Hari ini saya libur, menyambut Perayaan Pentakosta ke-2. Sambil mencari bahan ceramah saya di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah, 25 Mei mendatang, saya melakukan searching di internet.
Terliriklah kegiatan dan Prestasi penulis-penulis Indonesia. Salah satunya, Andrea Hirata!.
Andrea tidak pernah berhenti menulis, terus menghasilkan karya-larya barunya. Menurut postingan di Youtube itu, Andrea Hirata merencanakan menerbitkan buku barunya berbahasa Jerman, di Jerman dan novel ke-9nya di Indonesia berjudul “Ayah”. (Mungkin dua buku itu sudah terbit sekarang)
Pengen tau aja sih, apa rahasia di balik suksesnya. Kok dia terus aja produktif menulis?
Ungkapan-ungkapan para penulis besar adalah energi baru untuk membangkitkan semangat, merefleksikan kembali kegiatan menulis.
Menurut Andrea Hirata, menulis itu ada dua sisi. Sisi teknis dan sisi non teknis. “Sisi teknis bisa dipelajari, gampang. Bagaimana menyampaikan sesuatu kepada pembaca,” katanya.
Jadi, tidak boleh puas kalau hanya menguasai teori menulis, karena itu hanya soal kecil. Belajar teori, emngikuti kursus penulisan, tidak akan pernah menghantarkan orang jadi penulis.
Masalah besarnya adalah bagaimana orang terus menulis walau sudah pandai menulis.
Itulah sisi non teknisnya. “Banyak anak-anak muda lupa. Yang pertama-tama itu passion (gairah). Benarkah niat menulis itu kuat. Karena menulis itu membutuhkan endurance (daya tahan)”.
Menurutnya, banyak penulis-penulis muda, baru dua halaman sudah writer’s block (tidak bergairah menulis). “Tidak punya passion (gairah),” katanya.
Hidup mati Andrea Hirata adalah menulis. “Pokoknya kalau nggak nulis saya nih, ada yang kurang. Gatal rasanya. Jadi di situ dulu deh,” katanya menasehatkan. .
Soal teknis menulis, katanya itu bisa bertanya kepada penulis-penulis senior. Dia mengaku, meski sudah menjadi penulis terkenal sekarang, masih belajar juga!
“Saya juga masih belajar. Saya beruntung punya guru di Amerika. Jadi, saya selalu bisa bertanya. Yang susah itu menimbulkan passion. Saya menulis sembilan tahun yang lalu. Saya bertekad untuk membaca 3 novel setiap minggu,” katanya.
Andrea Hirata membaca novel dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggeris. Jadi, menulis itu membaca. Menulis banyak membaca lebih banyak lagi.
Dia membaca novel bukan bahasa Indonesia saja. “ Saya bisa sedikit-sedikit bahasa Prancis. Saya baca novel bahasa Perancis juga,” katanya.
Kalau ditanya siapa yang menginspirasi menulis, Andea harus
breakdown dulu. Soalnya menulis memiliki bidang-bidang tertentu juga.
“Kalau bagaimana menulis dengan sense humor yang baik saya belajar dari Sekhtar Mehta. Menulis Culture tentang budaya di Indonesia saya belajar dari Ahmad Tohari. Menulis dengan bahasa yang puitis saya belajar dari Prof Safari.”katanya.
Satu lagi rahasia Andrea Hirata dalam menulis adalah: RISET. dan MENULIS.
Menulis, menurut Andrea Hirata, pertama-tama membutuhkan riset. Itu Jawaban kilise atau klasik. Melakukan riset!. (Membaca, Observasi, mendengar)
Menurutnya, banyak penulis muda menggunakan demikian banyak waktu untuk menulis. 90 persen waktu digunakan untuk menulis, hanya 10 persen untuk riset.
“Coba dibalik,” katanya
.
Andrea sendiri menerapkan pola 90% riset dan 10% menulis. “Saya menggunakan 10 % waktu saya menulis dan 90% riset. Ketika saya duduk menulis, sudah tau apa yang saya lakukan. Saya tidak akan mereka-reka karakter ini akan diapakan, dia akan gimana. Ketika saya menulis novelnya sudah selesai”.
Dia menambahkan, “Kalau dikatakan menulis (buku) saya bisa dikatakan hanya butuh waktu hitungan minggu. Lasykar Pelangi itu saya menulisnya 3 minggu. Padang Bulan itu 9 hari, Tapi risetnya bertahun-tahun,”.
Hebat yah. Wah, ternyata sederhana saja kalau mendengarnya. Melaksanakannya yang perlu passion. Nasehat untuk kita semua!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar