(Artikel tercecer, terlambat masuk blog. June 17, 2013 at 9:27pm)
Oleh : Jannerson Girsang
Coba Anda bayangkan, betapa sedihnya kalau seandainya Anda berhasil dalam perkuliahan dan ingin mengungkapkan rasa suka kepada orang tua, tetapi keduanya sudah pergi.
Sebuah sms ungkapan rasa suka cita dari seorang yang kehilangan papa dan mama sungguh mengharukan, sekaligus membuat bangga.
“Halo bapatua. Aku hari ini baru selesai sidang tugas akhir. Nilai belum keluar karna masih ada ujian. Nggak kerasa jg hari ini 3 tahun lewat papa meninggal. Sedih juga sih, tapi merasa luar biasa gak kerasa waktu berjalan semua berjalan dengan baik. Tetap semangat untuk kita semua yah”.
Malam ini, saya menerima sms dengan kata-kata mengharukan dari Yani Christin Girsang, putri tertua adikku Parker Girsang yang meninggalkan kami untuk selama-lamanya 17 Juni 2010. Rasa haru dan membuat optimis. Semua penderitaan adalah ujian bahwa Tuhan campur tangan dalam kehidupan kita.
Sikap yang membuatku selalu bangga dengan putriku ini. Dia pintar, dan mampu memaknai hidup dengan luar biasa.
Kami terakhir bertemu 8 Juni 2013 yang lalu dalam acara ulang Tahun Junimart Girsang yang ke-50 di Jakarta. Dia dan adik-adiknya pintar menyanyi, hasil didikan orang tuanya yang bijak. Di Ultah itu Christin berduet dengan Hilda, adiknya.
Kami jarang bertemu. Sebelumnya, enam bulan lalu Christin dan adik-adiknya hadir dalam pernikahan putri saya Clara di Jakarta . Maklum, saya tinggal di Medan, mereka di Jakarta. Untung ada HP, Facebook, jadi bisa update tiap hari.
Setiap bertemu, saya sedih melihat Christin dan kedua adiknya telah ditinggal papa dan mamanya, saat masih membutuhkan kasih sayang orang tua. Tetapi menyaksikan pertumbuhan dan optimis mereka menghadapi kehidupan ini, saya merasa bangga. Mereka optimis dan selalu melihat ke depan, menjadi inspirasiku dalam menghadapi masalah hidup.
Memutar memori tiga tahun lalu, 17 Juni 2010. Malam itu, ketika baru saja selesai menulis, dan melangkah ke kamar mandi, saya mendapat telepon dari rumah sakit Cikini, Jakarta.
Ayah saya, yang menjaganya beberapa minggu terakhir memberitakan adikku Parker Girsang--ayah Christin telah tiada. Setelah beberapa bulan dirawat di Rumah Sakit Cikini, dia tidak bisa bertahan dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, beberapa bulan menjelang usianya genap 48 tahun. Dia lahir 16 Agustus 1962.
Sedihnya luar biasa. Gelap sekali rasanya. Christin kehilangan ayahnya beberapa saat setelah pengumuman dirinya diterima sebagai mahasiswa di Program D3 Sekretaris Universitas Indonesia.
Meninggalnya ayah yang sangat mereka cintainya, tentu sangat memukul dirinya dan adik-adiknya, serta kami semua. Empat tahun sebelumnya dia kehilangan ibu yang sungguh-sungguh bijaksana. Andaikan aku Christin, pastilah frustrasi berat. Dua adiknya Hilda Valeria dan Trisha Melani, ketika itu masih duduk di kelas 1 SMA, dan kelas 1 SMP.
Tiga tahun kemudian, tiga putri kami yang cantik-cantik Christin (rencanya kalau lulus meja hijau, Christin akan diwisuda dari Universitas Indonesia, Hilda Valeria (kini kuliah tahun pertama di Universitas Brawijaya, Malang), Trischa Melani (tahun ini memasuki SMA).
Tuhan memelihara mereka melalui keluarga (terutama ompung, uda, namborunya), dan mereka yang bersimpati. Junimart dan Juniver serta keluarganya sungguh luar biasa memperhatikan mereka.Semoga kebaikan mereka menjadi teladan bagi anak-anak ke depan, pentingnya memperhatikan orang-orang yang lemah.
Sejak adikku meninggal, mereka dititipkan melalui namborunya Masdalinda Girsang di Bekasi. Sekarang hanya Trisha Melani yang tinggal di sana, sementara Christin di Depok dan Hilda di Malang. Christin sekali seminggu pulang ke Bekasi.
Tiga tahun berlalu setelah kesedihan itu, sesuai tekadnya, Christin akan menyelesaikan studinya. SMSnya malam mini, membuatku percaya bahwa ketiganya suatu ketika akan menjadi orang-orang yang luar biasa.
Terima kasih Tuhan, engkau Maha Kuasa. Melalui tangan-tangan yang Engkau kasihi memelihara putri-putri kami. Terima kasih, Tuhan telah menyentuh hati semua orang yang membantu mereka.
Salam salut untuk putriku Christin, Ai dan Icha!. Salam sayang dari bapatua dan inang tua, abang Bernard, Ompung di Medan.
Gantungkan harapan hanya padaNya!.