Oleh: Jannerson Girsang
Di tengah
semaraknya Perayaan Pra-500 Reformasi di Gedung Pardede Hall, Medan,
tadi malam, saya tertarik seorang laki-laki, berpenampilan stylist ala
anak muda masa kini.
Saya tidak bisa menebak usianya. Raut
wajahnya bersih, masih muda tampaknya!. Mengenakan stelan jas-celana
panjang seragam abu-abu!.
Awalnya saya tidak begitu pedulikan, karena tidak kenal.
Laki-laki ini datang agak terlambat!.
"Ini artis dari Jakarta", kata M Sinurat, Sekretaris Panitia. Di
sebelah saya Sudirman Halawa, mempersilakan saya bergeser satu kursi,
untuk penyanyi ini.
Saya menyambutnya dengan salaman. Hanya itu!.
Berjam-jam kami duduk bersama selang antara satu bangku, hanya saling melirik, tersenyum, kalau saling memandang.
Saya juga tidak bertanya siapa dia! Asyik mengikuti acara Perayaaan Pra-500 Tahun Reformasi
.
Saya sekali-sekali melirik ke arahnya.
Dengan ditemani seorang asistennya, Jonathan hanya duduk saja di tempat itu, mengikuti semua acara.
Dengan tekun dia mengikuti kebaktian, live streaming dari Medan ke
Jerman, serta penampilan artis-artis penyanyi seperti Herty Sitorus,
Rani Simbolon, Joel Simorangkir, serta penyanyi ibu kota lainnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB.
Para pengunjung sudah banyak yang pulang. MC meliriknya, panitia
memberi tanda, dengan menunjuk si lelaki tadi. Gilirannya sudah tiba
untuk tampil di panggung!
Seandainya saya seorang pencipta lagu
dan penyanyi tenar seperti dia, mungkin sudah sangat kecewa. Berjam-jam
duduk, namun akhirnya tampil setelah banyak undangan pulang. Bahkan
semua artis ibukota sudah meninggalkan ruangan.
Dia bukan
seorang artis biasa lho!. Prestasinya luar biasa ternyata. Dan lagu-lagu
ciptaanya banyak mengiringi kebaktian, dinikmati orang setiap hari di
seluruh Indonesia.
Meski demikian, si lelaki ini tetap
semangat. Naik ke pentas penuh antusias. Berlari-lari kecil, tanpa
sedikitpun menunjukkan wajah kecewa!.
"Kalau di luar ada
midnight show, maka, saya akan menamakan penampilan ini midnight
romantika bersama Tuhan," katanya meyakinkan pengunjung bahwa dirinya
tetap tegar!
Dia tetap berusaha membakar semangat para pengunjung
Perayaan Pra-500 Tahun pembaharuan yang dilakukan Marthin Luther, 1517
lalu di Wittenberg Jerman yang melahirkan gereja Protestan itu.
Siapakah dia saudara-saudara?
Dia adalah Jonathan Prawira, yang sejak 1989 menciptakan 4600 lagu rohani Kristen!.
"Saya sudah mencipta 4600 lagu," katanya, disambut penonton dengan tepuk tangan riuh!
Jumlah yang luar biasa! Bandingkan dengan Titik Puspa dengan 700 lagu, Koes Plus dengan 1500 lagu.
Tadi malam dia menyanyikan lagu-lagunya secara medley. Meski tampil belakangan dari semua penyanyi ngetop ibukota,
Jonathan Prawira mampu memukau penonton dengan lagu-lagunya yang memang sudah melekat di hati banyak pengunjung.
”Sperti yang Kau Ingini”, ”Mujizat itu Nyata”, ”Hati Sbagai Hamba”,
”Sejauh Timur dari Barat”, ”Kau Mengenal Hatiku”, ”Kasih yang Sejati”,
”Menanti Keajaiban” dan lain-lain.
Lagu-lagunya selama ini sudah
saya nikmati melalui lantunan suara artis terkenal di berbagai video.
Bahkan saya sudah menyanyikannya berkali-kali, tetapi tidak tau kalau
penulisnya adalah yang menyanyi di depan kami!.
Kerendahan hati,
rasa bersyukur, itulah kunci agar seseorang mampu terus semangat
bekerja, semangat berkarya, semangat menghibur para pengunjung!
Akhir dari penampilannya disambut antusias oleh pengunjung.
"Ketika kuberdoa,muiziat itu nyata....................,", disambut
tepuk tangan riuh pengunjung yang hanya tinggal beberapa ratus orang
saja!
Ompui Ephorus HKBP, WTP Simarmata dari 17 pemimpin gereja
Lutheran di Indonesia adalah satu-satunya pimpinan gereja yang masih
turut menyaksikan penampilan Jonathan Prawira.
Begitu turun
panggung, Jonathan langsung disambut antusias para penggemarnya. Mulai
dari tangga dasar, tiga hingga lima orang pemuda dan anak-anak gadis
antri meminta berfoto bersama.
Saya menyaksikan serombongan
anak-anak gadis sejumlah lima orang, meminta berfoto. "Kami mau berfoto
satu-satu, untuk koleksi di rumah", kata mereka.
Johannes dengan sabar melayaninya. "Silakan-silakan..."katanya.
Saya dan istri juga tidak ketinggalan!.
Dia juga berfoto bersama dengan Ompui Ephorus HKBP, WTP Simarmata, yang bertindak sebagai inisiatir perayaan tersebut.
Bagi Jonatan, mencipta lagu, menyanyi adalah pujian untuk Tuhan, bukan untuk memperoleh pujian dari manusia.
.
"Saya sudah ditawari penghargaan dari Murry, karena menjadi pencipta
lagu terbanyak di Indonesia, tetapi saya menolaknya," katanya.
"Saya mencipta lagu dan menyanyi bukan untuk mendapat penghargaan dari manusia, tetapi dari Tuhan," ujarnya.
Dari websitenya, saya melihat catatan bahwa sederet artis yang pernah
menyanyikan lagu-lagunya diantaranya: Ade Manuhutu, Adi ”AFI”, Alex
& Jacob Kembar, Andre Hehanusa, Angel Karamoy, Bella Saphira, Carlo
Saba, Chris Manusama, Cynthia Maramis, Cornelia Agatha, Damai ”AFI”,
Danar ”Idol”, Dessy Fitri, Diana Nasution, Edo Kondologit, Eka Deli,
Feby Febiola, Glen Fredly, Grace Simon, Heidy Diana, Irma June, Joe
Richard, Joshua Suherman, Joy Tobing, Junaedi Salat, Karmila Warouw,
Melky Goeslow, Meriam Bellina, Michael ”Idol”, Nindy Ellese, Nur Afni
Octavia, Ricky Jo, Roger Danuarta, Ronny Sianturi, Ruth Sahanaya, Samuel
”AFI”, Sandro Tobing, Sizy Mirty, Suci ”Idol”, Umbu Prabawa, Victor
Hutabarat, Vonny Sumlang, Wanda Pesulima, dan Wisnu ”Idol”
Saya ingat apa yang dtulis Khahlil Gibran, seorang penulis Katholik Maronit asal Lebanon malam sebelumnya.
"Kerja adalah perwujudan dari kasih," kata Lahlil Gibran..
Terima kasih Jonathan Prawira!.Kehadiranmu di Medan malam itu sungguh menggugahku tentang etos kerja.
Untuk apa, dan untuk siapa kita berkarya!
Pro deo et Patria!.Untuk Tuhan dan Ibu Pertiwi!
Medan, 9 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar