My 500 Words

Senin, 08 September 2014

Menulis, Mempengaruhi Dunia (Rubrik, Analisa Cetak, 8 September 2014)



Oleh: Jannerson Girsang.

Buah pikiran seorang penulis yang dipublikasi mampu mempengaruhi dunia, bahkan secara tidak langsung memimpin perubahan dunia.

Karya tulis, baik dalam bentuk artikel dan buku yang memberi makna atas peristiwa, mengangkat nilai-nilai yang sudah terkubur, menjadi sumber pengetahuan, dan inspirasi bagi masyarakat umum, para pengambil keputusan atau para pemimpin. 

Nilai sebuah artikel atau buku adalah sebuah pengalaman baru, hidup baru, pengetahuan baru. Christopher Morley (1890 – 1957), seorang wartawan dan penulis novel berkebangsaan Amerika, mengatakan: “Ketika anda menjual sebuah buku kepada seseorang Anda tidak hanya menjual 12 ons kertas, tinta dan lem. Anda menjual hidup baru. When you sell a man a book you don't just sell him 12 ounces of paper and ink and glue. You sell him a whole new life".

Mempengaruhi Pemikiran, Mendorong Tindakan

Karya tulis mempengaruhi pemikiran dan mendorong pembaca bertindak ke arah yang lebih baik.  Membaca tulisan akan membuat orang menikmati hidup baru, cara-cara baru yang lebih baik dari sebelumnya.

Buku terkenal Seven Habits yang terbit 1989, karya Stephen R.Covey sudah terjual lebih dari 20 juta dan dibaca lebih dari jumlah buku yang terjual.

Menjadi pedoman atau referensi para pemimpin atau manajer, dan banyak  mempengaruhi karakter para pemimpin dunia, termasuk Indonesia.

Penulisnya sendiri, Covey sangat berpengaruh di kalangan pemimpin dunia. Bahkan ditunggu kedatangannya di pertemuan-pertemuan para pemimpin dunia, termasuk dengan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, ketika buku lanjutan Seven Habits, yakni Eight Habit terbit pada 2005.

George Soros,seorang pengusaha yang menuliskan pengalamannya dalam bentuk buku dan publikasi, turut memberi warna pandangan manusia tentang keuangan dan filsafat. Pradigma Baru Pasar Financial, salah satu buku George Soros yang diterbitkan Oktober 2008, merupakan pikiran-pikirannya yang memberikan inspirasi kepada pengambil keputusan meski tidak pernah bertemu dengan George Soros.

Penulis lainnya, Robert Tyosaki penulis buku Rich Dad, Poor Dad  juga memberi motivasi banyak pengembil keputusan di seantero dunia ini.

Pembaca mungkin masih ingat Ramos Horta, ketika pada masa-masa perjuangan Timor Timur yang selain sebagai pelobi, dia juga rajin mempublikasikan opininya di media-media internasional.

Yang lebih luar biasa lagi, kekuatan seorang penulis handal lebih dari kekuatan seorang presiden. Dua wartawan muda Amerika, Bernstein dan Woodward. Laporan jurnalistik investigasi mereka yang dibukukan dalam buku All the President Men, mengungkap kasus Watergate.

Kasus yang mampu mengundang reaksi orang untuk menjatuhkan Presiden Amerika Serikat Richard  Nixon di era tujuh puluhan.

Mengangkat Kisah yang Dilupakan

Karya seorang penulis menghiasi dunia dengan kisah yang mungkin sudah dilupakan orang menjadi karya luar biasa. 

Misalnya sosok Shoe Hok Gie yang kurang dikenal oleh para anak muda era 2000-an, kemudian biografinya ditulis oleh Dr John Maxwell, ”Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani”. Buku itu mampu mengangkat kembali nilai-nilai kejuangan seorang mahasiswa enampuluhan bagi generasi muda abad 21. Para anak muda semakin mengenalnya setelah hasil karya tulis itu kemudian menjadi sebuah film dan digandrungi generasi muda bangsa ini.

Penulis lainnya banyak mengangkat hal-hal yang terlupakan menjadi inspirasi baru. Misalnya kisah tenggelamnya Titanic.

Kisah yang menjadi pembicaraan hangat, karena karya tulis itu kemudian dapat menghasilkan cerita yang dinikmati penduduk dunia melalui film My Heart will Go on.     

