Oleh: Jannerson Girsang
"Kalau para bapak mau dicintai anak-anak, maka cintailah ibunya,"
Demikian kata Prof Dr Belferik Manullang, seorang pakar pendidikan karakter dari Unimed Medan, dalam ceramahnya berjudul "Membentuk Karakter Bangsa" Sabtu lalu, di Pardede Hotel.
Barusan saya membaca status FB putri tertua saya, Clara, tentang ibunya pagi ini.
"Emang paling enak kalo bareng mamak.. Subuh ini diberangkatin mamak, semua barang dicek.. Trus dimasukin barang2 yg sekiranya perlu untuk anaknya.. Dibuatin teh manis hangat".
Lantas, ibunya diminta menjaga anaknya, cucu pertama kami Andra. Clara akan bertugas ke luar kota seminggu. Buat pembantu tugas seperti itu pasti sebuah beban. Tapi buat neneknya itu pasti suka cita. Istri saya pasti menjaganya dengan penuh kasih sayang.
Kapan seorang bapak bisa melakukan hal seperti ini?
Kecil, sepele, tetapi sangat mendasar, dilakukan dengan hati, penuh kasih sayang.
Ibunya sudah berada di Jakarta beberapa minggu, dipesan tiga putri kami untuk tinggal sementara, "melepas rindu", menjaga cucu dan mendampingi putri saya kedua yang sudah hamil empat bulan.
Tentu berat bagi saya di Medan, tapi ini semua demi anak-anak. Kasih sayang tidak cukup diberikan tanpa tatap muka, mengalami bersama keseharian, menciptakan kehangatan yang tak bisa diganti dengan apapun. Sulit melukiskannya. Kerinduan masa kecil mereka yang tidak bisa dibayar dengan apapun. .
Dulu semasa masih kecil, dan masih tinggal bersama-sama di Medan,
mereka selalu mencari mamanya. Kalau mamanya tidak ada dua jam aja,
mereka akan sangat kehilangan.
"Mana Mama?". "Mana Mama?".
Itulah ungkapan anak-anak setibanya di rumah pulang sekolah atau dari tempat lain. Padahal, bapaknya sudah ada di rumah.
Anak laki-laki saya Bernard, setiap pulang dari Pangkalan Susu, selalu bertanya: "Kapan Mama Pulang, Pak".
Kadang saya iri juga padahal kita ada dan cari duit buat mamanya...he..he.
Memang, fakta sehari-hari, ibu sangat dekat dengan kebutuhan dasar anak-anak.
"Kalau para bapak mau dicintai anak-anak, maka cintailah ibunya," kata Professor Belferik. Main-main atau setengah hati mengasihi istri!. Risikonya: Anda tidak
akan dicintai anak-anak. Suami akan selalu disalahkan anak-anak!.
Itu pengalaman saya juga. Mudah-mudahan jadi pelajaran buat teman-temanku para suami.Mari kita belajar dan belajar terus. Tidak ada suami yang sempurna, hingga ajal menjemput kita. Yang bisa kita lakukan hanyalah memperbaiki kesalahan menuju kesempurnaan.
Percaya atau tidak, silakan buktikan sendiri.
Clara Girsang, selamat bertugas ke Sumbawa ya nang,
Patricia Girsang, jaga mama baik-baik,
Devee Girsang, target..target, target!,
Bernard Patralison Girsang: keep good relation with your boss and partners,
Yani Christin Girsang: semua akan indah pada waktunya,
Hilda Valeria Girsang: keep quality,
Trisha Melanie Girsang: I am proud of you.
Frederick Simanjuntak: selamat bertugas di Riau, semoga bisa bertemu keluarga di sana dan titip salam buat semuanya.
Anja Novalianto: bersyukur dengan apa yang sudah dicapai.
Tuhan memberkati kita semua. .
Medan, 24 September 2014