My 500 Words

Kamis, 02 Februari 2012

Delapan Tahun Facebook, Pelajaran Dari Mark Zuckerberg (Harian Analisa 2 Februari 2012)

Oleh: Jannerson Girsang

 
Sumber foto:news.in.msn.com
  
Menyambut Ulang Tahun ke 8 Facebook—jejaring sosial yang sangat digandrungi orang Indonesia dan dunia itu, saya mengajak kita melihat sisi lain kisah sang penciptanya. Sebuah pelajaran berharga bagaimana sebuah kreativitas diapreasiasi dan berkembang menjadi besar. Pelajaran bagi bangsa ini dalam mendongkrak kreativitas anak muda kreatif.

Mark Elliot Zuckerberg telah mendapat pengakuan dunia, menjadi orang terkaya ke-14 di Amerika,  terkenal di seluruh dunia, dan presiden Obama dan para tokoh dunia memuji dirinya, media mengulas dan memberi penghargaan.

Pria kelahiran 14 Mei 1984 ini memiliki kekayaan, ketenaran karena kreativitasnya bersama timnya yang memberi nilai tambah bagi dunia ini, bukan karena korupsi atau KKN!

Kaya, Terkenal di Seluruh Dunia

Facebook--”pohon Zuckeberg” di dunia maya itu kini sudah mekar dan menghasilkan buah yang luar biasa. Tiga tahun lalu, saat merayakan Ulang Tahunnya  ke-5 pada 2009 lalu, jejaring sosial ini baru memiliki 150 juta pengguna aktif. Tiga tahun kemudian, menurut http://www.facebook.com/press/info.php?statistics, diunduh 30 Januari 2012, sampai dengan Juli 2011, Facebook telah memiliki 800 juta pengguna aktif atau menghubungkan lebih dari empat kali jumlah penduduk Indonesia.

Belum ada prestasi seperti ini dicapai jejaring sosial sepanjang sejarah bumi ini. Belum pernah masyarakat dunia memiliki koneksi satu dengan yang lain sedekat ruang tamu mereka di dunia maya sebelum kita mengenal Facebook. Kini, kita bisa saling menyapa, menampilkan gambar atau video terbaru hanya dalam hitungan detik dengan ribuan teman sekaligus.

Bukan hanya di Indonesia, setiap hari ratusan juta penduduk dunia meggunakan Facebook sebagai sebuah ruang tamu yang bertemu, bertegur sapa dengan tamu-tamu mereka yang berasal dari berbagai negara.

Facebook banjir iklan dan menempakan Mark Zuckerberg sebagai salah seorang terkaya di dunia. 4 Februari 2004, Mark Zuckerberg—bersama teman-temannya Dustin Moskovitz, Chris Hughes dan Eduardo Saverin meluncurkan Facebook dari kamar asrama mereka di Universitas Harvard. Mark ketika itu masih berstatus mahasiswa, hidup dalam keserhanaan dengan ibunya Karen, seorang psikiater, dan ayahnya Edward Zuckerberg, seorang dokter gigi.

Tahun lalu, Forbes melaporkan kekayaan Mark mencapai Rp 17.5 miliar dollar. Mark berada di bawah Jef Bezos—pendiri Amazone dengan jumlah kekayaan 19,1 miliar dollar dan di atas Sergey Brin—pendiri Google dengan total kekayaan 16,7 miliar dollar.

Zuckerberg tidak hanya mendapat penghargaan berupa uang, tetapi juga pengakuan melalui Majalah Time sebagai Person of The Year 2010. Berbeda dengan para koruptor yang mendapatkan penghargaan berupa Vonnis beberapa tahun di penjara.

“For connecting more than half a billion people and mapping the social relations among them, for creating a new system of exchanging information and for changing how we live our lives, Mark Elliot Zuckerberg is TIME's 2010 Person of the Year,” demikian majalah terkemuka dunia ini memberi alasan penganugerahan penghargaan bergengsi itu.

Di usia 26 tahun, Mark Zuckerberg menempatkan dirinya setaraf dengan tokoh-tokoh pejuang dunia pendahulunya. Bandingkan misalnya dengan mereka yang pernah menerima penghargaan yang sama, Ratu Elizabeth II (26 tahun), Marthin Luther King Jr (34 tahun), dan Jef Bezos—pendiri Amazone (35 tahun).

Tentu ini menjadi pelajaran bagi para PNS kita dan para koruptor muda, betapa dengan mengembangkan kreativitas seorang muda bisa kaya dan terkenal.

Inspirasi Anak Muda Abad 21 

Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa drop out dari Universitas Harvard, mengawali semuanya dari kegiatan kecil dan sederhana, bukan langsung besar seperti banyak harapan para pejabat kita yang menuntut anak-anak ESEMKA sempurna seperti pabrik mobil yang sudah mapan.

Menurut Wikipedia, ketika Mark masih kuliah di Harvard tahun kedua, dia mulai menciptakan Facemash, pendahulu Facebook. Facemash hanya mampu menghubungkan sembilan asrama, menempatkan dua foto berdampingan pada satu waktu dan meminta pengguna memilih yang mana yang paling seksi.

Mark Zuckerberg menciptakan Facebook di kamar asramanya di Harvard, mengakses ke bagian jaringan komputer Harvard yang dilindungi dan menyalin gambar-gambar ID pribadi asrama. Harvard pada waktu itu tidak memiliki "buku wajah" (direktori berisi foto dan informasi dasar) mahasiswa.

Situs ini langsung diteruskan ke beberapa server grup kampus, namun dimatikan beberapa hari kemudian oleh administrasi Harvard. Zuckerberg dihukum karena menembus keamanan kampus, melanggar hak cipta, dan melanggar privasi individu, dan terancam dikeluarkan. Namun, hukuman tersebut dibatalkan.
Singkat cerita, 4 Februari 2004, Zuckerberg meluncurkan "The Facebook" yang awalnya berada di situs web TheFacebook.com.

Dalam perjalanannya, Mark Zuckerberg juga bukan orang yang sempurna. Dia juga terjerat tuntutan hukum. Menurut www.wikipedia.com, enam hari setelah situs Facebook diluncurkan, tiga senior Harvard, Cameron Winklevoss, Tyler Winklevoss, dan Divya Narendra, menuduh Zuckerberg sengaja mengalihkan mereka agar mereka percaya ia membantu mereka membuat jejaring sosial bernama HarvardConnection.com, sementara ia menggunakan ide mereka untuk membuat sebuah produk saingan. Tiga senior tersebut mengajukan tuntutan hukum terhadap Zuckerberg yang akhirnya terselesaikan.

Perdebatan soal hukum tidak berkepanjangan seperti banyak pengalaman di Indonesia. Di negeri Zuckerberg, orang berdiskusi di ”terowongan yang terang”. Facebook mendapat tuntutan hukum, tetapi tidak lantas membunuh kreativitas Mark Zuckerberg. Masalah-masalah hukum diselesaikan, kreativitas, bisnis berjalan dengan baik.

Berbeda dengan kita yang senantiasa memilih diskusi di ”terowongan gelap”.  Berputar-putar tak jelas jalan keluarnya. Bayangkan, di negeri ini tak sedikit perusahaan yang sudah berdiri sama dengan usia Facebook tetapi belum beroperasi, dengan berbagai persoalan yang dihadapinya (mulai dari izin, masalah lingkungan, dll). Orang sudah sampai ke bulan, kita masih sibuk persoalan izin dan persoalan lingkungan yang sangat rumit..

Hal lain yang menjadi pelajaran adalah sikap Obama terhadap Zuckerberg. Presiden Obama sangat memberi dukungan kepadanya dan juga kepada para anak-anak muda yang kreatif, seperti pencipta Google atau perusahan-perusahaan lainnya. Para penonton TV CNN bisa membaca bagaimana diskusi antara Obama dan Zuckerberg dalam publikasinya berjudul ”Obama pokes fun at Facebook's Zuckerberg”. Mereka bercanda di tengah ratusan pengunjung dengan santai saling mendukung.

Penguasa harus lembut kepada anak muda yang kreatif, kalau ingin dihargai ketika sudah uzur nanti. Semoga kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi pengembangan karya anak-anak muda di ESEMKA, dan anak-anakmuda kreatif lainnya mampu mendunia seperti Mark Zuckerberg, sekaligus menghimbau kalangan pemerintahan, politisi serta masyarakat kita pada umumnya agar bijaklah mengelola kreativitas anak-anak muda negeri ini!.

Senin, 30 Januari 2012

Pengisah Cerita (Story Teller): ”Selalu Ada Ruang Untuk Sebuah Cerita”(Jurnal Medan, 30 Januari 2012)

Oleh: Jannerson Girsang

J.K. Rowling, penulis novel terkenal Harry Potter mengatakan: “There's always room for a story that can transport people to another place. Selalu ada ruang untuk sebuah kisah yang mampu membawa orang (pembaca) ke tempat lain”

Manusia membutuhkan cerita menginspirasi yang berisi pengalaman manusia dari lokasi lain. Masyarakat Indonesia membaca Harry Potter, cerita yang ditulis JK Rowling dan jutaan juta manusia di dunia ini terbius oleh pemikiran yang kreatif, mencerahkan, mulai dari anak-anak remaja hingga professor.

Berceritalah tentang hal-hal yang membuat orang lain merasa nyaman dan tenteram, tidak membuat mereka ketakutan atau khawatir. Beberapa referensi mengatakan cerita-cerita inspirasional adalah kisah-kisah tentang harapan, janji dan dorongan. Mereka membangkitkan emosi dalam diri pembaca, membangun hubungan antara pembaca dan penulis.

Dari mana sumber ceritanya dan mengapa kisah baru selalu muncul?. Ternyata, bumi  dan segala isinya (baik yang hidup dan yang mati) hasil ciptaan Tuhan, bersifat dinamis. Manusia dan mahluk hidup yang beraktivitas, benda bergerak dari satu tempat ke tempat lain, perputaran bumi dengan segala dampaknya, menghasilkan kisah-kisah baru, mulai dari yang biasa-biasa saja, sampai kisah yang mengerikan. Kisah yang satu sama lain mengilhami tindakan manusia menghadapi kesulitan.

Peran Manusia

Hanya manusia yang mampu menangkap gerak yang dinamis itu, dan mengungkapkannya dalam bentuk cerita yang memberi rasa baru,inspirasi baru. Dengan cerita yang menginspirasi, orang-orang tergerak, terinspirasi untuk memperoleh keberanian, keteguhan hati, bertindak bijaksana, setelah membaca sebuah kisah atau cerita.

Peran para penulis cerita begitu besar mengubah duna ini. Penulis cerita Andrea Hirata-- laki-laki yang masa kecilnya dihabiskan di Pulau Beliton, Bangka menghipnotis jutaan pembaca Novel pertamanya Laskar Pelangi, mencuri pikiran para pembacanya.

Tetralogi Lasykar Pelangi, sebuah Kisah hidup Andrea Hirata yang ditulis apik dalam begitu menginpirasi, menguasai pikiran banyak orang--tidak saja di Indonesia, tetapi merambah hingga manca negara.