Sebuah artikel tentang kehidupan pengusaha kemenyan di era 1930-an di harian ini beberapa tahun lalu berjudul ”Melongok Pengusaha Kemenyan Era 30-an” mengisahkan kembali seorang pengusaha kemenyan di daerah Humbang. Saat itu dia sudah memiliki mobil. Rumahnya yang mewah masih dapat disaksikan di sebuah desa pedalaman di Kabupaten itu.

Artikel itu mencerahkan pembaca bagaimana kehidupan seorang pengusaha kemenyan, bagaimana kemenyan diproduksi dan bagaimana Humbang telah menjadi pusat produksi kemenyan sejak lama, dan kini masih terus berlanjut.

Mengangkat Martabat Bangsa

Para penulis mampu mengangkat harkat martabat bangsanya melalui tulisan. Mungkin Anda pernah mendengar kisah tentang novel : Cantik itu Luka, sebuah novel berkelas dunia, yang ditulis Eka Kurniawan, pengarang Indonesia kelahiran 1975 dan alumnus Filsafat UGM.

Para novelis luar negeri menempatkan Eka Kurniawan pada posisi yang setara novelis international. Novel ini ternyata sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang Bi wa Kizu oleh Ribeka Ota dan diterbitkan  Shinpusha di Jepang. 

Menyusul Novel Lasykar Pelangi yang memberikan kontribusi besar bagi dunia sastra Indonesia, serta memperkenalkan mindset Indonesia ke dunia luar. Puluhan juta buku Lasykar pelangi yang berkisah tentang mimpi seorang penduduk desa di Belitung menginspirasi jutaan penduduk dunia.  

Menurut harian Indonesia berbahasa Inggeris, The Jakarta Post (29 Oktober 2013), sudah diterbitkan di 100 negara dan diterjemahkan ke dalam 30 bahasa yang berbeda. Sebuah prestasi yang memunculkan kebanggaan bahwa penulis Indonesia juga mampu menghasilkan karya-karya novel  yang mendunia.  

Menulis Fakta Memberi Makna

Menulis fakta menjadi bermakna dan dibaca khalayak bukan proses yang mudah. Proses diawali dari sebuah ide, pengumpulan data (wawancara, observasi atau riset), menulis dan mempublikasikan kepada umum baik melalui media cetak, online atau buku sehingga bisa dibaca oleh lebih banyak manusia.

Penulis harus memiliki kemampuan kejelian memilih  issu, kesabaran, dan idealisme. Hal yang belakangan tidak banyak dimiliki para penulis generasi muda kita sekarang kita. Mereka membutuhkan pembelajaran baik secara formal dan informal. 

Kita saat ini berada dalam arus generasi internet, dimana media tulis akan semakin terbuka lebar.  Artinya, sebuah tulisan tidak lagi menunggu media cetak yang jumlahnya terbats dan harus antri. Penulis memiliki alternatif lain dengan hadirnya  media online, bahkan artikel-artikel atau buku bisa dipublikasikan melalui website atau blog pribadi. 

Generasi internet dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi dengan bahasa tulisan. Jika tidak, maka negeri ini akan diluberi informasi hasil tulisan orang asing dengan sudut pandang yang berbeda, namun belum tentu memberi manfaat sesuai dengan kebutuhan kita. 

Jangan Hanya Menyimpan di Laptop

Sebuah kisah yang disimpan di lemari atau di dalam komputer, tidak akan berarti apa-apa. Dia hanya pajangan atau kenangan yang bisa hilang seiring meninggalnya pemilik cerita.

Sebaliknya, tulisan hanya menjadi kenangan dan tak punya kekuatan apa-apa, kecuali bagi penulisnya sendiri dan kemungkinan akan hilang dengan berjalannya waktu!.

Novel Lasykar Pelangi jika hanya tersimpan di laptop penulisnya Andrea Hirata, tidak mungkin bisa dibaca jutaan penduduk dunia, tidak mungkin mempengaruhi dunia, tidak mungkin mengangkat martabat bangsa.

Marilah mendorong para penulis-penulis kita, berikan apresiasi bagi penulis sekecil apapun karyanya, karena itu akan membuat kekuatan besar mepengaruhi dunia!. Bacalah karya-karya anak bangsa. Belilah buku-buku mereka!

Para anak muda teruslah melanjutkan menulis dengan sungguh-sungguh. Perkembangan media yang pesat akan menjadikan kegiatan menulis menjadi alternatif pekerjaan baru bagi kita semua.

Harapan masih terbuka lebar. Dengan makin berkembangnya teknologi informasi, maka para penulis memiliki kesempatan luas mempublikasi tulisan-tulisan dari perenungan lokal menurut jalan pikiran bangsa ini menuju dunia yang lebih makin berkembang dan mempengaruhi dunia. ***

Penulis adalah penulis biografi berdomisili di Medan

Kamis, 04 September 2014

In Memoriam Mandino (1923-1996) Membaca Meraih Hidup Baru (Rubrik Wacana, Medan Bisnis, 4 September 2014)



Oleh: Jannerson Girsang

Mungkin banyak diantara pembaca yang membaca buku setiap hari. Pasti diantara semua bacaan itu Anda menemukan sesuatu, meraih  hidup baru, pemikiran baru ke arah yang lebih baik. Masalahnya, bangsa kita baru sekitar 23% memperoleh informasi dari membaca.

Keteladanan Mandino seorang veteran Vietnam dalam membaca buku. menjadi penting dijadikan renungan dan inspirasi.  Lingkungan pekerjaannya membuat pria ini  sempat menjadi pecandu alkohol, dan menyebabkan dirinya keluar dari pekerjaannya, ditinggal keluarganya.

Membaca, membuat Mandino mampu meluruskan kembali jalan hidupnya.  Bahkan sebuah buku bisa menemukan potensi dirinya, kembali bangkit dan sukses. Membaca, memampukan Mandino menata dirinya, sukses kembali dalam pekerjaannya, bahkan menulis buku best seller dari pengalaman barunya.  

Membaca Meraih Hidup Baru

Jadikan membaca menjadi budaya memperoleh hidup baru, kegairahan baru, bukan malah membuat makin galau.  Sehingga membaca menjadi sebuah kegiatan rutin. Sebaliknya, fakta menujukkan bahwa masih sedikit diantara bangsa ini yang melakukan kegiatan membaca sampai pada tingkat seseorang mengambil makna dari bacaannya, belum membuatnya berubah.

Membaca tak lebih dari sekedar membaca pendahuluan, membolak-balik kertas-kertas yang dijilid dan diberi sampul mewah, tanpa memperoleh kekuatan baru dari bacaannya.

Tidak demikian halnya Mandino, penulis The Greatest Salesman In The World, buku best seller di Amerika yang bukunya terjual lebih dari  50 juta eksemplar dan buku-bukunya sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 25 bahasa.

Di balik kisah suksesnya, Mandino yang hidup antara 1923-1996, memiliki pengalaman unik membaca, keluar dari penderitaan dan keputusasaan.  

Pria ini membuktikan, siapa saja yang melek huruf  bisa meraih sukses seperti yang dialaminya Mandino bukanlah seorang akademisi. Sebelum sukses menjadi seorang penulis terkenal, Mandino--nama lengkapnya Augustine “Og” Mandino II  mengalami penderitaan hebat.   

Sebelum jatuh dalam penderitaan, Mandino adalah veteran perang Vietnam. Setelah menyelesaikan tugas militernya, dia beralih profesi menjadi salesman asuransi. Pekerjaan baru ini menuntutnya bekerja siang hari dan dan duduk di bar di malam hari.

Pola kerja seperti ini membuatnya menjadi seorang pecandu alkohol dan akhirnya tidak bisa mempertahankan pekerjaannya.

Bak kata pepatah, sudah jatuh ketimpa tangga. Gambaran keadaan yang dialaminya sesudah kehilangan pekerjaan. Dalam kesulitan seperti itu, Istrinya  Miriam "Mimi", bersama anak tunggal mereka,  meninggalkannya. Mandino kehilangan segalanya: pekerjaan, rumah dan keluarganya. Menghadapi suasana kehampaan hidup, mantan pilot pembom ini hampir saja bunuh diri.

Untung saja niatnya urung dan dia mencurahkan waktunya di perpustakaan yang menyediakan buku-buku yang kemudian menenangkan pikirannya yang sedang galau. Beda dengan banyak jalan yang ditempuh banyak remaja masa kini. Pikiran yang galau justru diatasi dengan obat-obat terlarang atau masuk ke tempat-temoat hiburan yang memberinya hiburan sesaat, tidak sampai merubah pola yang hidupnya lebih baik.   

Suatu ketika Mandino pergi ke perpustakaan. Saat memilah-milah buku di perpustakaan, Mandino tertarik kepada beberapa buku motivasi sukses. Dia memilih beberapa judul buku, membawanya ke  meja perpustakaan dan mulai membaca.

Hari-hari berikutnya, Mandino melanjutkan kunjungannya ke banyak perpustakaan lainnya di Amerika Serikat. Dia membaca ratusan judul buku yang berhubungan dengan sukses. Karena banyak waktu dicurahkan membaca, dia bisa mengurangi ketergantungan alkohol.

Hingga suatu ketika, dia tiba di  perpustakaan Concord, New Hampshire. Di sana Mandino menemukan buku klasik karya W. Clement Stone, Success Through a Positive Mental Attitude. Buku ini membuat kehidupan Mandino lebih baik.

Singkat cerita, Mandino tidak hanya lepas dari alkohol, bahkan dengan pengetahuan yang diperolehnya dari buku-buku itu, Mandino menemukan dirinya kembali, dan memiliki keberanian untuk memulai kembali hidupnya. Dia kemudian melamar pekerjaan di Combined Insurance.

Di kantor barunya, Mondino menerapkan prinsip-prinsip mencapai sukses dari buku-buku yang dibacanya. Mandino meraih kesuksesan demi kesuksesan.

Bahkan kemudian, dia menulis pengalamannya sendiri dalam  The Greatest Salesman In The World, buku yang pernah menjadi best seller dan klasik di bidangnya. Bukunya terjual lebih dari 50 juta eksemplar dan sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 25 bahasa.

Mandino memberi kita pelajaran bahwa seseorang bisa lepas dari penderitaannya dengan membaca, sekaligus meyakinkan bahwa membaca juga milik kaum awam, tidak hanya milik kaum intelektual dan tujuannya hanya untuk kepentingan ilmiah.


Penutup

Pengalaman Mandino, mengisyaratkan bahwa membaca wajib bagi siapa saja untuk meraih perubahan hidup. Sebuah renungan menarik. Masalahnya, menurut data BPS (2006), masyarakat Indonesia lebih memilih menonton televisi (85,9%) dan mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca (23,5%). Artinya, membaca untuk mendapatkan informasi baru dilakukan oleh 23,5% dari total penduduk Indonesia, jauh di bawah Jepang dan Singapura, yang mencapai masing-masing 45% dan 55%.

Fakta itu menunjukkan bahwa kebanyakan bangsa kita masih memandang buku hanya merupakan kumpulan kertas, tinta dan lem. Christopher Morley, seorang wartawan dan penulis novel Amerika Serikat mengatakan: “Buku adalah hidup baru”.

Pengalaman Mandino mengungkapkan bahwa buku memiliki kekuatan, bahkan buku dapat membuatnya meraih hidup baru, melepaskannya dari penderitaan.  Dengan membaca Mandino menjadi seorang salesman sukses bahkan mampu menulis menjadi penulis buku terkenal.

Buku memiliki roh dan kekuatan membawa Anda meraih hidup baru. Membacalah, maka Anda akan keluar dari penderitaan, sekaligus meraih sukses yang lebih besar.

Di saat luberan informasi dalam era global semacam ini, membaca adalah salah satu cara membuat diri kita mampu menyaring informasi yang berguna bagi kita untuk memilih langkah terbaik dalam kehidupan ke depan.

Selasa, 02 September 2014

Kita Semua Salah


Oleh: Jannerson Girsang


Apa guna kau merasa orang benar
Kalau tidak tau apa yang benar

Apa guna kau merasa menang
Kalau  ada orang yang dendam

Menang jadi arang, kalah jadi abu
Dua-duanya sia-sia saja

Jangan buang waktu mencari kesalahan
Bahkan memfitnah supaya orang lain seolah salah
Hidup menderita dalam kecurigaan

Bisa menyeret orang ke pengadilan
Menambah orang yang tersangka kemudian terdakwa
Diadili namun dibela siapa yang bayar
Dihukum hakim nakal
Vonis kontroversi
Jutaan rakyat demo menekan
Menang tapi tidak nyaman, tertekan

Marilah mencari apa yang benar
Memahami kebenaran
Dan melakukan yang benar

Menabur kebaikan
Berbuah kebahagiaan

Hentikan mencari siapa yang salah
Kita semua salah
Kita semua  terdakwa

Puisi Pertama dalam Hidupku
Medan, 21 Januari  2013

"Di atas Langit Masih Ada Langit


Johannes adalah seorang rasul yang penuh kasih. Tapi sebelumnya dia adalah seorang rasul yang arogan.

Dia iri merilhat seorang yang bukan pengikut Yesus mengusir setan, pernah mengajukan permintaan kepasa Yesus, supaya mereka dapat duduk dalam kemuliaanNya kelak, satu di sebelah kiri, satu di sebelah kanan. Seolah hanya dia dan saudaranya saja yang layak di posisi itu.

Johannes juga pernah meminta izin dari Yesus agar mereka dapat menyuruh api turun dari langit sehingga dapat membinasakan orang-orang Samaria.

Dalam kehidupan sehari-hari, beberapa kearoganan berujung dengan malapetaka.

Presiden Brazilia, Tancredo Neves, yang begitu arogannya dengan dukungan rakyatnya dan mengatakan, tidak ada yang bisa menggoyahkannya, bahkan Tuhan sendiri.

Tapi, sebelum peresmian jabatannya, dia sakit dan meninggal.

Kesombongan seorang arsitek kapal terkenal Titanic juga berujung mala petaka. "Tuhanpun tidak bisa menenggelamkannya," ujar arsitek itu angkuh.

Ternyata kapal Titanic menabrak gunung es dalam pelayaran pertamanya, tenggelam dan hanya meninggalkan kisah pilu di atas keangkuhan.

"Di atas langit, masih ada langit".

(Di sarikan dari Manna Sorgawi, 2 September 2014. Hari ini genap 111 tahun Injil di Simalungun. Semoga kearoganan kita makin terkikis dengan Firman yang melembutkan dan menginspirasi. Gereja Kristen Protestan Simalungun, GKPS akan merayakannya sebagai Pesta Olob-olob).

Retreat KPPD LAI Perwakilan Medan


"Datang dengan Kelelahan, Pulang dengan Semangat Baru"

Oleh: Jannerson Girsang

Sebanyak 40 orang keluarga besar KPPD LAI Sumut melaksanakan retreat di Hotel Ambaroba Tuktuk Siadong, Samosir, Sumatera Utara, 30-31 Agustus 2014.

Acara malam retreat diisi dengan kebaktian yang dipimpin Pdt Marisi Uli Panjaitan (Methodis), ceramah dari Sigit Triyono, Managing Director "Sukses Holistik Indonesia" Consulting.

Hari Minggu besoknya acara dilanjutkan dengan Kebaktian Minggu yang dipimpin oleh Pdt Luther Lase (Ketua KPPD LAI), serta Rapat Program KPPD LAI 2014.

Dalam ceramahnya yang berjudul "Meningkatkan Pelayanan Mitra LAI", Sigit Tryono, menjelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan menurunnya motivasi pelayanan. Dia juga mengingatkan agar KPPD LAI fokus kepada Visi dan Missi LAI, serta mensosialisasikan budaya LAI: Melayani, Inovasi, Terpercaya dan Kerja Sama".

Sigit yang sangat piawi mengajar itu, dalam sebuah kesempatan yang tidak dijadwalkan, mengajarkan Kiat Sosialisasi: 'Sate Super'

"Saya Teringat Suatu Peristiwa". Menurutnya, sosialisasi harus memperhatikan konten yang berisi kisah yang menggugah emosi, sehinga pendengar tertarik dan memahami pesan yang disampaikan.

"Jangan melakukan sosialisasi hanya dengan membaca atau menyampaikan sesuatu tanpa menggugah emosi," katanya. "Mulailah dengan pembukaan: Saya Teringat Sebuah Peristiwa......" tambahnya.

Ketua KPPD Perwakilan Medan, Pdt Luther Lase memaparkan berbagai program KPPD 2014 dan meminta seluruh pengurus dan mitra bekerja bersama-sama mewujudkan cita-cita LAI.

