Oleh: Jannerson Girsang
Secara umum, orang yang sakit dan dirawat bertahun-tahun adakalanya
muncul keluhan dan semangat semakin menurun, dan ragu-ragu, sehingga
bisa kehilangan keyakinan, mencari pertolongan yang menyesatkan.
Beda dengan Ayub. Itulah sebabnya, Ayub menjadi satu teladan bagi kita
menghadapi penderitaan. Setelah kehilangan semua harta dan anak-anak,
dan menderita sakit parah, Ayub masihmampu mengatakan:
"Juga
sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat
Allah,yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri
menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena
rindu".
Orang sakit adalah orang yang sedang lemah fisiknya dan perlu dukungan dari teman-teman dan keluarga.
Baru kembali menjenguk namboru, Morianna br Girsang yang menjalani
kemoterapi di Rumah Sakit Adam Malik, Medan. Morianna adalah istri alm
Pendeta BNKP, Pdt Harefa, adiknya PW (pens)
Lermianna Girsang . Beliau seorang pensiunan guru di Gunungsitoli, Nias.
Senang karena melihat semangat namboru tidak luntur. Pada 2011 beliau
menjalani kemo, dan kembali menjalani kemo sejak 3 hari yang lalu.
Kisah Ayub adalah referensiku ketika mencari kekuatan saat berada dalam
penderitaan, dan juga kusampaikan bagi mereka yang sakit. (Ayub
19:1-29). Ayub adalah orang yang setia kepada Tuhan.
Tetapi suatu
ketika, seluruh hartanya habis, anak-anaknya tewas karena reruntuhan
bangunan akibat badai.
Setelah kehilangan harta benda dan ke
sepuluh putra putrinya, dia menderita sakit kulit parah dan
mengharuskannya tidur di atas debu. Istri dan teman-temannya
mencibirnya. Tetapi Ayub tetap tegar dan merasa dibela Tuhan. ,
Saya membacakan ayat ini ditelinga nambori Morianna. Kubaca pelan-pelan!:
Ketika kita lemah, kadang nasehat teman-teman menyesatkan!
Tetapi Ayub menjawab (nasehat dan cibiran teman-temannya) :"Berapa lama
lagi kamu menyakitkan hatiku, dan meremukkan aku dengan perkataan?
Sekarang telah sepuluh kali kamu menghina aku, kamu tidak malu menyiksa
aku. Jika aku sungguh tersesat, maka aku sendiri yang menanggung
kesesatanku itu.
Jika kamu sungguh hendak membesarkan diri
terhadap aku, dan membuat celaku sebagai bukti terhadap diriku,
insafilah, bahwa Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku, dan
menebarkan jala-Nya atasku.
Sesungguhnya, aku berteriak: Kelaliman!, tetapi tidak ada yang menjawab. Aku berseru minta tolong, tetapi tidak ada keadilan.
Dalam keadaan menderita dan lemah, kita kadang mengeluh!
Jalanku ditutup-Nya dengan tembok, sehingga aku tidak dapat
melewatinya, dan jalan-jalanku itu dibuat-Nya gelap. Ia telah
menanggalkan kemuliaanku dan merampas mahkota di kepalaku. Ia membongkar
aku di semua tempat, sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku
dicabut-Nya.
Murka-Nya menyala terhadap aku, dan menganggap aku
sebagai lawan-Nya.Pasukan-Nya maju serentak, mereka merintangi jalan
melawan aku, lalu mengepung kemahku.
Saudara-saudaraku
dijauhkan-Nya dari padaku, dan kenalan-kenalanku tidak lagi mengenal
aku. Kaum kerabatku menghindar, dan kawan-kawanku melupakan aku. Anak
semang dan budak perempuanku menganggap aku orang yang tidak dikenal,
aku dipandang mereka orang asing.
Kalau aku memanggil budakku, ia tidak menyahut; aku harus membujuknya dengan kata-kata manis.
Nafasku menimbulkan rasa jijik kepada isteriku, dan bauku memualkan
saudara-saudara sekandungku. Bahkan kanak-kanakpun menghina aku, kalau
aku mau berdiri, mereka mengejek aku.
Semua teman karibku merasa
muak terhadap aku; dan mereka yang kukasihi, berbalik melawan aku.
Tulangku melekat pada kulit dan dagingku, dan hanya gusiku yang tinggal
padaku.
Tetapi, sadarlah dan yakinlah dan berharaplah kepada Tuhan!
Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku, karena tangan
Allah telah menimpa aku. Mengapa kamu mengejar aku, seakan-akan Allah,
dan tidak menjadi kenyang makan dagingku?
Ah, kiranya perkataanku
ditulis, dicatat dalam kitab,terpahat dengan besi pengukir dan timah
pada gunung batu untuk selama-lamanya!
Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.
Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan
melihat Allah,yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku
sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana
karena rindu.
"Tetap semangat ya namboru. Dalam keadaan lemah tak
berdaya, secara alami, kita memang bisa merasa seperti ditinggalkan,
kadang dilupakan, atau dilecehkan orang, sama seperti Ayub. Tetapi,
Tuhan tidak pernah meninggalkan namboru. Dia merawatmu 24 jam, Namboru
bersyukur karena masih bisa dirawat di rumah sakit, bukan di atas abu
seperti Ayub. Tidak dijauhi keluarga, karena masih ditemani kakakmu PW
Lermianna dan edamu Ny almarhum Pdt Josep Girsang"
"Terima kasih. Terima kasih," katanya, sesudah kami berdoa, sambil mengusap kepalaku
Medan, 23 mei 2015