Dari pulau Beliton, Indonesia dan berbagai tempat di dunia manusia menghasilkan kisah yang mampu mengangkut jutaan orang ke sebuah dunia lain. Mereka hanyut dalam dunia yang belum pernah dialaminya, menimbulkan rasa dan inspirasi baru

Baik Lasykar Pelangi maupun Harry Potter tidak hanya mendapat sambutan di negeri pengarangnya. tetapi juga manusia di luar negaranya. Andrea Hirata, sejak menerbitkan novel pertamanya Laskar Pelangi (2006), Andrea Hirata melejit bagai meteor. Karya-karyanya Tetralogi Laskar Pelangi dan Dwilogi Padang Bulan laku keras. Tiga bukunya Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris, masing-masing dengan judul Rainbow Troops, Dreamer dan Edensor.

Kita terpengaruh dengan cerita Supernova yang ditulis Dewi Lestari, Raditya Dika penulis Kambing Jantan, Ayat-ayat Cina buah karya Habiburrahman El Siraji, Djenar Maesa Ayu penulis Sang Monyet.

Jutaan penduduk bangsa ini, tua muda, besar kecil, berpendidikan tinggi atau rendah begitu terinpirasi dengan kisah Harry Potter.

Barrack Obama dalam biografinya yang memukau: Dari Jakarta ke Gedung Putih, menjelaskan perjalanan hidupnya dengan kisah-kisah yang menginspirasi. Buku yang dibaca jutaan orang itu akhirnya memotivasi kelompok-kelompok minoritas. Tidak mungkin seorang minortas kulit hitam menjadi Presiden Amerika Serikat.

Bahan-bahan diolah dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga berhasil memukau pembaca seolah dirinya ikut dalam perjalaman hidup Obama. Dia berkisah tentang hal yang menginspirasi, bukan menyalahkan, menghasut atau merendahkan.

Para penulis besar di atas menghasilkan cerita yang mampu mengangkut pembacanya ke keadaan, lokasi, waktu yang digambarkan penulisnya. Terbawa ke suatu masa dan suatu tempat!.

Kemampuan menulis cerita memang sangat dibutuhkan oleh setiap orang, Benarlah apa yang pernah dikatakan Harvard Business Review: ”To involve people in a deepest level, you need stories. Melibatkan orang dari tingkat terendah, Anda membutuhkan kisah atau cerita”

Mari menjadi Pencerita
Mari mendidik diri sendiri menjadi pencerita (story teller) yang baik, sebab ”Anda memiliki kekuatan untuk membuat orang merasa baik tentang diri mereka sendiri dengan kata-kata yang Anda tulis. Anda dapat membuat orang tertawa dengan kecerdasan Anda santai dan memindahkan mereka untuk mengubah kehidupan mereka dengan cerita-cerita inspirasional Anda,”

Berikut tipis yang kami kutip dari http://www.ehow.com/how_2086018_write-inspire.html#ixzz1kH1GEUjy

1.    Berikan contoh-contoh pribadi. Gunakan cerita anekdot yang benar dan berhubungan dengan pembaca Anda. Orang menghubungkan ke cerita tentang orang lain.

2.    Buatlah cerita masa lalu (nostalgia). Orang-orang suka mendengar saat yang baik dan hari-hari tua yang baik. Berbicara tentang masa lalu dengan cara yang positif membuat orang tersenyum.

3.    Buat gambar suasana, tempat, waktu, dengan kata-kata Anda. Cerita Anda harus jelas dan menggunakan semua indra Anda. Rasakan tulisan Anda dan beritahu pembaca apa yang Anda lihat, dengar dan rasakan. Pembaca akan larut dalam cerita Anda dan menjadi terinspirasi oleh kata-kata Anda.

4.    Berbicaralah dari hati Anda. Jadilah bergairah tentang topik Anda. Orang-orang merasa terinspirasi oleh seseorang yang benar-benar mencintai apa yang mereka tulis. Merasa bergairah dan pembaca Anda juga akan.

5.    Berbicara dengan pembaca layaknya seorang sahabat. Berhubunganlah dengan orang lain sehingga mereka merasa terhubung dengan ide-ide Anda. Gunakan anekdot pribadi untuk memvalidasi cerita. Buatlah cerita seperti becakap-cakap dan menghibur.

6.    Tawarkan saran atau solusi untuk sebuah masalah. Masalah dengan mudah dapat berkaitan dengan kehidupan manusia. Membaca cerita yang ditulis oleh seorang penulis yang mengerti masalah dan menawarkan solusi bisa menginspirasi seseorang untuk mengambil tindakan positif.

7.    Mulailah dengan judul besar dan baris pertama yang menarik perhatian. Buatlah cerita yang jelas dan terorganisir dalam tulisan Anda. Menangkap perhatian pembaca dan kehidupan nyata mereka ke dalam cerita Anda.

Mari belajar menjadi pencerita yang baik. Semoga berhasil!

Sarapan dengan Pora-pora di Silalahi (Batak Pos, 28 Januari 2012)

Oleh: Jannerson Girsang

 

Pagi itu 22 Januari 2012, duduk di tepi pantai Silalahi, saya mengamati ikan-ikan di danau. ”Itu ikan Pora-pora,” ujar seorang teman. Bergerak lincah ke sana kemari,mencari sesuatu, tiba-tiba seorang teman yang lain melemparkan sisa umpan pancingnya. Ikan-ikan itu berlomba mengejarnya.

Pemandangan lain dari birunya danau, hijaunya sawah di perbukitan di belakang rumah-rumah penduduk, serta pemandangan baru bangunan PLTA PLN Renun berkapsitas 2 x 41 MW di sebelah Selatan Silalahi. .  

Dari referensi-referensi yang saya baca, ikan pora-pora hidup di air tawar dengan sisik berwarna putih dan ekor berwarna kuning. Panjangnya hanya antara 10-12 centimeter, lebih kecil dari ikan mujair, apalagi ikan mas atau lele—jenis ikan yang sebelumnya sangat populer di sana.

Perkembang biakan ikan pora-pora yang cepat telah mengisi seluruh pantai Danau Toba, dan memberi penduduk mata pencaharian baru, bisnis baru bagi pengumpul atau pengusaha di kota. Ikan ini juga menyumbang lemak dan kalsium yang tidak dimiliki jenis-jenis ikan lainnya. Peneliti menyebut, ikan ini memiliki kandungan lemak dan kalsium yang lebih tinggi dari ikan tawar atau laut.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemprovsu 19 Januari lalu mengungkapkan bahwa ikan pora-pora akan dijadikan salah satu produk unggulan daerah ini. Tentunya, mewujudkan tekad itu dukungan semua masyarakat sangat dibutuhkan.   

Sarapan dengan Ikan Pora-pora

Bersama rombongan Sektor III Gereja GKPS Simalingkar yang berwisata ke Silalahi menikmati sarapan pagi dengan lauk ikan Pora-pora. Bagi sebagian besar rombongan yang tinggal di Medan itu ikan ini masih relatif baru.

“Ikan apa namanya ini pak,” ujar seorang anak yang mungkin baru pertama kali melihatnya. Setelah mencicipinya, ada bedanya dengan ikan mas, mujair maupun ikan lele—produksi Danau Toba yang kami sudah kenal. Bahkan beberapa orang tua juga masih kurang familiar dengan ikan ini.

Pagi itu kami menikmati pora-pora basah yang dimasak dengan gulai asam. Rasanya memang cukup mengundang selera, apalagi ditambah aroma petai dan jengkol yang dibawa rombongan dari Medan.

Rasa baru ikan Pora-pora menambah suasana ceria rombongan di pagi hari yang cerah di tepi Danau yang jernih, sambil memandang lepas ke Tao Silalahi yang kesohor itu.

Ikan pora-pora punya kelebihan dari ikan yang lain. Ternyata, dari penelitian Ulfa Nazmi Batubara FKM USU Medan (2009), ikan pora-pora mengandung lemak dan kalsium yang lebih tinggi dari ikan tawar atau ikan laut manapun, meski kandungan proteinnya lebih rendah. Luar biasa bukan!.

Harganyapun relatif murah. Minggu itu di Silalahi hanya sekitar Rp 3000-4000 per kilogram atau kalau dikeringkan bisa dijual dengan harga Rp6.500 per kg. Bandingkan dengan ikan masa atau mujair yang Anda beli di pajak-pajak di Medan yang mencapai Rp 20 ribu lebih per kilonya..

Mata Pencaharian Baru

Ikan pora-pora berkembang biak dengan cepat. Kini kita bisa menyaksikan ratusan kilometer bibir pantai Danau Toba, ikan pora-pora mendominasi ikan di danau itu..

Harian Batak Pos pernah memberitakan bahwa ikan porapora dikenal setelah Megawati Soekarnoputri yang saat itu menjabat Presiden RI melakukan penaburan benih ikan di Danau Toba terkait dengan suatu kunjungan perhelatan di Parapat pada 6 Juni 2004 lalu. (www.batakpos-online.com)

Para nelayan di Silalahi mengaku bahwa,orang pertama yang menabur benih ikan pora-pora di Danau Toba adalah Megawati Soekarnoputri, mantan Presiden Indonesia. “Katanya ikan ini ditebar oleh ibu Megawati,”ujar salah seorang nelayan di pantai Silalahi Minggu pagi, 22 Januari 2012.

Ikan ini berkembang biak sangat cepat, dan kini menjadi habitat terbesar di Danau Toba. Dalam waktu beberapa tahun terakhir penduduk banyak menggantungkan hidupnya menangkap ikan pora-pora. Menangkap ikan pora-pora menjadi sebuah alternatif pencaharian penduduk di sekitar Danau Toba..

Para nelayan menangkap ikan yang sejenis ikan bilih di Danau Singkarak, Sumatera Barat, dengan menggunakan jala. Seorang nelayan di Silalahi mengatakan dia bisa memperoleh 30-40 kilogram per hari. Uang hasil penjualannya bisa memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.

Para pengusaha telah memanfaatkan peluang ini dan menjadikannya sebagai sebuah usaha baru. Hasil tangkapan nelayan, tidak hanya di pasarkan di daerah tangkapan, tetapi juga keluar daerah.

Selain menjual ikan pora-pora yang masih segar, para nelayan di berbagai tempat juga menjadikan ikan pora-pora sebagai ikan asin. Dengan membuang seluruh isi perut, kemudian merendam dengan air garam, kemudian dijemur di bawah terik matahari. Memang harganya lebih mahal. Tapi, “Mengerjakannya juga cukup lama”ujar Silalahi nelayan di Tao Silalahi Nabolak itu.

Saat ini ikan pora-pora selain dipasarkan di Sumatera Utara juga sudah dikirim ke sejumlah daerah di luar Sumatera Utara. Seperti Padang, Batam, dan Pekan Baru, melalui jalur darat dan laut.

Pengembangan Ikan Pora-pora

Angin segar berhembus dari Deperindag Sumut. Dalam releasenya beberapa hari yang lalu. mediaonline milik Pemprovsu  http://www.sumutprov.go.id/lengkap.php?id=3671,  mengungkapkan bahwa saat ini produksi ikan pora-pora dari Sumatera Utara mencapai 40 ton per hari.

Perkembangan pesat ikan tersebut, serta kemungkinan ketersediaannya dalam jumlah besar, membuat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara ingin menjadikan Ikan Pora-Pora, ikan khas di Danau Toba, Parapat sebagai salah salah produk unggulan di provinsi itu di tujuh Kabupaten yang berada di sekitar danau.

Menurut Kepala Bidang Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan Disperindag Sumut, Ida Yani Pane, seperti dikutip mediaonline milik Pemprovsu itu, untuk tahap awal, ikan itu direncanakan sudah digoreng terlebih dahulu dan dimasukkan dalam kemasan yang menarik dengan berbagai ukuran kecil hingga besar.

Ke depan, lanjut Ida Yani, kalau masyarakatnya sudah bisa diandalkan untuk menyediakan ikan itu secara berkesinambungan dan serius menangani bisnis tersebut, pemerintah akan meningkatkan menjadi usaha industri yang lebih besar seperti halnya ikan sardencis dalam kaleng.

Kini sebuah perusahaan di Medan telah memproduksi Cripsy Pora-pora. Barangkali bisa jadi sebuah icon baru dari Sumut. Menambah ikan teri atau ikan asin lainnya yang selama ini sangat digemari di Jawa dan daerah lainnya di seantero tanah air.

Sarapan di Silalahi memberikan pemahaman baru kepada kami tentang ikan Pora-pora. Mungkin sarapan pagi di rumah Anda dengan ikan yang sama berarti memberi ruang yang lebih luas bagi nelayan, pengusaha kita. Memasyarakatkan ikan pora-pora,berarti mendukung penghasilan nelayan di sekitar Danau Toba.

Semoga usaha ini berhasil dan bisa sebagai alternatif memberi penghasilan baru yang ramah lingkungan. Mari kita dukung!

Mempersiapkan Masyarakat Berbudaya Membaca (Jurnal Medan, 24 Januari 2012)

Oleh: Jannerson Girsang

Sumber foto: www.muji0n0.wordpress.com

Beberapa tahun belakangan ini, sedikitnya dua kali setahun kami mengikuti kegiatan-kegiatan yang berlangsung di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Baperasda) Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Seratusan peserta berkumpul, mereka terdiri dari unsur sekolah, masyarakat umum, para pemerhati perpustakaan, penulis, pengeloal perpustakaan yang berada dibawah binaan Baperasda, pengasuh Taman Bacaan.   

Berbagai hal dibicarakan dalam mendukung program meningkatkan minat baca masyarakat yang memang masih rendah. Banyak pelajaran dan masukan untuk percepatan peningkatan minat baca masyarakat.

Artikel ini mencoba mengangkat berbagai hal menarik dari pertemuan sebelum ini, sekaligus memberi apresiasi usaha-usaha sejenis yang dampaknya bagi masa depan para pelajar, masyarakat dalam meningkatkan apresiasi mereka pada peradaban.  

Mempersiapkan Masyarakat Berbudaya Membaca

Meningkatkan minat baca, adalah sebuah usaha yang masih awal dari sebuah proses menuju menuju budaya baca masyarakat, sehingga mereka memiliki cara mendapatkan informasi dari sesuatu yang tertulis.

Kebiasaan membaca membuat masyarakat terbiasa mengonsumsi informasi tertulis yang autentik dari pada hanya sekedar memdengar ataupun melihat. Membaca merupakan kegiatan yang mendidik masyarakat menyimak, mengeja, memahami dan memiliki minat serta akhirnya mampu mengaplikasikan bacaan itu sendiri.  

Bagi masyarakat di negara maju, membaca sebagai kegiatan personal telah menjadi kebutuhan. Sayangnya bagi masyarakat kita di Sumatera Utara kebiasaan membaca masih jauh dari harapan.

Perbedaan itu tergambar dalam sebuah pertemuan, Drs Chandra Silalahi, Sekretaris Perpustakaan dan Arsip Daerah Pemprovsu ke Eropa yang dikisahkannya dalam sebuah pertemuan di Baperasda Pemrovsu. ”Ketika menumpang naik kereta api dari Paris ke Den Haag, bebas asap rokok, sebagian besar orang asyik membaca buku atau asyik melakukan searching di internet memanfaatkan hotspot gratis melalui laptop mereka masing-masing. Terjadi ”charger” informasi.  Kami sendiri merasa seolah terasing, karena berbeda dengan mereka. Tidak bawa bacaan apalagi peralatan seperti mereka. Saya lalu teringat ketika saya naik kereta api dari Medan ke Rantau Prapat. Asap rokok di dalam kereta api, perbincangan ngalor ngidul, tanpa buku. Kecuali beberapa membaca koran-koran daerah. Pemandangan berbeda, masyarakat yang minat bacanya tinggi dan masyarakat kita dengan minat baca yang masih rendah”.

Membaca memiliki keuntungan khusus dibanding dengan penggunaan media lain. Bahan cetakan akan terus menjadi saluruan  yang paling penting untuk pendidikan dan kemajuan kebudayaan manusia.  Keuntungan tersebut antara lain : 1) membaca adalah sebuah aktivitas pribadi yang dapat meningkatkan pengembangan individu, 2) suatu bahan bacaan dapat dibaca dan dibaca kembali hingga bahan yag dikandungnya dapat diserapi dan 3) bahan bacaan dapat dibawa kemana saja, apakah pembaca sedang berada di eskalator atau suatu pulau pasir.

Para ahli berpendapat bahwa minat baca yang rendah adalah gambaran masyarakat yang terbelakang. Kebiasaan membaca kita yang kurang, seringkali membawa pembicaraan ngalor ngidul, tentunya menghasilkan ide-ide yang ngawur pula. Kesalahan-kesalahan yang sama, muncul berulang-ulang. Pulang dari sebuah diskusi tidak jarang kita pusing mendengar seseorang tanpa referensi tertulis mempertahankan kebenaran yang diyakininya—tanpa peduli pendapat orang lain. Bahkan tak membuka ruang bagi sebuah diskusi yang kreatif.

Perbedaan masyarakat yang berbudaya baca dan yang belum, adalah kerentanannya atas reaksi terhadap issu yang ”belum tentu benar”. Hanya dengan mendengar, seseorang mengambil keputusan menghakimi sesama. Menurut pendapat kami, issu ”begu ganjang” adalah salah satu bentuk masyarakat yang lebih mengandalkan informasinya berasal dari pendengaran dan penglihatan. Belum terbiasa mengasah dirinya dengan referensi-referensi bacaaan yang telah teruji. 

Mengapresiasi Perpustakaan-perpustakaan Pribadi

Perpustakaan sebagai lembaga perantara (agency) yang sangat penting dalam prose komunikasi, dapat memainkan peranan penting dalam upaya pengembangan budaya baca masyarakat. Perpustakaan berdiri karena adanya kebutuhan atas sebuah lembaga yang berfungsi untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan karya-karya tulis untuk disebarluaskan kepada pembaca. Peran ini melibatkan  pustakawan dalam dunia komunikasi.

Koleksi buku-buku seseorang semasa hidupnya adalah sebuah gambaran seseorang menghargai peradaban. Sayang prestasi seperti ini jarang muncul ke permukaan, lenyap dengan prestasinya dalam bentuk kekayaan ”materi” berupa uang dan harta benda.

Saya tertarik dalam sebuah pertemuan dimana Baperasda memberi perhatian khusus untuk mengembangkan perpustakaan-perpustakaan milik individu yang selama ini memiliki koleksi buku, tetapi belum ditata sebagai sebuah perpustakaan. ”Kami membantu membuat katalog dan menyusun buku-buku yang dimiliki mantan pejabat atau seseorang yang memiliki koleksi buku pribadi di rumah,” ujar Drs Chandra Silalahi.

Sebuah langkah yang perlu mendapat apreasiasi. Saatnya perhatian kita untuk mengapresiasi prestasi ini. Seseorang yang selama hidupnya memiliki koleksi buku-buku, tentunya dapat dikatakan telah membaca dan paling tidak memperoleh informasi dari koleksi buku-buku yang dimilikinya.

Dalam pertemuan tahun lalu pihak Baperasda Pemprovsu melaporkan kecenderungan positif dimana beberapa pejabat memiliki koleksi buku di perpustakaan pribadinya, bahkan ada yang memiliki lebih dari 3000 judul buku. Menurut Chandra Silalahi beberapa pejabat telah mendapat bantuan pengelolaan perpustakaan pribadi, seperti Drs RE Nainggolan (Sekwilda Sumatera Utara), Prof Dr AP Parlindungan, mantan Wakajati  Sumatera Utara, serta pejabat atau tokoh masyarakat lainnya.  

Andaikata dilakukan perlombaan diantara para tokoh masyarakat maka hal ini akan menjadikan permasyarakatan perpustakaan yang luar biasa.  Satu hal lagi, Baperasda perlu mensponsori pengisahan pengalaman para pejabat dalam hal membaca yang akan memberi inspirasi minat baca bagi masyarakat.

Dukungan Pemerintah dan Masyarakat

Usaha sekecil apapun untuk membangkitkan minat baca adalah pekerjaan besar dalam mempersiapkan investasi pengetahuan di masa mendatang, menciptakan masyarakat berbudaya membaca..

Para pejabat perlu diwajibkan membicarakan minat baca dan pengembangan sarana membaca. Mereka yang duduk di legislatif, khususnya Komisi E, pengasuh Taman Bacaan dan mereka lain-lain perlu diajak membicarakan minat baca. Semakin banyak pejabat dan instansi yang terlibat dalam mengkampanyekan pentingnya budaya membaca, diharapkan akan memberi dampak luar biasa bagi masyarakat kita.

Tentunya, apresiasi kepada para pejabat atau tokoh yang memberi perhatian pada usaha-usaha meningkatkan minat baca perlu diberikan. Andaikata berbagai pihak memberikan perhatian dalam pemasyarakatan minat baca dan sarana membaca (perpustakaan serta mendukung fasilitas yang diperlukan), maka tidak yang tidak terlalu lama kita akan menciptakan masyarakat yang berbudaya baca. 

Mari terus menggalakkan budaya baca, dan selamat untuk Baperasda Pemprovsu yang terus mensponsori pertemuan-pertemuan penulis, bedah buku, perpustakaan dan minat baca. Semoga 2012 badan ini semakin meningkatkan kualitas pertemuan-pertemuan minat baca dengan melibatkan lebih banyak pihak untuk terlibat. Sehingga kita tidak lagi menonton penumpang di kereta api mengantuk, ngerumpi, ngobrol ngalur ngidul, tetapi mereka membaca, seperti penumpang kereta api di Eropa!.

2012: Sajikan Cerita yang Menginspirasi (Analisa 20 Januari 2012)

Oleh: Jannerson Girsang
  Around the Corporate Campfire
 Sumber foto:http://www.belbuk.com/around-the-corporate-campfire-p-7584.html 
 
Membaca Buku Around the Coorporate Camfire tulisan Evelyn Clark memberi peringatan pada kita semua atas pentingnya perhatian untuk meningkatkan kemampuan bercerita hal-hal yang menginspirasi, berkomunikasi ”sepanjang cerita”. Tidak hanya kata-kata yang yang berhenti pada jawaban ya atau tidak. Pentingnya bercerita hal-hal yang menginspirasi diantara sesama anggota keluarga, sesama anggota masyarakat. 

