulah hebatnya FB.

Salah satu kekhawatiranku lima tahun lalu adalah Icha. Putri bungsu almarhum Parker Girsang, yang ditinggal ayahnya saat dia masih SD kelas 6. Lebih sedih lagi, dia sudah ditinggal ibunya ketika dia masih kelas 2 SD.

Saya kembali membolak-balik kejadian lima tahun yang lalu. Saya menemukan foto di bawah ini. Almarhum adik saya berdua dengan putri kami Icha, panggilan akrabnya.

Foto mereka di suatu pesta, April 2009, saat dia masih kelas 5 SD.

Tentu Icha tak pernah terbayang, kalau 14 bulan kemudian, ayahnya jatuh sakit dan meninggalkannya untuk selama-lamanya Juni 2010.

Hati saya trenyuh juga melihat foto ayah bersama putrinya. Trisha Melani, putri bungsu tiga bersaudara, dari almarhum adik saya begitu dekat dan manja kepada bapaknya. Bukan hanya di foto, tetapi kesehariannya memang begitu.

Khawatir pada awalnya, kalau Icha mampu berpisah selama-lamanya dengan ayahnya.
Saat ayahya meninggal, Icha baru lulus SD, dan memasuki SMP kelas I. Tak terbayang putri yang sangat manja kepada bapaknya, mampu berjuang, meski berpisah dengan ayah yang sangat dicintainya. Hidupnya memang sungguh sangat prihatin. Dia kehilangan Mama tercintanya, empat tahun sebelumnya, ketika dia masih kelas II SD. .

Saya mengamati FB putriku. Beberapa video tentang inspirasi Kristiani ternyata menjadi makanan rohaninya. Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin.

Kini Icha tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Dua tahun lalu diterima sebagai siswa di SMA favorit, SMA Negeri I Bekasi.

Tak perlu banyak khawatir. Seperti ketika kita terbang di atas pesawat di ketinggian 11.600 meter. Kita tidak bisa berbuat apa-apa selain menyerahkan nasib kita kepada pilot. Kita pasti akan sampai.
"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu" (1 Petrus 5:7).
.
Tak pernah terbayang kalau Icha di Tahun Baru kemaren bisa mengucapkan kata-kata ini.

"Nanti saya akan masuk UI seperti kakak. Bisa nggak ya bapatua," demikian janjinya kepadaku saat kami bertahun baru bersama di Ciater, Jawa Barat, 2-3 Januari lalu.

"Bagi Tuhan tidak ada yang tak mungkin sayang. Icha akan menjadi dokter!. Kau pasti bisa".
Oh, Tuhan. Betapa sayangMu kepada kami. Terima kasih Tuhan.

"Bapatua, nanti tulis kisah kami bertiga ya," katanya malam ini saat saya telepon memastikan kiriman PRnya udah diterima.

"Ya nang..pasti. Kalian adalah khotbah yang hidup bagi bapatua".
Cium sayang dari jauh!. Malam ini saya bersyukur bisa membantu PRmu. Semoga bermanfaat.


Medan, 18 Januari 2015

Bayi Kecil itu Sudah Berusia 54 Tahun


Oleh: Jannerson Girsang

Merayakan Ulang Tahun, tanpa mengisahkan bagaimana proses kelahiran diri, rasanya tidak afdol. Bagaimana penderitaan ibunya, siapa saja yang hadir mendampingi saat  ibu melahirkannya.

Mengapa kita bersyukur atas hari lahir kita?. Salah satunya adalah memperingati keberhasilan ibu kita melahirkan kita, menghirup udara bebas untuk pertama kalinya. Inilah yang menjadi topik artikel saya di ulang tahun kali ini.

Saya termasuk bernasib mujur. Pasalnya,  hingga  usia 54 tahun ini, ayah dan ibu saya masih sehat walafiat, sehingga bisa mengetahui sekilas kisah kelahiran saya dari saksi pertama.

Pengalaman saya menulis biografi beberapa tokoh, mereka kurang memberikan perhatian atas peristiwa proses kelahirannya sendiri. Padahal peristiwa seperti ini cukup menarik untuk diketahui orang lain.

Peristiwa kelahiran terlalu sayang untuk tidak dikisahkan. Bagi saya, setidaknya sebuah refleksi bagi diri sendiri, dan mungkin bisa jadi pelajaran bagi anak-anak saya.

Memang, kelahiran bukan sesuatu yang menentukan masa depan seseorang. Chanakya, seorang guru, ahli filsafat dan penasehat kerajaan di India, yang hidup tiga ratus tahun Sebelum Masehi mengatakan “A man is great by deeds, not by birth”. 

Bukan hanya yang sudah uzur, teman-teman seusia saya banyak yang tidak sempat bertanya kepada orang tua mereka soal kelahirannya. Bisa karena tidak tertarik, atau terlambat karena orang tuanya sudah meninggal.

“Kelahiran dan kematian adalah pintu lewat  dimana anda lulus dari satu mimpi ke mimpi lain,”  kata Paramhansa Yogandanda.

Dalam berbagai kesempatan, saya mendengar ayah dan ibu bercerita tentang peristiwa kelahiran saya. Merekapun senang menceritakannya, kembali mengingat masa-masa indah menanti seorang buah hati untuk pertama kali. Ada kisah menggembirakan, sekaligus membuat hati terharu.

Anak pertama seperti saya pada umumnya, lahir saat orang tuanya belum mapan. Orang tua baru memulai karier dan belum banyak duit atau mapan.

Ketika saya lahir, ayah dan ibu saya sendiri masih menumpang di rumah kakek saya. Kedua orangtua saya adalah guru Sekolah Dasar. Mereka lulus Sekolah Guru Bawah (SGB) di era limapuluhan. Usai menyelesaikan sekolahnya, mereka menjadi guru. Ayah saya sudah menjadi guru Sekolah Dasar sejak 1954, dan ibu saya 1957.

Mereka bukan guru yang memiliki gaji besar. Tidak seperti sekarang, sebagian guru yang memiliki sertifikasi dan menerima insentif.  Mereka sungguh-sungguh guru yang hanya mengabdi, dengan gaji yang sangat kecil.

Selain mengajar di sekolah yang berjarak 1 kilometer dari desa kami, ibu dan ayah saya juga nyambi ke ladang setelah pulang sekolah. Karena gaji mereka berdua hanya bisa membeli 2 kaleng beras. Waktu itu gaji guru masih rendah. Menurut ibuku, mereka kadang bekerja di ladang yang disewa atau memburuh. Konon ekonomi terus memburuk  hingga meletus Pemberontakan G 30 S PKI 1965.  Ketika itu menurut ibu saya, banyak guru yang beralih profesi jadi pedagang atau petani.

“Kami sangat susah ketika itu,”ujar ibu suatu ketika mengenang kehidupan mereka menjelang hari kelahiran saya.

Sejak menikah, Maret 1960, mereka tinggal di rumah kakek saya di desa Nagasaribu, sekitar 100 kilometer ke arah Selatan Kota Medan atau sekitar 70 kilometer dari kota Pematangsiantar.

Desa Nagasaribu terletak di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Desa ini memiliki geografi yang berbukit  dan sebuah jalan utama yang membelah kampung dari  uruk (bagian atas) ke toruan (bagian hilir).

Rumah kakek saya terletak di bagian hilir dan menghadap jalan yang membelah desa tadi. Beberapa puluh meter ke sebelah Timur rumah itu terletak makam Raja Kerajaan Silima Kuta.

Sebelah Timur diapit satu rumah (milik Nan Salomo Sipayung) dan di sebelah Barat diapit rumah (Nan Saludin Simaringga dan di sebelahnya rumah Jonni Purba).

Berbentuk rumah petak (dinding papan membatasi setiap rumah dan merupakan batas langsung dengan tetangga),  memiliki satu kamar tidur,ruang tamu dan dapur yang kecil, lebar 5 meter dan panjang 6 meter.

Uniknya, terdapat empat rumah dempet dengan tipe yang sama, berbeda dengan model rumah yang lainnya di desa itu.

Saat itu, semua rumah memiliki kolong dan belum ada rumah yang terbuat dari beton.

Saya belum pernah bertanya mengapa hanya empat rumah itu memiliki model seperti itu. (Pasti ada sejarahnya mengapa empat keluarga membangun satu tipe yang sama, berbeda dengan yang lain. Mudah-mudahan masih bisa ditanyakan ke orang tua saya).

Keunikan lain, rumah yang terbuat dari kayu dan beratap seng itu memiliki tangga dengan tinggi sekitar dua meter. Tangganya lebih tinggi dari hampir semua rumah di desa itu, kecuali jabu bolon (rumah adat besar) yang ketika itu masih ada beberapa buah.

(Sayangnya semua rumah itu sudah terbakar pada kebakaran desa Nagasaribu yang menghabiskan separuh desa yang berpenduduk sekitar 200 Kepala Keluarga itu pada 1972).

Di rumah seperti itulah ayah dan ibu  tinggal bersama kakek saya, dan lima orang adik ayah yang masih anak-anak atau menjelang remaja atau dewasa.

Adik ayah kedua Lortina baru lulus  Sekolah Dasar dari Perdagangan (28 kilomter dari Pematangsiantar kearah Kabupaten Asahan) dan Arlina  tammat SD dari Nagasaribu. Bismar anak keempat dan Jasman anak kelima masih duduk  di Sekolah Dasar dan Sarmelina anak paling bungsu masih belum sekolah.

(Saya sedih hari ini, bertepatan dengan hari Ulang Tahun saya,  karena dinihari tadi adik ayah saya Jasman Girsang meninggal dunia di Rumah Sakit Djasamen Saragih di Pematangsiantar,.Kebahagiaan dan kesedihan bisa datang bersamaan, itulah hidup)

Kakek saya sudah menduda sejak 1958, dan ayah dan ibulah yang turut bertanggungjawab dalam keluarga besar Meski hidup serba kekurangan, mereka turut memikul   tanggungjawab yang besar.

Seminggu sebelum ibuku melahirkan, beliau mengambil hak cuti hamil selama tiga bulan. Meski cuti mengajar, alih-alih istirahat, ibuku malah setiap hari ke ladang dari pagi hingga sore, sama seperti kebanyakan profesi penduduk desa itu.

Seperti biasa, sehari sebelum saya lahir, 13 Januari 1961, pagi hari,  ibuku berangkat ke ladang sewaan mereka di Paya (ladang Jasiap Sipayung). Saat itu mereka menanam cabe hijau dan diantara tanaman itu terdapat juga daun sup. Hari itu ibuku menyiangi tanaman liar (gulma) dan pulang ke rumah seperti biasanya jam 5 sore.

Sesampainya di rumah dari ladang, dalam keadaan hamil tua, ibu mandi dan mengambil air sendiri ke pancuran yang terletak di sebuah lembah berjarak sekitar 200 meter dari rumah. Pulang dari pancuran, tidak langsung beristirahat, tetapi harus  memasak makan malam--dibantu adik-adik ayah, untuk keluarga besar.

Sesudah makan malam, adik-adik ayah saya yang sudah remaja atau gadis, meninggalkan rumah dan tidur di rumah orang lain atau tetangga. Hanya anak-anak yang masih kecil yang tidur di rumah.

Di desa itu, biasanya anak-anak remaja atau dewasa yang rumahnya kecil, menumpang tidur di rumah yang penghuninya sedikit (janda atau keluarga yang anak-anaknya sudah berkeluarga). Pagi-pagi mereka kembali ke rumah masing-masing. 

Alkisah, saat semua penduduk desa sedang tidur nyenyak, ibuku merasakan sesuatu yang aneh dan  sekitar pukul 02 dinihari, ibuku merasakan pengalamannya yang pertama seorang  wanita hamil tua.

Beliau merasakan pegal di pinggangnya dan perutnya mulas-mulas. "Saya yakin akan segera melahirkan,sakit sekali"ujarnya suatu ketika. Saya terharu bercampur bangga mendengarnya. Terbayang ibuku yang meringis kesakitan dan tentunya bingung karena baru pertama kali mengalaminya.

Mungkin memiliki instink (atau sudah pernah belajar soal cirri-ciri melahirkan), merasakan sesuatu yang tidak biasa, ibuku memberitahu ayah. Ayah  kemudian memberitahu tetangga kami sebelah Barat (ompung Nan Saludin Simaringga). Beliau kemudian memanggil seorang paraji, Nan Loyar br Payung ke rumahnya di Ruma Parik, kira-kira 300 meter.

