Oleh: Jannerson Girsang
Sumber foto:news.in.msn.com
Menyambut Ulang Tahun ke 8 Facebook—jejaring sosial yang sangat digandrungi orang Indonesia dan dunia itu, saya mengajak kita melihat sisi lain kisah sang penciptanya. Sebuah pelajaran berharga bagaimana sebuah kreativitas diapreasiasi dan berkembang menjadi besar. Pelajaran bagi bangsa ini dalam mendongkrak kreativitas anak muda kreatif.
Mark Elliot Zuckerberg telah mendapat pengakuan dunia, menjadi orang terkaya ke-14 di Amerika, terkenal di seluruh dunia, dan presiden Obama dan para tokoh dunia memuji dirinya, media mengulas dan memberi penghargaan.
Pria kelahiran 14 Mei 1984 ini memiliki kekayaan, ketenaran karena kreativitasnya bersama timnya yang memberi nilai tambah bagi dunia ini, bukan karena korupsi atau KKN!
Kaya, Terkenal di Seluruh Dunia
Facebook--”pohon Zuckeberg” di dunia maya itu kini sudah mekar dan menghasilkan buah yang luar biasa. Tiga tahun lalu, saat merayakan Ulang Tahunnya ke-5 pada 2009 lalu, jejaring sosial ini baru memiliki 150 juta pengguna aktif. Tiga tahun kemudian, menurut http://www.facebook.com/press/info.php?statistics, diunduh 30 Januari 2012, sampai dengan Juli 2011, Facebook telah memiliki 800 juta pengguna aktif atau menghubungkan lebih dari empat kali jumlah penduduk Indonesia.
Belum ada prestasi seperti ini dicapai jejaring sosial sepanjang sejarah bumi ini. Belum pernah masyarakat dunia memiliki koneksi satu dengan yang lain sedekat ruang tamu mereka di dunia maya sebelum kita mengenal Facebook. Kini, kita bisa saling menyapa, menampilkan gambar atau video terbaru hanya dalam hitungan detik dengan ribuan teman sekaligus.
Bukan hanya di Indonesia, setiap hari ratusan juta penduduk dunia meggunakan Facebook sebagai sebuah ruang tamu yang bertemu, bertegur sapa dengan tamu-tamu mereka yang berasal dari berbagai negara.
Facebook banjir iklan dan menempakan Mark Zuckerberg sebagai salah seorang terkaya di dunia. 4 Februari 2004, Mark Zuckerberg—bersama teman-temannya Dustin Moskovitz, Chris Hughes dan Eduardo Saverin meluncurkan Facebook dari kamar asrama mereka di Universitas Harvard. Mark ketika itu masih berstatus mahasiswa, hidup dalam keserhanaan dengan ibunya Karen, seorang psikiater, dan ayahnya Edward Zuckerberg, seorang dokter gigi.
Tahun lalu, Forbes melaporkan kekayaan Mark mencapai Rp 17.5 miliar dollar. Mark berada di bawah Jef Bezos—pendiri Amazone dengan jumlah kekayaan 19,1 miliar dollar dan di atas Sergey Brin—pendiri Google dengan total kekayaan 16,7 miliar dollar.
Zuckerberg tidak hanya mendapat penghargaan berupa uang, tetapi juga pengakuan melalui Majalah Time sebagai Person of The Year 2010. Berbeda dengan para koruptor yang mendapatkan penghargaan berupa Vonnis beberapa tahun di penjara.
“For connecting more than half a billion people and mapping the social relations among them, for creating a new system of exchanging information and for changing how we live our lives, Mark Elliot Zuckerberg is TIME's 2010 Person of the Year,” demikian majalah terkemuka dunia ini memberi alasan penganugerahan penghargaan bergengsi itu.
Di usia 26 tahun, Mark Zuckerberg menempatkan dirinya setaraf dengan tokoh-tokoh pejuang dunia pendahulunya. Bandingkan misalnya dengan mereka yang pernah menerima penghargaan yang sama, Ratu Elizabeth II (26 tahun), Marthin Luther King Jr (34 tahun), dan Jef Bezos—pendiri Amazone (35 tahun).
Tentu ini menjadi pelajaran bagi para PNS kita dan para koruptor muda, betapa dengan mengembangkan kreativitas seorang muda bisa kaya dan terkenal.
Inspirasi Anak Muda Abad 21
Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa drop out dari Universitas Harvard, mengawali semuanya dari kegiatan kecil dan sederhana, bukan langsung besar seperti banyak harapan para pejabat kita yang menuntut anak-anak ESEMKA sempurna seperti pabrik mobil yang sudah mapan.
Menurut Wikipedia, ketika Mark masih kuliah di Harvard tahun kedua, dia mulai menciptakan Facemash, pendahulu Facebook. Facemash hanya mampu menghubungkan sembilan asrama, menempatkan dua foto berdampingan pada satu waktu dan meminta pengguna memilih yang mana yang paling seksi.
Mark Zuckerberg menciptakan Facebook di kamar asramanya di Harvard, mengakses ke bagian jaringan komputer Harvard yang dilindungi dan menyalin gambar-gambar ID pribadi asrama. Harvard pada waktu itu tidak memiliki "buku wajah" (direktori berisi foto dan informasi dasar) mahasiswa.
Situs ini langsung diteruskan ke beberapa server grup kampus, namun dimatikan beberapa hari kemudian oleh administrasi Harvard. Zuckerberg dihukum karena menembus keamanan kampus, melanggar hak cipta, dan melanggar privasi individu, dan terancam dikeluarkan. Namun, hukuman tersebut dibatalkan.
Singkat cerita, 4 Februari 2004, Zuckerberg meluncurkan "The Facebook" yang awalnya berada di situs web TheFacebook.com.
Dalam perjalanannya, Mark Zuckerberg juga bukan orang yang sempurna. Dia juga terjerat tuntutan hukum. Menurut www.wikipedia.com, enam hari setelah situs Facebook diluncurkan, tiga senior Harvard, Cameron Winklevoss, Tyler Winklevoss, dan Divya Narendra, menuduh Zuckerberg sengaja mengalihkan mereka agar mereka percaya ia membantu mereka membuat jejaring sosial bernama HarvardConnection.com, sementara ia menggunakan ide mereka untuk membuat sebuah produk saingan. Tiga senior tersebut mengajukan tuntutan hukum terhadap Zuckerberg yang akhirnya terselesaikan.
Perdebatan soal hukum tidak berkepanjangan seperti banyak pengalaman di Indonesia. Di negeri Zuckerberg, orang berdiskusi di ”terowongan yang terang”. Facebook mendapat tuntutan hukum, tetapi tidak lantas membunuh kreativitas Mark Zuckerberg. Masalah-masalah hukum diselesaikan, kreativitas, bisnis berjalan dengan baik.
Berbeda dengan kita yang senantiasa memilih diskusi di ”terowongan gelap”. Berputar-putar tak jelas jalan keluarnya. Bayangkan, di negeri ini tak sedikit perusahaan yang sudah berdiri sama dengan usia Facebook tetapi belum beroperasi, dengan berbagai persoalan yang dihadapinya (mulai dari izin, masalah lingkungan, dll). Orang sudah sampai ke bulan, kita masih sibuk persoalan izin dan persoalan lingkungan yang sangat rumit..
Hal lain yang menjadi pelajaran adalah sikap Obama terhadap Zuckerberg. Presiden Obama sangat memberi dukungan kepadanya dan juga kepada para anak-anak muda yang kreatif, seperti pencipta Google atau perusahan-perusahaan lainnya. Para penonton TV CNN bisa membaca bagaimana diskusi antara Obama dan Zuckerberg dalam publikasinya berjudul ”Obama pokes fun at Facebook's Zuckerberg”. Mereka bercanda di tengah ratusan pengunjung dengan santai saling mendukung.
Penguasa harus lembut kepada anak muda yang kreatif, kalau ingin dihargai ketika sudah uzur nanti. Semoga kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi pengembangan karya anak-anak muda di ESEMKA, dan anak-anakmuda kreatif lainnya mampu mendunia seperti Mark Zuckerberg, sekaligus menghimbau kalangan pemerintahan, politisi serta masyarakat kita pada umumnya agar bijaklah mengelola kreativitas anak-anak muda negeri ini!.