Dari pengamatan saya menulis beberapa biografi dan otobiografi, umumnya anggota keluarga pertama kali belajar filosofi hidup yang diajarkan ibu atau ayah mereka. Setelah itu para anggota keluarga juga menyerap cerita yang berasal dari luar yang memiliki nilai-nilai universal, turut memaknai pengayaan cerita rumah tangga itu.

Makin sering berkomunikasi ”sepanjang cerita” dilakukan di dalam keluarga, anggota keluarga memiliki pemahaman konsep kemanusiaan yang makin meningkat, demikian juga kemampuan berkomunikasi ”sepanjang cerita”.

Sampai di masa tuapun, rasa keterikatan dan kebersamaan mereka tetap terjaga karena memiliki kisah pengalaman bersama masa lalu (bekerja bersama dan bercerita bersama). Masing-masing memiliki kontribusi kepada kisah keluarga.

Menangkal Kisah Kekerasan

Menceritakan tentang kisah-kisah yang menginspirasi menjadi ingatan kolektif keluarga, masyarakat dan bangsa ini, diajar menangkal kekerasan, tipu muslihat, korupsi.  Cerita yang justru makin meningkat di media kita, serta memasuki kisah-kisah ke dalam keluarga-keluarga.

Di era modern ini banyak kepala keluarga yang hanya mampu berkomunikasi seputar  kewajiban dan haknya kepada anak-anak atau anggota keluarga. Selain itu, karena kesibukan, kurang memberi waktu bercerita tentang nilai, prinsip hidup diantara sesama anggota keluarga.  

Di luar sana, para pemimpin cenderung tidak lagi pandai menceritakan kebijakannya untuk dimengerti oleh sesama pemimpin termasuk oleh rakyatnya. Bahkan tidak jarang komunikasi sesama pemimpin saling menjatuhkan. Lihat misalnya bagaimana Saurip Kadi dan Gubernur Lampung saling melecehkan (TribuneNew, 12 Januari 2012). Dan beberapa kejadian sebelumnya banyak komunikasi diantara para pemimpin kita yang tidak etis (bahkan ada yang hampir meninju satu dengan yang lainnya, menceritakan aib seseorang di layar televisi).

Meminjam istilah Sephen R. Covey (Penulis 8th Habit) :kita kurang mampu ”Mengilhami Orang Lain Menemukan Suara Mereka”, sebaliknya cenderung saling melemahkan satu sama lain.

Budaya Bercerita dalam Keluarga

Keluarga dibentuk untuk mewujudkan kebahagiaan yang sempurna, serta memberi kontribusi kepada masyarakat sekitarnya.

Cerita proses perjalanan keluarga merupakan perekat di dalam keluarga dan harus terus-menerus ditanamkan. Setiap anggota keluarga ingin didengar ceritanya dan mereka sangat ingin mendengar cerita anggota keluarga yang lain. ”Setiap orang suka bercerita dan setiap orang suka membaca (mendengar) cerita,” kata Evelyn Clark.  


Cerita dimaksud adalah apa yang dilihat, dipikirkan, dilakukan dan dimaknai masing-masing anggota keluarga, sesuatu yang inherent dengan materi atau benda-benda yang sudah diberikan orang tua kepada anak-anak. 

Setiap keluarga memiliki cerita yang khas--berbeda dengan keluarga lainnya. Di sana ada tokohnya, peristiwanya serta konflik-konflik yang terjadi dan cara mereka menghadapinya. Seharusnya, dalam proses perjalanan keluarga, seluruh anggota keluarga terlibat. Cerita yang tercipta di dalam keluarga, adalah ungkapan proses bersama keluarga itu.

Ketika berkomunikasi sepanjang cerita terlupakan, keluarga sebenarnya telah melupakan salah satu cara membentuk watak anak dan anggota keluarga lainnya terbuka, jujur dan menghormati nilai universal.

Sayangnya, dengan berbagai alasan, komunikasi sepanjang cerita semakin miskin. Padahal, Evelyn Clark berpendapat bahwa cerita anda tidak kurang penting dari harta benda yang kita hasilkan, nilai pekerjaan kita terletak pada cerita tentang proses pekerjaan itu sendiri.

Perkembangan teknologi, tuntutan pekerjaan telah merubah persepsi kita atas pentingnya waktu bercerita menginspirasi dalam keluarga. Komunikasi yang lama belum dikuasai, muncul pola komunikasi yang baru, hingga kebingungan melanda banyak keluarga. Kisah perkotaan dimana masyarakatnya cenderung diperkuda jabatan, materi dan ambisi menjadi pengamatan utama kami akhir-akhir ini.  

Sang ayah seorang konsultan, asyik di meja desain dengan lampu terang, dan disampingnya sebuah komputer mutakhir dan internetnya sedang online mengirimkan data ke tempat lain.  Si ibu seorang dosen yang sedang asyik menyusun desertasi doktornya di ruangan lain di lantai dasar rumah mereka. Anak-anak dengan ditemani pembantu belajar di lantai atas.