Menunggu proses kelahiranku, ibuku ditemani para ibu-ibu yang usianya lebih tua (Nan Saludin, Nan Salomo, Nan Lena, Nan Josep, ompung si Letnan), ayahku dan kakek (ompung) saya sendiri.

Kecuali ayah saya semua nama-nama ini sudah meninggal. Betapa besar jasa mereka untuk saya.

Tiga jam kemudian, sejak ibu mulai merasakan ciri-ciri mau melahirkan (kontraksi), dengan pertolongan paraji nan Loyar boru Payung, menggunakan peralatan medis yang sangat  sederhana,  berhasil menolong proses kelahiranku.

Bisa dibayangkan, andai kata ada kelainan, pasti saya tidak bisa tertolong. Rumah sakit jauh dan angkutan belum sebaik sekarang.

Membandingkan proses kelahiran saya dengan beberapa kisah yang pernah saya dengar,  ternyata sedikitnya selangkah lebih maju.

Pengalaman ibunya RE Nanggolan—calon gubernur Sumatera Utara 2013-2018), saat saya menulis biografinya: Haholongon, beliau mengaku pernah melahirkan sendiri beberapa anaknya, dan memotong-ari-ari sendiri. Ngeri ah!.


Yang lebih ngeri lagi, di abad modern sekarang ini, Ines Ramirez, seorang penduduk yang hidup di pedesaan Mexico, menjadi satu-satunya wanita yang diketahui melakukan operasi caesar sendiri pada proses melahirkan anaknya, tengah malam 5 Maret 2000. Saat itu, paraji (midwife)  terdekat berjarak 50 mil (80 km) dari rumahnya. Sementara, suaminya sedang berada di kantin dan tidak ada telepon untuk menghubunginya.

Karena waktunya sudah tiba, Inez Ramirez melakukan operasi sesar sendiri. Oh.....betapa beraninya!. (Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/In%C3%A9s_Ram%C3%ADrez).

Akh tak bisa bayangkan, kalau saya lahir seperti itu. Syukur kepada Tuhan, proses kelahiran saya berjalan normal. Saya menghirup udara luar untuk pertama kalinya, 14 Januari 1961, sekitar pukul lima pagi.

Kata ibuku saya lahir sehat dan gemuk. Ayah dan ibuku, termasuk kakekku bangga punya anak pertama atau cucu pertama yang sehat.

(Aku belum banyak bertanya tentang hal-hal menarik lainnya. Saya berdoa agar ayahku panjang umur dan masih ada waktu bertanya).

Penduduk desa kami dan desa-desa di Simalungun pada umumnya, memiliki pemahaman waktu kelahiran dengan makna yang berkaitan dengan masa depan anak itu. Saya lahir menjelang mata hari terbit, mereka menyebutnya "gok hudon” (periuk yang penuh, artinya rezeki melimpah).

Dalam Kalender Jawa kelahiran saya adalah  26 Rejeb 1892, Setu Kliwon dan Kalender Islam  26 Rajab 1380 H.

Saya memiliki bintang Capricorn. Dalam astrologi, Capricorn dianggap sebagai tanda introvert, tanda bumi, dan salah satu dari empat tanda kardinal. Capricorn kadang-kadang digambarkan sebagai kambing laut. Alasan untuk ini tidak diketahui, tetapi citra kambing laut kembali setidaknya ke masanya Babel. Kata sebuah lagu Capricorn adalah orang yang sederhana tapi pendendam. Entahlah!.

Di kemudian hari, saya mengetahui bahwa 14 Januari  1961 adalah hari kelahiran Pramuka di Indonesia, kelahiran Robert Edwin Hall, seorang pengusaha dan pendaki gunung (meninggal pada 1996 di Mount Everest) dan seorang penyanyi  Denmark, Mike Tramp.

(Ibu dan ayah saya masih hidup berbahagia menikmati masa-masa pensiun mereka berdua di desa. yang berada di ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut itu. Keduanya  sudah berusia 77 tahun dan kemanapun mereka pergi selalu berdua, ke ladang  atau berkunjung ke rumah saya di Medan, ayah saya masih mampu menyetir mobil kijangnya.

Kisah perjuangan dan tantangan yang mereka hadapi menjelang kelahiran saya senantiasa membuat saya tegar menghadapi berbagai masalah. Ayah dan ibu saya menjadi inspirasi.

"Your birth is a mistake you'll spend your whole life trying to correct," demikian kata Chuck Palahniuk, seorang penulis novel dan penuls bebas berkebangsaan Amerika.

Medan, 14 Januari 2015 

Aku akan terus menulis hingga akhir khayatku

Ketika Kanker Ganas Menggeogoti Anggota Keluarga

Oleh: Jannerson Girsang

Menantu meninggal tiga bulan yang lalu, kini menyaksikan putranya--ayah dari dua cucunya, berjuang melawan kanker ganas. Sebuah perenungan makna hidup diperlukan menghadapi situasi semacam ini.

Beberapa menit yang lalu, saya mendapat berita (melalui inbox) dari temanku Idris Pasaribu-redaktur harian Analisa, Medan.

Isi beritanya sangat menyentuh dan membuatku teringat sebuah peristiwa sedih menimpa keluargaku empat tahun lalu.

"Kanker Ganas menggerogoti tubuh anakku. Dua cucuku akan jadi Yatim Piatu, karena mamanya, (menantuku) sudah berpulang 3 bulan lalu. Anakku harus dioperasi. Namun risiko operasi sangat besar. Bisa gagal operasi, bisa pendarahan dan bisa koma seumur hidup, jika operasi berhasil. Dia harus kemo terus menerus. Kegagalan operasi meliputi 68 Persen. Sisa hidup anakku tinggal 28 Persen. Sesuai sumpah, kondisi ini harus diberitahunakn kepada patien. Jangankan anakku, aku sendiri sangat down mendengar keterangan itu. Harapan satu-satunya, hanya Mukzijat dari Allah.
Mohon doa teman2 sekalian". (Idris Pasaribu di dalam inbox)

Saya minta izin dari lae Idris untuk menuliskannya di satusku dan beliau setuju.
Mengapa saya menuliskannya?

Manusia setinggi apapun imannya, akan shock dan terguncang menghadapi situasi semacam ini. Baru tiga bulan lalu laeku Idris Pasaribu kehilangan menantunya, kehilangan ibu dari dua cucunya yang masih kecil itu, kini harus menyaksikan laki-laki kesayangan mereka berjuang melawan kanker.

Di dalam hidup ini, kita menemukan persoalan yang tidak mampu dijawab dengan pikiran, tetapi dengan iman percaya kita kepada Tuhan.

Bagi pembaca setiaku, mari bersama-sama memberi dukungan kepada beliau, seluruh keluarganya. Saya pernah mengalami hal yang hal seperti itu, jiwa saya kosong, perlu diisi makanan rohani. Bagi teman-teman memiliki persoalan yang sama saat ini, semoga memberi inspirasi baru. Meski Anda menderita sekarang, Anda tidak sendirian.

Pak Idris Pasaribu (63 tahun) adalah penulis novel Acek Botak, Pincalang dan beberapa novel lainnya, serta mengasuh rubrik budaya di Harian Analisa, Medan. Sepanjang hidupnya beliau mengabdikan diri menulis dan menginspirasi kami terus menulis. Beliau dikenal sebagai budayawan, seniman, wartawan, sutradara film, penulis novel. (http://harangan-sitora.blogspot.com/…/bincang-bincang-denga…).

Mungkin pengalaman keluarga kami bisa menjadi inspirasi baginya.

Kebetulan saya memiliki pengalaman yang sama pada Maret 2010, saat adik saya (persis) di bawah saya, diserang kanker nasopharing dan divonis dokter hanya punya masa hidup 15 bulan.
Saat itu semua berdoa agar adikku mendapat muzizat: dia sehat dan dapat membimbing dan membesarkan ketiga putri kami. Yang terjadi justru sebaliknya. Tiga bulan kemudian, 17 Juni 2010, adikku meninggalkan kami untuk selama-lamanya di usia 49 tahun. "

Terbayang dalam pikiran saya nasib ketiga putri kami yang saat itu tertua Yani Christin baru duduk di kelas III SMA, dan si bungsu, Tri Melani baru duduk di kelas I SMP. Istrinya sudah empat tahun mendahuluinya.

"Bagaimana nanti ketiga putri kami, tanpa ayah dan mama?". Sedih sekali. dan kadang gelap rasanya.
Buat laeku Idris Pasaribu, muzizat Tuhan kumaknai bukan supaya adikku hidup terus, tetapi hanya berserah kepadaNya agar seandainya keadaan terburuk akan terjadi, keluarga kami, teman-teman kami diberi kebijakan untuk selalu memaknainya secara positif.

Firman Tuhan memiliki kekuatan memberi pemahaman bila terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan pikiran kita, keinginan dan cita-cita kita.

Saya teringat suatu hari ketika mendampingi adik saya dirawat di RS Cikini, Jakarta, karena kanker. Pagi hari kami berdua membaca ayat harian dari kitab Perjanjian Lama. Saat itu almarhum adikku usai mengalami kemo yang kedua dan kondisinya sedang prima.

(Buat info teman-teman. Orang penderita kanker, beberapa hari setelah kemo, fisiknya sehat, tetapi beberapa hari kemudian lemas, tak bertenaga).

Yeremia 33:3. "Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui".

Kami berdua dengan almarhum adik saya membacanya dan saya menjelaskannya menurut pemahaman saya. Sesudah itu kami berdoa meminta Tuhan menguatkan kami dan memberi pemahaman atas situasi yang kami hadapi.

Saya tidak tau apa artinya ayat itu bagi almarhum adik saya. Sepintas saya melihat dia bersemangat. Bagi saya, ayat itu memberi kekuatan.

Saya memahami hidup ini penuh rahasia yang tak bisa dijawab dengan pikiran manusia, dan hanya Dia yang bisa menjawabnya. Awalnya saya tidak mampu memahami rencana besarNya, tetapi kemudian diberi pemahaman melalui Firman itu. "Peristiwa terburuk di mata manusia, bisa menjadi terbaik dibuat Tuhan"

Hidup dan kehidupan kita ada di tanganNya. Tuhan tidak pernah salah, Tuhan tidak pernah memberikan yang buruk untuk umatNya. Dia selalu memelihara umatNya, dan tidak akan membiarkannya menderita.

Empat tahun berlalu!. Kekhawatiran itu tidak pernah terjadi.

Si sulung--lulus UMPTN saat ayahnya sakit, sudah menyelesaikan D3 Sekretaris dari UI, pada 2013, dan kini bekerja di sebuah perusahaan sebagai sekretaris, dan akan wisuda S1 dari Extension UI Agustus mendatang. Yang kedua sudah memasuki semester 5 di Unibraw Malang, dan si bungsu kelas II SMA Negeri I Bekasi.


Saya dan teman-teman, mari kita doakan semoga keluarga ini kuat menghadapi situasi yang berat ini. Semoga laeku Idris Pasaribu dan keluarga tetap yakin, bahwa semua kejadian ini ada dalam RencanaNya.

Dia peduli, Dia mengerti segala persoalan kita. Berserulah kepadaNya.

Medan 13 Januari 2015

Berbahagia: Melakukan yang Terbaik Bagi Orang Lain


Oleh: Jannerson Girsang

Ketika menyaksikan proses penemuan dan evakuasi korban pesawat AirAsia, saya terkesima akan heroiknya para pilot yang berani terbang rendah hingga menemukan lokasi jatuhnya pesawat.

Saya terpana akan keberanian para penyelam hingga di kedalaman 30 meter lebih mengevakuasi para korban tanpa peduli dengan segala risiko yang ditanggungnya. Mereka tentu bukan orang-orang yang memiliki segalanya. Tetapi dari apa yang mereka miliki, mereka membuat yang terbaik. Mereka bekerja untuk orang lain, seperti bekerja untuk Tuhan, bekerja sebagai ucapan syukur, karena mereka merasa sudah mendapatkan upahnya terlebih dahulu.

Ketika menghadapi kesulitan, mereka senang karena mampu menambah bab baru ke dalam kisah kehidupannya bahwa mereka mampu menyelesaikan persoalan dirinya dan orang-orang di sekelilingnya.

Mereka adalah "terang" bagi sekelilingnya, memberi inspirasi bahkan solusi bagi sebuah kesulitan yang dialaminya dan orang-orang di sekitarnya, bekerja dengan rasa syukur. Mereka puas, kalau yang lain senang, bahagia.

 Mereka bagaikan "berlian" di lumpur yang dalam dan ketika kita menemukannya, dan masuk dalam tim, maka segala yang terbaik akan muncul.

Orang-orang seperti mereka ada di tengah-tengah kita. Temukan mereka, motivasi mereka, buatlah mereka menjadi pemimpin tim Anda, komunikasikan kepada staf yang lain.

Ketika hal ini dilakukan, maka tim Anda tidak akan kehilangan kesempatan apapun. Anda akan memperoleh segalanya, membuat sesuatu yang baru dan terbaik.

Sebaliknya, di tengah-tengah kita juga penuh dengan orang yang terus menerus mengeluh, menyesali hidupnya, menyalahkan keadaan, mengkhawatirkan segala sesuatu, sebagai pembelaan dirinya untuk tidak bekerja, tidak melakukan apapun.

Mereka suka melempar batu di tempat orang memancing. Senang kalau melihat ikannya lari, orang lain kecewa. Senang melihat orang lain susah.

Bekerja hanya kalau dapat keuntungan, pujian, meski pekerjaannya hanya mendatangkan keresahan bagi yang lain. Mereka senang kalau masalah menjadi semakin rumit, karena hanya mampu mendapatkan keuntungan di air keruh.

Susah, meski sudah memiliki segalanya, karena semua miliknya bukan anugerah Tuhan, hanya untuk dinikmati sendiri--membedakan statusnya dari orang lain, bukan berkat untuk orang lain. Merasa benar sendiri, menyalahkan yang lain dan merupakan bagian dari masalah, bukan menyelesaikan masalah.

Tugas pemimpin adalah mengubah sikap sekelilingnya dari pesimis menjadi optimis, mengubah perilaku "menjilat"--bekerja hanya untuk dirinya sendiri, menjadi perilaku bekerja untuk orang lain, untuk Tuhan, membuat mereka berbahagia, mampu melakukan yang terbaik bagi sekelilingnya dari apa yang dimilikinya.

Selamat Pagi rekan-rekan. Medan 12 Januari 2015

Ciater: Memaknai Hidup

Ciater, sekitar 48 kilometer dari Bandung tempat keluarga kami merayakan Tahun Baru 2015. Sebuah penginapan di daerah Jawa Barat yang nyaman dan bersih. Memiliki kolam air panas serta hawa pegunungan yang sejuk.   Berbagai pemandangan alam, perjalanan, dan ciptaan Tuhan merupakan sumber inspirasi untuk memaknai hidup 



Terbang di atas 11.600 km

Ada dua ikap memaknai situasi ketika kita terbang dengan pesawat di ketinggian 11.600 meter.

Pertama, berfikir hal-hal negatif, yang kita sendiri tidak tau cara mengatasinya dan membuat kita ketakutan sepanjang perjalanan hingga pesawat mendarat.

Kedua, menikmati alam ciptaan Tuhan sepanjang perjalanan, mempercayakan semua kepada pilot dan crew atas keselamatan kita.

Sama dengan memasuki 2015, kita tidak perlu memikirkan hal hal yang membuat diri khawatir dan ketakutan, percayalah pada sang Pencipta.


Hidup Ibarat Mematuhi Aturan di Pesawat

Hidup ibarat kita menaiki pesawat yang terbang di udara, hidup di bawah aturan.

Ketika kita melanggar aturan, maka kita akan menerima hukuman. Kita tidak bisa keluar dari pesawat. 

Tetaplah hidup di dalam Dia yang menciptakan kita, turuti aturannya, sehingga kita beroleh kedamauan hidup.
Landed at Husein Sastranegara Airport, Bandung
 (Landed at Hussein Sastranegara Airport, Bandung, 1 January 20015


Jalan jalan sore di kawasan perkebunan teh Subang-Ciater sungguh nyaman dan menyejukkan.

Suka cita memasuki 2015.

Naik kuda dengan cucu Andra. Keliling-keliling di perbukitan di sekitar kebun teh Lembang, Jaw Barat. Cuaca dingin pagi buat semangat.

Ompung dan Cucu 2015 di Ciater SPA, Jawa Barat.
Bercerita cara berfikir positif dari Ompung.

Saling merindukan, menimbulkan suka cita ketika bertemu. Tuhan dipermuliakan. Selamat Tahun Baru. Bandung 1Januari 2015,