Oleh: Jannerson Girsang
"Wujud tertinggi
dari kasih (cinta) adalah terlibat atau melibatkan diri dalam dunia; dan
bentuk keterlibatan itu dimaknai Khalil Gibran dengan kerja".(Taman
Cinta, Khalil Gibran)
Kahlil Gibran adalah seorang multi
profesi. Dia adalah penyair, pelukis, pemahat, penulis, filsuf, pakar
teologi, dan seniman, seni.
Meski meninggal dalam usia 48 tahun,
nama Khalil Gibran begitu melegenda. Di usia tersebut, tidak banyak
manusia yang mencapai sebesar prestasinya.
Dia adalah manusia genius yang membuka mata manusia tentang kerja, tentang kasih (cinta)
Hingga hari ini, umat manusia, khususnya pencinta sastra di seluruh
dunia masih mengabadikan namanya, membaca, mempelajari karya-karyanya
dan menginspirasi kehidupan mereka sehari-hari.
85 tahun setelah Khalil Gibran meninggal, karya-karyanya, kisah tentang dirinya terus diproduksi ulang.
Malam ini saya masih membaca buku tentang Gibran (Taman Cinta Kahlil
Gibran--terbitan 2015, ditulis dalam bahasa bahasa Indonesia. Saya
masih menikmati puisi-puisi dan karyanya yang diunggah di youtube!.
"Kerja yang berorientasi pada kasih akan melegenda sepanjang masa".
Sepanjang usianya yang hanya 48 tahun (1883-1931), Gibran telah membuahkan hasil kerjanya yang menakjubkan.
Pria kelahiran Lebanon, 6 Januari 1883 dan berasal dari keluarga
Katholik-Maronit ini menghasilkan karya-karya yang disejajarkan dengan
penulis Romeo and Juliet, Willaiam Shakespeaare.
Pada tahun 1911,
keluarganya yang miskin pindah ke New York Amerika Serikat untuk
menguji nasib, memperbaiki kehidupan keluarganya yang miskin di Lebanon.
Pada 1912, di saat berusia 29 tahun, Gibran menerbitkan novel
berbahasa Arab, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris sebagai
"Broken Wing" (di Indonesia diterjemahkan dengan Sayap-sayap Patah).
Sebelum tahun 1918, Gibran meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, "The Madman", "His Parables and Poems".
Persahabatannya yang erat dengan seorang gadis bernama Mary tergambar
dalam "The Madman". Setelah "The Madman", buku Gibran yang berbahasa
Inggris adalah "Twenty Drawing", 1919; "The Forerunne", 1920; dan "Sang
Nabi" pada tahun 1923.
Karya-karya itu adalah suatu cara agar
dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa
sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak
dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam
bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.
Sebelum terbitnya "Sang
Nabi", hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary
dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia.
Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang
dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini
merombak kesusastraan Arab yang stagnan.
Seiring dengan naiknya
reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah
Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca "Sang Nabi".
Barbara Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya
menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York,
Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio Gibran.
Gibran menyelesaikan "Sand and Foam" tahun 1926, dan "Jesus the Son of Man" pada tahun 1928.
Gibran juga membacakan naskah drama tulisannya, "Lazarus" pada tanggal
6 Januari 1929. Setelah itu Gibran menyelesaikan "The Earth Gods" pada
tahun 1931.
Karyanya yang lain "The Wanderer", yang selama ini
ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada tahun 1932, setelah
kematiannya. Juga tulisannya yang lain "The Garden of the Propeth".
Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia.
Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hati dan tuberkulosis,
tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari
terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village.
Definisi Kerja
Salah satu pelajaran yang kita peroleh dari kehidupan Gibran adalah
definisi kerja. Kerja adalah wujud tertinggi dari kasih (cinta).
Bagi Gibran, wujud tertinggi dari kasih (cinta) adalah terlibat atau
melibatkan diri dalam dunia; dan bentuk keterlibatan itu dimaknai Gibran
dengan Kerja.
Kerja atau pekerjaan adalah satu-satunya wujud
relasi manusia dengan Allah di dunia; sebagai bentuk pengorbanan diri
yang konkret. Tanpa bekerja, manusia tidak mungkin mengasihi orang lain,
tanpa kerja (menhasilkan karya), manusia mengingkari tujuannya
diciptakan.
Sementara kerja yang dimaksud Gibran tidak hanya
melibatkan daya fisik, tetapi juga pikiran dan perasaan mansia. Kerja
bukan hanya mencangkul, heppot atau terlihat sibuk, tetapi juga kegiatan
yang mampu menyumbangkan pikiran dan motivasi.
Melalui kerja,
manusia dapat mewujudkan dirinya sebagai individu. Dengan bekerja,
manusia dapat melebur dalam persatuan dengan sesama. Dengan bekerja pula
manusia dapat menjumpai Allah dalam alam semesta.
Gibran
meyakini bahwa kerja merupakan dimensi mendasar hidup manusia di dunia.
Latar belakang pemikirannya karena manusia adalah citra Allah, juga
karena perintah yang diterima dari penciptaannya untuk menaklukkan dan
menguasai dunia.
Menurut Gibran, semua pekerjaan manusia
berorientasi pada kasih (cinta). Sebab kerja harus berlandaskan pada
kasih (cinta) maka melalui kerja atau pekerjaan tersebut manusia tidak
hanya mengubah kodrat, tetapi juga mewujudkan dirinya sendiri serta
membangun masyarakat, keluarga dan bangsanya.
(Artikel di atas dikutip dari Taman Cinta Khalil Gibran, Juni 2015, dan Wikipedia Indonesia).
Apapun yang kita lakukan harus berorientasi kasih. Seseorang harus terlibat di dunia melalui kerja.
Bekerja adalah Pro Deo et Patria: untuk Tuhan dan ibu pertiwi! Ternyata
kerja, kerja, kerja yang didengungkan oleh Jokowi adalah perwujudan
kasih.
Orang yang malas, apalagi tidak bekerja (menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain) tidak akan pernah
bisa mengaplikasikan kasih. Setiap orang diberi talenta untuk bekerja.
Mereka diharapkan menghasilkan sesuatu dari talentanya dan merlipat
gandakan manfaatnya bagi orang lain.
Jadi, koruptor, pemeras
adalah tindakan bunuh diri dan membunuh orang lain. Bentuk kegiatan
kerja yang tidak berorientasi pada kasih!
Kegiatan korupsi kalau dilipatgandakan akan menghancurkan dunia, menghancurkan manusia, membunuh banyak umat manusia.
Sebaliknya, kerja yang berorientasi kasih kalau dilipatgandakan akan
mewujudkan kesejahteraan, kemakmuran bersama, perdamaian dunia yang
makin meningkat!
Medan, 8 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar