Istirahat di Tele, 5 April 2015
"Let us not be satisfied with just giving money. Money is not enough, money can be got, but they need your hearts to love them. So, spread your love everywhere you go" (Mother Theresia). Photo: Di Pantai Barus, Tapanuli Tengah, April 2008. Saat itu, seorang anak laki-laki sedang asyik memancing bersama teman-temannya. (Dilarang keras memposting artikel-artikel dalam blog ini untuk tujuan komersial, termasuk website untuk tujuan memperoleh iklan).
Selasa, 28 April 2015
Medan-Doloksanggul-Tele
Suatu Pagi di Doloksanggul
Menikmati
pagi dengan sedikit mendung di Jalan Merdeka, kota dingin Dolok
Sanggul, . Istirahat usai pawai dan kebaktian subuh. Sebuah pengalaman
baru dalam hidup, pertama kalinya mengikuti pawai Paskah berkeliling di
ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan itu.
Makna Paskah: jangan takut menghadapi persoalan hidup, karena kematian sendiri dihadapi Yesus dengan penuh iman percaya kepada yang mengutusNya. Dia berkorban demi keselamatan orang lain, tak ada orang sebaik Dia. Kita dituntut untuk rendah hati.
Makna Paskah: jangan takut menghadapi persoalan hidup, karena kematian sendiri dihadapi Yesus dengan penuh iman percaya kepada yang mengutusNya. Dia berkorban demi keselamatan orang lain, tak ada orang sebaik Dia. Kita dituntut untuk rendah hati.
Doloksanggul, 5 April 2015
Pawai Paskah di Doloksanggul 2015
Usai
pawai Paskah yang dimulai pukul 04.30, dengan hikmad dan penuh syukur
jemaat mengikuti kebaktian menyambut Paskah di gereja HKBP Dolok
Sanggul. Kebaktian mulai 05.30
Alam Hijau
Alam
hijau membuat mata hati jernih. Sebuah lembah yang kulintasi dalam
perjalanan di daerah Sijama Polang (kemenyan) dari Onan Ganjang ke Bonan
Dolok Humbahas.
Bonandolok, 4 April 2015
Paskah 2015
"Silang
Na Badia". Kebaktian di HKBP Sibuntuon Humbang Hasundutan. Suara
terompet menggelegar memenuhi ruangan gereja yang cukup bedar berpadu
suara jenaat bak suara malaikat. Selamat Paskah
Sibuntuon, Lintongnihuta, 3 April 2015
"Akh. Aku Tak Berguna Lagi..."
Oleh: Jannerson Girsang
Di usia lansia, apalagi sudah 80-an ke atas, manusia umumnya merasakan dirinya seolah tidak berguna, karena lingkungan yang salah. Kalau kita tidak mengubah sikap sejak sekarang terhadap lansia, maka kitapun akan mengalami hal yang sama, ketika kita seperti mereka.
Semangat mereka tidak sehebat dulu lagi. Wajahnya kadang lesu, sering dengan pandangan hampa, tanpa harapan. Berjemur di depan rumah, di pagi hari, memperoleh kehangatan, kadang memandang dengan mata kosong, walau di depan rumah anaknya, terhampar bunga dan tanaman hijau.
Berulang-ulang menceritakan hal yang sama, yang kadang membuat orang di sekitarnya bosan mendengarnya.
Itulah proses hidup. Semua orang berusia lanjut mengalaminya. Orang muda tidak pernah mengerti kondisi mereka, karena orang-orang muda tidak pernah menjadi tua. Mereka ingin orang tua tetap sehat dan energik, meski orang tuanya sudah tua.
Seringkali para lansia merasa diabaikan. Padahal, mereka menyimpan segudang dokumen berharga: pengalaman hidup yang tidak ternilai harganya.
"Mereka adalah orang-orang penting dunia", pernah menjadi aktor utama di masa lalu, paling tidak dalam menghantarkan anak-anaknya menjadi dewasa, berkeluarga dan memiliki anak.
Bukankah kini banyak pasangan yang gagal dalam keluarganya? Bukankah luar biasa kalau hingga di usia 80-an, pasangan mereka awet, atau kalaupun mereka duda atau janda tetap memegang janji pernikahannya?
Paling tidak mereka menjadi inspirasi yang berhasil menghantarkan keluarganya hingga mandiri, teladan menjadi keluarga yang mampu mempertahankan rumah tangga dan membina anak-anaknya..
Usia sepanjang itu telah melihat, mendengar, merasakan dan memaknai berbagai peristiwa yang penting di masa lalu, dan tidak pernah dilihat dan didengar generasi sesudah mereka.
Sayangnya, di usia seperti itu, kondisi tubuh, daya ingat sudah menurun, kemampuan berkomunikasi juga menurun, sementara perhatian keluarga, masyarakat yang cenderung materialis, juga menurun.
Mereka hanya dibiarkan tinggal di rumah, tidak ikut ke pesta, tidak ikut rembuk desa, bahkan banyak yang tidak mengikuti kebaktian atau sembahyang di rumah ibadah.
Bertahun-tahun mereka hidup dalam kesepian dan terisolasi dari "peran" di dalam keluarga. Seringkali mereka "tersisih" dari pembicaraan di tengah-tengah keluarga, masyarakat, dan kadang dianggap tidak perlu.
Kita bisa melayani kebutuhan mereka yang sangat..sangat menolong. Mereka suka bercerita, mengungkapkan isi hatinya, ingin diperlakukan sebagai "aktor" utama, bukan hanya "peran pembantu", apalagi tidak punya peran bahkan tidak didengar lagi.
Lingkungan bisa melayani mereka bercerita dengan hati. Bertanya tentang masa kecilnya, masa-remaja, masa mudanya. Mereka akan tertawa.
Mengenang kapahitannya menyekolahkan anak, diperlakukan orang tidak baik, mereka menangis.
Berbincang tentang Tuhan dalam hidupnya, mereka akan menerawang jauh ke atas atap rumahnya, merasakan betapa besar kuasa Tuhan memeliharanya. Ketika semua orang mengabaikan mereka, Tuhan senantiasa sayang kepada mereka.
Air mata, tawa, menerawang, sebuah simbol pemaknaan hidup dari seorang yang mengalami hidup panjang di dunia ini, menghasilkan ungkapan-ungkapan tak terduga yang sangat bermanfaat bagi kita.
Satu lembar seminggu, cerita tentang orang berusia lanjut, maka dalam satu tahun kita akan mengumpul kisah setebal 52 halaman. Bayangkan, kalau mau bercerita dengan mereka selama tiga tahun, seminggu sekali.
Bagi mereka, proses seperti ini, sangat mujarab menumbuhkan rasa percaya diri mereka, mereka merasa hidup kembali.
Itulah pengalaman saya mengamati kehidupan orang tua seperti ini dalam melakukan penulisan biografi dan otobiografi.
Mungkin sudah lama mereka tidak menjadi aktor utama berbicara tentang dirinya, tentang prestasinya di masa lalu. Mereka adalah aktor utama yang menjadikan putra-putrinya menjadi seperti sekarang ini. Merekalah yang mengawali proses membuat hidup kita seperti sekarang ini. Tidakkah mereka orang penting? .
Dua minggu terakhir, saya berbicara dan menggali pengalaman dua orang perempuan yang berusia 86, 87 tahun.
Mereka terlihat lebih sehat, setelah mengeluarkan air mata, kemudian tertawa karena sadar mereka sangat berguna bagi kehidupan umat manusia.
Apalagi, setelah membaca apa yang mereka kisahkan!
"Akh.....kami ini tidak diperlukan lagi. Tinggal menunggu panggilan," ungkapan pesimis yang sering muncul dalam wawancara, ketika memulai pembicaraan.
Pendapat itu tidak benar. Mereka menyimpan sejumlah kearifan yang perlu diungkap dan dipelajarii oleh kita-kita yang hidup.
Setelah dijelaskan pentingnya pengalaman mereka, kemudian dengan lancar mengungkapkan perasaannya, kenangannya. Bagi mereka sendiri, proses pengungkapan pengalaman itu adalah obat, terapi.
Jangan biarkan mereka pergi menghadap sang Kuasa, terbakar, tanpa Anda sempat menuliskan, menyelamatkan isi perpustakaan besar itu. Anda bisa melakukannya sendiri.
Para pelayan, penulis, anak-anak, seharusnya memperhatikan mereka lebih dari yang lain. Luangkan waktu berbicara dengan mereka dengan hati.
Mereka tidak butuh sentuhan yang indah dipandang mata, enak didengar telinga, tetapi mereka butuh sentuhan hati. Mereka tidak hanya butuh bantuan sembako, apalagi pakaian. Hal yang sering dilakukan gereja. Walau itu tidak kalah penting.
Tetapi yang terpenting adalah mereka butuh mengungkap perasaannya, mereka ingin didengar.
Jangan lupa: Mereka adalah perpustakaan besar bagi kita: berisi kebijakan-kebijakan dan pengalaman hidup yang tidak tertulis.
Medan, 31 Maret 2015
Kualitas Hidup
Oleh: Jannerson Girsang
Kualitas hidup kita adalah seberapa kita mampu menilai manusia dari ketulusan mempersembahkan hal-hal yang dimilikinya, berbuat kebaikan bagi banyak orang.
Yesus menilai manusia dari ketulusan, suka cita seseorang mempersembahkan sesuatu yang dimilikinya.
Di masa Perjanjian Baru, seorang janda mempersembahkan sesuatu yang tak bernilai untuk ukuran dunia, tetapi menjadi besar di mata Yesus karena ketulusannya memberi.
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu" (Lukas 21:3).
Bukan berarti seseorang dibenarkan mempersembahkan "apa adanya", apalagi hanya "sisa-sisa", tetapi dituntut memberikan "yang terbaik" bagi Tuhan dan melakukan yang terbaik juga kepada sesama manusia.
Dalam praktek kehidupan, manusia tidak jarang melakukan penilaian dari besarnya sesuatu yang terlihat, bukan dari "hati" dan "motivasi" orang itu.
"Hal paling indah di dunia tak dapat dilihat dan bahkan tak bisa disentuh, hal tersebut hanya bisa dirasakan dengan hati. (Helen Keller). Perbuatan yang tulus akan menggerakkan hati, menginspirasi, memberi dampak yang luar biasa bagi dunia. Helen masuk dalam 18 orang paling berpengaruh di dunia.
Helen Keller adalah tokoh besar. Ia seorang penulis, aktivis, dan juga dosen. Helen Keller dilahirkan tepat 135 tahun lalu di Tuscumbia, Alabama pada 27 Juni 1880.
Ketika ia menginjak usia 19 bulan, Keller terkena penyakit yang membuatnya menjadi buta dan tuli.
Hellen Keller yang mendapat pengasuhan dengan kasih yang tulus dari seorang guru Anne Sullivan membuahkan seorang tokoh yang luar biasa dalam kehidupannya.
Hellen Keller yang buta dan tuli: di mata dunia adalah seorang cacat dan "tidak mampu mempersembahkan apa-apa", tetapi besar karena mampu mempersembahkan "Hatinya"
Dampak sebuah ketulusan melakukan kebaikan adalah kebahagiaan. Tindakan-tindakan mereka memberi suka cita, tidak mengundang iri hati, tetapi memberi inspirasi, tidak membuat kegaduhan hati, tetapi kedamaian hati.
Medan, 29 Maret 2015
Kualitas hidup kita adalah seberapa kita mampu menilai manusia dari ketulusan mempersembahkan hal-hal yang dimilikinya, berbuat kebaikan bagi banyak orang.
Yesus menilai manusia dari ketulusan, suka cita seseorang mempersembahkan sesuatu yang dimilikinya.
Di masa Perjanjian Baru, seorang janda mempersembahkan sesuatu yang tak bernilai untuk ukuran dunia, tetapi menjadi besar di mata Yesus karena ketulusannya memberi.
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu" (Lukas 21:3).
Bukan berarti seseorang dibenarkan mempersembahkan "apa adanya", apalagi hanya "sisa-sisa", tetapi dituntut memberikan "yang terbaik" bagi Tuhan dan melakukan yang terbaik juga kepada sesama manusia.
Dalam praktek kehidupan, manusia tidak jarang melakukan penilaian dari besarnya sesuatu yang terlihat, bukan dari "hati" dan "motivasi" orang itu.
"Hal paling indah di dunia tak dapat dilihat dan bahkan tak bisa disentuh, hal tersebut hanya bisa dirasakan dengan hati. (Helen Keller). Perbuatan yang tulus akan menggerakkan hati, menginspirasi, memberi dampak yang luar biasa bagi dunia. Helen masuk dalam 18 orang paling berpengaruh di dunia.
Helen Keller adalah tokoh besar. Ia seorang penulis, aktivis, dan juga dosen. Helen Keller dilahirkan tepat 135 tahun lalu di Tuscumbia, Alabama pada 27 Juni 1880.
Ketika ia menginjak usia 19 bulan, Keller terkena penyakit yang membuatnya menjadi buta dan tuli.
Hellen Keller yang mendapat pengasuhan dengan kasih yang tulus dari seorang guru Anne Sullivan membuahkan seorang tokoh yang luar biasa dalam kehidupannya.
Hellen Keller yang buta dan tuli: di mata dunia adalah seorang cacat dan "tidak mampu mempersembahkan apa-apa", tetapi besar karena mampu mempersembahkan "Hatinya"
Dampak sebuah ketulusan melakukan kebaikan adalah kebahagiaan. Tindakan-tindakan mereka memberi suka cita, tidak mengundang iri hati, tetapi memberi inspirasi, tidak membuat kegaduhan hati, tetapi kedamaian hati.
Medan, 29 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Sedihnya Jadi Olgalovers!
Oleh: Jannerson Girsang
Olgalover--sebutan untuk fans Olga Syahputra di seluruh tanah
air dilanda duka mendalam, sejak diberitakan meninggal dunia di Singapura, Jumat 27 Maret 2015, pukul 17.15 waktu Singapura.
Jenazah Olga diberangkatkan dari Singapura pukul 07.25 waktu setempat atau 06.25 WIB menggunakan pesawat Singapore Airlines SQ952. Pria kelahiran 8 Peberuari 1983 itu dimakamkan pada Sabtu (28/3/2015) sekitar pukul 13.00 WIB di TPU Malaka, Pondok Kelapa, Jakarta Timur.
Jenazah Olga diberangkatkan dari Singapura pukul 07.25 waktu setempat atau 06.25 WIB menggunakan pesawat Singapore Airlines SQ952. Pria kelahiran 8 Peberuari 1983 itu dimakamkan pada Sabtu (28/3/2015) sekitar pukul 13.00 WIB di TPU Malaka, Pondok Kelapa, Jakarta Timur.
Kami Kira Olga Udah Sehat
Anehnya, bagi saya pribadi, peristiwa pilu itu justru terjadi saat saya mengira Olga sudah sehat.
Anehnya, bagi saya pribadi, peristiwa pilu itu justru terjadi saat saya mengira Olga sudah sehat.
Begini kisahnya.
Jumat sore itu, 27 Maret 2015, sekitar pukul 18.30 saya tiba
di rumah pulang dari kantor. Karena sudah terlambat dan harus pergi ke sermon, saya
bersiap-siap untuk mandi, dan beberapa menit melirik ke sebuah televisi swasta
yang sedang ditonton istri saya.
Olga sedang beraaksi! “Ya, Olga udah sehat ya Ma,” komentar saya serius
menonton tayangan itu. Saya senang, karena idola saya Olga yang selama ini
diberitakan sakit sudah sembuh.
Saya sama sekali tidak tau kalau saat itu sesuatu sudah
terjadi padanya di Singapura, tempat Olga dirawat setahun terakhir.
Demikian juga istri saya. Bahkan dia berkata: "Syukurlah,
Olga sudah bisa tampil lagi, Pak".
Saya meninggalkan televisi dan masuk ke kamar mandi. Lalu, sesudah
mandi tanpa menanya kiri kanan, tanpa melihat berita, saya makan malam.
Kemudian saya pergi ke gereja, mengikuti sermon yang
diselenggarakan setiap Jumat. Selama sermon, tentu perhatian fokus dan tidak
mendengar berita apapun tentang Olga,
selain dia sembuh dan tampil dalam bayangan saya di televisi beberapa jam sebelumnya.
Sedihnya Menjadi Olgalovers
Usai sermon kami ngobrol dengan pendeta kami, dan para
anggota majelis di depan rumah penjaga gereja.
Seorang teman saya membuka i-padnya. “Olga Syahputra sudah
meninggal.”katanya. Dan menunjukkan berita tentang kematian Olga.
Mendengar itu saya sedih. "Olga, mengapa begitu cepat!
Tak rela," ujar saya dalam hati. Persis seperti perasaan Billy adiknya
Olga.
Sama seperti jutaan Olgalover lainnya, saya dan istri
kehilangan Olga Syahputra. Sebelum sakit, melalui layar kaca Olga setia
menghibur kami di rumah: pagi hendak ke kantor, pulang dari kantor. Olga selalu
hadir dan membahagiakan.
Kompas memberitakan, para polisi harus mengatur para warga
yang berdiri di tengah jalan atau menaiki pagar TPU Malaka. "Ini masih difokuskan
di rumah duka. Makanya, banyak personel (polisi) masih di sana. Nanti akan ke
sini. Di sana (sekitar rumah duka), masyarakat (jumlah warga) sudah 6.000
orang," ujar seorang personel Sabhara Polsek Metro Duren Sawit, Jakarta
Timur, Ajun Inspektur Dua Ridwan, kepada Kompas.com (28 Maret 2015).
Mengapa Cinta Olga?
Media
televisi dan cetak memberitakan para Olgalovers melakukan segalanya demi bisa
mengantarkan Olga Syahputra ke peristirahatan terakhirnya. Olga Lovers rela
menginap bahkan bolos sekolah.
"Kita
rencananya bakal nginep di sini sampai besok pagi. Kita mau dateng ke pemakaman
juga," ucap Sarah, salah satu penggemar Olga di rumah duka, Duren Sawit,
Jakarta Timur, Jumat (27/3/2015), seperti dikutip Kompas.com.
Setidaknya belasan wanita yang mengaku sebagai penggemar berat Olga dilaporkan Kompas.com datang ke rumah duka. Mereka menangis, mengingat kenangan indah bersama sang komedian kocak.
"Kita
harusnya besok sekolah, kita masih kelas 2 SMA. Tapi ya demi Kak Olga nggak
apa-apa deh," katanya lagi.
Sejak mendengar
berita duka, para Olgalovers berada dalam kesedihan yang mendalam.
“Kita
menjadi Olgalover, karena terinspirasi pada perjuangannya, karya-karyanya,
spontanitas dia yang lucu. Pokoknya nyenangin banget,” kata seorang putri yang
mengaku bersama-sama langsung berangkat
dari Bogor ke Jakarta dengan naik mobil umum sejak subuh.
Bukan hanya remaja yang berduka. Ucapan duka juga datang dari mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.
"Selamat jalan, Olga. Dulu engkau kerap menghibur saat hati gundah. Semoga di alam sana engkau selalu tersenyum riang karena amalmu di dunia," tulis Mahfud melalui akun Twitternya @mohmahfudmd, Jumat (27/3/2015).
Sementara politikus Partai Golkar Indra J Piliang menulis, "Olga Saputra. Nama khas Piaman. Keluarga Besar Piaman Laweh kehilangan satu talenta di puncak Piramida dunia entertainment. Selamat jalan, sanak."
Bukan hanya remaja yang berduka. Ucapan duka juga datang dari mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.
"Selamat jalan, Olga. Dulu engkau kerap menghibur saat hati gundah. Semoga di alam sana engkau selalu tersenyum riang karena amalmu di dunia," tulis Mahfud melalui akun Twitternya @mohmahfudmd, Jumat (27/3/2015).
Sementara politikus Partai Golkar Indra J Piliang menulis, "Olga Saputra. Nama khas Piaman. Keluarga Besar Piaman Laweh kehilangan satu talenta di puncak Piramida dunia entertainment. Selamat jalan, sanak."
"Terima kasih telah menghibur
kami selama ini dengan canda dan tawamu,
kami akan selalu mendo'akan kak Olga agar diterima di sisi-Nya. Sekali
lagi kami ucapkan terima kasih karena dirimu sudah pernah hadir mewarnai
layar kaca televisi untuk menghibur kami" kata seorang Olgalovers di
https://www.facebook.com/PerkumpulanOlJessLovers, sebuah akun FB bagi
penggemar Olga.
Trans 7 yang sejak saya tiba di rumah sekitar pukul
18.30, hingga artikel ini selesai kutulis, masih terus menayangkan
berita tentang Olga. Artikel ini selesai kutulis 20.48.
Begitu pentingnya Olga, begitu besarnya cinta kami padamu!
Karya Olga dan Penghargaan
Begitu pentingnya Olga, begitu besarnya cinta kami padamu!
Karya Olga dan Penghargaan
Menurut
Wikipedia, Olga membintangi 10 film, 8 sinetron dan 16 acara varietas. Film
pertamanya adalah Tina Toon dan Lenong Bocah.
Olga tak puas hanya bermain dalam dunia presenter, sinetron maupun film.
Ia pun mencoba dunia tarik suara dan dua single pernah ia rilis, Hancur Hatiku
(2009) dan Jangan Ganggu Aku Lagi (2010).
Selama kariernya di dunia hiburan, Olga memenangkan penghargaan sebagai Presenter Acara Variety Show Music Terfavorit dan Pelawak Terfavorit dalam Panasonic Award 2009 dan Panasonic Gobel Awards 2010.
Sebelum
sakit, Olga membawakan acara Online di TransTV dan Pesbukers di ANTV bersama
Jessica Iskandar dan Raffi Ahmad.
Selamat
jalan Olga. Tak ada lagi sakit kau rasakan, namun kau meninggalkan duka
mendalam bagi kami Olgalovers.
We always Love You!
We always Love You!
Malam Minggu
28 Maret 2015
Olga dishalatkan di Mesjid sebelum dimakamkan.
Photo: http://m.liputan6.com
Olga dishalatkan di Mesjid sebelum dimakamkan.
Photo: http://m.liputan6.com
Kamis, 26 Maret 2015
In Memoriam Lee Kwan Yew (1923-2015) Mewariskan Kemakmuran, Indeks Korupsi Terendah (Rubrik Opini, Harian Analisa, 26 Maret 2015)
Oleh: Jannerson Girsang
Lee Kuan Yew
meninggal dunia!.Pria kelahiran Singapura, 16 September 1923 itu meninggal
dunia di Singapore General Hospital, 23 Maret 2015, pada usia 91 tahun.
Singapura
berduka!.Bangsa-bangsa di seluruh dunia berduka, karena kehilangan seorang
tokoh dengan pemikiran unggul, ahli strategi yang mampu mewariskan kemakmuran
bagi rakyat yang dipimpinnya.
Media-media
cetak atau elektronik utama di seluruh dunia menyiarkan berita duka tersebut
dan menggambarkan Lee sebagai pemimpin besar.
The New York Times Online, salah satu harian terkemuka di
Amerika Serikat melansir berita berjudul: “Lee
Kuan Yew, Founding Father and First Premier of Singapore, Dies at 91” dan
melukiskan Lee Kuan Yew sebagai tokoh pendiri dan perdana menteri pertama
Singapura yang mentransformasi pulau kecil menjadi Negara terkaya dan paling
kecil korupsinya di antara Negara-negara di Asia.
Harian
terkemuka di Indonesia Kompas melansir berita berjudul: Jokowi Hadiri Pemakaman
Lee Kwan Yew. Indonesia yakin, fundasi yang sudah dibangun Lee, negeri itu
mampu melanjutkan cita-cita negeri itu. ke depan. “Pemerintah dan rakyat
Indonesia berkeyakinan bahwa Singapura akan dapat melalui masa sulit ini dan
tumbuh berkembang sesuai aspirasi bangsa dan rakyatnya,” kata Jokowi, seperti
dikutip Kompas.
Pemikir Unggul
Para
pemimpin dunia menggambarkan Lee Kwan Yew sebagai pria yang memiliki pemikiran
yang unggul dan menjadi “guru” bagi mereka, mewariskan kemakmuran bagi
negerinya dengan indeks korupsi terendah di dunia dan berhasil melakukan
suksesi secara damai.
Juru bicara
Kementerian Luar Negeri Cina Hong Lei, mengungkapkan pendiri dan mantan Perdana
Menteri Singapura Lee Kuan Yew sebagai “negarawan Asia yang memiliki pengaruh
unik”. “Dia juga seorang ahli strategi yang menganut nilai-nilai Timur dan
perspektif internasional,”.
Pengakuan
atas kebesaran Lee, kini dapat dipelajari dari buku-buku laris yang mengisahkan
tentang Lee Kwan Yew.
Sebuah buku
yang saya temukan di Google Books—diterbitkan pada 2013 berjudul: Lee Kwan Yew: The Grand Master’s Insights on
China, the United States, and the World dengan kata pengantar oleh Henry
Kissinger, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat menggambarkan siapa Lee
Kwan Yew.
Buku ini
adalah seleksi wawancara Lee Kwan Yew di media dan ditulis oleh Graham Allison,
Robert D.Blackwill dan Ali Wyne. Dalam kata pengantarnya di buku itu, Henry
Kissinger mengungkapkan Lee adalah seorang pemimpin yang tidak hanya kuat
karena memegang posisi sebagai kepala pemerintahan, tetapi karena pemikirannya
yang unggul (excellent).
“His analysis is such of quality and
depth that his counterparts consider meeting with him as a way to educate
themselves. For three generation now, whenever Lee comes to Washinton, he meet
with an array of people spanning the top ranks of the American government and
foreign policy community………Lee can tell us about the nature of the world that
we face, with a special penetrating insights into the thinking of his region,” kata Henry Kissinger.
Satu sub bab
buku tersebut berjudul: When Lee Kwan Yew
Talks, Who Listens?, mengulas ungkapan-ngkapan kekaguman para pemimpin
dunia kepada Lee, mulai dari presiden-presiden Amerika, seperti Barrack Obama,
George Bush, Clinton, presiden Prancis Jacques Chirac, Perdana Menteri Inggeris
Margaret Thatcher, serta para pemimpin dunia lainnya.
Obama
melukiskan Lee Kwan Yew : Lee “is one
legendary figure of Asia in the 20 and 21 century. He is somebody who helped to
trigger the Asian economic miracle”
Lee adalah
seorang kepala negara yang memiliki pemikiran yang unggul (excellent) dan
kata-kata bijaknya dari tahun ke tahun dituangkan dalam sebuah buku berjudul:
The Wit and Wisdom of Lee Kwan Yew, Lindsay Davis, 2013.
Reporter dan Pengacara
Lee Kuan Yew
lahir dari orang tua keturunan China tajir dan telah menetap di Singapura sejak
abad ke-19. Di usia sekolahnya, sama dengan keadaan di Indonesia,
sekolah-sekolah ditutup semasa penjajahan Jepang dan kuliahnya sempat tertunda
semasa penjajahan Jepang di Singapura pada 1942-1945. Pada masa itu
diberitakan, Lee sempat menjadi penjual Stikfas, sejenis lem yang dibuat dari
tapioka, di pasar gelap.
Lee yang
sejak 1942 belajar bahasa Mandarin dan bahasa Jepang, bekerja sebagai penulis
laporan kilat Sekutu bagi Jepang serta menjadi editor bahasa Inggris untuk
koran Jepang Hobudu (alat propaganda) pada periode 1943–1944.
Setelah
perang berakhir, Lee kuliah jurusan hukum di Fitzwilliam Collegedi Inggris, dan
setelah menyelesaikan studinya Lee kembali ke Singapura pada 1949, dan bekerja
sebagai pengacara di biro Laycock & Ong.
Lima tahun
setelah berada di Singapura, pada 1954, Lee bersama sekelompok rekan kelas
menengah yang berpendidikan di Inggris membentuk Partai Aksi Rakyat (PAP) untuk
mendorong berdirinya pemerintahan Singapura yang berdaulat sehingga negerinya
dapat melepaskan diri kolonialisme Britania Raya.
Saat usianya
baru memasuki 36 tahun, pada 1959, Lee terpilih sebagai Perdana Menteri pertama
Singapura, menggantikan mantan Kepala Menteri Singapura, David Saul Marshall.
Saat itu
Singapura adalah koloni Inggris dan memiliki pangkalan angkatan laut utama
Inggris di Timur Jauh. Negeri itu dipimpin seorang gubernur dan dewan
legislatif. Sebagian besar terdiri atas pengusaha China kaya yang ditunjuk dan
bukan dipilih.
Pada awal
1950-an, wacana reformasi dan kemerdekaan sudah mulai muncul.Lee Kuan Yew lalu
membentuk partai dan menjadi Sekjen Partai Aksi Rakyat (PAP) yang dibentuknya
pada 1954.
Partai Kuan
Yew unggul dalam pemilihan pada Juni 1959 dengan kampanye antikolonialisme,
antikomunisme, dan menjanjikan reformasi sosial.
Lee Kuan Yew
disumpah menjadi Perdana Menteri Singapura pada 5 Juni 1959, dan menjadi
perdana menteri pertama yang terpilih secara independen. Singapura kemudian
bergabung dengan Federasi Malaysia pada 1963. Namun, Lee berjuang agar
Singapura memisahkan diri lantaran khawatir adanya pasca huru-hara etnis di
Malaysia.
Menjadi
sebuah bangsa, menurut Lee, harus memiliki sedikitnya dua hal. “Before one has a nation there must be two
thing. First the content of the common people with the common identity of
interest, a common social experience. And, secondly, freedom to exercise the
collective will. One may precede the other”. (The Wit and Wisdom of Lee
Kwan Yew, Lindsay Davis, 2013).
Setelah itu,
ia membuat kebijakan utama untuk membangun ekonomi Singapura, bermodalkan
kepercayaan rakyat.Saat berusia 42 tahun, Lee Kuan Yew berhasil membawa
Singapura memperoleh kemerdekaannya pada 9 Agustus 1965.Lee terpilih menjadi PM
selama tujuh kali berturut-turut dalam kondisi Singapura yang oleh para
pengamat disebut condong kepada demokrasi terbatas (1963, 1968, 1972, 1976,
1980, 1984 dan 1988).
Lee Kwan Yew
mundur dari jabatan Perdana Menteri pada 28 November 1990, setelah mewariskan
kemakmuran bagi Singapura.”Singapura adalah satu-satunya zona bebas korupsi di
kawasan di mana korupsi menjadi endemis,” tutur Lee Kuan Yew.
Mewariskan Negeri Makmur dan Bebas
Korupsi
Singapura
adalah sebuah pulau kecil yang kemudian menjadi kota, dan sebuah Negara. Saat
saya pertama kali berlayar dengan Kapal Tampomas menuju Jakarta pada September
1978, melintasi pulau kecil Singapura, cukup hanya beberapa menit. Dua puluh
tahun kemudian, 1998, ketika saya mendapatkan training telekomunikasi bagi
non-engineer selama dua minggu dan 1999, ketika saya transit dalam perjalanan
menuju Filippina. .
Salah satu
kesan saya ketika itu adalah larang merokok di tempat public dan mereka yang
melakukannya akan dikenakan sanksi. Naik bus atau untuk mendapat pelayanan
public, harus antri, tidak berdesakan seperti di kotaku, kota Medan.
Sebuah
penampakan manajemen pemerintahan yang baik dan displin yang tentunya tidak
terjadi secara instan. Sebuah kisah perjuangan yang dikomandoi Lee Kwan Yew.
Kisah
perjuangan dan keuletan Lee Kwan Yew dituangkan dalam dua bukunya, The
Singapore Story: 1965-2000. yang diterbitkan pada 1998, dan dilanjutkan dengan From Third
World to First, Kedua buku itu menjadi buku
terlaris di seluruh dunia.
Singapura
dengan penduduknya yang beragam berjumlah 5 juta jiwa—terdiri dari Cina,
Melayu, India, berbagai keturunan Asia, dan Kaukasoid. Menariknya, 42% penduduk
Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja
asing membentuk 50% dari sektor jasa.
Sebelum
merdeka tahun 1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang beragam dengan PDB
per kapita $511, tertinggi ketiga di Asia Timur pada saat itu.Setelah merdeka,
investasi asing langsung dan usaha pemerintah untuk industrialisasi berdasarkan
rencana bekas Deputi Perdana Menteri Dr. Goh Keng Swee membentuk ekonomi
Singapura saat ini.
Economist
Intelligence Unit dalam “Indeks Kualitas Hidup” menempatkan Singapura pada
peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia. Singapura
memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia. Negara ini juga memiliki
angkatan bersenjata yang maju.
Singapura
mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB
17.9% pada pertengahan pertama 2010, meski tanpa sumber daya alam dan sering
kekurangan air
Pria yang
berlatar belakang pendidikan di Inggeris itu tidak habis akal. Dia meminta
nasihat Dr Albert Winsemius, ekonom Belanda yang pernah memimpin tim United
Nations Development Programme (UNDP), mengenai industrialisasi Singapura pada
1960.
Winsemius
menyarankan agar negeri itu membuat kesepakatan pasar dengan Malaysia sekaligus
menawarkan kerja sama perdagangan dengan Indonesia. Dia juga diminta membuka
peluang pasar di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Selandia Baru.
Semua saran
itu ia turuti dan berhasil mengangkat pendapatan perkapita Singapura dari US$
500 menjadi lebih dari US%$ 50.000 saat ini. .
Tau Kapan Harus Mundur
Seorang
pemimpin tau kapan dia harus turun dari tahta dan mempersiapkan penggantinya
untuk melanjutkan cita-cita bangsanya.Lee melakukan pergantian kepemimpinannya
dengan baik.Ketika lengser pada 28 November 1990, Lee Kuan Yew mengangkat
penggantinya, Goh Chok Tong yang mampu memperkuat pertumbuhan ekonomi negeri
itu.
Setelah
mundur dari jabatan Perdana Menteri, Lee kemudian menjabat Menteri Senior pada
kabinet Goh Chok Tong. Pada Agustus 2004, saat Goh Chok Tong mundur dan
digantikan oleh anak sulungnya Lee Hsien Loong, Goh Chock Tong menjabat sebagai
Menteri Senior, dan Lee Kuan Yew menjabat posisi baru, yakni Menteri Penasihat
Lee mengaku
puas telah membuat Singapura menjadi negeri meritokrasi, bebas korupsi, dan
setara bagi semua ras.”Singapura adalah satu-satunya zona bebas korupsi di
kawasan di mana korupsi menjadi endemis,” tutur Lee Kuan Yew, seperti dikutip
Tempo.co.id. Buku The Singapore Story
1965-2000 mengatakan Lee tidak mengkhawatirkan Singapura di tangan putranya
yang dikenal sebagai BG Lee.
Lee berbeda
dengan para pemimpin Asia lainnya. Ambil contoh Soeharto dan Marcos misalnya.
Keduanya berhasil membawa ekonomi Indonesia dan Filippina ke jenjang yang lebih
tinggi selama masa pemerintahannya, namun di akhir masa kekuasaannya keduanya
digugat rakyat karena kasus korupsinya. Lengser atau turun takhta secara paksa,
karena desakan people power! Mewarisi korupsi yang merajalela.
Selamat
jalan Lee, semoga para pemimpin kami meneladani jejakmu!.
Penulis
adalah Penulis Biografi dan mantan wartawan, tinggal di Medan. Email:
girsangjannerson@gmail.com. Blog: http://www.harangan-sitora. blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)