KKPD (Kelompok Kerja Penggalangan Dukungan) LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) adalah Mitra LAI dari berbagai denominasi gereja yang secara sukarela mendukung LAI di daerah/wilayah tertentu.

Dalam melaksanakan tugasnya LAI KPPD membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, para hamba Tuhan, jemaat, pemerintah dan masyarakat, baik doa, daya/tenaga dan dana dalam mewujudkan Firman Allah hadir untuk semua orang.

VIsi LAI adalah "Firman Allah Hadir bagi semua orang dalam bahasa yang berterima agar mereka dapat bertemu dan berinteraksi dengan Allah, dan mengalami hidup baru".

Acara ini juga diikuti Ketua LAI Perwakilan Sumatera Eurelin Sembiring, SE beserta seluruh staf LAI Medan.

Dalam perjalanan pulang pergi Medan-Samosir, rombongan juga mengunjungi beberapa obyek wisata di sekitar Prapat dan Samosir, seperti Batu Gantung, Makam Raja Sidabutar di Tomok. Tentu, juga berbelanja oleh-oleh dari Samosir.

Sebuah suasana alam yang tak terlupakan adalah makan siang di bawah pohon sawit Perkebunan Marihat.

Pematangsiantar adalah kota yang sejuk dan bersih, serta menyenangkan untuk istirahat dan belanja. Rombongan juga menyempatkan diri belanja oleh-oleh dari Toko Roti Ganda, kerupuk empuk dari penjual di sekitar toko roti terkenal di kota itu.

Sebagian, sambil menunggu yang lain berbelanja, menikmati istirahat di Taman Bunga Pematang Siantar, dengan menikmati makanan dan minuman yang tersedia di sana.

"Datang dengan kelelahan, pulang dengan semangat baru," kata Sigit Tryono menyemangati para peserta Retreat KKPD LAI Perwakilan Medan.

Semoga!

Selasa, 26 Agustus 2014

HANNA: MENGHADAPI MASALAH DENGAN KESABARAN, KEYAKINAN AKAN KUASA TUHAN


Kodrat seorang ibu adalah hamil. Bila suami menderita karena istrinya belum mendapat karunia seorang anak, tentu si istri justru lebih menderita lagi--merasa lebih tertekan batinnya saat ia mendapati para wanita sebayanya atau bahkan yang lebih muda darinya sudah bercanda dengan si kecil yang berceloteh digendongannya.

Penderitaan makin parah, karena hingga saat ini, lingkungan, tetangga sekitar, teman dan yang lainnya memandang sebelah mata terhadap sosok wanita mandul yang tak bisa memberi keturunan.

Syukur masih ada yang memandangnya dengan empati lantaran mereka belum juga dikaruniai keturunan.

Kesehariannya sering mengalami kesepian dan kerinduan, karena momongan belum kunjung tiba. Sore hari, menyambut suami yang tampak murung karena baru saja melihat tetangganya menggendong anak dan bercanda di halaman rumah.

Setelah bertahun-tahun dalam penderitaan berat, penderitaan berikutnya menimpa seorang wanita mandul, manakala suami memutuskan menikah lagi dengan wanita lain.

Itulah kira-kira penderitaan yang dialami Hanna,  seorang perempuan mandul yang dikisahkan dalam Kitab Samuel,  Perjanjian Lama.

Setelah menikah dalam waktu yang cukup lama, suaminya Elkana, karena alasan keturunan, menikah lagi dengan seorang wanita bernama Penina.

Hanna yang sudah bertahun-tahun merindukan anak, tapi hasilnya nihil, justru madunya Penina yang menikah belakangan dengan suaminya sendiri mampu melahirkan beberapa orang anak.

Hanna masih sedikit bersyukur karena Elkana tetap mengasihinya, meski Hanna tidak memiliki anak.

Sebaliknya, madunya, Penina memperlihatkan sikap yang bertolak belakang. Mengetahui suaminya masih menyayangi Hanna, Penina berusaha membuat hati Hanna gusar dan menyakiti hatinya.

Suasana yang paling disenangi Penina adalah saat ziarah tahunan ke Syilo. Di sana mereka memberikan persembahan kepada Tuhan.

Bagian-bagian korban yang dipersembahkan kepada Tuhan adalah berdasarkan jumlah orang yang ikut ziarah.

