My 500 Words

Jumat, 14 Februari 2014

Bertemu Setelah Sekian Tahun Bersahabat di FB

Oleh Jannerson Girsang

Bertemu muka dengan sahabat FB setelah sekian lama bercengkerama di dunia maya membawa kebahagiaan tersendiri. Itulah yang kualami hari ini. Ibarat pacaran dan sudah lama surat-suratan, tanpa diduga bersua di Pelabuhan Belawan.

Hari ini (13 Pebruari 2014) saya bertemu dengan sahabatku di FB Prof Dr Posman Sibuea dan Dr Tiur Gultom dalam sebuah acara seminar proposal penelitiannya Dr Sabam Malau, di gedung Justin, Universitas HKBP Nommensen Medan. Padahal kami sudah sekian tahun akrab di FB.

Setelah lama berbincang-bincang sebelum acara, tiba acara martarombo. Saya sebut marga saya Girsang. Dr Tiur Gultom langsung menyebut nama lengkap saya, : "Pak Jannerson Girsang ya,", katanya.

Ternyata ibu doktor pemuliaan tanaman dari UGM ini pernah menasehati saya jalan keluar saat FB saya dihack orang usil dua tahun lalu. Seperti orang Samaria yang menolong orang yang luka-luka karena kena rampok, padahal belum dikenalnya. Pertolongan yang tulus di dunia maya.

Sementara, dalam waktu berbeda,saat acara berlangsung, saya duduk berhadapan dengan Prof Dr Posman--salah seorang guru besar Sumut paling produktif menulis di berbagai media nasional, berjarak kira-kira 10 meter dan di batasi dua meja dan ruang yang agak luas. Artikel-artikel beliaulah salah satu yang turut mengiinspirasi  terus menulis.
 

 Suatu saat kami beradu pandang. "Pak Jannerson ya", katanya dengan mengacungkan tangan.

Saya mengangguk-angguk, sambil tersenyum. "Prof Posman," kata saya dan kami tertawa dalam hati masing-masing. Sukacita!

Itulah luar biasanya alat komunikasi FB. Jadi, peliharalah dan manfaatkanlah teknologi ini untuk kebaikan.

Saya kira itulah salah satu pemikiran Zuckerberg--pendiri Facebook sepuluh tahun lalu, yang brilian!.

Menjalin persahabatan dengan sebanyak mungkin orang dengan kata-kata yang menginspirasi, kebaikan. Siapa saja bisa melanggengkan persahabatan seolah kita sudah menjadi sebuah keluarga. Dunia akan semakin damai dan penuh cuka cita.

Coba bayangkan kalau FB tidak ada!.

Selamat ber FB ria!.

Terima kasih Dr Ir Sabam Malau yang telah mengundang orang-orang cerdas dan menularkan kecerdasan dan sukacita hari ini. Karyamu akan memberi sukacita dan menyinari banyak orang. Semoga cepat-cepat menjadi professor!

Senin, 10 Februari 2014

Karya-karya Penulis Sumut: LIm Rosni

Arsip Judul-judul Cerpen, Artikel, Puisi, dan Cerbung yang Telah Dimuat di Koran/Majalah.

CERPEN:
  1. Salamah (Analisa, 27-07-1990).
  2. Pak Bun (Analisa, 12-10-1990).
  3. Menggapai Prestrasi (Analisa, 27-11-1990).
  4. Mama (Analisa, 25-01-1991).
  5. Sahabat Tujuh Jam (Analisa, 15-02-1991).
  6. Buku Harian Rindi (Analisa, 02-04-1991).
  7. Tia (Analisa, 14-05-1991).
  8. Kembali Teguh (Analisa, 11-06-1991).
  9. Di Antara Dua (Analisa, 16-07-1991).
10. Putusan (Analisa, 12-08-1991).
11. Lukisan Terakhir (Analisa, 30-09-1991).
12. Krisis Telah Berlalu (Analisa, 11-10-1991).
13. Nyontek (Analisa, 18-10-1991).
14. Kontra si Bengal (Analisa, 25-10-1991).
15. Fiorentina dan Sepakbola (Analisa, 25-11-1991).
16. Gelang (Analisa, 03-12-1991).
17. Cinta yang Dalam (Analisa, 06-12-1991).
18. Kompensasi Diriku (Analisa, 24-12-1991).
19. Kebersamaan Ini (Analisa, 30-12-1991).
20. Sebuah Langkah Awal (Analisa, 13-01-1992).
21. Gagal (Analisa, 04-02-1992).
22. Jangan Ucapkan Selamat Tinggal (Analisa, 07-02-1992).
23. Elegi November (Analisa, 11-02-1992).
24. Dalam Kegersangan Jiwa (Analisa, 09-03-1992).
25. Suatu Hari Antara Aku dan Sam (Analisa, 01-05-1992).
26. Resah Hari Ini (Analisa, 29-05-1992).
27. Kompetisi (Analisa, 02-06-1992).
28. Biarkan Seseorang Tahu (Analisa, 19-06-1992).
29. Memori dan Lakon (Analisa, 07-07-1992).
30. Seindah Persahabatan Kita (Analisa, 21-07-1992).
31. Sandiwara Satu Babak (Analisa, 07-08-1992).
32. Lagu Pilu (Analisa, 02-10-1992).
33. Disibak Debur-debur Ombak (Analisa, 20-10-1992).
34. Hari Ini Kukenal Dian (Analisa, 01-12-1992).
35. Menunggu Sang Elang (Analisa, 05-01-1993).
36. Nopember Membawa Kisah (Analisa, 12-01-1993).
37. Percakapan (Analisa, 29-01-1993).
38. Suatu Malam di Kampus (Analisa, 09-03-1993).
39. Keluarga (Analisa, 30-03-1993).
40. Rick, Tentang Kemarin... (Analisa, 04-06-1993).
41. Jangan Pergi Kasih (Analisa, 08-06-1993).
42. Menanti Bayangan Semu (Analisa, 13-07-1993).
43. Akhir Sebuah Kisah (Analisa, 31-08-1993).
44. Wajah Lugu Bermata Polos (Analisa, 28-09-1993).
45. Gara-gara si Poni Panjang (Analisa, 26-10-1993).
46. Jurang Pemisah (Analisa, 26-04-1994).
47. Janji untuk Lungka (Analisa, 17-05-1994).
48. Mimpi Buruk Telah Berlalu (Analisa, 05-08-1994).
49. Al (Analisa, 09-08-1994).
50. Sebuah Rumah di Tepi Pantai (Analisa, 16-08-1994).
51. Kisah Agustus (Analisa, 20-09-1994).
52. Kembalinya si Anak Hilang (Analisa, 20-12-1994).
53. Pada Malam Bulan Purnama (Analisa, 17-01-1995).
54. Pulang (Analisa, 24-01-1995).
55. Wajah dalam Bingkai (Analisa, 09-1995)
56. Kenangan yang Tertinggal (Analisa, 28-05-1997).
57. Sesuatu yang Hilang (Analisa, 28-02-2002).
58. Ayah (Analisa, 11-04-2002)
59. Kisah di Pulau Pinang (Analisa, 07-11-2002).
60. Penantian Panjang (Analisa, 13-05-2004).
61. Kepergian Sahabatku (Analisa, 15-11-2006).
62. Cheng Beng Tahun Ini (Analisa, 25-04-2007).
63. Mimpi (Analisa, 06-06-2012).
64. Janji di Masa Depan (Analisa, 31-10-2012).
65. Deringan Itu (Analisa, 27-02-2013).
66. Dia yang Hilang (Analisa, 19-06-2013).
67. Tengah Bulan Ketujuh (Analisa, 21-08-2013).
68. Genset (Analisa,16-10-2013).
69. THR (Analisa, 15-01-2014).
70. Cintaku Belum Dikembalikan (WKR Analisa, 09-09-1990).
71. Enam Kosong untuk Arca (WKR Analisa, 21-09-1991).
72. Tina (WKR Analisa, 19-10-1991).
73. Tamu Tahun Baru (TRP Analisa, 15-03-2000).
74. Pecundang (TRP Analisa, 15-12-2001).
75. Ini Angpau atau... (TRP Analisa, 09-06-2002).
76. Cerita si Minah (TRP Analisa, 08-09-2002).
77. Api (TRP Analisa, 21-10-2012).
78. Tiga Puluh Menit (TRP Analisa, 31-03-2013).
79. Siasat Tiga Sekawan (Taman Riang Analisa, 30-08-1992).
80. Tiga Putra Petani (Taman Riang Analisa, 17-11-2013).
81. Anak yang Menyesal (Taman Riang Analisa, 15-12-2013).
82. Warisan (Cerpen Minggu/Rebana Analisa, 28-07-1991).
83. Akhir dari Sebuah Kesetiaan (Cerpen Minggu/Rebana Analisa, 15-01-1995).
84. Kesempatan Kedua (Cerpen Rebana, 24-03-2013).
85. Ironis (Cerpen Rebana, 20-10-2013).
86. Kabut Menjelang Kepergian (Majalah Ria Film, 22/28-08-1990).
87. Gadis Kecil Ridwan (Majalah Ria Film, 06/12-02-1991).
88. Susani (Majalah Ria Film, 03/09-07-1991).
89. Sahabat Kecil (Majalah Ria Film, 25-09/01-10-1991).
90. Sepotong Cinta untuk Rick (Majalah Ria Film, 24/30-06-1992).
91. Masih Seperti Dulukah? (Majalah Ria Film, 15/21-07-1992).
92. Titip Rindu Buat yang Terkasih (Majalah Ria Film, 16/22-09-1992).
93. Lagu Sendu untuk Sam (Majalah Ria Film, 14/20-10-1992).
94. Hujan di Kota Sepi (Majalah Ria Film, 28-04/04-05-1993).

ARTIKEL/OPINI/RESENSI/PROFIL:
  1. Resensi Cerpen "Tembang Tanpa Nada" karya Kwa Tjen Siung (Analisa, 09-11-1991).
  2. Bagaimana Cara Belajar yang Tepat? (Analisa, 29-02-1992).
  3. SMAK Budi Murni-1 Mengadakan Perpisahan (WKR Analisa, 06-06-1992).
  4. Buku Harianku, Buku Harianmu (Analisa, 26-09-1992).
  5. Profil Erni Suriana (WKR Analisa, 07-11-1992).
  6. Profil Tanita Liasna, Mutiara dari Binjai (TRP Analisa, 16-12-2012).
  7. Biarkan Anak Anda Mandiri (Analisa, 03-05-2013).
  8. Profil David Tandri, Penyair dengan Sejuta Isyarat Cinta (TRP Analisa, 9-06-2013).
  9. Mengupas Watak Tokoh Cerpen "Kafe Oriental" (Rebana Analisa, 21-07- 2013).
10. Dimensi Lain (TRP Analisa, 25-08-2013).
11. Waspadai Modus Penipuan (Opini Analisa, 13-11-2013).
12. Kelembutan nan Memukau dalam Shine on Me (Rebana Analisa, 17-11-2013).
13. Guru, Pahlawan dalam Hatiku (TRP Analisa, 24-11-2013).
14. Ada Apa dengan Pengobatan Dalam Negeri? (Opini Analisa, 23-12-2013).
15. Mengenal Hari-hari Besar dalam Budaya Tionghoa (TRP Analisa, 12-01-2014).
16. Legenda Hakim Bao dan Kisah si Kembar dalam Pedang Bao Zheng (Rebana Analisa, 02-02-2014).

PUISI:
 1. Hidup (Analisa, 17-06-1990).
 2. Ballada Anak Gelandangan (Analisa, 05-08-1990).
 3. Pesta Bernoda (Analisa, 07-09-1991).
 4. Chris (TRP Analisa, 08-10-2006).
 5. Seseorang (TRP Analisa, 08-10-2006).
 6. Sayang (TRP Analisa, 15-04-2007).
 7. Kau (TRP Analisa, 22-04-2007).
 8. Bohong (TRP Analisa, 22-04-2007).
 9. Adam dari Kesepian (Medan Bisnis, 27-10-2013).
10. Luka (Medan Bisnis, 27-10-2013).

CERBUNG:
 1. Liku-liku Aline Kecilku (10 episode, TRP Analisa, Nopember 2004 s/d Februari 2005).
 2. Pisau Hati (25 episode, TRP Analisa, Februari 2009 s/d Agustus 2009).
 3. Sebuah Kisah Memori (12 episode, TRP Analisa, September 2011 s/d Januari 2012).

NOVEL:
 1. Sebuah Pembalasan (267 halaman, Penerbit Leutika Prio, terbit Oktober 2011).

Sumber:  https://www.facebook.com/notes/lim-rosni/arsip-judul-judul-cerpen-artikel-puisi-dan-cerbung-yang-telah-dimuat-di-koranmaj/379104348835873?comment_id=65986695&offset=0&total_comments=48&notif_t=note_reply.

Rabu, 05 Februari 2014

Ruliah Haloho: Perempuan Menginspirasi dari Simalungun


Desember 2013 lalu, saya menerima telepon dari Ruliah Haloho. Kaget, karena dipesan menuliskan kesan dalam buku otobiografinya. “Siapa ini,” saya bertanya, karena nomor teleponnya tidak kukenal, tetapi samar-samar ingat suaranya. 

Ternyata yang memanggil adalah Ruliah Haloho. Seorang perempuan Simalungun yang paling kukagumi. Saya sangat senang menuliskannya, walau terasa buru-buru dan saat yang sama saya menulis buku otobiografi seorang tokoh dari Jakarta. 

Usia saya dan Ruliah terpaut sekitar 27 tahun. Perkenalan pertama kami adalah sekitar 1986, saat saya menjadi dosen dan kemudian Rektor di Universitas Simalungun (USI) 1988-1990. Saat itu beliau menjadi anggota DPRD Tingkat II Kabupaten Simalungun. 

Pertemuan pertama itu membuat kami seolah tiada batas usia dan senantiasa setara membicarakan apapun. Dalam setiap pertemuan dengan beliau, baik di pesta atau acara perayaan gereja, saya selalu mendapat inspirasi dan semangat baru. Beliau adalah seorang perempuan yang bersemangat dan berfikir positif, kreatif dan peduli. Pertemuan terakhir saya adalah Desember 2012, saat putri pertama saya Clara Girsang menikah di Jakarta. Bertemu dengan Ruliah adalah mendapat inspirasi dan semangat baru!. 

Beliau begitu perhatian kepada ketiga putri kami dari almarhum Parker Girsang, dan saudara-saudara saya di Bekasi, tempatnya bermukim sekarang ini. Kepedulian ini juga menular kepada putranya Chrismas Haloho dan putrinya Triana Haloho. Kami jadi seperti saudara. 

Kesan saya  yang paling mendalam adalah ketika kami mengumpulkan dana untuk sebuah perayaan Natal, keluar masuk PTP menemui para pejabat Simalungun yang ada di PTP, bersama inang Damertina Saragih (juga seorang aktivis perempuan Simalungun yang banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial). Saat itu kami pulang sudah malam hari. Tetapi beliau tidak pernah kelihatan lesu. Selalu bersemangat dan membicarakan hal-hal yang bervisi jauh ke depan.

