My 500 Words

Jumat, 20 Mei 2016

Belajarlah Menghargai yang Hadir


Oleh: Jannerson Girsang

Dialog menghakimi orang yang tidak hadir seringkali terdengar khususnya dalam perkumpulan-perkumpulan sosial.

Terlalu sering membiarkan suasana negatif seperti ini, akan membuang banyak waktu, menghilangkan konsentrasi, bahkan secara tidak sadar memunculkan demotivasi

Manalah ada organisasi yang anggotanya hadir 100%. Selalu saja ada yang tidak hadir. Sebaiknya, belajarlah menghargai yang hadir.

Umumnya, peserta yang sering tidak hadir, paling banyak komentar, parahnya, mendiskreditkan temannya yang tidak hadir pula.

Yang tidak hadir kemaren, menghakimi yang tidak hadir hari ini, seolah dialah yang paling rajin hadir. Padahal, selama sebulan terakhir, baru kali itulah dia hadir

Komentar seperti ini muncul juga dari orang yang rajin hadir tapi tidak tulus, supaya dia dianggap pahlawan. .
Akhirnya banyak waktu terbuang menghakimi yang tidak hadir. Siapa yang paling rajin dan yang tidak rajin!.

Kadang, malah terlupakan membicarakan program yang selesai dan belum selesai. Padahal program yang baiklah yang akan membuat orang tertarik pada pertemuan.

Dalam sebuah pertemuan, seorang bapa, yang sudah lama absen, kesal melihat jumlah yang hadir hanya sedikit, tiba-tiba berkomentar supaya seolah dialah paling rajin hadir, dan peduli. .

"Inilah, saya kesal juga kita begini. Saat awak datang,banyak tidak hadir. Ayo dibuat aja peraturan, kalau tiga kali tidak hadir diberi peringatan," katanya. .

Besoknya,yang ngomong tadi tidak hadir dalam pertemuan. Kemudian yang absen hari sebelumnya, nyeletuk lagi.

"Kesal juga kita begini, awak sudah datang, yang hadir cuma sedikit. Ayo Ketua, buat aturanlah. Kalau tiga kali tidak hadir diberi peringatan," katanya.

Yang rajin hadir tapi tidak tulus, ingin dirinya dihargai sebagai pahlawan sering kesal dan nyeletuk juga.

"Kesal juga saya kalau begini, awak sudah datang tiap pertemuan. Nggak ada bedanya rajin dan tidak rajin," katanya.

Umumnya yang rajin hadir, dan tulus, tidak banyak komentar. Lalu, dia mengingatkan teman-temannya..

"Mari kita hargai yang datang! Tidak usah membicarakan yang tidak datang, dosa lho. Mereka tidak mendengar mereka kita bicarakan. Mari kita komunikasikan kepada teman-teman yang tidak datang, hal-hal baik yang kita peroleh dari pertemuan ini. Semoga mereka tertarik untuk datang ke pertemuan berikutnya",

Teman-temannya diam dan tunduk kepala kemudian melanjutkan pertemuan.Menghargai yang hadir, adalah tugas pemimpin untuk mensosialisasikannya.

Medan, Menjelang Tengah Malam, 20 Mei 2015. 

Tidak ada komentar: