My 500 Words

Selasa, 10 Maret 2015

Politik: Seni Mencari Masalah (?)


Oleh: Jannerson Girsang

Kaget juga membaca kutipan dari Groucho Marx, seorang komedian terkenal di Amerika yang mengatakan: "Politics is the art of looking for trouble, finding it everywhere, diagnosing it incorrectly and applying the wrong remedies".

Artinya politik itu ternyata adalah seni mencari masalah, menemukannya di mana-mana, mendiagnosis masalahnya secara tidak benar dan menerapkan solusi yang salah.

Politik tidak mempertimbangkan kecerdasan. Kalau di Indonesia, yang penting banyak duitnya licinlah dia masuk partai politik.

Kebodohan tidak menjadi hambatan, seperti dikatakan Napoleon Bonaparte, "In politics stupidity is not a handicap"

Politik juga tidak memiliki relasi dengan moral, seperti dikatakan Nichollo Machiaveli, "Politics have no relation to morals". Tidak heran, kalau para politisi korupsi, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan partai atau pribadinya.

Jangan-jangan inilah yang dianut oleh sebagian politisi kita sekarang, dan kebetulan pula sangat berpengaruh di partainya.

Dampaknya, orang yang tidak ingin berpartisipasi dalam politik akan merasakan "enaknya" diatur orang-orang dari lingkungan yang tak mempertimbangkan kecerdasan dan moral.

Sayangnya, seperti yang sering disebut Anis Baswedan, orang-orang baik dan pintar tidak tertarik ke politik yang sudah didominasi orang-orang yang sudah kadung mendefinisikan politik seperti di atas.

Maka, siap-siaplah kita diatur orang-orang seperti ini, dan itulah hukuman yang diberikan kepada kita, karena kitalah yang memilih mereka. Plato sudah mengingatkan kita ribuan tahun yang lalu.

Sadarilah bahwa kita semua akan jadi korban. Kita diatur orang-orang tak bermoral, mereka yang berpengatahuan dan bermeoral di bawah standar.

"One of the penalties for refusing to participate in politics is that you end up being governed by your inferiors".

Rp 12 triliun dana siluman masuk ke dalam APBD DKI, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau DPRD DKI aja segitu banyak, bagaimana pula DPR-RI?.

A Hok dan Jokowi, serta jutaan orang-orang cerdas dan bermoral di negeri ini harus mampu melawannya. Dukung mereka!. .

Bagaimana pendapat Anda?.

Medan, 5 Maret 2015

Senam Sebelum Kebaktian: Mendapatkan Kebahagiaan di Minggu Pagi

Oleh: Jannerson Girsang

Teman-teman satu gerejaku begitu kreatif menciptakan kegiatan positif. Tiga minggu lalu Pengurus Bapa menciptakan "mainan baru" Senam Minggu pagi.

Senam di pagi hari Minggu membuat badan segar. Tidak terlambat masuk kebaktian pukul 10.00, karena pulang dari senam langsung sarapan dan mandi.

"Mensana in corpore sano". Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat. Tubuh segar, hati riang!.

Pengurus Seksi Bapa GKPS Simalingkar (2015-2020) telah mencanangkan senam setiap Minggu Pagi, dilaksanakan di halaman gereja dan dimulai pukul 06.00 pagi.

Instrukturnya Ny Dearman Saragih br Manalu, warga gereja kami yang memang seorang penari dan instruktur tari/senam. Kami bersyukur karena dia mau mengajar dengan sukarela. Kebaikan yang tulus! Mari menghargai perbuatan-perbuatan baik dari orang-orang yang tulus!

Selama ini banyak jemaat yang melakukan senam di luar atau sendiri-sendiri. "Dari pada kita senam jauh-jauh ke Lapangan Merdeka, lebih baik dilaksanakan di halaman gereja. Kita bisa melaksanakan bersama," kata Ketua Seksi Bapa GKPS Simalingkar, Medan, Sy Dearman Saragih, SH.

Benar kata Ketua!. Dari rumah masing-masing jemaat, gereja kami dapat ditempuh hanya beberapa menit. Kalau di gereja kami bisa mendapatkan senam yang gratis dan menyehatkan tubuh. Bayangkan kalau ke Lapangan Merdeka yang berjarak sekitar 10 km.

Hari ini adalah hari pertama saya mengikuti senam yang sudah dimulai sejak tiga minggu lalu. Senang sekali!

Lagu Goyang Dumang, Sakitnya Tuh Di Sini, Gemu Famire adalah beberapa lagu dari sekian banyak lagu yang mengiringi senam pagi ini. Musiknya kocak, enak dan membuat hati riang, mengundang badan bergerak.

Kaki, tangan, kepala bergerak, keringat mengucur, badan jadi segar. Sepanjang senam, kami ketawa-ketawa karena banyak yang salah mengikuti gerakannya, atau ada saja seloroh yang muncul spontan.

"Berat badan saya sudah turun 4 kg," ujar Benny Simanjorang yang bertubuh agak tambun itu berseloroh.

Senam memang tidak hanya mengolah raga--membuat jemaat sehat raganya.
tetapi juga mengolah hati supaya riang. Mereka mendapat obat, karena hati yang riang adalah obat.

Habis senam, rasa haus muncul. Tapi sudah ada yang menyediakan air aqua secukupnya.

Usai senam, saat istirahat, berlangsung kongkou-kongkou sebentar, memunculkan rasa kebersamaan, sehat jiwanya, mampu bermitra satu dengan yang lain.

Senam bubar. Pulang ke rumah masing-masing. Tiba di rumah sudah tersedia sarapan yang disediakan istri tercinta. Sebelum sarapan, berdoa bersama, ketawa-ketawa. Makanan dilahap sampai habis. Istri senang, karena merasa karyanya dihargai!

Semua mempersiapkan diri dengan santai untuk kebaktian jam 10.00.

Apa yang kita kejar di Minggu Pagi? Kebahagiaan?. Datanglah ke Senam Pagi Seksi Bapa GKPS Simalingkar. Mudah kan?

Hayo, Minggu depan datang ya! Ajak teman-teman. Enak Lho! Great Seksi Bapa GKPS Simalingkar!.

Terima kasih untuk Dr Sukarman Purba, MPd (Wakil Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar) yang pagi ini menjadi papparazi dan menyediakan foto yang menghibur.

Medan, 1 Maret 2015

Senam di pagi hari bersama anggota jemaat. Menyegarkan raga dan jiwa. "Mensana in Corpore Sano"
(Saya, pakai kaus merah di depan).

Berkeluarga dan Berteman Seumur Hidup


Oleh: Jannerson Girsang

"Ages of experience have taught humanity that the commitment of a husband and wife to love and to serve one another promotes the welfare of children and the stability of society," (Jacks King).

"Pengalaman berabad-abad mengajarkan umat manusia bahwa komitmen suami dan istri untuk saling mengasihi dan melayani satu sama lain meningkatkan kesejahteraan anak-anak dan stabilitas masyarakat , ".

Masih adakah yang ingin mempertahankan atau membiarkan "keretakan" rumah tangganya berlangsung terus?

Kembalilah ke awal komitmen: "Setia Sampai Akhir". Visi rumah tangga dan anggota keluarga: "hanya dipisahkan oleh kematian".

Jauhkan istilah:"kau bukan istriku/suamiku lagi, kau bukan anakku/orangtuaku lagi, kau bukan saudaraku lagi".

Belajar seumur hidup menuju keluarga seumur hidup. "Kau yang pertama, kaulah yang terakhir, selama hidupku" .Seperti lagu Batak Pop mengingatkan kita yang sudah berkeluarga: "Ho do na parjolo, ho do na parpudi saleleng ngolungkon,". .

Prinsip ini akan memperkuat dasar pertemanan kita di tengah-tengah masyarakat. Berteman juga seumur hidup, jangan mau dipisahkan hanya karena "beda dukungan politik, beda status, beda kulit, apalagi cuma karena rupiah lalu engkau berpaling muka, tak mau menatap lagi"

Kesepian, penyakit paling parah dan akan kita alami, ketika kita lanjut usia, seperti pengalaman banayk orang,

Itulah sebabnya pertemanan saat ini mahal sekali. Di usia 60-an, kita akan banyak kehilangan teman karena meninggal, karena pindah ke tempat yang jauh dan komunikasi tidak lancar.

Kalau dari sekarang teman sudah dibatasi, maka akan sulitlah hidup kita di masa yang akan datang.
Binalah pertemanan seumur hidup, karena pertemanan yang baik di masyarakat akan mendorong stabilitas yang semakin baik.

Sebaliknya, memicu bermusuhan akan memakan banyak korban, karena menimbulkan pro dan kontra. Mereka yang tidak tau menahu turut menjadi korban. Stabilitas jelas terganggu.

Permusuhan antara suami istri, apalagi berujung pada perceraian, lebih parah dampaknya. Akan menimbulkan korban pada anak-anak, korban pada teman, pro kontra di keluarga.

Di televisi kita menyaksikan artis yang bercerai, satu pihak menjelekkan satu pihak, dan ratusan bahkan ribuan orang akan terlibat pro dan kontra. Stabilitas keluarga besar terganggu, bahkan bisa menimbulkan ketidaknyamanan pada relasi-relasi keduanya.

Sekali lagi: ""Pengalaman berabad-abad mengajarkan umat manusia bahwa komitmen suami dan istri untuk saling mengasihi dan melayani satu sama lain meningkatkan kesejahteraan anak-anak dan stabilitas masyarakat".

Medan, 5 Maret 2015

24 Jam Jadi "Pemikir" Teknologi Penipuan

Oleh: Jannerson Girsang

Di dunia ini ada pekerjaan manusia yang 24 jam hanya menipu. Dan penipuannyapun beragam cara dan secara kreatif membangun dan mengembangkan "teknologi penipuan".

Salah satu adalah yang saya alami hari ini.

Barusan saya menerima telepon ke telepon rumah saya. Sudah lama tidak ada orang yang bertelepon ke rumah. Penuh tanda tanya, rasa heran, saya angkat.

"Ini nomor telepon atas nama bapak Jannerson Girsang"

"Ya, benar"

"Saya Edi Gunawan, operator TELKOM, Pak!. Bisa saya berbicara dengan Pak Jannerson Girsang?"

"Ya, saya sendiri"

"Saya membawa kabar gembira untuk bapak dan keluarga. Tadi malam Telkom mengadakan undian. Nomor telepon bapak terpilih sebagai pemenang ke empat dan mendapat hadiah televisi dan uang Rp 10 juta dari Bank Indonesia".

"Ha...ha...hebat"

"Apakah hadiahnya mau diambil atau tidak, Pak?," katanya

"Hei, saya orang Telkom. Kapan pula ada Telkom melakukan undian?"

"Kalau boleh tau bapak di Telkom di bagian mana, Pak?"

Saya langsung tutup telepon!. Karena sudah punya pengalaman yang sama sebelumnya. Lanjutannya!. Dia akan menyuruh saya mentransfer pajak televisi dan uang yang akan saya terima sebesar 20%. Sedikitnya dia akan dapat Rp 2 juta.

Teknlogi Penipuan di abad digital. Dulu, penipuan seperti ini belum ada. Makanya saya bilang mereka-mereka itu adalah orang yang dua puluh empat jam kerjanya cuma mengembangkan teknologi untuk menipu.

Semoga orang Indonesia sudah cerdas. Jangan langsung merah mata mendengar "hadiah". Itu hanya penipuan.

Hati-hati. Kini ada orang yang kerjanya 24 jam hanya memikirkan pengembangan "TEKNOLOGI PENIPUAN" .

Medan, 4 Maret 2015

Pembiaran Berujung Buah Simalakama


Oleh: Jannerson Girsang

"In countries with a properly functioning legal system, the mob continues to exist, but it is rarely called upon to mete out capital punishment. The right to take human life belongs to the state. Not so in societies where weak courts and poor law enforcement are combined with intractable structural injustices" (Teju Cole)

Di negeri ini pemerintah dihadapkan pada banyak persoalan pelik, bak makan buah simalakama. Tidak dimakan mati ibu, dimakan mati ayah. Itulah sebuah akibat dari pembiaran, tidak melakukan penegakan hukum.

Setelah bertahun-tahun aman dari pembongkaran, kini masyarakat yang berinvestasi karamba di Waduk Jati luhur, harus menanggung kerugian besar.

Menurut siaran Metro TV tadi malam, meski para pemiliknya banyak disokong "orang-orang kuat", Pemda Purwakarta membongkar paksa karamba di Waduk Jatiluhur. Kapasitas yang diperbolehkan hanya 4000 karamba, kini waduk tersebut diisi kira-kira 26 ribu karamba.

Pembongkaran melibatkan TNI, Polri dan Satpol PP. Tapi jangan salah, pembongkaran ini menimbulkan biaya yang ditanggung pemerintah dan rakyat yang cukup mahal.

Pembongkaran ini mengakibatkan investasi masyarakat hangus, sia-sia dalam jumlah yang cukup besar! Satu karamba dilaporkan bernilai sekitar Rp 7 juta. Pemerintah harus membongkar sekitar 20 ribuan karamba.

Di sisi lain, pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia akan menanggung biaya pembongkarannya dari pajak, serta menanggung rusaknya kualitas air waduk Jati luhur yang mengancam kerusakan, mengganggu fungsi waduk yang bernilai triliunan rupiah itu.

Ibarat makan buah simalakama memang. Tidak dibongkar merusak waduk, dibongkar mengakibatkan kerugian besar harus ditanggung masyarakat.

Karamba Waduk Jatiluhur, hanyalah satu contoh pembiaran yang dilakukan "penguasa" atas pelanggaran hukum yang dilakukan rakyatnya sendiri.

Mari kita jadikan pelajaran. Jangan membiarkan masyarakat melakukan pelanggaran hukum, hingga merasa kebal hukum dan merasa benar.

Kalau Pemda serius, karamba bisa kok dibongkar, setelah yakin dan mensosialisasikan tindakannya dengan perhitungan untung-rugi yang akurat, dan mempertimbangkan rasa keadilan!

Soal tindakannya benar, mari kita bertanya kepada rumput yang bergoyang. Kalau benar-benar membela kepentingan yang lebih besar, membahagiakan lebih banyak orang, maka benarlah tindakan itu.

Medan, 3 Maret 2015

Jangan Lihat Aksinya, Amati Kebiasaannya

Oleh: Jannerson Girsang

Saya dan Anda pasti sering kecewa menilai seseorang.

Kita kadang lupa, "Quality is not an act, it is a habit" (Aristoteles), Kualitas bukanlah sebuah aksi, tetapi sebuah kebiasaan.

Tak jarang kita tanpa sadar kaget dan mengatakan: "Kok?....".

Melihat kualitas seseorang tidak bisa hanya saat kampanye, tetapi juga dilihat dalam kesehariannya, kebiasaannya, perbuatannya yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama.

Seringkali seseorang dinilai mencintai rakyat miskin, tapi kebiasaannya main golf 4 jam sehari, ke kafe lima kali seminggu, pagi mengurus perusahaan, pesta-pesta, sore latihan dansa.

Hanya karena saat kampanye sekali berfoto memotong padi dengan petani yang pakaiannya compang camping, dan dipublikasi besar-besar di koran dan televisi, atau satu kali dia memberikan uang Rp 100 ribu di panggung, dibilang dermawan, pemilihnya bilang:

"Wah memang dia mencintai rakyat miskin, dan seorang yang dermawan!".

Hingga pada saat kampanye jutaan rakyat Indonesia, jadi buta menilai seseorang. Namanya buta, apalagi hatinya turut buta, yah tidak bisa lagi melihat dan berfikir logis. .

Sayangnya, kebanyakan pemilih tidak sempat memantau kebiasaan seorang tokoh yang dipilihnya.

Luangkan waktu dan jangan hanya melihat penampilan sesaat, penampilan yang sudah dipoles sedemikian rupa, seolah mencerminkan kualitas yang baik.

Jangan sampai terjebak, membenci secara membabi buta, atau sebaliknya mencintai, mengidolakan seseorang secara membabi buta juga. "Kenapa kamu membenci dia?". "Nggak tau, benci aja". Gila!

Kebutaan saya dan Anda dimanfaatkan seorang "opportunis". Jadi coba dengar keliling. jangan ikut pikirannya, tak perlu terburu buru menilai seseorang.

Banyak anak muda memilih pasangannya, hanya memperhatikan aksi, bukan kebiasaan pasangannya.

Zaskia Gotik--si goyang itik menilai mantan pacarnya Vicky Prasetyo, hanya melihat aksinya sebagi orang "keren". Padahal? Lihat aja di TV.

Banyak artis keren lainnya, gagal menilai pasangannya. Akhirnya..hanya bisa berkata: "Tak kusangka dan tak kuduga". Cerai, pisah atau menahan diri hidup menderita.

Ungkapan Aristoteles di atas mirip dengan lagu Simalungun yang syairnya seperti ini. "Ulang itonggor rupa, parlahou do sitonggoron". "Jangan hanya lihat penampilan luar (Wajah), lihatlah perangainya".

Artinya, jangan buru-buru menilai seseorang!

Medan, 2 Maret 2015

Sombong=Nol=Nulifier, Rendah Hati=Amplifier


Oleh: Jannerson Girsang

Mencermati status Guru Etos hari ini yang berbicara tentang "sombong" dan "rendah hati", saya sedikit tergugah! "Sombong=nol=nulifier. Sebaliknya, rendah Hati=Amplifier, siapapun yang menyertainya akan naik kelas".

Dampaknya ketika kita sombong dan dampaknya akibat kerendahan hati. Dua-duanya kita pernah lakon
Memang, kesombongan banyak mengeluarkan kata-kata menyakitkan, selalu berusaha merendahkan yang lain, Nggak nyaman pasti mendengarnya.

"Saya Tak Perlu Dokter Indonesia!", kata Si Sombong.

"Saya tidak memerlukan kamu," kata si Sombong

"Kalau saya tidak ada, maka kamu tidak ada apa-apanya," kata si Sombong

"Saya kan sudah pernah jadi ini, jadi itu. Kamu itu tak ada apa-apanyalah," kata si Sombong

"Sayalah satu-satunya yang memikirkan dan bekerja keras membangun gedung kita ini," kata si Sombong.

"Kamu tidak tau kalau aku ini orang hebat. Aku punya jabatan dimana-mana. Saya juga anak turunan orang kaya. Kamu ini apa?," kata si Sombong

Lambat atau cepat, melihat orang seperti ini, orang-orang pada lari semua! Dia menjadi nol.

Tapi ada juga yang senang dengan kesombongan. Di sekelilingnya tinggal orang-orang sombong yang sejenis.
Ada yang mau karena dibayar dengan "uang", materi, atau mau menjual harga dirinya supaya dia bisa ikut sombong--membentuk kelompok orang-orang sombong, walau menderita.

Orang sombong cenderung mengisap dan mengisap terus mempertahankan kesombongannya dengan merugikan orang lain. Ya materi, ya kehormatan.

Tak ada dampak baik bagi sekelilingnya, selain mengelompokkan orang menjadi eksklusif, membuat suasana kacau dengan sekeliling.

Sombong memang tidak bisa bergabung dengan rendah hati, ibarat air dengan minyak.

Bertindak hanya pura-pura! Jumlah uang perolehannya, dan pengetahuan yang dimilikinya tak sebanding dengan sumbangan materi atau pembelajaran yang diberikannya kepada orang lain. Tak peduli orang lain, apalagi orang banyak.

Pemberian hanya berupa "sisa-sisa" dengan pamrih "kehormatan besar" Parahnya semua harus diimbal balik dengan "kehormatan". Dia akan ngambek dan akan menghentikan aksi atau "bantuan"nya kalau tidak dapat pujian.

Dalam kehidupan nyata tidak jarang terlihat orang-orang seperti ini dan seringkali tampak seolah jadi pemenang dimana-mana.

Tapi, ingat apapun yang menyertai kesombongan akan berakhir dengan nol, seperti disebut Guru Etos pagi ini.

Mario Teguh juga berkata: "Kita hanya tidak sabar menunggu ujung kisah si sombong. Tidak pernah orang sombong menjadi pemenang"

Sebaliknya orang yang rendah hati akan berkata:

"Tuhanlah yang menjadikan semuanya ini. Saya memiliki kewajiban membagikannya kepada Anda, dan kepada yang lain. Semuanya ini berasal dari padaNya. Tanpa Dia, saya tidak ada apa-apa. Tanpa Anda semua saya juga tidak apa-apa," ujar si Rendah Hati.

Dimana dia berada, orang akan berkumpul melakukan hal yang membuat lingkungan--kepentingan bersama menjadi lebih baik. Apa yang dikatakannya menjadi pedoman--dipatuhi dan dilaksanakan orang dengan suka cita.

Dia berbicara, melaksanakan apa yang dikatakannya, dan memaknai hasil kerjanya sebagai anugerah Tuhan yang pantas dinikmati orang lain juga.

Orang yang rendah hati akan membuat sekelilingnya naik kelas, maju bersama!

Orang kaya yang rendah hati akan membuat banyak orang kaya, atau paling tidak merasa kaya. Orang pintar yang rendah hati akan membuat orang lebih banyak pintar, atau setidaknya tidak merasa bodoh

Orang miskin yang rendah hati dilukiskan dalam kisah janda miskin di Perjanjian Baru. Janda yang hanya mampu memberikan dua keping uang. Tapi itulah seluruh miliknya. Dialah yang terbesar, orang yang rendah hati.

Yesus tidak terkesan oleh pemberian yang banyak dari orang kaya, yang memberi ”dari kelebihan mereka”, tetapi oleh sumbangan kecil janda miskin itu. Apa yang ia lakukan menyentuh hati Yesus karena ’dari kekurangannya janda itu menjatuhkan semua sarana penghidupan yang dimilikinya’. (Lukas 21:4)

Tetapi kadang mereka-mereka tertutup oleh "kisah sukses sementara" si Sombong.

Ingatlah kata Mario Teguh: " "Kita hanya tidak sabar menunggu ujung kisah si sombong. Tidak pernah orang sombong menjadi pemenang"

Kedua sifat itu dimiliki setiap manusia dan semua sudah pernah melakoni keduanya. Saya juga termasuk.
Sama seperti peringatan merokok di bungkus rokok. "Merokok bisa mengakibatkan kanker dst......".

Membacanya mudah. Mengertinya juga mudah, tapi tetap saja banyak orang yang merokok.
Tidak ada orang yang benar-benar dan terus menerus rendah hati, dan benar-benar dan terus menerus sombong.

Pilih, mana lebih baik. Sombong atau Rendah Hati? Kita diutus sang Pencipta lahir ke dunia adalah berusaha setiap hari meminimalkan "kesombongan" dan mengejar "kerendahan hati".

Terima kasih atas inspirasinya hari ini Guru Etos Jansen Sinamo.

Sabtu, 28 Februari 2015

Selamat Gagal: Orang Hebat, Bukan Tak Pernah Gagal

Oleh: Jannerson Girsang

Jatuh dan bangun. Itulah hidup. Orang yang jatuh, dan terus terpuruk, dan mencari kambing hitam, menyalahkan orang lain, sebenarnya hanya mendatangnkan masalah baru.

"Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall" (Confusious). "Kehebatan kita bukanlah karena kita tidak pernah jatuh atau gagal, tetapi terletak pada kebangkitan kita setiap kali kita jatuh".

Jadi jangan menyesali diri di saat jatuh, tetapi bersyukurlah karena pernah gagal, belajarlah dari kejatuhan itu walau sakit. Bangkitlah!.

Dari pengalaman mereka yang sukses sekarang, selalu ada kisah tentang pengalaman gagal, bahkan hingga ke titik nadir terendah.

Orang yang tidak pernah gagal, tidak mungkin sukses!. Sebab sukses harus ditopang oleh pengalaman gagal, dan menjadi ujian bagi setiap orang.

Kegagalan adalah sebuah proses pendewasaan, penguatan diri, sehingga mampu menopang sukses berikutnya di kemudian hari.

Orang besar, rajin belajar dari kesalahan dan kegagalannya. Di dalam diri mereka terkandung keyakinan bahwa setiap kegagalan menumbuhkan kekuatan dan semangat baru, menghasilkan sesuatu yang baru, bahkan tak terbayangkan sebelumnya.


Hindari kegagalan Anda dengan menyalahkan orang lain, karena sikap itu tidak akan pernah membuat Anda kuat!

Kita gagal karena kita sendiri, bukan orang lain.

Hari ini Anda gagal?. SELAMAT GAGAL. Jangan sedih atau frustrasi, apalagi menyalahkan, mendiskreditkan orang lain. Dosa lho!

Rubahlah cara pandang! Sukses atau gagal ada di dalam pikiran.

"The world we see that seems so insane is the result of a belief system that is not working. To perceive the world differently, we must be willing to change our belief system, let the past slip away, expand our sense of now, and dissolve the fear in our minds" (William James)

Cepatlah bangkit! Besok matahari masih terbit. Peluang memperbaiki diri masih terbuka!

Jumat, 27 Februari 2015

Mengenang 70 Tahun Kematian Anne Frank (1929-1945): Catatan Harian Berdampak Mendunia (Rubrik Opini Analisa, 27 Pebruari 2015)

Oleh: Jannerson Girsang.

Anne Frank (1929-1945) 
            Anne Frank (1929-1945)

Usianya cukup pendek!. Hanya lima belas tahun. Kalaupun dia hidup sekarang usianya baru memasuki 86 tahun. Dia me­ning­gal secara menge­naskan di kamp konsentrasi Nazi, 70 tahun lalu.

Tidak ada catatan yang mengata­kan bahwa dia penulis hebat. Sama seperti kebanyakan orang pada umumnya. Lagi pula saat itu adalah masa sulit bagi keluarganya turunan Jahudi di Jerman. Peluangnya menulis di media tentu sangat terbatas. Tetapi tulisan tangannya menjadi inspirasi bagi dunia.

Penderitaan Mendatangkan Hikmat

Namanya Annelies Marie atau dikenal luas di seluruh dunia dengan Anne Frank. Lahir di Frankfurt, Jerman pada 12 Juni 1929 dan meninggal dalam kamp konsentrasi tentara Nazi, awal Maret 1945.

Gadis yang meninggal di usia belia itu ada­lah orang yang paling banyak didiskusi­kan sebagai korban kekeja­man nazi di kamp kon­sentrasi, holocaust. Kehebatan Anne Frank yang membuatnya dikenang sepan­jang zaman oleh dunia adalah catatan harian­­nya.

Tidak banyak orang seperti Anne Frank. Di dalam penderitaan dia memilih menulis pen­deritaan itu. Kebanyakan orang hanya termenung, sakit dan meninggal, tanpa mewa­ris­kan apa-apa.

Selama di kamp konsentrasi itu Anne Frank menulis catatan harian tentang apa yang dilihat, dirasakan dan dimaknainya tentang peristiwa kekejaman kekejaman Nazi.

“Anne’s diary begins on her thirteenth birthday, June 12, 1942, and ends shortly after her fifteenth. At the start of her diary, Anne describes fairly typical girlhood experiences, writing about her friendships with other girls, her crushes on boys, and her academic performance at school. Because anti-Semitic laws forced Jews into separate schools, Anne and her older sister, Margot, attended the Jewish Lyceum in Amsterdam.” Demikian sebuah catatan yang ditulis seorang periview biografinya

Dia juga menuliskan pe­nin­dasan yang dialminya dan keluarganya. Sebuah catatan yang menjadi saksi kekeja­man suatu rezim—pelajaran bagi dunia yang dituntut untuk selalu menciptakan damai. Tidak enak hidup dalam keadan menderita dan teriso­lasi.

“Selama dua tahun men­catat dalam buku hariannya, Anne berkaitan dengan kuru­ngan dan kekurangan, serta isu-isu yang rumit dan sulit tumbuh dalam keadaan brutal Holocaust. Buku hariannya menjelaskan perjuangan untuk mendefinisi­kan dirinya dalam iklim penindasan . Buku harian Anne berakhir tanpa komentar pada tanggal 1 Agustus 1944. …..Namun, keluarga Frank dikhianati oleh Nazi dan ditangkap pada tanggal 4 Agustus 1944,” lanjut periview yang dikutip dari http://www.sparknotes.com/lit/annefrank/summary.html

Tulislah Maka Kamu Abadi

Kisah lengkap kehidupan Anne Frank bisa dibaca dalam buku The Diary of Young Girl atau menyak­sikan video tentang kehidupannya di youtube. Menggunakan kata kunci Anne Frank, Anda akan menemukan beberapa video yang berisi kisah tentang gadis yang malang itu. .

Di masa Perang Dunia Kedua, Anne Frank, remaja Jahudi yang men­jadi tawanan tentara Nazi menulis dalam buku hariannya apa yang dilihatnya, diala­minya atau dirasakan­nya, serta dimaknai­nya

 Di luar dugaannya tentunya, kalau kemu­dian goresan tangannya itu menjadi sesuatu yang berharga bagi dunia. Itulah hebatnya sebuah tulisan yang didokumentasikan.

 Beberapa tahun kemudian setelah Anne Frank meninggal, satu-satunya orang yang selamat dari anggota keluarga Anne Frank dari kekejaman Nazi di kamp konsentrasi, Otto Frank—seorang pebisnis Jerman dan juga ayah Anne Frank sendiri, membawa buku harian tersebut kepada beberapa penerbit.

Hingga pada pada tahun 1947 catatan hariannya diterbitkan dengan judul Het Achterhuis (The Secret of Annex). Buku itu juga ditulis dalam edisi bahasa Inggeris dengan judul The Diary of Young Girls. (Otto Frank sendiri meninggal pada 19 Agustus 1980 di Basel, Swiss).

 Pada tahun 1955, buku tersebut diadaptasi ke panggung teater Amerika dan membuat buku harian Anne terkenal ke seluruh dunia.

 Nama Anne Frank mencuat ke permukaan setelah catatan hariannya diterbitkan, sebuah kisah yang sungguh-sungguh menggugah pera­saan di masa pendudukan. Catatan hariannya semasa Perang Dunia ke-2 kemu­dian ditulis menjadi sebuah buku The Diary of a Young Girl. Buku itu menjadi inspirasi bagi para pembuat drama dan film.

Menulislah maka kamu akan abadi. Tujuh puluh tahun lalu Anne Frank telah tiada, namun danamnya terus didengungkan hingga sekarang ini. Menjadi inspirasi bagi dunia.

Menulislah Walau Hanya Untuk Dirimu Saja!

Apakah Anda termasuk orang yang merasa diri gagal menulis?. Berkali-kali memasuk­kan arti­kelnya ke media tidak kunjung dimuat. Ber­kali-kali menulis buku tetapi tidak pernah terbit.

Atau bertahun-tahun menulis tidak juga “ngetop”, tidak berhasil menulis buku seperti Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata?.

Jangan menyerah. Teruslah menu­lis!. Me­nulis adalah merekam perada­ban,me­ngung­kap perasaan yang menginspirasi, meng­hasilkan kekua­tan bagi yang lain, paling tidak anda seperti Anne Frank, menulis untuk diri­nya sendiri.

“Any man who keeps working is not a failure. He may not be a great writer, but if he applies the old-fashioned virtues of hard, constant labor, he’ll eventually make some kind of career for himself as writer” (Ray Bradbury).

Apa yang ditulis?. Bagi saya, meniru Anne Frank, saya menulis apa saja yang membuat perasaan tersentuh, terinspi­rasi dan membagikannya kepada kha­laya, baik melalui artikel, buku, atau bahkan hanya saya publikasikan di akun facebook atau blog pribadi saya.

Menulis adalah sebuah ketram­pilan, memerlukan latihan. Latihan menulis dan kepekaan terhadap lingkungan, mem­perkaya tulisan dengan pengala­man interaksi lingkungan, keluarga, teman, atau hasil kerja yang meng­ins­pirasi dan menyemangati diri kita. Menulis fakta yang memberi makna!.

Seperti pengalaman David Brin. “If you have other things in your life—family, friends, good productive day work—these can interact with your writing and the sum will be all the richer”.

Mungkin saya atau Anda belum men­jadi seorang penulis hebat. Namun, tak tertutup kemungkinan dalam diri kita terdapat pengalaman luar biasa dan berguna di masa yang akan datang. Jadi jangan lewatkan peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar kita. Tuliskan saja!.

Anne Frank telah menginspirasi se­mua orang, terutama para penulis di dunia ini pentingnya peristiwa dicatat menjadi sebuah catatan dalam dokumen tertulis. Kita diingatkan kembali kekuatan sebuah tulisan.

Mari kita semua sadar pentingnya menulis dan menulis, walau tulisan itu barangkali hanya mampu memuaskan diri sendiri. Syukur kalau bisa diterbit­kan di media atau menjadi buku.

Menulis adalah ketrampilan dan harus terus menerus dilatih. Menulis tidak hanya untuk dipublikasikan di koran, atau menjadi buku!

Jangan bebani diri Anda, kalau tulisan belum mampu menembus media. Tidak semua artikel yang ditulis ditujukan untuk diterbitkan di media. Meski saya sudah menulis ratusan artikel di berbagai media, saya tidak selalu membuat artikel hanya untuk media, bisa untuk renungan sendiri, atau dibaca oleh orang yang terbatas.

Ketika Anda bosan menulis, ada baiknya renungkanlah pengalaman Anne Frank!. Dia tidak pernah menulis di media, tetapi catatan pribadinya tidak kalah dengan karya para penulis hebat masa kini. ***

Penulis adalah penulis Biografi, berdomisili di Medan. Email: girsangjannerson@gmail.com. blog: http:www.harangan-sitora.blogspot.com

Bisa diakses di website harian Analisa: http://analisadaily.com/opini/news/catatan-harian-berdampak-mendunia/111854/2015/02/27



Senin, 23 Februari 2015

Pelayan yang Tulus

Oleh: Jannerson Girsang

Malam ini, sekitar pukul 21.00 saya dikunjungi Evangelis Yusack Purba, pelayan Tuhan yang setia. "Saya tadi tidak hadir di gereja acara serah terima karena khotbah di Pancur Batu," katanya membuka pembicaraan, sambil menyerahkan tentengan di dalam plastik kepada istri saya.

Begitu pentingnya bagi seorang evangelis harus malam-malam mengucapkan selamat kepada mantan Vorhanger, dan membawa oleh-oleh segala. Sebuah ketulusan persahabatan.

Dia adalah teman,penasehat spiritualku sejak dia bermukim di Simalingkar beberapa tahun lalu dan menjadi anggota jemaat GKPS Simalingkar. Dia berasal dari Papua dan diberi marga Purba.

"Saya tau pasti tidak ada yang datang ke rumah mantan Vorhanger, setelah serah terima. Jadi sayalah orang pertama yang datang," katanya.

Mendengar itu saya tersenyum saja.Dia benar dan seorang pelayan yang memahami psikologis sebuah jabatan dalam pandangan orang kebanyakan. Meski saya sendiri sebenarnya tidak mempersolkan pelayanan dengan jabatan.
 Kemudian kami berbincang banyak hal tentang jemaat kami dan kepemimpinan baru di jemaat. Kita berbincang tentang kegiatan untuk membantu kepemimpinan yang baru.

Beliau pulang mendekati pukul 00.00, sesudah mendoakan saya dengan istri.

Saya sangat mengapresiasi pelayanannya, sebagai evangelis sukarela di GKPS. Di sela-sela pembicaraan kami, saya ingin tau kuncinya apa yang menginspirasinya dengan setia melaksanakan tugasnya Tahun ini, melayani kami dengan setulus hati.

Malam ini dia menginspirasiku dengan Mazmur 143:10. "Ajarlah aku melakukan kehendakMu sebab Engkaulah Allahku. Kiranya Roh yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!"

Medan, tengah malam 22 Pebruari 2015