Oleh : Jannerson Girsang.
Sumber foto: harunarcom.blogspot.com
Sebagai pemakai dan peminat bahasa Indonesia, saya cukup berbangga dengan perkembangan yang dicapai bahasa nasional kita. Saya bisa menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang bisa dimengerti orang asing dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari perdagangan, diplomasi dan bahasa ilmiah, jurnalistik dan lain-lain.
Dengan perkembangan teknologi terjemahan online seperti Terjemahan Google, bangsa lain sudah mampu mengartikan artikel saya dalam bahasa Indonesia. Suatu ketika seorang teman saya dari Chekoslovakia merasa senang sekali, ketika berhasil menerjemahkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Cheko, dengan menggunakan Google. "Understandable" katanya.
Sebagai bangsa berdaulat, kita beruntung Sumpah Pemuda 1928 mengikrarkan bahwa bangsa Indonesia berbahasa satu: Bahasa Indonesia. Selain dua sumpah lainnya Berbangsa Satu dan Bertanah Air Satu. Bahasa Indonesia, kini telah menjadi bahasa Dunia.
Ketika bekerja di sebuah kantor Konsulat Asing di Medan, era 1990-an, saya terkejut kemampuan staf asing yang semuanya mampu berbahasa Indonesia, meski hanya untuk komunikasi sederhana. Bahkan setiap saat mereka membuka kamus dan belajar perbendaharaan kata dan tatabahasa. "What is the meaning of this in Bahasa?," katanya. Bahasa adalah sapaan akrab mereka terhadap Bahasa Indonesia. Bangga dong, orang asing belajar bahasa Indonesia!
Sayang sekali, pengalaman saya saat belajar sekolah atau perguruan tinggi minat belajar bahwa Indonesia tidak sebesar sebelum saya mulai aktif bekerja di konsulat asing itu dan kemudian harus menulis dalam bahasa Indonesia. Anda jangan seperti saya, belajarlah bahasa Indonesia secara intensif sejak dini.
Menulis, Memacu Minat Belajar Bahasa Indonesia
Mungkin, banyak orang seperti saya, bergaul dengan orang asing dan menulis menjadi salah satu faktor pendorong saya belajar bahasa Indonesia kembali. Tetapi, menulis menjadi faktor terbesar mendorong saya belajar Bahasa Indonesia. Mungkin yang lain punya pengalaman lain—bisa menjadi bahan bagi para ahli bahasa mengajarkan dan menanamkan rasa cinta bangsa ini lepada bahasa nasionalnya.
Belajar Bahasa Indonesia, lucu?. Tidak kawan!. Meskipun sudah belajar bahasa Indonesia sejak Sekolah Dasar, saya tidak luput dari kesalahan tata bahasa dan ejaan ketika menulis.
Saya masih sering diejek ahli bahasa Indonesia, karena belum menggunakan ejaan dan tata bahasa yang baik. Kritikan itu wajar saja, karena saya bukan ahli bahasa. Memang seorang penulis—juga rekan saya sesama bangsa dengan profesi berbeda tidak bisa luput dari kesalahan dua hal penting di atas.
Farid Gaban, seorang mantan wartawan Tempo, misalnya mengatakan sewaktu menulis seseorang harus memperhatikan tata bahasa dan ejaan, menaati bahasa Indonesia yang baku dan benar. "Apakah ejaan katanya benar, di mana meletakkan titik, koma dan tanda hubung? Apakah koma ditulis sebelum atau sesudah penutup tanda kutip". Kesalahan menggunakan tanda baca, bisa merubah ide yang terkandung dalam pesan dimaknai secara tidak benar atau tidak bias.
MediaOnline dan Pelajaran Bahasa Indonesia
Tidak ada usaha memperbaikinya selain terus belajar menulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dimana, dan siapa mengajar anda? Tak perlu takut, mediaonline memberi peluang besar dan praktis bagi kita belajar bahasa Indonesia.
Saat menulis di komputer yang tersambung dengan Internet, saya lebih sering menggunakan referensi bahasa Indonesia secara online dan mengusahakan sedapat mungkin dari referensi yang sudah standar.
Untuk mencari kata-kata sulit atau persamaan kata, saya menggunakan http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/, situs yang berisi Kamus Besar Bahasa Indonesia online, yang dikenal dengan sebutan KBBI terbit pertama 28 Oktober 1988 saat Pembukaan Kongres V Bahasa Indonesia. Ini merupakan rujukan yang dipercaya baik di kalangan pengguna di dalam maupun di luar negeri. Setiap ada permasalahan tentang kata, KBBI selalu dianggap sebagai jalan keluar penyelesaiannya.
Andaikata saya ingin menulis bahasa yang benar, saya kerap mengunjungi http://www.editorbahasa.blogspot.com/. Website ini mengajarkan cara menempatkan tanda baca, dan lain-lain. Blog ini menyebut dirinya "Sekadar teman dalam mencari berbagai jawaban kebahasaan". Selain itu, http://www.bahtera.org/kateglo/ mengajarkan saya Kamus, Glosarium Peribahasa, Singkatan dalam bahasa Indonesia.
Saat merasa penting melihat perkembangan bahasa, saya mengunjungi situs http://rubrikbahasa.wordpress.com/. Blog ini adalah koleksi artikel tentang berbagai aspek tentang bahasa Indonesia yang diambil dari berbagai media massa arus utama.
Tersedia ratusan artikel yang membahas Bahasa Indonesia.
Karena saya sering membaca sumber dari bahasa asing, maka saya mengunjungi http://www.kamus.net/. Situs yang menyebut dirinya the world’s largest and most popular Indonesian dictionary, menyediakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggeris dan sebaliknya. Saya menggunakan situs ini untuk melihat kata-kata sulit terjemahannya.
Di sudut kanan ada pilihan Click on "English - Indonesia" yang menterjemahkan kata bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggeris dan, Click on "Indonesia - English" menterjemahkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggeris. Praktis dan tidak usah capek buka-buka kamus.
Tentu, saya juga harus belajar dari berbagai bahan dalam bentuk buku-buku cetak yang sudah baku.
Beberapa terbitan yang saya gunakan adalah Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku? (Dirgo Sabaryanto), buku yang membimbing saya berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Tentu banyak lagi yang lain seperti Menulis Populer, karya Ismail Marahimin (2005).
Apa yang ingin saya kemukakan adalah bahwa saat ini tidak ada masalah bagi mereka yang ingin belajar bahasa Indonesia meski dilakukan secara otodidak. Bahannya tersedia, tinggal memilih mana yang paling menarik dan menyediakan informasi yang lebih lengkap dan memenuhi syarat-syarat standar.
Penutup
Tingkatkan kemampuan anda dan kecintaan anda terhadap bahasa Indonesia. Jangan kecil hati menulis dalam nasional sendiri.
Menulis artikel dalam bahasa Indonesia sudah bisa dimengerti orang asing. Perkembangan teknologi terjemahan Google misalnya, sudah mampu menerjemahkan Bahasa Indonesia (meski belum sempurna betul) ke dalam puluhan bahasa dunia.
Sebagai bangsa, sepantasnya kita bangga memiliki bahasa sendiri. Jika kita ingin Indonesia eksis dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia ini, maka masyarakat Indonesia harus mencintainya, mengembangkannya dengan dilandasi semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Dirgahayu Sumpah Pemuda ke 83. ***