Penina yang memiliki anak yang jumlahnya banyak itu—’semua putra-putrinya’—Elkana memberikan bagian dari korban-korban yang dipersembahkan kepada  Tuhan. Sementara Hana, yang tidak punya anak, hanya menerima bagiannya sendiri.

Penina begitu merendahkan Hana dan mengungkit-ungkit kemandulannya sampai-sampai wanita yang malang ini menangis dan bahkan kehilangan selera makan.

Lengkaplah sudah penderitaan Hanna.

Setiap kali disakiti Hana menangis dan tidak mau makan. Elkana hanya bisa menghibur dengan mengatakan:

"Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?".

Dukungan dari manusia, termasuk suaminya tidak mampu menghibur hati Hanna. Kehebatan Hanna, disebutkan bahwa dia menghadapi kepedihan dengan sabar, keyakinan penuh kepada Tuhan dan tidak membalas dendam kepada Penina yang menyakitinya.

Kisah Perjanjian Lama memaparkan bahwa Hana menyampaikan keputusasaannya kepada Tuhan melalui doanya yang khusuk.

Suatu ketika Hanna bernazar, "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."

Ketika Hana terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu; karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk.

Meminta pertolongan kepada Tuhan dalam keputusasaan seringkali terlihat aneh dan ini pula yang diperlihatkan Imam Eli dengan menegur dan menasehati Hana supaya melepaskan diri dari mabuk-mabukan.

Hanna sesungguhnya tidak mabuk. Meski dituduh demikian, Hanna tidak marah dan tersinggung atas sikap Imam Eli.

Dia menjawabnya seadanya dengan polos.  "Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN".

Eli menerima penjelasan ini dan akhirnya memberkatinya: ""Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya"

Hanna lega dan mukanya tidak bersedih lagi.

Tuhan mengabulkan permintaan Hanna. Segera setelah peristiwa itu, Hana hamil dan melahirkan, Samuel, artinya anak yang "Diminta dari TUHAN".

Ketika tiba waktunya Elkana pergi ke Silo melakukan ziarah tahunan, Hana meminta agar dia dan Samuel diizinkan tidak pergi sampai anak itu disapih. Setelah perempuan itu menyapih anaknya, Elkana  membawa Samuel dengan seekor lembu jantan yang berumur 3 tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah TUHAN di Silo.

Hanna menepati nazarnya. Samuel yang masih masih kecil  dipersembahkan untuk melayani. Dia tinggal dan melayani di bait suci TUHAN. Samuel adalah tokoh besar terakhir bangsa Israel pada masa kepemimpinan para pahlawan.

Hana tidak hanya melahirkan Samuel tetapi juga tiga orang anak laki-laki serta dua anak perempuan yang lain.

Hanna datang kepada Tuhan tidak dengan tangan hampa. Dia datang dengan persembahan puji-pujian. Ketika doanya dijawab Tuhan, dia mengucap syukur dengan persembahan terbaik, dan tak lupa menaikkan puji-pujian kepada Tuhan atas kebaikan Tuhan.

Hanna tidak membalas hinaan Penina, tidak mencari pertolongan manusia, Hanna berjanji, kalau Tuhan membalas doanya akan dipergunakan memuliakan Tuhan, berdoa dengan Tekun (sampai dikira mabuk), dan Hanna adalah orang yang mampu berterima kasih, mengucap syukur.

Medan 26 Agustus 2014

KERAGAMAN SEBAGAI KEINDAHAN DAN KEKUATAN


Oleh: Jannerson Girsang

"It is time for parents to teach young people early on that in diversity there is beauty and there is strength". (Maya Angelau)

Waktunya orang tua mengajarkan anak-anak muda sejak dini, bahwa dalam keragaman kita menemukan keindahan dan kekuatan.

Ajarkanlah agama, kearifan budaya suku yang dimiliki negeri ini sebagai teladan untuk mengasihi semua umat manusia, membuat hidup mereka lebih nyaman dan sejahtera. Satu dengan yang lain saling menginspirasi, saling memperkaya..

Bukan sebaliknya: mengajarkan keunggulan yang satu, dan merendahkan yang lain, apalagi menebarkan bibit-bibit kebencian. Bukan membuat satu dengan yang lain merasa terancam dan diliputi rasa takut.

Tidak ada manusia di dunia ini yang suka agamanya atau sukunya dilecehkan.Mereka ingin agamanya, sukunya dihormati. "Hidup berdampingan dalam damai, harmonis" mutlak bagi semua orang.

Saatnya semua kita sadar, bangsa ini hanya akan berada dalam "damai yang semu" selama satu pihak mengumandangkan dirinya lebih hebat, lebih unggul dari yang lain.

Tugas utama kita ke dunia adalah hidup saling menghormati dan menyayangi satu dengan yang lain, bahkan seluruh mahluk ciptaan Tuhan. .

Tuhan memberi kita satu Matahari, satu Bulan, satu Bumi.

Kita tidak perlu bahkan tidak bisa pindah ke matahari lain, bulan yang lain, bumi yang lain hanya karena agama atau suku kita berbeda. Kita semua harus berdampingan, hidup saling ketergantungan, saling membutuhkan.

Agama, suku bukan untuk dibanding-bandingkan, tetapi adalah keindahan dan kekuatan yang mewarnai bangsa, atau dalam skala yang lebih luas, dunia ini. .

Tuhanlah yang menciptakan kita beragam, syukurilah keragaman itu sebagai keindahan dan kekuatan.

Marilah saling belajar dan mempraktekkan pengalaman bersama dalam keragaman, sehinga dapat merasakan indahnya keragaman itu, dan memperoleh kekuatan yang muncul dari keragaman itu.

"Sebagaimana kamu ingin orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka"

Gambar bawah. Kebaktian Pemuda GKPS Simalingkar di rumah saya, Minggu sore, 24 Agustus 2014. Makanan mereka dipesan dari ibu Dewi, tetangga saya, seorang Muslim yang baik dan pandai memasak.

Renungan Malam, 25 Agustus 2014. Selamat Malam Mas Bambang Sumaryanto, hidup Sabang Merauke
Jannerson Girsang's photo.
Jannerson Girsang's photo.

Apapun Agamamu, Sukumu, Lakukan yang Terbaik bagi Setiap Orang



"Tidak penting apapun agama atau sukumu. ..Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu" (Gus Dur).

"Agama memang menjauhkan kita dari dosa, tetapi berapa banyak dosa yang kita lakukan atas nama agama?"

"Nasionalisme sempit itu yang bahaya. Biar jelek, biar maling yang penting sesuku, satu ras, seagama dengan saya. Itu yang buat negara ini terpuruk" (A Hok)

Mari kita renungkan bersama.

Photo

Senin, 25 Agustus 2014

Baca Aja Nggak!

Oleh: Jannerson Girsang

Seorang mahasiswa aktivis dan sudah menjalani semester 10 dan belum selesai skripsi, tiba-tiba mendatangi sebuah kantor seorang profesor di sebuah perguruan tinggi dan ingin konsultasi.

Dia adalah tokoh demo. Acapkali melakukan demo tentang apa saja yang menurut informasi yang diterimanya pantas didemo.

Tanpa basa basi, dia langsung to the point. .

"Katanya bapak Anu yang pejabat itu pernah menulis tentang paham Komunis yang diajarkan di sekolah-sekolah, Pak Profesor"

"Sudah baca tulisannya?," ujar Professor ingin konfirmasi kebenaran beritanya.

"Belum"

"Lantas, dari mana kamu tau dia menulis tentang paham Komunis mau diajarkan di sekolah-sekolah"

"Kata orang sih"

"Lalu?"

"Kita mau demo nih Pak, Itu kan subversif Pak"

"Udah baca UU Subversi?"

"Belum"

"Oh!," kata Professor, sambil melirik ke kiri mejanya ke tumpukan buku-buku bahan perkuliahannya. .

Profesornya mengangguk-angguk.

Sedih!. Dia tidak mungkin menjelaskan apapun dari referensi yang dia ketahui. Soalnya apapun yang dibicarakannya pasti nggak nyambung. Dan dia juga tau si mahasiswa ini bebal. Dia selalu menganggap dirinya paling benar.

Profesor mengemasi bahan perkuliahan yang akan disajikannya kepada mahasiswa semester V, di jurusan politik.

"Maaf ya dek, saya mau mengajar," ujar Profesor bergegas meninggalkan kantornya menuju ruang kuliah.

Medan, 25 Agustus 2014