Tahun 1990, saya meninggalkan Pematangsiantar dan bermukim di Medan. Kontak hamper terputus dan saya memang kehilangan inspirasi dari seorang guru dan inspirator. Lama sekali kami tidak bertemu, dan suatu ketika saya memerlukan beliau. Ketika itu, 2004, saya menulis buku “Anugerah Tuhan yang Tak Terhingga” buku biografi Pdt Armencius Munthe, MTh (mantan Ephorus GKPS). 

Ketika diinformasikan beliau salah satu yang ditunjuk Pdt A Munthe mengisi kesan dan pesan dalam buku itu, saya makin meyakini bahwa inang ini adalah orang yang istimewa di GKPS. Saya memiliki kesan lebih mendalam tentang kiprahnya di GKPS. Seorang yang mampu belajar cepat dan memiliki kemauan maju yang luar biasa. Kesan saya, beliau mengerjakan sesuatu tuntas dan tepat waktu. Kata-katanya menginspirasi dan tidak pernah meremehkan orang lain.

Ruliah adalah contoh perempuan desa Simalungun yang dengan kegigihannya telah menempatkan dirinya unggul di zamannya. Dari seorang guru menjadi anggota DPRD, serta peduli kepada perkembangan Simalungun. 

Semoga buku ini menjadi inspirasi bagi perempuan Simalungun, dan masyarakat Simalungun pada umumnya. 

Selamat Ulang Tahun ke 79 dan semoga sehat selalu dan tetap berkiprah sebagai inspirator di tengah keluarga, gereja dan masyarakat.  

Medan, Januari 2014.
St Ir Jannerson Girsang

Selasa, 04 Februari 2014

Syamas Inah Br Sembiring: Empat Belas Tahun Merawat Suami dan Menjadi Tiang Ekonomi Keluarga

Oleh: Jannerson Girsang

Bagi seorang ibu muda, empat belas tahun merawat suami yang sakit, dan menjadi tiang ekonomi keluarga beranak dua, bukan hal yang mudah. Membutuhkan kesabaran, ketekunan, pengharapan dan pemaknaan hidup yang positif.

Kisah dibalik meninggalnya Daulat Sitopu—salah seorang jemaat Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Simalingkar, Medan,  menjadi teladan berharga bagi para jemaat yang menghadiri acara pangapohon (penghiburan) malam ini (27 Mei 2013).

Rumahnya  tipe 21 di Jalan Jahe, Perumnas Simalingkar malam ini (27 Mei 2013) menjadi saksi betapa Tuhan senantiasa menguatkan dan memberkati umatNya yang setia di jalanNya dan mengerjakan pekerjaan secara benar.

Disaksikan kedua putra putrinya, serta sekitar 30-an jemaat, Inah berkisah dengan bersemangat, walau sesekali tak dapat menahan harunya dengan meneteskan air mata.

Begitu memilukan bagi Inah, pagi 15 Mei 2013. “Saya ketika itu pergi ke pajak membeli sarapan suami saya . Tetapi, setibanya di rumah, saya menemukan suami saya tidak bernyawa lagi. Saya menangis sejadi-jadinya dan kemudian memanggil teman-teman saya,” ujarnya.  

Setelah sakit sekian lama, suami Inah br Sembiring, akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir, di usia 49 tahun, tanpa disaksikan anak-anaknya. Beberapa tahun terakhir kedua anaknya tinggal terpisah dengan keluarga karena mengikut suami dan putranya yang tinggal dan bekerja di  Jakarta.  

Dua hari, suasana duka melingkupi seluruh keluarga dan jemaat Simalingkar hingga suaminya dikebumikan 17 Mei 2013 lalu. Dua hari, ratusan jemaat GKPS Simalingkar, keluarga dan tetangga memenuhi halaman beberapa rumah didepan dan disamping rumah duka.

Pengalaman pahit Inang  selama empat belas tahun begitu menyentuh dan mengharukan. “Saya menerima keadaan suami saya apa adanya. Kesulitan saya hadapi dengan tetap berdoa, meminta pertolongan Tuhan dan bekerja dengan benar”  

Suaminya  mulai sakit di usia 35 tahun, dan bahkan terkena stroke pada 2006. Dulunya, suaminya adalah seorang supir angkot milik sendiri. Selama empat belas tahun itu, Inah br Sembiring menghadapi pergumulan yang berat. Mulai dari kesulitan ekonomi—karena harus mencari nafkah, merawat suami, serta membelanjai anak-anaknya yang sekolah dan kuliah.

Berbagai pekerjaan dilakoninya, mulai dari berdagang sayuran yang dibelinya di gunung dan dijual di Sambu, menjual buah di Simpang Simalingkar, bekerja sebagai juru masak di sebuah perusahaan catering. Dalam keadaan suaminya sakit, bahkan Inah br Sembiring, bersama seorang temannya membuka catering sendiri.

“Praktis, sejak 2006, aku yang harus mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak-anak dan biaya perawatan suamiku. Tuhan begitu baik,” katanya.

Kesulitan keuangan memang bisa diatasinya dan mampu memberinya kebutuhan keluarga. Tetapi bukan itu saja masalah terberat yang dihadapinya.

“Saat suami saya mulai sakit, usia saya masih muda. Setiap pagi saya selalu meminta pertolongan dari Tuhan agar  terhindar dari godaan yang bisa merusak rumah tanggaku, anak-anakku  Aku selalu berdoa agar Tuhan, jangan sampai karena kemiskinan keluargaku aku  jatuh ke dalam dosa,” ujar lulusan D3 Pendidikan dari salah sebuah perguruan tinggi di Medan ini mantap,.

Nama baik keluarga, masa depan anak-anaknya menjadi motivasi baginya untuk selalu hidup di jalan yang benar. “Sebagai seorang ibu bagi anak-anakku, aku tidak mau mereka malu. Aku tidak mau anakku tidak laku, karena kelakuan mamanya tidak baik,” ujarnya mengungkap energi yang memberinya semangat.

Dia berbaur dengan jemaat. Inah tidak lupa mar ari Selasa (kebaktian ibu-ibu) dan menghadiri pesta-pesta atau ke tempat orang yang kemalangan. "Saya sangat berterima kasih atas dukungan dan bantuan gereja GKPS Simalingkar. Beban berat,terasa ringan, kalau kita bersatu."ujarnya. 

Dalam penderitaan yang demikian berat, Inah  justru mampu menikahkan Putrinya Melda. Menantunya adalah seorang polisi yang kini bertugas di Tarutung, dan sudah dikaruniai seorang cucu. Sementara anaknya laki-laki kini bekerja dan tinggal di Jakarta.

Tiga hari sebelum suaminya meninggal, Inah br Sembiring, terpilih sebagai Syamas di gereja GKPS Simalingkar. Syamas dipilih oleh anggota jemaat, yang berarti dia dikenal betul oleh jemaat GKPS Simalingkar yang berjumlah 180 KK tersebut.

“Pada periode sebelumnya, saya sudah mengajukan inang boru Sembiring, sebagai syamas, tetapi dia menolak dengan alasan masih mengurus suami yang sakit dan anak-anak. Tetapi, inilah mungkin saatnya. Ketika saya calonkan, dia menerima,”ujar St Weldy Saragih, SP Ketua Sektor III GKPS Simalingkar.

Para jemaat yang hadir malam ini menghiburnya, “Kalau dulu inang boru Sembiring hanya melayani suami dan anak-anak, sekarang harus melayani banyak orang. Semoga inang sehat dan tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa Tuhan senantiasa melindungi dan menguatkan inang”.

Khotbah Wakil Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar, St Japorman Saragih, SE yang diambil dari Jeremia 31:13b: ".. Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka," menguatkan keluarga dan menutup acara malam ini.

Kami semua berdoa, kiranya Tuhan menjadikanmu sebagai teladan seorang ibu di gereja dan di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang banyak kawin cerai, bahkan hanya karena masalah sepele.

Inah br Sembiring telah membuktikan dirinya setia sampai akhir. Yang dipertemukan Tuhan hanya dapat dipisahkan kematian!.

"Just do what must be done. This may not be happiness, but it is greatness". George Bernard Shaw

Tukang Becak dan Penjual Tempe: Persoalan Besok, Punya Solusi Besok

Oleh: Jannerson Girsang

Hari sudah agak larut malam, sepi, gerimis. Seorang ibu dengan baju sedikit kuyup baru saja tiba di depan rumahnya. Badannya mengigil kedinginan dan buru-buru membuka pintu rumahnya. Mudah saja, karena memang rumah itu tanpa kunci.

Rumah itu terbuka sepanjang zaman, karena tidak ada harta berharga di dalamnya. Di rumah gubuk berusia 15 tahun berdiam pasangan tukang becak dan penjual tempe. Rumah yang terbuat dari kayu sisa bangunan beratap rumbia, terletak di atas tanah garapan di pinggiran kota Medan di bilangan Sunggal. Tak ada listrik, meski PLN sudah berusia puluhan tahun. Lampu teplok menjadi penerangan rumah pasangan yang tinggal di kota terbesar di Sumatra itu. 

Sambil memperbaiki sal putih yang terlilit di lehernya, sang ibu melangkah menuju ruang peraduan yang terbuat dari kotak kabel listrik yang dipungut suaminya di jalanan.

Tertegun sejenak, sang ibu mengamati wajah suaminya berotot kekar itu. Trenyuh  melihat suaminya yang terbaring kelelahan setelah sejak pagi menarik becak hingga malam. Lelaki setia yang dikenalnya sejak masa anak-anak itu, sudah mendampingi dan melindunginya, temannya berbagi sepanjang 25 tahun pernikahannya.

Sang ibu baru saja gagal memperoleh pinjaman setelah bertandang ke tetangga-tetangganya. Dia membayangkan nasib anaknya di sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta. Besok dia harus mengirim uang kuliahnya.

Kalau tidak dapat uang,  anaknya akan menghadapi masalah, karena sudah menghadapi penundaan yang terakhir. Anak yang sudah berada di tingkat akhir itu terancam drop out.

Sang ibu teringat kembali pengalaman pahit bersama suaminya, gagal kuliah, karena kawin lari saat perkuliahan masih di semester 5. Dia tidak ingin kepahitan itu terulang pada anaknya.

Melangkah beberapa langkah dia menuju tempat peraduan. Lalu menggoyang-goyang tubuh suaminya, ingin berbagi kerisauannya dengan pria, temannya sejak sekolah Dasar itu.

"Pak, apa yang harus kita lakukan ketika kita tidak punya apa-apa lagi?. Besok, kita harus kirim belanja anak-anak," ujarnya sedih, karena gagal meraih pinjaman dari tetangganya.

"Yah, bu...bu. Kita kan sudah berpuluh kali mengalami seperti ini?. Tetap ada solusinya. Anak kita kan kuliah di semester akhir. Setiap bulan kita mengalami seperti ini. Tenang saja bu,"ujar suaminya menenangkan istrinya. Dia tidak ingin melanjutkan diskusi lagi.

Sepanjang perkuliahan anak semata wayang mereka, pasangan ini setiap bulan selalu sport jantung. Maklum, pasangan yang sehari-hari berjualan tempe di daerah Pringgan dan suami penarik becak itu hanya memperoleh penghasilan pas-pasan. Untuk kebutuhan sehari-hari saja mereka sering kewalahan.

Ditambah lagi kemampuan negeri yang hanya mampu mengimpor kedelai. Harganya terus naik turut mendongkrak harga tempe yang membuat orang kurang menyukai tempe. Kala hujan, suaminya kadang hanya  mampu membayar setoran becak sewaannya, tanpa membawa uang sepeserpun, karena sisanya habis untuk rokoknya. 

Sang ibupun termenung sendirian, mencoba merenungkan pengalaman-pengalaman kritisnya beberapa tahun sebelumnya. Dia sudah acapkali bergulat atas deadline pengiriman belanja anak. Malam itu memang tak ada yang bisa dilakukannya.

Lalu, sang ibu  di tengah dengkuran suaminya menyusul tidur tanpa membiarkan diri larut dalam persoalan yang dihadapinya.

Sebelum tidur dia melipat tangannya dan menengadah ke atas. Mulutnya komat kamit, air matanya meleleh.

"Tuhan, jangan permalukan kami hambaMu. Berikan jalan agar anak kami bisa menyelesaikan kuliahnya. Agar anak kami bisa membedakan yang salah dan yang benar. ".

Malam menelan kesulitan kedua pasangan itu. Persoalan besok menanti solusi besok hari!.

Mary Girsang Recognized by Worldwide Who's Who for Excellence in Legal Services

Mary Girsang named a Worldwide Who's Who Professional of the Year for 2013

Recognized as one of the top lawyers is Indonesia, with a Katini rating, Ms. Girsang has received various acclaim throughout her career
JAKARTA, INDONESIA, September 26, 2013 /24-7PressRelease/ -- Mary Girsang, Director of Mary Girsang & Associates, has been recognized by Worldwide Who's Who for showing dedication, leadership and excellence in legal services.

Upon completion of a master's degree in law and business at the University of North Sumatera, Indonesia, Ms. Girsang embarked on a career in legal services which has spanned the past two decades. Shortly after completing the degree, she began working with high profile Indonesian lawyers. Having gained a breadth of experience and industry know-how, Ms. Girsang opened her own law firm, Mary Girsang & Associates, in 2002.

The legal services firm specialized in foreign investments, management, human resources, recruitment, research, mergers, and corporate governance. The staff at Mary Girsang & Associates works with international clients who are unfamiliar with Indonesian law and its local policies. They are skilled in handling licensing matters, contracts, property arbitration, and litigation.

As the executive leader of the company, Ms. Girsang manages all aspects of business operations including overseeing more than 1,300 personnel and 200 expatriates. An expert in mining sector and corporate law, she ensures reports and documents are accurate, reviews all cases, meets with clients to discuss their investments, and conducts due diligence for licenses with the government and contracts with laborers. Drawing on her educational background and extensive work experience, Ms. Girsang has become an expert in foreign investments. Ever eager to keep current in her field, and with policy and laws in her area, she plans to network and consult with professionals internationally.

In addition to working as an Indonesian lawyer, Ms. Girsang is the director of PT. Prima Traktor Indonesia (subsidiary of Emeco Ltd), PT. Pontil Indonesia (subsidiary of Major Drilling Pty Ltd), PT. Byrnecut Indonesia (subsidiary of Byrnecut Mining Pty Ltd), PT. AsiaRep (US-Indonesia-Singapore-Australia), PT. Narva Indonesia, and CV. AsiaRep. Within five years, she plans to increase her understanding of Indonesian law when she enrolls in a Ph.D. law degree program.

Recognized as one of the top lawyers is Indonesia, with a Katini rating, Ms. Girsang has received various acclaim throughout her career. In 2012, she was inducted into Worldwide Who's Who as a lifetime member. Later that year, she was selected as a Professional of the Year, representing the legal service industry. In 2013, Ms. Girsang was interviewed for the Elite Radio Network. She feels her success can be most aptly attributed to tirelessly ensuring a win-win outcome for foreign investments in her country, a supreme knowledge of mining and Indonesian culture, and an unwavering desire to make the transition into her country a smooth and well-run operation for foreigners.

Ms. Girsang is an executive member of the Indonesian Bar Association and an executive member of the Indonesian Lawyers Club. In her free time, she enjoys snow skiing, swimming, and traveling.
For more information about Mary Girsang & Associates, visit http://www.marygirsang.com/index.htm.

About Worldwide Who's Who

With over 500,000 members representing every major industry, Worldwide Who's Who is a powerful networking resource that enables professionals to outshine their competition, in part through effective branding and marketing. Worldwide Who's Who employs similar public relations techniques to those utilized by Fortune 500 companies, making them cost-effective for members who seek to take advantage of its career enhancement and business advancement services.

Worldwide Who's Who membership provides individuals with a valuable third-party endorsement of their accomplishments, and gives them the tools needed to brand themselves and their businesses effectively. In addition to publishing biographies in print and electronic form, it offers an online networking platform where members can establish new professional relationships.

For more information, please visit http://www.worldwidewhoswho.com.

Contact:
Ellen Campbell
Director, Media Relations
pressrelease@worldwidebranding.com

Note:

Mary Girsang, SH is the founder of MARY GIRSANG & ASSOCIATES. She obtained her law degree from University of North Sumatera. She commenced her career in YAN APUL & FOUNNERS and then moved to OTTO HASIBUAN & ASSOCIATES. Both are high profile Indonesian lawyers. In 2002, she founded her law office "MARY GIRSANG & ASSOCIATES". Mary was voted one of the 6 most successful women lawyers in Indonesia.

Rabu, 29 Januari 2014

Mencegah Korban Lantas di Usia Remaja (Harian Analisa, 29 Januari 2014)


Oleh: Jannerson Girsang.

“We may not be able to prepare the future for our children, but we can at least prepare our children for the future.”. (Franklin D. Roosevelt)

Kita tidak bisa mempersiapkan masa depan anak-anak kita, tetapi setidaknya janganlah lalai mencegah mereka mati sia-sia di jalan raya. Kecelakaan lalu lintas (lantas) yang melibatkan anak usia remaja tergolong besar. Perilaku mereka yang cenderung ugal-ugalan dijalanan menjadi salah satu penyebab kecelakaan lalu lintas yang perlu mendapat perhatian kita semua.

Ketua masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Darmaningtyas mengungkapkan, 20 persen secara keseluruhan jumlah korban kecelakaan yang terjadi di jalan raya secara nasional, adalah usia remaja yang sebagian besar pelajar dan mahasiswa.

Mereka adalah anak-anak penerus bangsa dan sungguh sangat disayangkan kalau mereka menjadi korban, nyawa melayang sia-sia atau cacat di saat usia muda. Keadaan ini mengundang semua pihak agar turut serta dalam menekan korban kecelakaan ini baik pihak orang tua, sekolah, serta kepolisian.

Perilaku Buruk dan Kegamangan Melarang

Seorang berseragam biru putih membonceng dua temannya. Mereka bercanda sambil menyentak-nyentakkan kakinya ke samping, seolah jalan raya miliknya. Rokok di tangan dan asap disembul ke udara. Teman-temannya muncul dari belakang membentuk formasi tiga baris. Mereka memborong jalan raya, tak memperdulikan kenderaan yang dibelakangnya.

Sebagian besar tidak menggunakan helm, kadang kebut-kebutan di jalan raya, mendahului atau menyalip pengendara lain di tikungan bahkan mengambil jalur yang salah walaupun ada rambu-rambu larangan, berboncengan atau menaiki kendaraan melebihi kapasitas, meski pengendaranya belum cukup umur bahkan tidak memiliki Surat Izin Mengemudi-SIM.

Mereka seolah merasa kebal hukum. Kalau polisi menyetopnya, mereka lari tanpa memikirkan resiko. Masih segar dalam ingatan kita peristiwa beberapa waktu yang lalu di Tebingtinggi. Siswa menabrak kenderaan lain dan tewas seketika, karena lari dikejar polisi. Kalau sudah begini kita tidak tahu menyalahkan siapa lagi. Anehnya, kalau diprovokasi bisa yang salah polisi. Rame-rame merusak kantor polisi yang dibangun dari uang rakyat.

Pemandangan itu tentu sangat meresahkan dan mengganggu saat berkendara di kota Medan. Kadang sangat menjengkelkan, tetapi itulah mereka: remaja. Menurut Roslina Verauli, M.Psi, psikolog keluarga dan anak, berusia remaja ke atas (sekitar usia 12-18 tahun), usia di mana muncul kebutuhan untuk menampilkan diri dalam pertemanan dan lingkungan. Tentu mereka perlu diarahkan agar cara menampilkan dirinya tidak mengganggu dirinya sendiri dan orang lain. Alangkah baiknya, kalau mereka menampakkan eksistensi dirinya dengan prestasi, tidak dengan kebut-kebutan di jalan.

Anak usia sekolah, yang kebanyakan masih di bawah usia 17 tahun memang seharusnya belum boleh mengendarai sepeda motor atau mobil. Tetapi faktanya, kita menemuinya sebagai pemandangan sehari-hari. Tahun lalu, anak penyanyi dan pencipta lagu terkenal, Ahmad Dhani, Dul, yang masih berusia 13 tahun diizinkan mengendarai mobil dan mengalami kecelakaan. Dia menyeberang pembatas jalan tol dan menabrak sebuah minibus yang datang dari arah berlawanan, dan mengakibatkan korban jiwa penumpang mobil itu.

Tidak Mungkin Dilarang Total, Tapi Harus Dibimbing

Orang tua banyak yang mengizinkan anak-anaknya pelajar tingkat SLTA bahkan SLTP yang mengendarai kendaraan baik roda dua dan roda empat. Fakta, orang tua malah menyediakan mobil atau sepeda motor untuk anaknya yang masih remaja. Mungkin banyak pertimbangan, misalnya tidak terlambat ke sekolah, mempermudah mobilitas mereka kalau ada pekerjaan rumah bersama, atau ada kegiatan ekstra kurikuler.

Demikian juga banyak sekolah yang tidak melarang siswanya menggunakannya meski mereka mengetahui anak-anak itu belum memiliki SIM. Kadang pihak kepolisian juga enggan menindak mereka walaupun mengetahui anak-anak seperti itu sebagian besar tidak memiliki SIM. Seharusnya, semua pihak perlu meningkatkan kepedulian terhadap resiko yang dapat ditimbulkan dari perilaku masyarakat yang menganggap kondisi ini sebagai suatu kewajaran.

Memang kadang semua serba salah. Melarang total para remaja dan mahasiswa membawa sepeda motor atau mobil, juga bukan hal yang tepat, mengingat kondisi tempat tinggal, orang tua, dan mobilitas mereka memang lebih baik disediakan kenderaan.

Tetapi, satu hal penting yang sering dilupakan adalah mencegah agar anak tidak melanggar lalu lintas, dengan memberi bimbingan kesadaran berlalulintas. Mengizinkan tanpa memberi bimbingan adalah tindakan yang salah.

Orang tua, pihak kepolisian, sekolah dan pihak yang bersentuhan dengan para pengguna kenderaan usia remaja perlu menanamkan kesadaran berlalulintas dan dialog tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat berkendara di jalan raya. Pihak kepolisian dan orang tua harus secara bersama-sama melakukan penegakan hukum bagi mereka yang melanggar lalu lintas.

Saya memiliki empat orang anak dan semuanya sudah selesai kuliah dan satu lagi masih di perguruan tinggi. Pernah seorang anak saya melanggar peraturan lalu lintas, tidak menggunakan helm dan dihukum polisi. Saya membiarkan mereka dan tidak membelanya. Kalau harus membayar biaya tilang yang resmi, mereka menanggungnya dari uang jajan. Dengan demikian mereka belajar bertanggungjawab. Orang tua harus selalu mengingatkan penggunaan helm, serta kelengkapan surat-surat kenderaan dan kondisi kenderaan yang dipakai dalam keadaan prima.

Selain itu, iklan layanan masyarakat, slogan-slogan yang mengingatkan bahaya berkenderaan di jalan raya perlu terus digalakkan. Pemerintah dan lembaga yang mengurusi lalu lintas perlu terus menayangkan iklan layanan masyarakat tentang panduan berlalulintas yang benar dikhususkan bagi para remaja, pelajar dan mahasiswa.

Satu hal lagi yang perlu terus dilaksanakan adalah menggalakkan keteladanan berlalulintas di kalangan siswa. Penerapan Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.285/AJ705/DRJD/2010 tanggal 24 Maret 2010 Pemilihan Pelajar Pelopor Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan perlu benar-benar diterapkan. Peraturan ini adalah proses penilaian atau seleksi terhadap para pelajar SMA dan/atau sederajat di provinsi dan kabupaten/kota dari seluruh Indonesia dalam upaya meningkatkan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan dengan memilih pelajar yang akan ditetapkan sebagai Juara Pelajar Pelopor Keselamatan Tingkat Nasional.

Berbagai kalangan menilai kegiatan ini memiliki arti positif untuk meningkatkan kesadaran pelajar dalam mematuhi peraturan lalu lintas, mengurangi resiko kecelakaan serta menanamkan dan membangun kesadaran generasi muda melalui pelajar untuk berprilaku tertib berlalu lintas dan tanggung jawab untuk meningkatkan keselamatan. Disamping itu, kegiatan ini juga berperan untuk menyebarluaskan informasi tentang keselamatan berlalu lintas di kalangan generasi muda melalui pelajar, sekaligus penghargaan atas prestasi dan kepedulian dalam berlalu lintas, sehingga muncul kesadaran sejak di usia mereka untuk mewujudkan keselamatan berlalu lintas dan angkutan jalan di Provinsi Sumatera Utara tercinta ini.

Mari kita sambut 2014 dengan kepedulian atas korban-korban kecelakaan di kalangan generasi penerus. Sayang sekali, kalau kian banyak cacat, atau meninggal di usia remaja mereka. Banyak hal penting kita lakukan tahun ini, tetapi jangan lupa satu hal: menyadarkan anak-anak kita untuk mematuhi aturan lalu lintas. ***

Selasa, 28 Januari 2014

Jannerson Girsang: Menulis Sampai Mati (Harian Medan Bisnis Minggu, 26 Januari 2014)


Jannerson Girsang
Bagaikan air mengalir, semangatnya menulis terus mengukir. Riak-riak aksara membentuk kata, dia akan menulis selamanya. Secara formal Jannerson Girsang tidak pernah belajar menulis, khususnya biografi, apalagi sastra. Hanya saja sejak duduk di bangku SMA, angka 9 selalu diraihnya dalam mata pelajaran sejarah.
SEIRING bertambahnya waktu, Jannerson Girsang yang lulusan IPB tahun 1985 mulai memasuki dunia kerja. Beberapa kali dia beralih profsi, mulai dari menjadi survey tanah, dosen, wartawan, asisten ekonomi, sampai demand forcaster di perusahaan telekomunikasi.
Namun pada November 2001, Pramindo-KSO Telkom di Sumatera melakukan PHK besar-besaran, sehingga dia pun kembali menghadapi PHK untuk kesekian kalinya.

"Tahun 1992 sampai 1996, saya pernah menjadi penulis ekonomi di Konsulat Amerika," katanya kepada MedanBisnis saat ditemui di Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan.

Setelah mengalami banyak pemutusan kerja, berbagai peluang kerja terbuka lebar. Tapi Jannerson Girsang tak lagi berniat menjadi buruh, dia ingin punya usaha sendiri.

Hingga pada suatu ketika, Jannerson Girsang menyadari bahwa talenta pada dirinya hanyalah menulis. Seperti mendapat nyawa baru, Jannerson Girsang yang senang menulis, membuat laporan, dan kerap dibilang sebagai penulis oleh orang-orang disekitarnya,memutuskan menulis sebagai profesinya.

"Saya bercerita panjang lebar dengan saudara-saudara dan teman-teman di Jakarta tentang rencana ini. Ada yang bilang bagus, ada yang kaget tertawa," ujarnya.

Dilema muncul, kebimbangan bergulat dalam dirinya, banyak bisikan yang mengganggu. Masa itu penulis belum merupakan profesi yang menjanjikan. Layaknya Alice in a Wonderland, Jannerson Girsang seperti berada di persimpangan jalan dengan banyak arah atau keinginan. Dalam kondisi seperti itu akhirnya dia tetap memilih talentanya. Menulis masuk dalam prioritas teratas sebagai pilihan profesinya.

Lagi-lagi Jannerson Girsang bergumul pada keraguan. Kebiasan belajar dari buku sudah lama dilakoninya. Untuk belajar sesuatu yang baru, dia lari ke toko buku karna dia percaya buku yang kemudian dikunyahnya sendiri.

Buku karya Herman Holtz (2000) benar-benar mengilhaminya. How to Start and Run a Writing Business seolah membisikkan sesuatu hal yang mustahil dikerjakannya. "Memasuki bisnis penulisan anda harus menulis sebuah buku, demikian kira-kira konklusinya," jelasnya yang pernah gagal mendaftar masuk S2 di IPB tahun 1990, karena karyanya belum ada yang dipublikasi oleh majalah yang memiliki ISBN.

Beberapa kali dia bertanya dalam hatinya. Sebuah pekerjan yang tak mungkin dilakukan, walau pernah diimpikan sebelumnya. Mski pernah menulis laporan, profil, atau berita, tetapi Jannerson Girsang tidak pernah memiliki keahlian yang mendalam dalam satu bidang.
Menjadi wartawan, analis ekonomi, politik, bahasa Inggeris, dan lain-lain dipelajarinya secara otodidak, bukan melalui pendidikan formal.

"Dulunya pekerjaan itu saya terima karena harus membiayai anak-anak. Meski terasa berat, saya harus lakukan walau kadang tidak saya nikmati. Tetapi, penderitaan membuahkan pengetahuan dan hikmat," tuturnya yang gemar membaca buku-buku biografi ini.

"Siapa menabur angin akan menuai badai" dilahapnya sampai beberapa kali. "Kalau sudah membaca buku seperti ini, lupa deh segalanya kecuali merokok," ungkapnya yang sudah menjadi kakek ini sambil tertawa.

Lantas terlintas dalam benaknya untuk mencoba membuat biografi. Buku biografi Muhammad Hatta, Mahatma Gandhi, Jenderal Nasution, Yoga Sugama, dan Soekarno pun di bolak-baliknya.

Ternyata membuat biografi tidak begitu sulit baginya. Awalnya sebuah ide memang masih samar-samar, karena dia belum pernah melakukannya. Akan tetapi secara perlahan semuanya semakin jelas, setelah mempelajari berbagai buku teori-teori yang ada di internet.

"Biografi merupakan pilihan yang realistik bagi saya. Dalam pengertian saya ketika itu, biografi tidak lebih dari pengembangan profil. Ternyata, sebenarnya tidak sesederhana itu," paparnya.

Baginya belajar menulis biografi layaknya seorang anak masuk kolam renang sendirian. Memainkan gaya batu, kemudian tenggelam lalu bangkit ke permukaan. Ganti gaya dada, gaya punggung, gaya bebas, hingga akhirnya bisa menuliskan pengalaman baru tentang berenang.

Pengalamannya tentu berbeda dengan mereka yang belajar banyak teori, kemudian menulis biografi atau otobiografi. Jannerson Girsang tumbuh sendiri dari lapangan. Belajar dari nol dengan mengacu pada pengalaman-pengalaman orang yang lebih dulu menulis biografi dan otobiografi.

Langkah demi langkah dilaluinya dengan semangat, ketekunan, dan fokus. Setiap kekurangan disempurnakannya dengan buku-buku teori. Kritik serta masukan dari pembaca dijadikannya sebagai penjaga roh. Enam tahun kemudian, ribuan pembaca buku biografi di daerah Sumatera Utara dan daerah-daerah lainnya pun sudah menikmati hasil tulisannya.
Meluncurkan Buku Pertama

Kerja kerasnya selama bertahun-tahun akhirnya membuahkan hasil. Jannerson Girsang pun meluncurkan buku pertamanya, dan itu seperti memberikan kenikmatan yang luar biasa baginya.

Tapi tunggu dulu. Membuatnya membumi, bisa dilaksanakan, dan menguntungkan bukanlah hal yang gampang. Tak semudah membalik telapak tangan.

Pasalnya untuk menjual proposal ternyata tidak semudah menyusun proposal. Berbulan-bulan Jannerson Girsang menawarkan proposal kepada calon kliennya. Hasilnya nihil. Tidak ada yang tertarik.

Namun dia tetap yakin, dan keyakinannya tersebut terbukti. Sekitar April 2002, usulan penulisan buku biografi pertamanya mendapat persetujuan. Tokohnya adalah Jahodim Saragih, ayah kandung Prof. Dr. Bungaran Saragih yang saat itu menjabat Menteri Pertanian Republik Indonesia.

Penyelesaian buku ditargetkan sekitar 4 bulan, dimana pada saat itu Jannerson Girsang hanya punya sisa waktu empat bulan untuk mempersiapkan segala sesuatunya.

Tanpa gangguan berarti dia pun melakukan wawancara dan riset. Akan tetapi suasana membingungkan kemudian muncul, setelah penulisan buku hampir separuh jalan. Soalnya salah seorang rekannya mengatakan, biografi harus ditulis seperti karya orang-orang luar negeri. Tapi Jannerson Girsang bukan orang bodoh yang mudah dipengaruhi.

Sampai saat ini, Ayah dari 4 orang anak ini masih memilih kelompok authorized otobiography dan biography, serta mengandalkan anggaran yang disediakan pemilik biografi.

"Yah, tak ada rotan akar pun bergunalah. Lakukan perbaikan, perbaikan, dan perbaikan. Kuncinya adalah menulis dengan hati," ucapnya yang punya prinsip menjalani hidup dengan mengalir dan pnuh rasa suka cita.

Singkat cerita, buku tersebut selesai dan diberi judul "Bukan Harta Duniawi". Dicetak 1000 eksemplar dan diperuntukkan bagi kalangan sendiri.

Peluncuran buku pertama ini ternyata memberi modal yang sangat mahal bagi perjalanan karier menulisnya. Tidak dibayangkan Jannerson Girsang sebelumnya, media lokal meliput pristiwa ini dengan porsi halaman yang cukup menggembirakan. Media tertarik pada biografi dan dia sebagai penulisnya pun ikut terkenal.

Selama enam tahun sejak 2002, Jannerson Girsang telah menghasilkan sepuluh buku biografi dan ratusan artikel. Bahkan saat iniJannerson Girsang sedang mempersiapkan sebuah buku biografi baru.

Adapun buku yang pernah dibuatnya adalah "Berkarya di Tengah Gelombang" yang diterbitkan TD Pardede Foundation dicetak lux sebanyak 2500 eksemplar. Demikian juga buku "Anugerah Tuhan Yang Tak Terhingga" yang diterbitkan WEB dicetak sebanyak 3500 eksemplar sudah habis di pasar.

Melihat minat baca masyarakat terhadap jenis buku seperti ini, dia yakin profesi menulis biografi menjanjikan di masa mendatang. Bukan hanya dari sisi financial, tetapi upaya meningkatkan minat baca rakyat. Tentunya harus dengan usaha-usaha perbaikan terus menerus.

"Sama dengan membaca, jika sudah menulis biografi, rasanya lupa segalanya. Bahkan kadang-kadang saya lupa apakah saya punya uang atau tidak," ungkap Jannerson Girsang yang punya motto "berteman seumur hidup, menambah kawan seumur hidup" ini.

Sayangnya menulis biografi saat ini baru taraf nama tenar, belum menjanjikan seperti di Negara-negara maju dimana seorang penulis memasang tarif Rp 0.35 dollar per kata.

Sedangkan di Sumatera Utara, seorang penulis biografi harus berjuang setengah mati mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya yang kuliah dan sekolah.

Sejak menulis biografi enam tahun yang lalu, tidak dipungkirinya jika dia harus nyambi bekerja di berbagai lembaga seperti Manajer Kampanye, Konsultan PR, ataupun terlibat dalam program lembaga NGO, dan menulis artikel di media cetak.

"Saya tidak pernah berpikir untuk berhenti menulis. Selagi saya bias menulis, saya akan menulis. Rasa jenuh pada saat menulis pasti ada, tapi bukan menjadi alasan untuk saya berhenti menulis," tegasnya.

Karena baginya menulis punya banyak keuntungan, sepeti bisa berhubungan dan bicara dengan siapa saja, lebih mudah berbahagia, dan banyak orang yang dibesarkan. (sri mahyuni)


Biodata:
N a m a : Jannerson Girsang
Tempat/tgl lahir : Simalungun, 14 Januari 1961
Pendidikan : Alumnus IPB Fakultas Pertanian Jurusan Pertanahan
Pekerjaan : - Staff Ahli Yayasan Universitas Nommensen Medan
- Ketua Dewan Pengawas Yayasan Pendidikan GKPS
Istri : Erlina Sari Sipayung (53)
Anak : - Clara Mariana Girsang (1985)
- Patricia Girsang (1989)
- Bernard P Girsang (1991)
- Deviana Anastasia Girsang ( 1993)
Organisasi : Utusan Sinode GKPS 1998-2003

 Photo: Wah, hari ini bukan menulis, tapi di tulis ya Pak :D

Jumat, 24 Januari 2014

Mari Berbagi Pengalaman Menulis di 2013

Rekan-rekanku penulis-penulis  muda dan tua...ha..ha!. Selamat memasuki 2014.


Saya sedikit gelisah tahun 2013 lalu, karena obsesi menulis yang sempat sangat menggebu-gebu di 2011 dan 2012, mengalami stagnasi. Obsesi meninggalkan 1000 artikel dan 20 buku biografi  sebelum menghadap yang Maha Kuasa, ternyata tidak mudah.

Menulis, bagi saya, bukan semata-mata  mendapatkan materi, atau menjadi terkenal, tetapi lebih pada meramaikan dan memancing generasi muda untuk terus bersemangat menyuarakan aspirasinya melalui tulisan.

Hayo, orang tua seperti saya masih tetap bersemangat, Anda juga harus terus bersemangat. Selain itu,
menulis menjadi wahana menghilangkan kepenatan hidup, sekaligus bisa berbagi dengan ribuan orang di media cetak dan online.

Produksi  tulisan saya di 2013 jauh lebih rendah dari 2012. Tahun ini hanya mempublikasikan 18 artikel selama 12 bulan. Artinya satu artikel setiap  3 minggu. Sama dengan beberapa teman: Roy Martin Simamora, Rinto Tampubolon, Maruntung Sihombing, yang tahun lalu sangat produktif menulis, tahun ini produksi mereka juga agak menurun. Mungkin mereka punya pengalaman, silakan disharing ya.

Beda dengan rekan saya Janpatar Simamora, Fadmin Malau, Estomihi Agora, Buntomi Janto, Nur Akmal, Liven Rianawaty, Abdul Gaffar , Eka Azwin, berhasil mempertahankan energi menulisnya sepanjang 2013. Tentu mereka juga punya pengalaman luar biasa!

Tapi saya sedikit terhibur karena tahun ini mampu menyelesaiakn buku otobiografi ke 14 di akhir 2013 dan rencananya  akan diluncurkan di Jakarta pertengahan Februari 2014 mendatang. Semoga memberi arti bagi pembacanya.

Saya juga mendapat kesempatan membagikan pengalaman dalam sebuah training jurnalistik yang diikuti sekitar 30 orang dari berbagai media gereja dan bulletin rohani, 16 Agustus 2013.  Menyemaikan semangat menulis di kalangan generasi penerus.

Menjadi juri dalam penulisan cerita rakyat yang diselenggarakan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah tahun ini merupakan kisah tersendiri. Bangsa ini ternyata menyimpan talenta warganya menulis kisah-kisah menarik masa lalu yang bisa menjadi bacaan menarik bagi generasi muda saat ini. Saya terinspirasi untuk menuliskan kembali kisah-kisah yang pernah diceritakan orang tua saya di 2014 ini.

Banyak faktor yang membuat produksi artikel menurun. Sibuk dengan pekerjaan lain (tahun ini saya menikahkan anak, bekerja memenuhi kebutuhan anak-anak, kerja sosial yang menyita tenaga dan pikiran), kurang mengikuti perkembangan karena tidak sempat membaca berita, kurang disiplin dalam merumuskan sebuah issu hingga layak ditulis sebagai sebuah artikel, serta terlalu banyak gangguan lain yang membuat tidak fokus menulis.

Di awal tahun, semangat menulis agak lumayan dan hingga minggu ketiga Januari 2014 sudah menghasilkan tiga artikel.

Menulis terus menerus memang tidak semudah mengucapkannya. Dibutuhkan rasa resah, ketekunan, disiplin, visi ke depan yang membakar  semangat menulis. Punya pengalaman yang berbeda, silakan dituliskan.

Saya sangat bangga melihat beberapa anak muda yang terus bersemangat menulis dan terus menyemaikan hal-hal baik di tengah-tengah masyarakat.   Teruslah menulis, karena dengan menulis kita turut mengabadikan peradaban  dunia.

Awal tahun ini saya berkumpul dengan beberapa rekan penulis Anthony Limtan, Yushrin Lie, Idris Pasaribu, Albiner Siagian, Naurat Siallahi, Alex Silalahi melakukan sharing. Ternyata banyak ide-ide segar yang  muncul dan siap untuk dituangkan di 2014. Mungkin pertemuan-pertemuan seperti itu perlu dilanjutkan di 2014 secara teratur sehingga semangat menulis masih terus berlanjut.

Andaikata teman-teman mau menuliskan pengalaman menulis dan sharing dengan teman-teman niscaya beberapa tahun ke depan, negeri ini akan meningkatkan jumlah penulis-penulis baru serta menggairahkan semangat menulis kita.

Semoga menggugah teman-teman. Punya pengalaman menulis 2013?. Silakan sharing dan diskusikan dengan teman-teman.

Andaikata kita bersedia menuliskan pengalaman menulis dan sharing dengan teman-teman niscaya beberapa tahun ke depan, negeri ini, khususnya Provinsi Sumatera Utara akan memiliki semakin banyak penulis-penulis yang peka akan nasib bangsanya.

Berikut adalah artikel yang saya tulis selama 2013 di berbagai media cetak.

  1. Orang-orang Terkaya di Tengah Bencana (Harian Analisa, 23 Januari 2014)
  2. Menjadikan Perpustakaan sebagai Jantung Universitas Kategori berita: (Dimuat di Harian Analisa, 13 Januari 2014)
  3. Medan, Kota Minim Taman (Harian Medan Bisnis, Rubrik Wacana, 2 Januari 2014)
  4. Pelajaran dari Musibah Bintaro (Dimuat di Harian Sinar Indonesia Baru, 16 Desember 2013)
  5. Beban Orang Tua Makin Berat Kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (Dimuat di Harian Analisa, 14 Desember 2013)
  6. TIGA TAHUN NIAS-BANGKIT (2010-2013). NBC, Pembawa Obor Bagi Pulau Nias (http://www.nias-bangkit.com, 6 Oktober 2013)
  7. Mencari "Laskar Pelangi" untuk Danau Toba (Analisa, 10 September 2013)
  8. Pelajaran dari James Patterson, Penulis Terkaya di Dunia (Dimuat di Harian Analisa Cetak, 12 Agustus 2013)
  9. Belajar dari 47 Tahun Majalah Sastra Horison (Rubrik Opini, Harian Analisa, 18 Juli 2013)
  10. Kunci Pelayanan Publik Prima Kemajuan Teknologi, Sistem dan Karakter Baik (Harian Analisa, 9 Juli 2013)
  11. Belajar dari Justin Beiber (Rubrik Opini, Harian Analisa, 5 Juni 2013)
  12. Menghormati Pemenang (Rubrik Wacana, Harian Medan Bisnis 1 Juni 2013)
  13. Pohon Beringin: Menahan Longsoran Tanah di Tepi Sungai (Analisa, 30 Mei 2013)
  14. Dari Ide ke Artikel di Media Cetak (Rubrik Opini, Harian Analisa, 18 Mei 2013)
  15. Andai Masih Hidup, Soekarno-Hatta Menangis (Rubrik Wacana, Medan Bisnis, 16 Mei 2013)
  16. In Memoriam 7 Tahun Meninggalnya Pdt Prof Dr Sutan Hutagalung (2006-2013): Verba Volan Scripta Manen! (Analisa Cetak, 6 April 2013 Hal 25)
  17. Patsy Wida Kuswara: Kisah Jurnalis Indonesia di Negeri Paman Sam (Harian Analisa, 26 Maret 2013)
  18. Mau Jadi Politisi? Jadilah Anti Narkoba (Harian Analisa, 18 Maret 2013)
  19. Kampanye Membaca 2013 Hanna Latuputty: Targetkan Buku yang Dibaca! (Harian Analisa, 1 Pebruari 2013)
  20. Mengajak Masyarakat Perpanjang Usia Jalan (Harian Analisa, Rabu, 13 Feb 2013)
  21. Kisah Elizabeth P McIntosh: Menyimpan Laporan Jurnalistik Selama 71 Tahun (Harian Analisa, 2 Januari 2013)

Publikasi Lain:

Profil Prof Dr Monang Sitorus, Ketua LPPM UHN. http://www.nommensen-id.org/index.php/akademik/view/MTk1.
Profil Dr Ir Ferisman Tindaon Jadi Guru Besar UHN. http://www.nommensen-id.org/index.php/akademik/view/MjA0.
Bagi yang belum sempat membaca artikel-artikel di atas, masih bisa mengaksesnya di internet.