"Let us not be satisfied with just giving money. Money is not enough, money can be got, but they need your hearts to love them. So, spread your love everywhere you go" (Mother Theresia). Photo: Di Pantai Barus, Tapanuli Tengah, April 2008. Saat itu, seorang anak laki-laki sedang asyik memancing bersama teman-temannya. (Dilarang keras memposting artikel-artikel dalam blog ini untuk tujuan komersial, termasuk website untuk tujuan memperoleh iklan).
Senin, 23 Mei 2016
In Memoriam St Jansiman Purba, SH (1964-2016)
"The life of the dead is placed in the memory of the living" (Marcus Tullins Cicero)
Malam ini, sekitar pukul 21.30, setelah kembali dari khotbah di partonggoan Pemuda GKPS Simalingkar, saya mencoba menghilangkan kesedihan atas kepergian teman kami Jansiman Purba dalam artikel berikut!.
Teman kami St Jansiman Purba, SH yang meninggal setelah menjalani perawatan selama beberapa hari di RS Adam Malik, Kamis tengah malam 19 Mei 2016, dikebumikan hari ini.
Acara penghormatan terakhir pria kelahiran Pematangsiantar 24 Mei 1964 itu diawali dengan kebaktian pagi hari pukul 08.00 WIB, kemudian disusul dengan acara penghiburan dari keluarga, perkumpulan marga, STM, rekan-rekan, serta makan siang bersama.
Setelah acara penghormatan terakhir di rumahnya, di Jalan Bawang Raya, Perumnas Simalingkar, jenazah dibawa ke gereja. Tiba di sana pukul 14.30.
Gedung gereja berkapasitas 300 tempat duduk itu, hampir terisi penuh oleh jemaat, majelis dan keluarga berduka dengan pakaian nuansa hitam.
Tempat duduk anggota majelis yang dipisahkan di sudut sebelah kanan altar gereja dan berpakaian nuansa hitam menambah suasana duka yang lebih dalam.
Bram (kelas I SMA) dan Batara (kelas I SMP), serta ibunya Hepy br Saragih, duduk di sebelah kiri peti mati yang diletakkan di depan altar Gereja GKPS Simalingkar.
Semua berduka, semua sedih. Kami semua mengetahui St Jansiman Purba hanya sakit selama dua bulan terakhir ini.
Rasanya masih melihatnya segar bugar saat penghiburan di rumah almarhum abangnya, Jorhiaman Purba (juga nggota jemaat kami), dua bulan yang lalu.
Acara pemberangkatan dari gereja berjalan cukup hikmat, suasana duka yang mendalam. Hepy dengan "tudung balu" yang diberikan tondong tadi siang menunduk sedih, sekali-sekali menatap ke arah peti mati almarhum suaminya.
Pimpinan Jemaat, semua seksi, badan, serta Pengurus GKPS Resort Medan Selatan menyampaikan pesan, kesan dan penghiburan kepada keluarga.
"Kita kehilangan seorang anggota majelis yang berdedikasi tinggi dan memiliki prinsip dalam pemkiiran," kata Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar, St Japorman Saragih.
"Dia orang yang sangat menghargai tugas yang diberikan kepadanya," tambahnya.
Jansiman menjadi syamas pada 2005, kemudian dilantik sebagai Sintua pada April 2015.
Dalam struktur organisasi Seksi Bapa GKPS Simalingkar, Jansiman duduk sebagai Bendahara.
"Hari ini, kami pengurus dan Komisaris biasasnya 10 orang, hari ini kami hanya berdiri 9 orang. Kami kehilangan seorang bendahara yang sangat bertanggungjawab dalam jabatannya,"kata Sy Dearman Saragih, Ketua Bapa GKPS Simalingkar.
Sebagai seorang Notaris, St Jansiman telah berhasil mengurus setifikat hak milik tanah GKPS Simalingkar, pada 2007 lalu. "Sebuah prestasi gereja, dimana masih banyak gereja lain yang tanahnya tidak bersertifikat," katanya.
Demikian juga para jemaat lainnya, banyak memberi kesaksian bahwa kehadirannya di gereja sebagai notaris, banyak membantu jemaat mengurus sertifikat tanahnya, baik membantu mengurusnya atau menjelaskan cara mengurus sertifikat tanahnya tanpa pamrih.
Salah satu sertifikat gereja yang sedang diurusnya adalah tanah milik GKPS Pancurbatu.
"Kami sangat kehilangan, karena selama ini beliau yang mengurusnya. Almarhum sangat teliti bekerja, dan selalu mengingatkan kami tentang kekurangan administrasi. Bapak ini sangat membantu dan sopan bicaranya" kata Pengantar Jemaat GKPS Pancurbatu.
"Dia sangat mudah diajak, kalau ada acara kunjungan kemalangan, sakit," ujar St Tenang Tuah Purba, SH, Ketua Diakonai Sosial GKPS Simalingkar, dengan suara tersendat dan tak kuasa menahan air matanya.
Setelah acara agenda yang dipimpin Pdt GKPS Resort Medan Selatan, Pdt Jaminton Sipayung dan Pdt Masniari br Damanik, satu per satu anggota majelis meletakkan sekuntum bunga anggrek ke dalam peti jenazah, penghormatan mereka yang terakhir.
Suasana haru meliputi seluruh majelis, keluarga. anyak majelis yang tidak mampu menahan air mata. Kami kehilangan seorang sahabat yang meluangkan waktunya banyak di gereja.
Beberapa anggota keluarga tampak menumpahkan rasa duka mereka, saat peti ditutup.
Semua mengenang beliau yang baik. Usai latihan koor, sermon, atau acara lain, biasanya dia main catur di ruang samping rumah penjaga gereja.
Kami kehilangan seorang sintua yang tidak pernah absen dalam latihan koor, vokal group, sermon, partonggoan dan berbagai kegiatan lainnya.
Tidak ada lagi orang yang kami penggil dengan "Pada hari ini.......", panggilan akrab kami buat almarhum sebagai seorang notaris. Tidak ada lagi teman diskusi seorang pria yang murah hati membantu kami dalam urusan kenotariatan.
Hari ini adalah hari terakhir kami bersama almarhum.
Dengan diangkat beberapa orang anggota majelis dan didahului pembawa salib di depan, jenazah diangkut perlahan-lahan meninggalkan area altar gereja menuju ambulance yang parkir di depan gereja.
Sore ini sekitar pukul 16.30, ambulance berjalan perlahan-lahan meninggalkan kompleks gereja menuju rumah baru alumni Universitas Simalungun di era 1990-an ini.
Almarhum mulai malam ini akan tinggal di rumah barunya, di sebuah pemakaman di sebelah selatan kota Medan.
Selamat jalan St Jansiman Purba, SH. Semoga ketekunanan, disipilin, dan gairahmu dalam pelayanan selama ini menjadi teladan bagi kami.
Seorang yang telah teruji dan calon pemimpin jemaat ke depan telah mendahului kami.
Keluarga, kami akan menghadapi "rasa kehilangan" dan tidak mudah. "Sulit tapi bukan mustahil bagi Tuhan!".
Begitulah kehidupan ini berjalan. Jansiman kini mendahului kami. Kali ini kami menghibur keluarga, kali lain kami juga harus siap menerima penghiburan.
"Semua manusia akan mati. Bagi orang percaya, kematian adalah tidur panjang, dan suatu ketika akan bangun kembali" kata Pendeta Jaminton Sipayung.
Hanya soal waktu!. Kita semua akan mengalami nasib seperti pengalaman St Jansiman. Jadi pergunakanlah kesempatan berbuat baik selagi masih diberiNya waktu!
Medan, 22 Mei 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar