Sumber Foto: ngecepres.blogspot.com.
Masuk di dunia penulisan di era global dengan buta komputer dan internet?. Anda akan seperti rusa masuk kampung!. Sebaliknya, menguasai komputer dan internet membuka peluang mengembangkan diri berlipat ganda.
Almarhum Pdt Dr Armencius Munthe—mantan Ephorus dan Sekjen Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) adalah contoh seorang penulis yang dengan cepat menyesuaikan dirinya dengan dunia barunya, yakni berkhotbah dan menulis di era global.
Setelah pensiun dari jabatan terakhirnya sebagai Sekjen GKP pada 1995, beliau belajar komputer dan kemudian internet. Satu angkatannya sesama pensiunan petinggi gereja beliau termasuk yang paling aktif menulis.
Setelah pensiun, selama 15 tahun hingga meninggal pada 2009, beliau aktif mengajar sebagai dosen, dan menulis. Dengan memahami komputer dan internet, beliau mampu menulis beberapa buku dan menerbitkan tulisannya tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. ”Melalui internet, saya bisa mengirim draft buku, melakukan koreksi seolah di depan saya dengan rekan-rekan saya dimanapun berada. Waktu sangat terhemat,”ujarnya.
Semasa dinasnya bertahun-tahun beliau hanya mengandalkan sekretarisnya dan sama sekali belum mengenal komputer. Membuat konsep dengan tulis tangan, lantas sekretarisnya membantunya mengetik.
Tak heran kalau kemudian beliau mampu menulis beberapa buku di masa pensiun dan menerbitkannya di Jakarta, Amerika Serikat, meski beliau tinggal di rumahnya di bilangan Tanjungsari, Medan. Prestasi menulis beliau, jauh lebih di atas rata-rata teman seangkatannya.
Saya mendapat pengalaman menarik ketika menulis buku biografinya ”Anugerah Tuhan yang Tak Terhingga” (2004). Menulis buku seorang yang berusia 70 tahun yang memahami komputer dan internet, jauh lebih cepat dari para tokoh seusianya yang sama sekali tidak memahami komputer dan internet.
Pasalnya, saya bisa melakukan komunikasi dengan beliau melalui internet. Beberapa wawancara tambahan dilakukan dengan wawancara tertulis, demikian juga koreksi bisa dilakukan dengan email.
Berbeda ketika saya menulis otobiografi atau biografi seorang tokoh yang sama sekali tidak mengetahui internet. Meski dia seorang penulis, kalau tidak memahami komputer dan internet, maka wawancara seluruhnya dilakukan dengan tatap muka. Demikian juga koreksi dan diskusi. Saya menggunakan waktu yang jauh lebih lama menyelesaikan buku sejenis. Biaya yang dibutuhkan untuk menulispun tentunya lebih mahal.
Bayangkan kalau draft buku setebal 400 halaman mau dikirim ke Jakarta, masih terdengar ungkapan seperti ini. ”Tolong print dulu draft buku kita, dan kirimkan semua hasilnya ke Jakarta”.
Dibutuhkan waktu memprintnya, membungkusnya, mengantarkannya ke TIKI atau kantor pos. Waktu mengirim melalui pos tersita satu atau dua hari. Demikan pula pengembalian hasil koreksinya. Padahal, pengiriman draft buku seperti itu di masa sekarang ini hanya butuh waktu hitungan detik dan biaya pulsa atau langganan internet yang cukup murah. Ini hanya sebuah contoh kecil!.
Revolusi Penulisan
Perkembangan teknologi komputer dan disusul dengan aplikasi internet dalam komunikasi modern melahirkan pola baru komunikasi dan mempengaruhi dunia penulisan serta berbagai bidang kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
Seorang futurolog terkenal Paul Zane Pilzer, meramalkan bahwa bahwa tidak lama lagi setiap orang akan memiliki kemampuan menikmati kemakmuran tanpa batas melalui teknologi komputer ajaib.
Revolusi penulisan atas kehadiran internet telah, sedang dan terus berlangsung di tengah-tengah kita ibarat penyakit flu. "Internet seperti penyakit flu, menyebar seperti orang gila", kata Jack Welch. Dia masuk ke segala lapisan, penulis pemula, penulis besar, tua, muda, kaya, miskin, bahkan penulis remaja dan anak-anak. Pengguna internet meroket bak jamur di musim hujan. Dari kurang 500 juta sepuluh tahun sebelumnya menjadi 1.5 miliar orang.
Sampai 2009, akses internet di Indonesia masih dibawah 25 persen dengan pertumbuhan rata-rata antara 15-17 persen per tahun. Meski pertumbuhannya demikian pesat, kita masih tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Brunai, bahkan dengan berbagai negara ASEAN lainnya seperti Thailand dan Filippina.
Perkembangan jumlah penggunaan internet yang terus meningkat akan memberikan manfaat yang luar biasa.”Penjualan internet saat ini sebesar $200 miliar per tahun tidak ada artinya dibanding dengan keberuntungan yang akan tercipta,”ujar sebuah website yang kami kunjungi baru-baru ini.
Perkembangan penulisan dengan kehadiran internet telah merubah makna sebuah perpustakaan, pengiriman bahan tulisan, distribusi bahan tulisan, demikian juga hasil tulisan berupa publikasi media atau buku-buku. Google Book menjadi sebuah perpustakaan raksasa yang terus berkembang dan tak tersaingi jenis dan jumlah buku di perpustakaan manapun di Indonesia ini. Koleksinya sudah mencapai lebih dari 15 juta buku.
Mediaonline
Selain itu, kehadiran Internet dan pengembangan teknologi mediaonline sangat membantu penulis mencari bahan tulisan. Sebagai contoh, website http://www.onlinenewspapers.com/. Website seperti ini adalah salah satu produk directory media cetak online pada era internet.
Kini lebih dari 10 ribu media cetak utama dunia yang terbit di 400 kota sudah masuk dalam website ini. Dengan menamakan dirinya The No 1 Newspaper Directory, website ini telah membantu para pencari berita di seluruh dunia terus mengembangkan dan menambah jumlah mediaonline di seluruh dunia, sehingga menjadi sebuah sumber data yang sangat bermanfaat bagi miliaran orang. .
Dengan memanfaatkan teknologi internet, website tersebut selain menyediakan data juga sekaligus memanfaatkan para pengunjung secara interaktif menyempurnakan data yang sudah disediakan. Memasukkan informasi yang terdapat di daerahnya sehingga mereka yang berada di belahan bumu lain, sekaligus mampu mengakses informasi ke dunia yang lebih luas lagi.
Hasilnya, kini khususnya media cetak, seluruh masyarakat dunia yang memiliki akses ke internet sudah memiliki peluang memperoleh informasi.yang sama.
Penduduk di Tuktuk Siadong, melalui website ini mampu mengakses berita harian lokal di Negara Bagian Alabama di Amerika Serikat, atau sebuah harian lokal di Davao, Mindanao Filippina.
Penutup
Para penulis yang belum memanfaatkan kehadiran Internet dalam meningkatkan kuantiĆtas dan kualitas tulisannya, saatnya bangkit dan menguasai komputer dan Internet dengan segala seluk beluknya yang bermanfaat bagi kegiatan menulis. Menulis untuk mengembangkan peradaban, bukan mencerca, memaki atau menfitnah orang lain.
Melek komputer dan Internet mutlak!. Milikilah sebuah komputer yang tersambung dengan Internet. Masuklah ke dunia global, samudera informasi yang luasnya tak terbatas. Sebagai penulis hal itu mutlak kalau anda ingin terus eksis di dunia tulis menulis.
Saatnya Anda membuka mata, jangan buta lagi!