Oleh : Jannerson Girsang
26 Nopember 2009, saat hati saya geram menonton tayangan rangkaian diskusi kisah kisruh KPK-Polri, kasus Bank Century belakangan ini di berbagai stasion televisi kita, tiba-tiba anak perempuan saya mengirim sms dari Jakarta. ”Pak, ada si Dul di acara Bukan Empat Mata”. Begitu pentingnya sinetron ini bagi keluarga kami, begitu pahamnya dia bapaknya penggemar sinetron yang mampu menarik rating tinggi yang menampilkan kehidupan keluarga Betawi ini.
Terang saja, saya langsung switch ke Trans-7. Untunglah ada acara semacam ini. Kalau tidak, otak saya terus terkontaminasi dengan berita-berita ”kosong” yang justru sangat digemari televisi kita, kadang hanya pertimbangan rating tanpa memperdulikan peran ”pencerahan” bagi pemirsa yang melekat pada dirinya.
Sinetron Si Dul mampu membuat pencerahan, hiburan bagi saya dan jutaan penduduk bangsa ini, sekligus mencintai sinetron Indonesia. Saat masa tayang sinteron ini berlangsung beberapa tahun yang lalu, saya tidak pernah absen menonton setiap episode, dari lebih seratus episode yang ditayangkan. Bahkan pemutaran ulang sekalipun masih kami tonton.
Kalau Bob Tutupoly menjadi penyanyi idola Indonesia saya, Koes Plus jadi band idola, maka sinetron yang paling saya kagumi adalah Si Dul Anak Sekolahan. Di mata saya, belum ada sinetron yang bisa menyaingi mereka, hingga saat ini.
Saya yakin jutaan penduduk Indonesia lainnya, menggemari sinetron yang berbobot ini. Konon, almarhum mantan presiden RI, almarhum Suharto sangat menggemari sinetron ini. Bahkan sempat mengundang berapa pemainnya bersilaturahmi ke rumahnya di Cendana. Pemain-pemainnya juga menjadi icon beberapa lembaga internasional sebagai aktor kampanye program mereka.
Begitu mendalam kesan saya dengan sinetron ini, tampilnya para pemain si Dul Anak Sekolahan dalam acara Bukan Empat Mata Trans-7 malam itu, sungguh-sungguh mengesankan sekaligus melepas rindu melihat Rano, salah seorang bintang remaja yang tidak hanya ganteng tetapi seorang bintang berotak pintar. Di masa saya SMA Rano adalah idola kami. (Usia saya setahun lebih tua dari Dul. Dia sekolah di SMA Bulungan, saya di SMA 22 Utan Kayu, Jakarta).
Saking kagumnya, saya harus menuliskannya dalam blog ini, supaya tidak lupa mereka. Sekaligus mengajak pembaca mampu melihat hal-hal yang bernilai dari bangsa ini.
Lima karakter yang tampil malam itu adalah Mandra, Atun, Si Dul, Yuyun, dan Mak Nyak. Acara Bukan Empat Mata, layaknya menampilkan sinetron si Dul Anak Betawi, episode ”Si Dul di Trans-7”. Kasihan bintang tamu yang lain. Koordinator acara mestinya tidak mengundang tamu lain, karena menjadikan mereka seolah tidak dianggap, he.he.he!
Para pemain layaknya seperti sebuah keluarga. Mereka saling mengasihi dan saling merindukan. Acara malam itu layaknya silaturahmi diantara pemain-pemain. ”Senang ketemu anak-anak. Sudah lama tidak ketemu,”ujar Mak Nyak, tak mampu menahan air matanya meleleh, pertanda rasa haru.
Pada acara santai yang dipandu Tukul ”Arwana”—salah seorang pembawa acara idola saya, didampingi Bella Safira, para pemain si Dul tampil sempurna. Saya seolah menonton si Dul, minus Pak Haji (Benyamin Sueb), Karyo (Basuki) yang sudah meninggal, serta minus kakter lainnya yang mungkin tidak diundang atau berhalangan hadir, seperti Munaroh pacar Mandra, atau Sarah .
Sinetron Si Dul Anak Betawi diambil dari kisah kehidupan warga Betawi itu, syarat dengan kondisi sosial masyarakat Betawi. Benar-benar mengenalkan saya sebuah sinetron yang bermutu. Dia digemari mulai dari anak-anak, pemuda, orang tua, bahkan kakek nenek.
Dari perbincangan santai dan kocak itu, terbetik cerita menarik. Sinetron si Dul Anak Betawi—yang pernah ditolak stasion televisi nasional ini, memang menampilkan hampir semua pemainnya menjadi pemeran utama. ”Di si Dul tidak ada peran utama. Semua menjadi peran utama,” kata Rano Karno. Bahkan Yuyun bilang : ”Saya besar karena main di sinetron ini”
Sinetron yang sarat dengan kondisi sosial masyarakat membuatnya tidak hanya kocak, tetapi lebih berbobot. Dalam acara itu, cuplikan sinetron si Dul sempat ditayangkan. Simak saja dialog Benyamin Sueb dengan si Dul. ”Ngapain gue sekolahin lu ke sekolah tinggi, lebih baek gue pake buat naik haji ame nyak lu,” ujar Benyamin yang meskipun sudah meninggal rasanya masih hidup.
Bisakah sinetron Indonesia menampilkan cerita lokal yang menarik dan bermutu?. Jawabnya bisa. Bisakah cerita lokal menarik pemirsa menonton televisi?. Jawabnya juga bisa. Bisakah sinetron Indonesia dengan cerita lokal menampilkan tontonan mendidik? Jawabnya juga bisa?.
Rano pasti bisa. Tapi apa mungkin ya, dia kan anggota parlemen. Saya lega, karena Rano Karno masih bisa bergurau. ”Kalau udah gini, kayaknya mau bikin sinetron lagi nih,”ujar Rano Karno. Paling tidak dia masih ada keinginan.
Mudah-mudahan gurauannya menjadi kenyataan. Buat sinetron baru dong Dul, pasti laris!. Gantiin tuh sinetron-sinetron kacangan yang hanya menampilkan ”kecantikan”, ”kemewahan” dan ”kekerasan” yang banyak merusak generasi muda kita.
Saya pasti akan promosi kalian melalui Blog ini.
"Let us not be satisfied with just giving money. Money is not enough, money can be got, but they need your hearts to love them. So, spread your love everywhere you go" (Mother Theresia). Photo: Di Pantai Barus, Tapanuli Tengah, April 2008. Saat itu, seorang anak laki-laki sedang asyik memancing bersama teman-temannya. (Dilarang keras memposting artikel-artikel dalam blog ini untuk tujuan komersial, termasuk website untuk tujuan memperoleh iklan).
Jumat, 27 November 2009
Kamis, 26 November 2009
Ingin Mengenal Penulis Perempuan Terkenal?
Oleh : Jannerson Girsang
Saat mencari referensi untuk penulisan otobiografi seorang perempuan beberapa waktu lalu, saya menemukan website yang cukup menarik, namanya : http://www.womenhistory.about.com. Kalau anda tertarik, klik saja alamat website tersebut. Website ini membahas tentang sejarah perempuan (women history), Biografi (biography), Issu dan Peristiwa (Issues and Events) serta Hak-Hak Perempuan (Women’s Rigths).
Anda bisa kenal dengan seorang penulis perempuan, Jone Johnson Lewis, yang baru saja menyelesaikan Biografi Ratu Victoria. Seorang ratu yang paling banyak dipelajari dan banyak ditulis. Seorang perempuan yang sangat berkuasa dalam sejarah.
Selain itu anda bisa lihat biografi singkat Murasaki Shikibu (penulis novel The Tale of Genji), penulis perempuan terkenal di Eropa (Hrotsvitha von Gandersheim, Hildegard of Bingen) dan banyak lagi.
Untuk menambah pengetahuan bagi rekan-rekan, silakan kunjungi.
Labels:
Perempuan
Jumat, 20 November 2009
Cerita Profesor Kodok: Semoga Tidak Benar!
Oleh : Jannerson Girsang
Belakangan ini kami acapkali bingung mengikuti pendapat atau komentar para pejabat, intelektual dan tokoh-tokoh kita. Makin menonton atau membaca media, makin bingung. Jangan-jangan memang makin sedikit kita yang memahami persoalan bangsa ini. Cara mengatasi persoalan terasa lamban dan berbelit-belit. Sejak Januari tahun ini, saya sudah hampir mual dengan tontonan yang membingungkan : DPT, kasus KPK, kasus Bank Century dan masalah lain yang sebenarnya sederhana (kalau kita tidak pura-pura bodoh). Tetapi justru berlarut-larut dan belum tau sampai kapan akan mencapai solusi yang menguntungkan rakyat banyak.
Di tengah-tengah rasa bingung itu, saya begitu tersentak membaca sebuah kisah yang dilaporkan Ingrier Dwi Wedhaswary di KOMPAS.com, berjudul: Kwik Kian Gie dan Ceritanya soal "Profesor Kodok"..., Kamis 19 Nopember 2009 (15.27).
Kami tidak hanya tersentak, tetapi sekaligus geli dan tergelitik, dan gamang. Simak ceritanya.
"Di pinggir kali, ada anak berusia 5 tahun, seorang profesor, dan anak jalanan berumur 14 tahun yang setiap hari ada di pinggir kali itu. Anak 5 tahun tanya ke profesor, 'Berapa kali lompatan yang dibutuhkan kodok untuk melompat ke seberang kali?" tuturnya, pada diskusi Membongkar Skandal Bank Century, Kamis (19/11) di Gedung DPR, Jakarta, seperti dikutip Kompas.com.
Ia melanjutkan, "Si profesor kodok menjawab, 'Kita lihat lebar diukur berapa senti kemudian dikalikan dengan panjangnya, baru tahu berapa lompatannya'. Jawaban profesor ini dibantah oleh anak 14 tahun. Anak itu bilang, 'Bapak salah, yang saya lihat hanya dua kali. Karena, setelah melompat sekali dan menyentuh air, kodoknya akan berenang. Kemudian, dia melompat sekali lagi ke daratan," papar Kwik.
Dari cerita tersebut, laporan itu menyebutkan, Kwik ingin menggambarkan bahwa si anak yang berusia 14 tahun lebih mengetahui dari apa yang dilihatnya di lapangan dibandingkan sang profesor.
Bayangkan, kalau hanya menjawab berapa kali katak melompat di sebuah sungai saja, harus dengan penelitian, wah..wah..wah. Betapa mubazirnya!. Tentu ini analogi. Betapa kita sering membuat rumit, sebuah masalah yang, bisa karena ketidaktahuan atau pura-pura tidak tau. Mudah-mudahan pernyatan Kwiek ini hanya rekaannya saja.
Kita begitu akrab dengan feasibility studylah, road maplah, rencana strategislah,padahal tidak didukung data yang akurat dan pemahaman lapangan yang arif bahkan seringkali mengabaikannya. Membentuk tim-tim yang hanya sekedar menunjukkan peka terhadap persoalan, dan acapkali tidak disertai tindakan yang benar-benar menyelesaikan masalah mendadasar. Bahkan yang memalukan, kadang memecahkan persoalan meng ”copy paste” teori, tanpa didasari data aktual dan kearifan.
Begitu banyak cara bertindak pemimpin di negeri ini seperti kisah di atas, seperti yang disinyalir Kwiek, "pura-pura bodoh atau bodoh betul". Betapa negeri ini akan kehilangan momentum di tengah-tengah era globalisasi yang serba cepat dan tepat.
Persoalan sederhana, yang memerlukan tindakan sederhana, justru disikapi dengan melakukan tindakan yang rumit dan berbelit-belit. Padahal, banyak warga bangsa ini yang mengetahui persoalan, seperti anak kecil di pinggir sungai tadi yang tidak dimanfaatkan.
Turunlah ke lapangan, atau gunakanlah staf anda yang memahami lapangan. Jangan bicara tanpa fakta yang didalami secara benar apalagi mengambil keputusan berdasarkan teori belaka. Jangan hanya duduk manis di belakang komputer di ruangan ber AC sambil minum kopi dingin.
Kita berharap, kisah ini menjadi peringatan tidak hanya bagi profesor yang kebetulan menjadi birokrat, tetapi juga bagi para intelektual, pejabat, dan khususnya mereka yang melayani masyarakat banyak, yang cara bertindaknya seperti kisah di atas.
Sekali lagi, mudah-mudahan analogi Kwik ini tidak benar. Kalau ini benar, maka ke depan Indonesia akan memiliki idiom baru yang tidak enak : Profesor kodok!. Padahal professor erat kaitannya dengan kata-kata Nobel, penemuan baru, solusi yang memberi kemaslahatan bagi umat manusia.
Pedas memang, tetapi ”Jangan jawab dengan kata-kata, tetapi jawab dengan tindakan nyata”, sebagaimana diingatkan SBY kepada para menteri pada Pelantikan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 beberapa waktu yang lalu.
Selesaikanlah persoalan mendasar bangsa ini dengan tindakan arif, bukan dengan pura-pura bodoh atau bodoh betul, seperti kata Kwiek.
Belakangan ini kami acapkali bingung mengikuti pendapat atau komentar para pejabat, intelektual dan tokoh-tokoh kita. Makin menonton atau membaca media, makin bingung. Jangan-jangan memang makin sedikit kita yang memahami persoalan bangsa ini. Cara mengatasi persoalan terasa lamban dan berbelit-belit. Sejak Januari tahun ini, saya sudah hampir mual dengan tontonan yang membingungkan : DPT, kasus KPK, kasus Bank Century dan masalah lain yang sebenarnya sederhana (kalau kita tidak pura-pura bodoh). Tetapi justru berlarut-larut dan belum tau sampai kapan akan mencapai solusi yang menguntungkan rakyat banyak.
Di tengah-tengah rasa bingung itu, saya begitu tersentak membaca sebuah kisah yang dilaporkan Ingrier Dwi Wedhaswary di KOMPAS.com, berjudul: Kwik Kian Gie dan Ceritanya soal "Profesor Kodok"..., Kamis 19 Nopember 2009 (15.27).
Kami tidak hanya tersentak, tetapi sekaligus geli dan tergelitik, dan gamang. Simak ceritanya.
"Di pinggir kali, ada anak berusia 5 tahun, seorang profesor, dan anak jalanan berumur 14 tahun yang setiap hari ada di pinggir kali itu. Anak 5 tahun tanya ke profesor, 'Berapa kali lompatan yang dibutuhkan kodok untuk melompat ke seberang kali?" tuturnya, pada diskusi Membongkar Skandal Bank Century, Kamis (19/11) di Gedung DPR, Jakarta, seperti dikutip Kompas.com.
Ia melanjutkan, "Si profesor kodok menjawab, 'Kita lihat lebar diukur berapa senti kemudian dikalikan dengan panjangnya, baru tahu berapa lompatannya'. Jawaban profesor ini dibantah oleh anak 14 tahun. Anak itu bilang, 'Bapak salah, yang saya lihat hanya dua kali. Karena, setelah melompat sekali dan menyentuh air, kodoknya akan berenang. Kemudian, dia melompat sekali lagi ke daratan," papar Kwik.
Dari cerita tersebut, laporan itu menyebutkan, Kwik ingin menggambarkan bahwa si anak yang berusia 14 tahun lebih mengetahui dari apa yang dilihatnya di lapangan dibandingkan sang profesor.
Bayangkan, kalau hanya menjawab berapa kali katak melompat di sebuah sungai saja, harus dengan penelitian, wah..wah..wah. Betapa mubazirnya!. Tentu ini analogi. Betapa kita sering membuat rumit, sebuah masalah yang, bisa karena ketidaktahuan atau pura-pura tidak tau. Mudah-mudahan pernyatan Kwiek ini hanya rekaannya saja.
Kita begitu akrab dengan feasibility studylah, road maplah, rencana strategislah,padahal tidak didukung data yang akurat dan pemahaman lapangan yang arif bahkan seringkali mengabaikannya. Membentuk tim-tim yang hanya sekedar menunjukkan peka terhadap persoalan, dan acapkali tidak disertai tindakan yang benar-benar menyelesaikan masalah mendadasar. Bahkan yang memalukan, kadang memecahkan persoalan meng ”copy paste” teori, tanpa didasari data aktual dan kearifan.
Begitu banyak cara bertindak pemimpin di negeri ini seperti kisah di atas, seperti yang disinyalir Kwiek, "pura-pura bodoh atau bodoh betul". Betapa negeri ini akan kehilangan momentum di tengah-tengah era globalisasi yang serba cepat dan tepat.
Persoalan sederhana, yang memerlukan tindakan sederhana, justru disikapi dengan melakukan tindakan yang rumit dan berbelit-belit. Padahal, banyak warga bangsa ini yang mengetahui persoalan, seperti anak kecil di pinggir sungai tadi yang tidak dimanfaatkan.
Turunlah ke lapangan, atau gunakanlah staf anda yang memahami lapangan. Jangan bicara tanpa fakta yang didalami secara benar apalagi mengambil keputusan berdasarkan teori belaka. Jangan hanya duduk manis di belakang komputer di ruangan ber AC sambil minum kopi dingin.
Kita berharap, kisah ini menjadi peringatan tidak hanya bagi profesor yang kebetulan menjadi birokrat, tetapi juga bagi para intelektual, pejabat, dan khususnya mereka yang melayani masyarakat banyak, yang cara bertindaknya seperti kisah di atas.
Sekali lagi, mudah-mudahan analogi Kwik ini tidak benar. Kalau ini benar, maka ke depan Indonesia akan memiliki idiom baru yang tidak enak : Profesor kodok!. Padahal professor erat kaitannya dengan kata-kata Nobel, penemuan baru, solusi yang memberi kemaslahatan bagi umat manusia.
Pedas memang, tetapi ”Jangan jawab dengan kata-kata, tetapi jawab dengan tindakan nyata”, sebagaimana diingatkan SBY kepada para menteri pada Pelantikan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 beberapa waktu yang lalu.
Selesaikanlah persoalan mendasar bangsa ini dengan tindakan arif, bukan dengan pura-pura bodoh atau bodoh betul, seperti kata Kwiek.
Labels:
sosialita dan komunikasi
Rabu, 18 November 2009
Feedback Pembaca Buku Biografi dan Otobiografi
Oleh : Jannerson Girsang
Tak terasa kami sudah memasuki tahun ke-8 membantu menulis buku otobiografi dan biografi tokoh atau masyarakat biasa di Sumatera Utara. Sebuah pekerjaan yang kami yakini akan mengangkat harkat manusia, sekaligus mengungkap nilai-nilai positif dari daerah dimana tokoh itu dilahirkan dan berkarya. Mereka berkarya di sini, di masa lalu dan meninggalkan sejumlah sukses yang mampu memotivasi kita saat ini.
Masing-masing memiliki suksesnya sendiri-sendiri. Karena, "Sukses tidak diukur dari capaian (jabatan) seseorang, tetapi dari hambatan-hambatan yang dihadapinya dan bagaimana dia mengatasi hambatan tersebut" (Brooker, T).
Kami mengakui, meski sudah mencoba sekian lama bergelut dalam bidang ini, ternyata tidak pernah mencapai kesempurnaan. Hanya dengan ketekunan, melakukan perbaikan, pembelajaran bersama mampu menghasilkan inovasi, sehingga sebuah karya besar dapat tercipta.
Untuk membuat evaluasi terhadap penulisan yang telah kami lakukan selama ini, kami ingin mengetahui, sejauh mana buku tersebut masuk di hati pembaca, keluarga, masyarakat luas, khususnya di Sumatera Utara.
Untuk itu, silakan luangkan waktu untuk melihat daftar buku di bawah ini.
1.Girsang, Jannerson, 2009. Berdoa dan Menabur Kasih. Pray and Sharing Love. Otobiography of Floriana Tobing. Launched on September 16, 2009. Editor Nursusilo Raharjo.
2.Girsang, Jannerson, 2008. Haholongon, Love of a Real Women. Biography of Johanna br Banjarnahor. Launched 26 April 2008 at Danau Toba Hotel Medan. Editor : J. Anto dan Bersihar Lubis. The launching was covered by local media, Sinar Indonesia Baru (May 4, 2008).
3.Girsang, Jannerson, 2007. Perjuangan Tiada Akhir. Never Ending Struggle. Biography of Sauria br Sitanggang, founder and owner of Sari Mutiara Hospital, Medan. Launched at Sari Mutiara Hospital, December, 15, 2007. Editor : J. Anto.
4.Girsang, Jannerson, 2007. Berkarya di Tengah Gelombang. Run in the Mids of Wave. Biography of Rudolf Pardede, the former North Sumatera Governor (ended his term on June 16, 2008). Launched Desember, 3, 2007 at Convention Hall Danau Toba Hotel Medan. Editor J. Anto and Bersihar Lubis. The launching were covered by almost all local medias, largest national daily (Kompas, Bisnis Indonesia) and local television (TVRI). Bisnis Indonesia, a prominent business daily in Indonesia, published the abstract of the book in its Sunday special edition on December 9, 2007.
Note :
Available in the National Library of Australia collection. Author: Girsang, Jannerson, 1961-; Format: Book; xviii, 301 p. : ill. (chiefly col.) ; 24 cm.
http://nla.gov.au/nla.cat-vn4583779
5.Girsang, Jannerson, 2006. Tuhan Berbicaralah, Hambamu Mendengarkan. Speak to Me Your Slave is Hearing. Biography of Col (ret) JP Silitonga, the former regent of Simalungun. Launched at Balai Kartini Medan, January 2, 2006. Editor : J. Anto.
6.Girsang, Jannerson, 2006. Setia Sampai Akhir. Lifetime Commitment. Biography of Cony Hardiana Putri, Social Workers for Aceh and Nias Tsunami and Earth Quake, who passed away on duty on January 3, 2006. Launched at Sumatra Village Hotel, Medan, February 2006. Editor : J. Anto. Printed in two languages, English and Indonesia.
7.Girsang, Jannerson, 2005. Hanya Oleh Karena Anugerahnya. Simply Under His Grace. Biography of Prof Dr Sutan Hutagalung (the former Secretary General of Indonesian Protestant Christian Church). Launched Agustus 21, 2005 at Siantar Hotel, Pematangsiantar. Editor : J. Anto. The launcing was covered by a local media (Sinar Indonesia Baru and others) and a series of publications in a local newspapers in Pematangsiantar.
8.Girsang, Jannerson, 2005. Ketegaran Seorang Ibu. Obduracy of a Woman. Biography Rosdiana T br Munthe. Editor J. Anto. Launched at Gedung Nasional Sidikalang, 14 Februari 2005. The launcing was covered by local medias.
9.Girsang, Jannerson, 2005. Anugerah Tuhan Yang Tak Terhingga. The Unlimited Grace. Biography of Rev Dr Armencius Munthe MTh, the former Bishop of GKPS, Simalungun Christian Church. Launched at Balai Bolon GKPS February 12, 2004. Editor J. Anto. The launcing of the book was covered by local medias. The summary of the book has been published in several medias dan websites. English version has also been published.
10.Girsang, J. 2003. Dari Penjara ke Legislatif. From Jail to Legislative. Biography of Ronsen Purba, SH, 1994 North Sumatra Labor Activist. Launched in Pematangsiantar at Labor Day Commemoration 2003. Editor : Drh Pittauli br Purba.
11.Girsang, J, 2002. Bukan Harta Duniawi. Not Simply the World Wealth. Biography of Jahodim Saragih. Launched at Balei Bolon GKPS Pematangsiantar, 2002 Editor : Drh Pittauli br Purba. The launcing was covered by local medias.
Pernahkah anda membaca buku-buku tersebut di atas?. Jika pernah, kami memohon kesediaan anda memberikan komentar singkat dan menuliskannya pada kolom komentar yang tersedia dibawah ini.
Have you ever read those books?. If you have, please put your comment on the comment column which is availabe below. Please feel free to express your opinion.
Komentar anda akan menjadi pelajaran berharga bagi kami.
Tak terasa kami sudah memasuki tahun ke-8 membantu menulis buku otobiografi dan biografi tokoh atau masyarakat biasa di Sumatera Utara. Sebuah pekerjaan yang kami yakini akan mengangkat harkat manusia, sekaligus mengungkap nilai-nilai positif dari daerah dimana tokoh itu dilahirkan dan berkarya. Mereka berkarya di sini, di masa lalu dan meninggalkan sejumlah sukses yang mampu memotivasi kita saat ini.
Masing-masing memiliki suksesnya sendiri-sendiri. Karena, "Sukses tidak diukur dari capaian (jabatan) seseorang, tetapi dari hambatan-hambatan yang dihadapinya dan bagaimana dia mengatasi hambatan tersebut" (Brooker, T).
Kami mengakui, meski sudah mencoba sekian lama bergelut dalam bidang ini, ternyata tidak pernah mencapai kesempurnaan. Hanya dengan ketekunan, melakukan perbaikan, pembelajaran bersama mampu menghasilkan inovasi, sehingga sebuah karya besar dapat tercipta.
Untuk membuat evaluasi terhadap penulisan yang telah kami lakukan selama ini, kami ingin mengetahui, sejauh mana buku tersebut masuk di hati pembaca, keluarga, masyarakat luas, khususnya di Sumatera Utara.
Untuk itu, silakan luangkan waktu untuk melihat daftar buku di bawah ini.
1.Girsang, Jannerson, 2009. Berdoa dan Menabur Kasih. Pray and Sharing Love. Otobiography of Floriana Tobing. Launched on September 16, 2009. Editor Nursusilo Raharjo.
2.Girsang, Jannerson, 2008. Haholongon, Love of a Real Women. Biography of Johanna br Banjarnahor. Launched 26 April 2008 at Danau Toba Hotel Medan. Editor : J. Anto dan Bersihar Lubis. The launching was covered by local media, Sinar Indonesia Baru (May 4, 2008).
3.Girsang, Jannerson, 2007. Perjuangan Tiada Akhir. Never Ending Struggle. Biography of Sauria br Sitanggang, founder and owner of Sari Mutiara Hospital, Medan. Launched at Sari Mutiara Hospital, December, 15, 2007. Editor : J. Anto.
4.Girsang, Jannerson, 2007. Berkarya di Tengah Gelombang. Run in the Mids of Wave. Biography of Rudolf Pardede, the former North Sumatera Governor (ended his term on June 16, 2008). Launched Desember, 3, 2007 at Convention Hall Danau Toba Hotel Medan. Editor J. Anto and Bersihar Lubis. The launching were covered by almost all local medias, largest national daily (Kompas, Bisnis Indonesia) and local television (TVRI). Bisnis Indonesia, a prominent business daily in Indonesia, published the abstract of the book in its Sunday special edition on December 9, 2007.
Note :
Available in the National Library of Australia collection. Author: Girsang, Jannerson, 1961-; Format: Book; xviii, 301 p. : ill. (chiefly col.) ; 24 cm.
http://nla.gov.au/nla.cat-vn4583779
5.Girsang, Jannerson, 2006. Tuhan Berbicaralah, Hambamu Mendengarkan. Speak to Me Your Slave is Hearing. Biography of Col (ret) JP Silitonga, the former regent of Simalungun. Launched at Balai Kartini Medan, January 2, 2006. Editor : J. Anto.
6.Girsang, Jannerson, 2006. Setia Sampai Akhir. Lifetime Commitment. Biography of Cony Hardiana Putri, Social Workers for Aceh and Nias Tsunami and Earth Quake, who passed away on duty on January 3, 2006. Launched at Sumatra Village Hotel, Medan, February 2006. Editor : J. Anto. Printed in two languages, English and Indonesia.
7.Girsang, Jannerson, 2005. Hanya Oleh Karena Anugerahnya. Simply Under His Grace. Biography of Prof Dr Sutan Hutagalung (the former Secretary General of Indonesian Protestant Christian Church). Launched Agustus 21, 2005 at Siantar Hotel, Pematangsiantar. Editor : J. Anto. The launcing was covered by a local media (Sinar Indonesia Baru and others) and a series of publications in a local newspapers in Pematangsiantar.
8.Girsang, Jannerson, 2005. Ketegaran Seorang Ibu. Obduracy of a Woman. Biography Rosdiana T br Munthe. Editor J. Anto. Launched at Gedung Nasional Sidikalang, 14 Februari 2005. The launcing was covered by local medias.
9.Girsang, Jannerson, 2005. Anugerah Tuhan Yang Tak Terhingga. The Unlimited Grace. Biography of Rev Dr Armencius Munthe MTh, the former Bishop of GKPS, Simalungun Christian Church. Launched at Balai Bolon GKPS February 12, 2004. Editor J. Anto. The launcing of the book was covered by local medias. The summary of the book has been published in several medias dan websites. English version has also been published.
10.Girsang, J. 2003. Dari Penjara ke Legislatif. From Jail to Legislative. Biography of Ronsen Purba, SH, 1994 North Sumatra Labor Activist. Launched in Pematangsiantar at Labor Day Commemoration 2003. Editor : Drh Pittauli br Purba.
11.Girsang, J, 2002. Bukan Harta Duniawi. Not Simply the World Wealth. Biography of Jahodim Saragih. Launched at Balei Bolon GKPS Pematangsiantar, 2002 Editor : Drh Pittauli br Purba. The launcing was covered by local medias.
Pernahkah anda membaca buku-buku tersebut di atas?. Jika pernah, kami memohon kesediaan anda memberikan komentar singkat dan menuliskannya pada kolom komentar yang tersedia dibawah ini.
Have you ever read those books?. If you have, please put your comment on the comment column which is availabe below. Please feel free to express your opinion.
Komentar anda akan menjadi pelajaran berharga bagi kami.
Labels:
response
Jumat, 13 November 2009
Selamat Jalan Emailku Sayang: jannerson_girsang@yahoo.com
Oleh : Jannerson Girsang
12 November 2009, sekitar jam 08.00 pagi. Telepon genggam saya berbunyi, ada sms masuk. Teman saya Eliakim Sitorus—seorang sosiolog dari Jakarta menelepon. Saya senang, karena sudah lama kami tidak bertemu. Dia menyuruh saya membuka smsnya. Setelah saya buka, isinya sungguh mengagetkan. ”Ada di internet mencatut namamu, kau di England (UK) mau pinjam duit 2000 Pound Sterling. Tentu aku tidak percaya”, katanya dalam sms itu. Ternyata emailku jannerson_girsang@yahoo.com di hack oleh seseorang yang mengaku bertempat tinggal di Inggeris.
Telepon genggamku berdering beberapa kali pagi itu. Dari Jakarta tulang saya Maruli Situngkir mengirim sms. Bunyinya :”Pagi, kalau ada waktu tlg call”. Saya menduga, pasti soal yang sama. Ketika saya telepon dia bilang : ”Saya terkejut, saya sempat juga berfikir mengirimkannya,” kata tulang saya yang baik hati ini.
Dina Lumbantobing, salah seorang aktivis perempuan di Sumatera Utara juga menelepon saya. ”Lagi dimana?. Saya baca email pagi ini, kok bisa seperti itu. Tapi biasanya itu,” kata menaruh simpati. Teman saya yang lain, Norma Hutagalung, juga menelepon saya dengan nada yang sama. Bahkan Kukun, teman saya di Pramindo yang menikah dengan orang Perancis dan tinggal di Paris juga menerima email yang sama.
Saya sedih, karena email yang biasa kugunakan mengirim berita damai, berita pencerahan, kini digunakan untuk menipu.
Lantas, saya minta Norma dan Eliakim mengirimkan lengkap isi email ”siluman” yang masuk ke email mereka.
Menunggu email mereka tiba, saya mencoba membuka email jannerson_girsang@yahoo.com yang sudah saya gunakan sejak 2001 itu. Setelah memasukkan user name dan password seperti biasa, email saya tidak bisa menyahut lagi dengan ramah. Malah saya menemukan sapaan yang bagiku sangat kasar. Your Account has been expired. Saya langsung panik. Terus terang, sejak 1995 saya menggunakan email, baru kali ini mengalami seperti ini. Saya terpikir, bagaimana dengan link-link saya yang selama ini terhubung dengan email itu?.
Beberapa saat kemudian, email dari Eliakim dan Norma masuk ke email alternatif saya. Ternyata saudara saya Irene Girsang yang tinggal di Wuppertal, juga memforward email itu.
Anda mungkin biasa menerima email seperti itu, dan saya juga. Tetapi, kalau nama anda tercantum sebagai pengirim, sungguh membuat pikiran tidak tenang. Apa lagi saya bukannya melek internet, hanya user saja. Banyak hal yang membuat saya khawatir.
Bayangkan, dalam email itu, saya adalah seorang peneliti di Munchester University yang seolah baru dirampok dan ingin meminjam (loan) 2000 Pound Sterling.
Saya merasa agak aneh, karena email tersebut tidak memberitahukan nomor rekening, alamat yang jelas, bagaimana orang bisa mengirimkan uangnya?. Bodoh juga para hacker. Teman-teman saya itu bukan orang bodoh. Pasti tidak akan ada yang menanggapinya, apalagi menaruh belas kasihan.
Hacker yang mengaku dirinya dari negara maju ternyata masih berfikiran kerdil dengan membabtis saya seolah turut menjadi seorang pengemis ”ala abad internet”.
Memutar kembali memori, saya jadi teringat apa yang saya lakukan dua belas jam sebelumnya. Ke alamat email saya di atas masuk sebuah email seolah-olah berasal dari Yahoo Verification. Isinya meminta saya mengisi user name, password, lokasi dan saya lupa ada satu lagi. Terus ada satu kalimat yang mengatakan kira-kira begini. ”Kalau anda tidak update dalam 72 jam, maka anda akan kehilangan nomor account anda”. Ini yang membuat saya langsung mengisinya dan mengirimkannya.
Saya betul-betul merasa aneh, masih ada orang di dunia ini yang kerjanya jadi pengecut. Dia tidak sadar bahwa dengan berbuat demikian, banyak orang menjadi korban. Termasuk saya sendiri. Bukannya saya takut tercemar, karena bukan seorang yang terkenal seperti Barack Obama. Saya hanya orang kecil yang menginginkan perdamaian, tidak saling merendahkan dan memimpikan banyak orang jujur. Tidak seperti para hacker yang suka menipu.
Yang membuat saya sedih adalah email itu sejak 2001 kugunakan sebagai penyampai berita damai ke seluruh penjuru dunia ini. Tapi, kini harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis. Email yang telah berjasa mengirim berita gempa dan tsunami di Nias dari 2005-2006, mengirim bahan penulisan biografi dan otobiografi, menjalin hubungan dengan ribuan umat pencinta damai di seluruh dunia.
Tetapi harus lenyap begitu saja oleh orang iseng--hacker gila. Saya harus membuka email baru, mengisi lagi ratusan alamat yang hilang. Mereka yang tidak sempat kuhubungi, akan kehilangan kontak dan bisa sampai mereka meninggal tidak akan bertemu lagi. Betapa kejamnya para hacker ini!
Blog ini www.harangan-sitora.blogspot.com dan blog saya satu lagi memang akan ikut dalam missi gila par ahacker itu. Dua blog saya selalu saya cantumkan di bagian alamat dan nama saya di email itu. Blog ini diciptakan untuk memberikan pencerahan, mudah-mudahan dibaca oleh hacker email saya dan mau dengan sukarela mengembalikannya. Saya berharap, kiranya orang yang mengakhiri nyawa email saya sadar dan bertobat.
Bagi rekan-rekan saya di dalam maupun di luar negeri yang hari ini terganggu dengan email jannerson_girsang@yahoo.com, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Email itu tidak lagi saya cantumkan dalam profil saya di blog ini. Anda juga tidak usah menghubungi saya melalui email itu, karena hacker sudah menguasainya.
Bagi anda yang mengalami seperti sial yang saya alami di atas bisa belajar dan menghubungi http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090927200159AAP8yUv. Di sana anda akan dilayani menjawab agar jangan terkena hacker email dan memberi jawaban mengatasinya. Ingat sandi keamanan anda. Saya lupa sandi keamanan, sehingga tidak bisa mereset lagi pasword.
Para hacker kasihanilah kami, gunakanlah nurani anda, resapilah perasan kami pemilik email yang cinta damai ini. Bagi rekan-rekan saya yang ahli IT dan ingin membantu saya mengembalikan email itu, bisa disampaikan melalui kolom komentar blog ini.
Bagi email kesayanganku, jannerson_girsang@yahoo.com, selamat mengakhiri hidupmu. Semoga kau nyaman di tangan para hacker. Aku tidak akan melupakan sumbanganmu yang besar bagiku selama delapan tahun lebih.
12 November 2009, sekitar jam 08.00 pagi. Telepon genggam saya berbunyi, ada sms masuk. Teman saya Eliakim Sitorus—seorang sosiolog dari Jakarta menelepon. Saya senang, karena sudah lama kami tidak bertemu. Dia menyuruh saya membuka smsnya. Setelah saya buka, isinya sungguh mengagetkan. ”Ada di internet mencatut namamu, kau di England (UK) mau pinjam duit 2000 Pound Sterling. Tentu aku tidak percaya”, katanya dalam sms itu. Ternyata emailku jannerson_girsang@yahoo.com di hack oleh seseorang yang mengaku bertempat tinggal di Inggeris.
Telepon genggamku berdering beberapa kali pagi itu. Dari Jakarta tulang saya Maruli Situngkir mengirim sms. Bunyinya :”Pagi, kalau ada waktu tlg call”. Saya menduga, pasti soal yang sama. Ketika saya telepon dia bilang : ”Saya terkejut, saya sempat juga berfikir mengirimkannya,” kata tulang saya yang baik hati ini.
Dina Lumbantobing, salah seorang aktivis perempuan di Sumatera Utara juga menelepon saya. ”Lagi dimana?. Saya baca email pagi ini, kok bisa seperti itu. Tapi biasanya itu,” kata menaruh simpati. Teman saya yang lain, Norma Hutagalung, juga menelepon saya dengan nada yang sama. Bahkan Kukun, teman saya di Pramindo yang menikah dengan orang Perancis dan tinggal di Paris juga menerima email yang sama.
Saya sedih, karena email yang biasa kugunakan mengirim berita damai, berita pencerahan, kini digunakan untuk menipu.
Lantas, saya minta Norma dan Eliakim mengirimkan lengkap isi email ”siluman” yang masuk ke email mereka.
Menunggu email mereka tiba, saya mencoba membuka email jannerson_girsang@yahoo.com yang sudah saya gunakan sejak 2001 itu. Setelah memasukkan user name dan password seperti biasa, email saya tidak bisa menyahut lagi dengan ramah. Malah saya menemukan sapaan yang bagiku sangat kasar. Your Account has been expired. Saya langsung panik. Terus terang, sejak 1995 saya menggunakan email, baru kali ini mengalami seperti ini. Saya terpikir, bagaimana dengan link-link saya yang selama ini terhubung dengan email itu?.
Beberapa saat kemudian, email dari Eliakim dan Norma masuk ke email alternatif saya. Ternyata saudara saya Irene Girsang yang tinggal di Wuppertal, juga memforward email itu.
Anda mungkin biasa menerima email seperti itu, dan saya juga. Tetapi, kalau nama anda tercantum sebagai pengirim, sungguh membuat pikiran tidak tenang. Apa lagi saya bukannya melek internet, hanya user saja. Banyak hal yang membuat saya khawatir.
Bayangkan, dalam email itu, saya adalah seorang peneliti di Munchester University yang seolah baru dirampok dan ingin meminjam (loan) 2000 Pound Sterling.
Saya merasa agak aneh, karena email tersebut tidak memberitahukan nomor rekening, alamat yang jelas, bagaimana orang bisa mengirimkan uangnya?. Bodoh juga para hacker. Teman-teman saya itu bukan orang bodoh. Pasti tidak akan ada yang menanggapinya, apalagi menaruh belas kasihan.
Hacker yang mengaku dirinya dari negara maju ternyata masih berfikiran kerdil dengan membabtis saya seolah turut menjadi seorang pengemis ”ala abad internet”.
Memutar kembali memori, saya jadi teringat apa yang saya lakukan dua belas jam sebelumnya. Ke alamat email saya di atas masuk sebuah email seolah-olah berasal dari Yahoo Verification. Isinya meminta saya mengisi user name, password, lokasi dan saya lupa ada satu lagi. Terus ada satu kalimat yang mengatakan kira-kira begini. ”Kalau anda tidak update dalam 72 jam, maka anda akan kehilangan nomor account anda”. Ini yang membuat saya langsung mengisinya dan mengirimkannya.
Saya betul-betul merasa aneh, masih ada orang di dunia ini yang kerjanya jadi pengecut. Dia tidak sadar bahwa dengan berbuat demikian, banyak orang menjadi korban. Termasuk saya sendiri. Bukannya saya takut tercemar, karena bukan seorang yang terkenal seperti Barack Obama. Saya hanya orang kecil yang menginginkan perdamaian, tidak saling merendahkan dan memimpikan banyak orang jujur. Tidak seperti para hacker yang suka menipu.
Yang membuat saya sedih adalah email itu sejak 2001 kugunakan sebagai penyampai berita damai ke seluruh penjuru dunia ini. Tapi, kini harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis. Email yang telah berjasa mengirim berita gempa dan tsunami di Nias dari 2005-2006, mengirim bahan penulisan biografi dan otobiografi, menjalin hubungan dengan ribuan umat pencinta damai di seluruh dunia.
Tetapi harus lenyap begitu saja oleh orang iseng--hacker gila. Saya harus membuka email baru, mengisi lagi ratusan alamat yang hilang. Mereka yang tidak sempat kuhubungi, akan kehilangan kontak dan bisa sampai mereka meninggal tidak akan bertemu lagi. Betapa kejamnya para hacker ini!
Blog ini www.harangan-sitora.blogspot.com dan blog saya satu lagi memang akan ikut dalam missi gila par ahacker itu. Dua blog saya selalu saya cantumkan di bagian alamat dan nama saya di email itu. Blog ini diciptakan untuk memberikan pencerahan, mudah-mudahan dibaca oleh hacker email saya dan mau dengan sukarela mengembalikannya. Saya berharap, kiranya orang yang mengakhiri nyawa email saya sadar dan bertobat.
Bagi rekan-rekan saya di dalam maupun di luar negeri yang hari ini terganggu dengan email jannerson_girsang@yahoo.com, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Email itu tidak lagi saya cantumkan dalam profil saya di blog ini. Anda juga tidak usah menghubungi saya melalui email itu, karena hacker sudah menguasainya.
Bagi anda yang mengalami seperti sial yang saya alami di atas bisa belajar dan menghubungi http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090927200159AAP8yUv. Di sana anda akan dilayani menjawab agar jangan terkena hacker email dan memberi jawaban mengatasinya. Ingat sandi keamanan anda. Saya lupa sandi keamanan, sehingga tidak bisa mereset lagi pasword.
Para hacker kasihanilah kami, gunakanlah nurani anda, resapilah perasan kami pemilik email yang cinta damai ini. Bagi rekan-rekan saya yang ahli IT dan ingin membantu saya mengembalikan email itu, bisa disampaikan melalui kolom komentar blog ini.
Bagi email kesayanganku, jannerson_girsang@yahoo.com, selamat mengakhiri hidupmu. Semoga kau nyaman di tangan para hacker. Aku tidak akan melupakan sumbanganmu yang besar bagiku selama delapan tahun lebih.
Labels:
sosialita dan komunikasi
Senin, 02 November 2009
Menuju Golden Marriage
Oleh : Jannerson Girsang
Di kalangan selebriti Indonesia cukup banyak terjadi perceraian, yang berarti mereka gagal memasuki Golden Marriage. Penting menjadi renungan kita bersama, dikaitkan dengan cita-cita awal perkawinan. Sehidup semati, dan hanya dipisahkan dengan kematian. Kali ini saya memaknai kehidupan dan renungan tentang Anang Hermansyah--mantan suami Kris Dayanti dalam lagunya ”Separuh Jiwaku Pergi” dan pengalaman kami menulis kisah 50 tahun perkawinan.
Menyaksikan dan menikmati penampilan Anang yang melantunkan ”Separuh Jiwaku Pergi” dalam acara ”Sinema” di SCTV pagi hari 2 Nopember 2009 memberi kesan tersendiri bagi saya.
Bagi saya, lagu populer yang diciptakan dan dilantunkan Anang Hermansyah begitu menyentuh dan memberikan pemaknaan atas arti sebuah perkawinan.
Kalau ungkapan ini benar dirasakan Anang, betapa pedihnya sebuah perkawinan yang diakhiri dengan perceraian. Kehilangan separuh jiwa. Memang, secara berseloroh pembawa acaranya mengatakan : ”Kehilangan separuh jiwa tapi datang tiga jiwa lagi”. Tapi, menurut saya tidak sesederhana itu.
Sayang memang. Lagu ini tidak lagi bermakna bagi Anang dan Kris untuk merajut kembali keutuhan perkawinan mereka. Alasannya, lagu ini justru ngetop menjelang keputusan pengadilan cerai mereka.
Syair lagu ini mungkin akan berguna bagi mereka kelak ketika keduanya akan menjalani kehidupan dengan pasangan baru mereka masing-masing. (Sebagai salah seorang fans berat pasangan ini, saya mendoakan, semoga Anang dan Kris mendapat pasangan baru yang bisa membuat mereka bahagia).
Lagu ini tambah memberi makna, karena saat ini saya sedang mempersiapkan sebuah buku yang mengisahkan kehidupan pasangan yang akan memasuki Golden Marriage (perkawinan ke-50), April 2010 mendatang. Sebuah kisah yang mengajarkan bagaimana mempertahankan perkawinan.
Pasangan yang saya tulis itu berkisah, perkawinan mereka didasari oleh pengalaman dan rasa cinta, kesetiaan dan kejujuran. Hanya ada satu kata kunci: ”kami tidak dipisahkan kecuali dengan kematian”. Sebuah keputusan yang didasarkan dari rangkaian pengalaman indah, cinta, kesetiaan dan kejujuran. Hingga mereka bisa mengatakan :”Tahi kambingpun serasa coklat,”. Tekad dan rasa cinta yang luhur mampu menembus halangan dari berbagai pihak atas perkawinan mereka di saat awal.
Mengarungi 50 tahun usia perkawinan, kuncinya adalah mempertahankan dasar-dasar keputusan mereka yang begitu kuat saat memutuskan untuk menikah. Pemaknaan arti cinta, simpati, kesetiaan yang muncul ketika masing-masing menjadi sebuah pribadi yang utuh. Belum berlumur dengan glamor kemewahan dan kecukupan dunia. Mereka tidak henti-hentinya mempraktekkan dan memaknai kata-kata yang biasa mereka ucapkan sewaktu pacaran, menghadapi dan memaknai gelombang kehidupan yang pernah melanda kehidupan perkawinan—sama seperti kebanyakan perkawinan pada umumnya.
Pasangan ini mengakui, di dalam perjalanan perkawinan sejalan waktu, pernah mengalami guncangan. Pemaknaan tahi kambing serasa coklat pernah berubah menjadi bau dan tidak enak, Kembali seperti bau tahi kambing yang asli. Kekurangan-kekurangan semakin terlihat dan dimaknai sebagai alat menyerang satu sama lain.
Namun, secara berdua mereka berhasil meyakinkan bahwa bau dan tidak enak itu hanya soal pemaknaan. Jika keduanya mengatakan enak, maka rasanya akan enak, meski orang lain mengatakan sebaliknya. ”Keindahan dan kesusahan dalam perkawinan kami tidak bisa dimaknai orang lain, kecuali oleh kami berdua. Tidak bisa juga secara sepihak”ujar salah seorang pasangan itu.
Mereka tidak menuruti kata-kata dalam lagu ”Separuh Jiwaku Pergi”nya Anang Hermansyah. ”Pernah ku mencintaimu. Tapi tak begini. Kau curangi aku. Pernah kumencintaimu, Tapi tak begini. Kau khianati hati ini. Kau curangi aku”.
Mempertahankan perkawinan ternyata tidak dengan logika ”jika maka”. Tidak dengan logika yang normal atau biasa. Perlu tenggang rasa, kasih sayang dan saling mengampuni secara terus menerus tanpa mengenal waktu dan situasi. Mereka mengatakan sebaliknya : :"Aku tetap mencintaimu, Aku menerima engkau apa adanya, meskipun kau khianati aku. Sekali lagi, aku tetap mencintaimu”. Mereka menggunakan kata-kata ”Meskipun..”
Reaksi terhadap sebuah gelombang perkawinan hanya mampu dilakonkan oleh dua insan yang memiliki pengalaman bersama dengan pemaknaan bersama. Menurut mereka, perkawinan begitu pribadi sifatnya. Tidak bisa dirasakan dan dinilai orang lain.
Masing-masing dalam sebuah pasangan tidak hanya menimbang dengan takaran benar dan salah. Karena kalau demikian, maka Tahi Kambing dalam logika normal, akan terasa bau dan tidak akan pernah berubah menjadi rasa coklat.
Pasangan ini menasehatkan agar masalah rumah tangga atau perkawinan diselesaikan secara pribadi, komunikasi pribadi, diantara pasangan, sama seperti ketika mereka berdua memutuskan untuk melakukan perkawinan. Mereka merasa masing-masing tidak sempurna. Justru ketidaksempurnaan merekalah yang menghasilkan kisah yang unik dari yang lain. Ketidaksempurnaan yang harus menjadi sebuah rasa syukur, bukan alat untuk melemahkan satu dengan yang lain.
Orang luar—orang tua, saudara, teman, pengadilan tidak akan pernah memahami rahasia perkawinan seseorang. Keputusan yang diambil dengan melibatkan orang luar tidak akan memberikan makna yang sama seperti ketika mereka mengambil keputusan dari pacaran ke pelaminan.
Mereka juga menasehatkan : ”Jangan sekali-sekali dinding rumah anda mendengar masalah dalam perkawinan anda”. Orang luar akan menanggapi dengan persepsi mereka sendiri. Bisa berbeda dari sudut dua pasangan yang sedang bertikai, yang mampu memaknai ”tahi kambing serasa coklat”. Tentu ini menjadi peringatan bagi para artis atau selebriti dan banyak pihak yang cenderung atau sedang ngetrend mengumbar masalah perkawinannya di televisi atau media.
Artikel ini sekaligus menghimbau media supaya mencari angle yang memberi pelajaran positif dari sebuah masalah perkawinan, khususnya kalau itu menimpa para artis atau publik figure. Tidak hanya dari sudut sensasi belaka, yang justru tidak menyelamatkan perkawinan. Bahkan dalam banyak kasus justru berakibat fatal!.
Para pasangan yang sedang bermasalah, pertimbangkanlah untuk tidak mengumbar ke media. Pertimbangkan juga tidak sampai bercerai. Bermimpilah mencapai Golden Marriage, bahkan perkawinan yang diakhiri dengan kematian. Simaklah secara mendalam makna ”Separuh Jiwaku Pergi”. Istri atau suami adalah separuh jiwa kita.Saya sendiri sedang berjuang menuju Golden Marriage, baru melewati 25 tahun atau tahun perak September 2009 lalu. Mari sama-sama belajar mencapai Golden Marriage, Sehidup Semati, Sepiring Berdua, mengapa tidak!.
Artikel di atas hanyalah pemaknaan pribadi, dengan maksud menginspirasi pembaca, khususnya para pasangan-pasangan muda. Ini bukan sebuah model.
Labels:
sosialita dan komunikasi
Kamis, 29 Oktober 2009
HARI SUMPAH PEMUDA KE 81
28 OKTOBER 2009
KAMI PUTRA-PUTRI INDONESIA MENGAKU :
BERTANAH AIR SATU, TANAH AIR INDONESIA
BERBANGSA SATU, BANGSA INDONESIA
BERBAHASA SATU, BAHASA INDONESIA
INILAH TEKS SUMPAH PEMUDA YANG SELALU DIBACAKAN SEJAK KAMI DI SEKOLAH DASAR DAN KINI TERUS BERGAUNG SETIAP PERAYAAN SUMPAH PEMUDA. TEKS ASLINYA TENTU BERBEDA, KARENA EJAANNYA BERBEDA. SEMOGA PEMAKNAANNYA MASIH SAMA. KITA MENDOAKAN AGAR BANGSA KITA SEMAKIN MENGHARGAI DAN MERAWAT TANAH AIR TERCINTA INI, SEMAKIN BERSATU, MENGHARGAI SATU SAMA LAIN DAN TAK LUPA MENCINTAI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA PERSATUAN.
Labels:
sosialita dan komunikasi
Jumat, 23 Oktober 2009
Belajar Dari Kisah Hidup Pele
Oleh : Jannerson Girsang
Di tengah suasana persepakbolaan nasional yang lesu darah dan menghadapi banyak masalah, ada baiknya kita belajar, dari seorang pemain bola legendaris,Pele, yang hari ini, 23 Oktober, genap berusia 69 Tahun.
Para pengemar atau pemain bola di Indonesia tentu tidak asing dengan nama itu. Mungkin beberapa diantara anda, sama seperti saya. Hanya bisa menyaksikannya melalui televisi atau media cetak. Bahkan menonton pertandingan persahabatannya yang pernah diselenggarakan di Jakarta beberapa tahun lalupun tidak mampu (jauh soalnya dari Medan). Permainan bola Pele tak pernah membosankan untuk ditonton. Orangnya menarik dan tidak banyak kontroversi. Namanya senantiasa membawa keagungan dan tidak pernah lenyap dari persepakbolaan dunia, hingga hari ini.
Terlahir dengan nama Edson Arantes do Nascimento), atlet, pemain sepak bola profesional ini, lahir di Tres Coracoes, Brasil, 23 Oktober 1940. Meskipun ia miskin, Pelé tumbuh menjadi seorang superstar olahraga internasional.
Sepanjang masa kecilnya, ia bermain sepakbola “kapanpun dan dimanapun dia bisa”, kadang-kadang menggunakan kaus kaki boneka untuk bola. Pele pertama kali bergabung dengan tim sepak bola pada usia 12 tahun. Penampilan pertamanya pada piala Dunia 1958, yang berhasil mencetak dua gol membuatnya menjadi sensasi internasional. Saat itu dia masih berusia 17 tahun,
Selama karirnya yang mengagumkan itu--mulai pada tahun 1956 dengan FC Santos dan berakhir pada tahun 1977 dengan New York Cosmos, Pele mencetak gol dalam jumlah yang luar biasa. Dari 1363 pertandingan resmi yang diikutinya, dia mampu mencetak 1281 gol. Saat masih aktif sebagai pemain, Pelé menjadi legenda, mitos dan tugu hidup permainan sepak bola. Bersama dengan pemain-pemain senegaranya, Brazil memenangkan Piala Dunia tiga kali, yakni pada 1958, 1962 dan 1970.
Setelah menggantungkan sepatunya, Pelé menjadi seorang duta besar pertandingan, baik dalam iklan untuk perusahaan-perusahaan besar dan juga atas nama amal, seperti kesejahteraan anak-anak dan organisasi kesehatan. Dia juga aktif dalam permainan itu sendiri. Meskin ketenaran di tangannya, ia tetap rendah hati, simpatik dan cerdas. Dia juga bekerja untuk pemerintah Brasil dan menjadi Menteri Olahraga negara itu pada periode 1994-1998.
Pada tahun 1998 FIFA mendirikan Komite Sepak Bola. Sejak itu Pelé menjadi anggota aktif dari kelompok elite ini dan selalu menjadi tamu terhormat di FIFA House.
Pele bukan hanya pemain sepak bola yang terampil di lapangan, tetapi juga trampil dalam dunia diplomasi olah raga. Keterampilan diplomasinya sebagai duta besar olah raga dunia membantu Brasil memenangkan negaranya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014, dan Rio de Janeiro akan menjadi tuan rumah Olimpiade yang diselenggarakan 2016 mendatang.
Pele tentu tidak besar sendiri. Dia dikelilingi orang-orang yang memahami bola dan mampu memfasilitasi dirinya menjadi seorang superstar.
Melihat kondisi persepakbolaan daerahku sekarang ini, saya ingat kembali ke masa anak-anak dan remajaku. Saya percaya, perhatian dan minat masyarakat akan bola, tidak lepas dari pengelolaan bola itu sendiri, sehingga menciptakan idola. Kami mencintai sepakbola, karena pada masa itu persepakbolaan di daerah kami, dan juga di tingkat nasional begitu membanggakan.
Di era akhir enampuluhan-awal 1970-an, Sumut masih memiliki tokoh bola seperti TD Pardede, dengan Pardedetexnya, dan tokoh bola Kamaruddin Panggabean yang piawi mengelola persepakbolaan di daerah dan nasional. Kita punya gubernur, Marah Halim Harahap. Nama gubernur saat itu menjadi icon sepakbola di Sumatera Utara. "Marah Halim Cup", atau lebih dikenal dengan Mahal Cup setiap tahun ditunggu-tunggu dan penontonnya, khususnya pertandingan final akan memenuhi Stadion Teladan yang berkapasitas 40,000 penonton itu. Sungguh membanggakan!.
Stadion Teladan Medan, ketika itu secara rutin menjadi arena pertandingan internasional, karena peserta Mahal Cup terdiri dari kesebelasan-kesebelasan dari luar negeri (kami akrab dengan pemain-pemain dari Burma, Thailand, Malaysia, Singapura dan lain-lain). Kami tidak pernah menyaksikan pertandingan yang rusuh. Pertandingan dikelola oleh orang-orang yang benar-benar tau bola. Gubernurnya, tokoh-tokoh pengelola sepakbolanya, pemain-pemainnya, semua mengerti bola. Nobon, Parlin Siagian, Ronny Pasla, adalah beberapa pemain yang begitu memukau dan menjadi idola.
Sayang, entah sejak kapan dan entah mengapa Marah Halim Cup tidak ada lagi. Saya hanya bisa bertanya pada rumput yang bergoyang. Mudah-mudahan para tokoh sepak bola mau bertanya kepada pak Marah Halim yang masih hidup dan mencari jawabnya.
Itu di daerah. Saya dan masyarakar penggemar bola nasional merindukan persepakbolaan nasional yang menghasilkan pemain sekualitas Pele. Para pengelola sepakbola--paling tidak mendekati pengelola Pele. Yah, setidaknya kita masih bisa meraih prestasi Runner Up Asia Cup di era 1950-an. Barangkali terlalu ideal ya. Apa ya, tidak bisa dipelajari?
Bagi para tokoh-tokoh dan pemain sepakbola di Indonesia, saya mengajak anda menjadikan momen Ulang Tahun Pele 69 ini untuk merenungkan kembali strategi persepakbolaan nasional kita.
Sebagai orang yang sangat menggandrungi olah raga ini, saya dan masyarakat seperti saya rindu pemain idola yang dihasilkan dari permainan fair, pengelolaan yang profesional. Kita tidak ingin terulang lagi pertandingan seperti ”Sriwijaya-Persipura” di Palembang baru-baru ini. Pertandingan yang bikin malu kita semua.
Tentu, jawabannya ada pada Andi Mallarangeng dan tokoh-tokoh bola Tanah Air!Sebuah tantangan berat untuk bung Andi Mallarangeng, Menpora RI yang baru.
”Jangan jawab dengan kata-kata, jawablah dengan tindakan nyata”, mengutip ucapan Presiden SBY pada pelantikan Menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2, 22 Oktober 2009 lalu.
Selamat Ulang Tahun Pele!. Kita harus banyak belajarlah dari kisah Pele.
Bahan Referensi :
http://www.timesonline.com
http://www.biography.com
http://www.latinosportslegends.com/Pele_bio.htm
Di tengah suasana persepakbolaan nasional yang lesu darah dan menghadapi banyak masalah, ada baiknya kita belajar, dari seorang pemain bola legendaris,Pele, yang hari ini, 23 Oktober, genap berusia 69 Tahun.
Para pengemar atau pemain bola di Indonesia tentu tidak asing dengan nama itu. Mungkin beberapa diantara anda, sama seperti saya. Hanya bisa menyaksikannya melalui televisi atau media cetak. Bahkan menonton pertandingan persahabatannya yang pernah diselenggarakan di Jakarta beberapa tahun lalupun tidak mampu (jauh soalnya dari Medan). Permainan bola Pele tak pernah membosankan untuk ditonton. Orangnya menarik dan tidak banyak kontroversi. Namanya senantiasa membawa keagungan dan tidak pernah lenyap dari persepakbolaan dunia, hingga hari ini.
Terlahir dengan nama Edson Arantes do Nascimento), atlet, pemain sepak bola profesional ini, lahir di Tres Coracoes, Brasil, 23 Oktober 1940. Meskipun ia miskin, Pelé tumbuh menjadi seorang superstar olahraga internasional.
Sepanjang masa kecilnya, ia bermain sepakbola “kapanpun dan dimanapun dia bisa”, kadang-kadang menggunakan kaus kaki boneka untuk bola. Pele pertama kali bergabung dengan tim sepak bola pada usia 12 tahun. Penampilan pertamanya pada piala Dunia 1958, yang berhasil mencetak dua gol membuatnya menjadi sensasi internasional. Saat itu dia masih berusia 17 tahun,
Selama karirnya yang mengagumkan itu--mulai pada tahun 1956 dengan FC Santos dan berakhir pada tahun 1977 dengan New York Cosmos, Pele mencetak gol dalam jumlah yang luar biasa. Dari 1363 pertandingan resmi yang diikutinya, dia mampu mencetak 1281 gol. Saat masih aktif sebagai pemain, Pelé menjadi legenda, mitos dan tugu hidup permainan sepak bola. Bersama dengan pemain-pemain senegaranya, Brazil memenangkan Piala Dunia tiga kali, yakni pada 1958, 1962 dan 1970.
Setelah menggantungkan sepatunya, Pelé menjadi seorang duta besar pertandingan, baik dalam iklan untuk perusahaan-perusahaan besar dan juga atas nama amal, seperti kesejahteraan anak-anak dan organisasi kesehatan. Dia juga aktif dalam permainan itu sendiri. Meskin ketenaran di tangannya, ia tetap rendah hati, simpatik dan cerdas. Dia juga bekerja untuk pemerintah Brasil dan menjadi Menteri Olahraga negara itu pada periode 1994-1998.
Pada tahun 1998 FIFA mendirikan Komite Sepak Bola. Sejak itu Pelé menjadi anggota aktif dari kelompok elite ini dan selalu menjadi tamu terhormat di FIFA House.
Pele bukan hanya pemain sepak bola yang terampil di lapangan, tetapi juga trampil dalam dunia diplomasi olah raga. Keterampilan diplomasinya sebagai duta besar olah raga dunia membantu Brasil memenangkan negaranya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014, dan Rio de Janeiro akan menjadi tuan rumah Olimpiade yang diselenggarakan 2016 mendatang.
Pele tentu tidak besar sendiri. Dia dikelilingi orang-orang yang memahami bola dan mampu memfasilitasi dirinya menjadi seorang superstar.
Melihat kondisi persepakbolaan daerahku sekarang ini, saya ingat kembali ke masa anak-anak dan remajaku. Saya percaya, perhatian dan minat masyarakat akan bola, tidak lepas dari pengelolaan bola itu sendiri, sehingga menciptakan idola. Kami mencintai sepakbola, karena pada masa itu persepakbolaan di daerah kami, dan juga di tingkat nasional begitu membanggakan.
Di era akhir enampuluhan-awal 1970-an, Sumut masih memiliki tokoh bola seperti TD Pardede, dengan Pardedetexnya, dan tokoh bola Kamaruddin Panggabean yang piawi mengelola persepakbolaan di daerah dan nasional. Kita punya gubernur, Marah Halim Harahap. Nama gubernur saat itu menjadi icon sepakbola di Sumatera Utara. "Marah Halim Cup", atau lebih dikenal dengan Mahal Cup setiap tahun ditunggu-tunggu dan penontonnya, khususnya pertandingan final akan memenuhi Stadion Teladan yang berkapasitas 40,000 penonton itu. Sungguh membanggakan!.
Stadion Teladan Medan, ketika itu secara rutin menjadi arena pertandingan internasional, karena peserta Mahal Cup terdiri dari kesebelasan-kesebelasan dari luar negeri (kami akrab dengan pemain-pemain dari Burma, Thailand, Malaysia, Singapura dan lain-lain). Kami tidak pernah menyaksikan pertandingan yang rusuh. Pertandingan dikelola oleh orang-orang yang benar-benar tau bola. Gubernurnya, tokoh-tokoh pengelola sepakbolanya, pemain-pemainnya, semua mengerti bola. Nobon, Parlin Siagian, Ronny Pasla, adalah beberapa pemain yang begitu memukau dan menjadi idola.
Sayang, entah sejak kapan dan entah mengapa Marah Halim Cup tidak ada lagi. Saya hanya bisa bertanya pada rumput yang bergoyang. Mudah-mudahan para tokoh sepak bola mau bertanya kepada pak Marah Halim yang masih hidup dan mencari jawabnya.
Itu di daerah. Saya dan masyarakar penggemar bola nasional merindukan persepakbolaan nasional yang menghasilkan pemain sekualitas Pele. Para pengelola sepakbola--paling tidak mendekati pengelola Pele. Yah, setidaknya kita masih bisa meraih prestasi Runner Up Asia Cup di era 1950-an. Barangkali terlalu ideal ya. Apa ya, tidak bisa dipelajari?
Bagi para tokoh-tokoh dan pemain sepakbola di Indonesia, saya mengajak anda menjadikan momen Ulang Tahun Pele 69 ini untuk merenungkan kembali strategi persepakbolaan nasional kita.
Sebagai orang yang sangat menggandrungi olah raga ini, saya dan masyarakat seperti saya rindu pemain idola yang dihasilkan dari permainan fair, pengelolaan yang profesional. Kita tidak ingin terulang lagi pertandingan seperti ”Sriwijaya-Persipura” di Palembang baru-baru ini. Pertandingan yang bikin malu kita semua.
Tentu, jawabannya ada pada Andi Mallarangeng dan tokoh-tokoh bola Tanah Air!Sebuah tantangan berat untuk bung Andi Mallarangeng, Menpora RI yang baru.
”Jangan jawab dengan kata-kata, jawablah dengan tindakan nyata”, mengutip ucapan Presiden SBY pada pelantikan Menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2, 22 Oktober 2009 lalu.
Selamat Ulang Tahun Pele!. Kita harus banyak belajarlah dari kisah Pele.
Bahan Referensi :
http://www.timesonline.com
http://www.biography.com
http://www.latinosportslegends.com/Pele_bio.htm
Selasa, 13 Oktober 2009
Anda Ingin Membuat Otobiografi Sendiri!
Oleh: Jannerson Girsang
Anda sedang menulis otobiografi sendiri, tetapi bertahun-tahun hanya mampu menulis bab pendahuluannya saja. Atau, anda sedang membantu menulis otobiografi ayah atau ibu anda? Taukah anda, kesulitan utama, sehingga tidak bisa menulis otobiografi?.
”Saya tidak tau kalau menulis otobiografi pertanyaannya seperti ini,” demikian kometar yang sering kami temui setiap membantu seseorang menulis otobiografi. Itu salah satu, tapi banyak lagi yang lain, seperti apa saja yang dimasukkan dalam sebuah otobiografi, serta cara penulisannya.
Jangan putus asa! Anda sudah tersambung dengan seluruh pusat pengetahuan di seluruh jagad raya ini. Mengajak anda belajar bersama, saya memperkenalkan webiste ini: http://www.therememberingsite.org. Silakan anda buka!
Setelah membukanya, anda akan menemukan kata-kata ini. “The Remembering Site is for all of you who want to write and publish your life memories, experiences, memoirs, or autobiography but have been overwhelmed at the prospect. For just USD $50 (a one-time registration fee), The Remembering Site contains over one thousand evocative, story-telling questions to lead you through the process”.
Jangan terfokus pada biaya pedaftarannya. Saya yakin, banyak pembaca websiteku ini, sama dengan saya ya!. Saya yakin, pemilik website tersebut pasti senang, karena websitenya saya kenalkan kepada anda. Pasti nilanya lebih dari sekedar membayar USD $ 50, tokh!. Mungkin suatu ketika, saya akan mendaftar, saat saya sudah mau menulis otobiografi sendiri!
Bagi anda yang kebetulan memiliki uang dan ingin buku otobiografi anda dibaca oleh lebih banyak orang di dunia ini, silakan mendaftar!.
Tetapi, kalau anda seperti saya, silakan manfaatkan website ini sebagai tempat kuliah: Belajar sendiri membuat otobiografi. Anda bisa memilih pengalaman orang mirip atau hampir mirip dengan anda.
Membaca dan mempelajari pengalaman orang lain, adalah salah satu cara saya belajar hal-hal baru serta memperbaiki cara yang sudah dipraktekkan akhirnya membuat saya yakin apa yang saya kerjakan. Meski sudah membantu menulis beberapa buku otobiografi dan biografi tokoh dan orang biasa di Sumatera Utara--Indonesia, menelusuri website ini seolah saya menemukan sesuatu hal yang membuat saya merasa lebih yakin akan cara yang saya tempuh selama ini.
Di dalam website di atas saya menemukan berbagai kisah kehidupan--beragam manusia di seluruh dunia, dari Australia, Bangladesh, Canada, Cuba, Germany, Irlandia, Polandia, Filippina, Sudan, Afrika Selatan, Swiss. IngerÃs dan lain-lain. Simple saja. Tidak seperti kebanyakan kita disini yang senantiasa membuat rumit segala persoalan yang sederhana.
Kalau anda ingin merasakan kenikmatan seperti yang saya alami, bacalah secara teliti website di atas. Pasti Anda menemukan ribuan pertanyaan dan tinggal memilih sesuai dengan kisah kehidupan anda sendiri.
Selain itu, saya begitu terkesan dengan D.G.Fulford—salah seorang co-author website ini. Fulford adalah seorang penulis dan sekaligus seorang pelukis. Dia bercerita tentang dirinya secara gamblang, menjawab pertanyaan tentang dirinya sendiri. Begitu nyata dan memberikan energi baru bagi saya.
Menurut saya website ini sangat membantu membimbing saya dan anda membuat pertanyaan yang relevan dengan hidup anda. Selain itu, anda bisa melihat contoh-contoh pertanyaan untuk berbagai macam orang dari seluruh dunia. Anda bisa menemukan jawaban-jawaban dari masing-masing pertanyaan itu.
Website ini ditulis dalam bahasa Inggeris. Tetapi tak perlu khawatir, Anda bisa memanfaatkan terjemahan Google. Tau kan caranya, search: Terjemahan Google di Google atau Yahoo. Copy file yang akan anda terjemahkan. Tinggal periksa karena tool terjemahan ini tidak sempurna betul. Tapi setidaknya meski ditulis dalam bahasa Inggeris anda bisa menangkap maknanya.
Betapa hebatnya dunia ini sekarang. Anda mengikuti kuliah secara gratis!. Silakan mencoba!
Untuk sumber lain anda bisa mengunjungi : your life is your story., writeanygenre,
Selasa, 06 Oktober 2009
Belajar Hidup Dari Kisah Hidup
Oleh : Jannerson Girsang
Sumber foto: http://www.illustrationartgallery.com/acatalog/ArtistsBiographies.html
Membaca buku biografi dan otobiografi adalah pengalaman mengesankan bagi saya. Berbagai pengalaman tokoh dalam biografi dapat memberi ilham saat menghadapi masalah hidup.
Membaca buku Biografi Mahatma Gandhi, Muhammad Hatta, Soekarno, misalnya. Kehidupan Mahatma Gandhi mengajarkan soal ahimsa--memilih cara damai dan menjauhkan kekerasan, kesederhanaan, uang bukan segalanya dalam hidup. Buku Biografi Muhammad Hatta mengajarkan kesabaran menghadapi situasi, soal konsep hidup secara adil dan beradab. Buku-buku Biografi Soekarno mengajarkan kami pentingnya ide-ide besar disampaikan ke tengah-tengah masyarakat baik melalui lisan (pidato-pidato, pembicaraan langsung) maupun secara tulisan, soal pentingnya seseorang pemimpin menguasai persoalan bangsanya, soal perjuangan, nasionalime dan idealisme. Menuju kemenangan, mencapai keagungan yang mereka raih di kemudian hari, buku-buku ini mengajarkan sebuah kerja keras, konsistensi, dan ketekunan.
Belakangan, ketika sudah memahami kemajuan teknologi internet dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, saya membaca kisah Larry Page dan Sergey Brin, dua orang pencipta Google, (The Succes story of Google), atau Mark Elliot Zuckerberg pencipta Facebook.
Kisah dua orang pendiri Google mengajarkan saya betapa pentingnya “rencana bisnis jitu” yang menginsipirasi para pemodal menanam modalnya. Sayangnya, kisah terciptanya Google dan Facebook sendiri jarang dikomunikasikan kepada generasi muda di daerah ini. Perjuangan, tantangan mereka seharusnya meinginspirasi para anak-anak muda kita. Ingin seperti mereka, harus mau belajar dan bekerja seperti mereka.
Pengantar di atas adalah pengalaman membaca kisah hidup, yang kami alami. Pasti berbeda dengan pengalaman anda!
Secara umum, buku kisah kehidupan (Biografi atau otobiografi) merekam kehidupan seseorang : tindakan-tindakannya, peristiwa yang dialaminya, pemaknaan atas tindakan-tindakannya dan peristiwa itu sendiri, dalam mengarungi rangkaian masa yang berubah.
Buku jenis ini semakin banyak diminati. Anda bisa saksikan sendiri semakin membanjirnya buku-buku biografi dan otobiografi di toko-toko buku. Ratusan ribu judul buku biografi ditulis di berbagai negara dunia ini setiap tahun.
Apa yang istimewa dalam buku ini, sehingga banyak orang menyukainya?.Buku jenis ini menawarkan Anda menemukan kisah sukses, gagal, sedih, senang, bersemangat, lesu, kiat baru dan lain-lain.
Pelaku-pelaku mulai dari tokoh-tokoh terkenal: pemimpin-pemimpin pemerintahan, tokoh politik, pemimpin agama, pengusaha, para humanis, sampai kisah ibu-ibu rumah tangga. Kisahnya diramu dengan gambaran soal ruang, waktu, dan suasana yang menciptakan kisah yang hidup, seolah pembaca terlibat dalam kisah yang dibacanya.
Pelaku-pelaku mulai dari tokoh-tokoh terkenal: pemimpin-pemimpin pemerintahan, tokoh politik, pemimpin agama, pengusaha, para humanis, sampai kisah ibu-ibu rumah tangga. Kisahnya diramu dengan gambaran soal ruang, waktu, dan suasana yang menciptakan kisah yang hidup, seolah pembaca terlibat dalam kisah yang dibacanya.
Dengan membaca buku biografi atau otobiografi Anda bisa menyerap pengalaman seseorang dalam merenungkan arti hidup dengan tepat, melakukan tindakan yang tepat, (terkadang anda dihipnotis dengan bagaimana Tuhan berperan dalam hidupnya). Proses seseorang keluar dari himpitan kehidupan yang menyesakkan, begitu mengasyikkan. Hingga anda tidak ingin menyelesaikannya sebelum cerita berakhir, bahkan kadang lupa makan dan minum.
Anda belajar memahami bahwa keberhasilan terjadi saat seseorang terbuka dan rela melawan pikiran ”tidak bisa berubah” dan apatis. Seberapa beratpun beban Anda, semuanya sudah pernah dialami orang lain—hanya waktu, tempat dan suasananya yang berbeda.
Singkatnya, Biografi membantu menginsiprasi Anda mencari jalan keluar dari berbagai kesulitan hidup. Anda akan terkesima ketika tokoh berkata :”Sesuatu akan Indah pada Waktunya”. Sikap yang sulit dipahami seseorang yang sedang dalam kesulitan bahkan hampir menghadapi rasa frustrasi.
Singkatnya, Biografi membantu menginsiprasi Anda mencari jalan keluar dari berbagai kesulitan hidup. Anda akan terkesima ketika tokoh berkata :”Sesuatu akan Indah pada Waktunya”. Sikap yang sulit dipahami seseorang yang sedang dalam kesulitan bahkan hampir menghadapi rasa frustrasi.
Buku biografi menawarkan Anda menemukan banyak hal yang mengejutkan. Anda bisa belajar melihat keunggulan orang lain sekaligus melihat keunggulan Anda sendiri.
Hal yang perlu kita galakkan saat ini, menghindari sikap ”iri”, mengklaim ketokohan diri sendiri dengan meremehkan orang lain. Biarlah orang besar dengan kebesarannya, carilah keunggulan anda supaya bisa menjadi besar dalam kebesaran anda sendiri.
Membaca biografi, Anda terlatih melihat keunggulan orang lain, sekaligus belajar melihat banyak kelebihan yang Anda miliki.
Hal yang perlu kita galakkan saat ini, menghindari sikap ”iri”, mengklaim ketokohan diri sendiri dengan meremehkan orang lain. Biarlah orang besar dengan kebesarannya, carilah keunggulan anda supaya bisa menjadi besar dalam kebesaran anda sendiri.
Membaca biografi, Anda terlatih melihat keunggulan orang lain, sekaligus belajar melihat banyak kelebihan yang Anda miliki.
Setelah membaca, Anda mungkin akan menyimpulkan, "Aduh, kalau melakukan yang seperti ini, saya juga bisa, mengapa tidak saya mulai?”. Atau suatu saat, Anda akan berujar : ”Memang hebat orang ini, bagaimana saya bisa menciptakan yang berbeda dengan cara saya sendiri!”.
Ketika Anda mengalami hinaan orang, dan membandingkan pengalaman seseorang dalam buku biografi, Anda bisa berujar, ”Ternyata hinaan ini tidak seberapa, ketimbang tokoh yang kubaca”. Sehingga suatu saat Anda semakin kuat dan bisa mengatakan ”untunglah anda menghina saya, kalau tidak saya tidak akan jadi seperti ini”. ”Untunglah guru saya dulu tidak mengizinkan saya sekolah di sana, kalau tidak saya pasti hanya sebagai gemble”.
Biografi banyak mengajarkan saya memaknai sebuah kesalahan, kegagalan menjadi sebuah berkah!. Tidak justru asyik dengan mencari kambing hitam, tetapi belajar dari kesalahan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Ketika Anda mengalami hinaan orang, dan membandingkan pengalaman seseorang dalam buku biografi, Anda bisa berujar, ”Ternyata hinaan ini tidak seberapa, ketimbang tokoh yang kubaca”. Sehingga suatu saat Anda semakin kuat dan bisa mengatakan ”untunglah anda menghina saya, kalau tidak saya tidak akan jadi seperti ini”. ”Untunglah guru saya dulu tidak mengizinkan saya sekolah di sana, kalau tidak saya pasti hanya sebagai gemble”.
Biografi banyak mengajarkan saya memaknai sebuah kesalahan, kegagalan menjadi sebuah berkah!. Tidak justru asyik dengan mencari kambing hitam, tetapi belajar dari kesalahan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Selain itu, dengan seringnya anda membaca buku jenis ini, Anda akan berminat memahami seseorang lebih mendalam. Anda akan berlatih menilai seseorang secara obyektif, tidak hanya mengenal seseorang seperti ”kucing dalam karung”, kemudian menciptakan persepsi dan stigma-stigma menurut pemahaman sendiri.
Anda akan belajar, bagaimana seseorang sampai mencapai kondisinya seperti sekarang? Tidak cukup hanya menilai seseorang baik--sesaat setelah membagi-bagikan sesuatu, tanpa memahami seseorang dengan baik. Mengapa ia sampai mampu dan mau membagi-bagikannya, itulah pertanyaan kristis yang dijawab dalam buku biografi-atau otobiografi.
Membaca puluhan buku biografi, serta membudayakan anak-anak membaca buku biografi, dampaknya terasa pada ketahanan mereka menghadapi tantangan hidup. Ketika kami mengalami kesulitan keuangan, anak-anak maklum, ketika mereka harus bekerja atau belajar dalam kondisi stress, mereka lebih kuat.
Bahkan buku-buku seperti ini mampu mengajarkan anak-anak memahami masa depan mereka. Sukses hanya bisa dicapai dengan kerja keras, ketekunan dan fokus. Tidak semata mengandalkan KKN.
Mereka belajar secara nyata arti gagal, dan berhasil melalui kehidupan nyata seseorang. Buku jenis ini mengisahkan bahwa kegagalan hanyalah sebuah tahapan proses kehidupan memulai keberhasilan baru.
Gagal, bukan tindakan yang harus mendapat hukuman!. Ada pelajaran berharga di dalamnya. Sukses adalah sebuah keagungan, dimana seseorang bisa memberi lebih banyak kepada orang lain, bermanfaat bagi orang lain.
Gagal, bukan tindakan yang harus mendapat hukuman!. Ada pelajaran berharga di dalamnya. Sukses adalah sebuah keagungan, dimana seseorang bisa memberi lebih banyak kepada orang lain, bermanfaat bagi orang lain.
Pengalaman kami, mengajak anak-anak dan keluarga membaca buku biografi yang ditulis dengan kaidah-kaidah yang benar, bisa menjadi salah satu alternatif menangkal kehidupan khayalan yang banyak disiarkan televisi melalui ”sinetron” yang banyak menawarkan ”impian”, bukan kehidupan ”nyata” yang membumi.
Memperkenalkan buku biografi tokoh-tokoh di sekitar kita, bisa memotivasi minat baca di kalangan keluarga. Sekaligus mengetahui lingkungan sekitarnya—yang dekat dengan mereka. Sayang, banyak buku biogafi yang beredar di sekitar kita berasal dari terjemahan sukses di negeri orang. Sehingga tidak bisa banyak diserap oleh anak-anak dalam membentuk watak keindonesiaannya. Alangkah baiknya kalau mereka diberikan kisah kehidupan nyata di sekitarnya.
Singkatnya, dengan membaca biografi, Anda bisa membuat hidup lebih berarti.Rajinlah membaca biografi.
Tak perduli kehidupan orang besar atau orang tidak terkenal. Apakah ditulis seorang penulis terkenal atau penulis pemula. Dengan gaya sastra modern atau tulisan yang sederhana sekalipun.
Ini pengalaman pribadi saya, silakan mencoba memulainya!
Tak perduli kehidupan orang besar atau orang tidak terkenal. Apakah ditulis seorang penulis terkenal atau penulis pemula. Dengan gaya sastra modern atau tulisan yang sederhana sekalipun.
Ini pengalaman pribadi saya, silakan mencoba memulainya!
Tulisan ini diilhami oleh Action Principle, http://billfitzpatrick.com
Labels:
Artikel
Langganan:
Postingan (Atom)