Begitulah, pada suatu saat kami berbincang. Ada kesan suami istri bersaing untuk menunjukkan siapa yang paling jago. ”Oh lihat siapa yang paling banyak temannya di Facebook”, kata si ibu, menunjukkan kehebatannya. Berjam-jam waktunya dicurahkan di FB bercerita dan menemukan teman-teman lamanya. Komunikasi baru ini, ternyata selain memberinya kepuasan sendiri, salah-salah memang menyita waktu yang luar biasa. Mereka tidak hanya berhubungan di jejaring FB, tetapi juga Myspace. Frienster, Bebo, Twitter dan lain sebagainya. Duduk menghadap komputer, diam membisu, sesekali tertawa sendiri, seperti orang gila, membayangkan temannya (mungkin juga melakukan hal yang sama) di seberang sana.

Di luar rumah mereka disibukkan dengan pekerjaan, kegiatan organisasi dan segala macam kegiatan lainnya. Tak cukup lagi waktu waktu berkomunikasi ”sepanjang cerita” dengan anak-anak, bahkan dengan teman-teman.

Hubungan dengan suami istri, juga tidak jauh berbeda. Malah, hubungan seks diantara dua pasangan tidak jarang mengabaikan komunikasi ”sepanjang cerita” yang menggairahkan. Banyaknya gambar-gambar porno di berbagai situs, disinyalir juga menyita perhatian suami dan istri dan lambat laun lebih menyukai gambar manusia bugil tanpa nyawa daripada isterinya sendiri.

Tak heran, kalau belakangan banyak kasus mencari PIL (Pria atau Perempuan intim lain), Teman Tapi Mesra (TTM). Perceraian meingkat, karena lebih membuka hubungan ”sepanjang cerita” bukan dengan anggota keluarganya.

Hubungan di rumah hanya sebatas ”perintah”, bukan hubungan yang saling berbagi dan saling mencerdaskan dan menginspirasi. ”Kami tidak pernah bercerita. Kalau ceritapun, ujung-ujungnya menyalahkan saya dan ketika cerita selesai saya keluar dengan geram hati,” cerita seorang anak di sebuah cafe di Medan.

Akibatnya, semakin banyak aspirasi tersendat . Reaksi di dalam keluarga bila ungkapan hati yang tidak terpenuhi diwujudkan melalui bahasa tubuh seperti melemparkan gelas hingga pecah, atau muka cemberut. Dalam skala lebih besar di tengah-tengah masyarakat, demonstrasi berbuntut kekerasan, memaksakan kehendak, bahkan berkelahi di rapat parlemen.

Perayaaan 17 Agustus

Alpanya perhatian kita atas komunikasi dengan cerita pengalaman bersama, mungkin menjadi penyebab komunikasi dengan masyarakat di luar mengalami penurunan. Perayaan-perayaan nasional, religi dan hari-hari istimewa lainnya kehilangan makna.

Memutar kembali memori puluhan tahun ke belakang, saat kami masih anak-anak, 17 Agustus sungguh sebuah pesta dan kemeriahan besar dengan penyampaian nilai-nilai kejuangan para pendahulu.

Kisah Jenderal Sudirman, para tokoh yang berjasa berjasa bagi negara, serta tokoh-tokoh yang tak dikenal--tanpa memandang agama, suku dan ras menjadi cerita yang menarik dan menginspirasi. 

Kini, 17 Agustus hanya dimaknai dengan simbol-simbol bendera merah putih, pigura, lampu-lampu berwarna warni, serta hiburan dangdut, pidato-pidato kosong, bahkan dikotori pula dengan gambar-gambar kampanye para Caleg—yang kadang tidak pada tempatnya.

Kita sudah hampir melupakan cerita tentang idola atau panutan. Bahkan penyanyi dangdut atau caleg sering ditonjolkan sebagai pahlawan di puncak acara!. Tokoh-tokoh dan pemimpin yang inspiratif tidak muncul. Yang muncul hanya mereka yang punya kuasa dan banyak duit. Pesta-pesta besar tidak lagi bermakna. Yang tampil adalah penyelenggaranya, bukan perayaannya.

Masyarakat kurang tertarik membicarakan perenungan perjalanan kita dalam adat, agama, keluh kesah kehidupan, bahkan politik dalam bentuk cerita. Semua berjalan apa adanya—asal lalu. Tanpa makna dan perenungan bersama. Tetapi jika membicarakan mobil terbaru, naju terbaru, sepeda motor terbaru, tempat belanja yang modenr, kita rajanya.

Tahun demi tahun tidak ada tokoh yang muncul sebagai panutan—bahkan tak jarang cenderung menghujat satu sama lain.

Dalam kegiatan kolektif di tengah-tengah masyarakat, saya merasakan suasana berbeda belakangan ini dibanding beberapa tahun sebelumnya. Khususnya saat saya menghadiri rapat-rapat. Bahasa semakin tidak sopan, amarah yang tidak pada tempatnya. Mungkinkah karena kita mengabaikan komunikasi ”sepanjang cerita”?. Mari kita sama-sama merenungkannya!

”Teringat di saat kita tertawa bersama. Ceritakan semua tentang kita. Ada cerita tentang aku dan dia, dan kita bersama saat dulu kala. Ada cerita tentang masa yang indah saat kita berduka, saat kita tertawa” adalah penggalan lagu Grup Band Peterpan yang sangat populer di era 2000-an. Mari belajar bercerita yang menginspirasi, hindari bercerita saling merendahkan, melecehkan, membuat sakit hati di tengah keluarga dan masyarakat!.




[1] Harian Analisa, 20 Januari 2012

Menghargai Guru Melalui Novel (Batak Pos, 20 Januari 2012)


Oleh: Jannerson Girsang

 
id.wikipedia.org

Melalui novel, ternyata penulis bisa menghargai guru, menghargai budaya, menghargai alam. Kali ini saya menulis untuk Anda bagaimana seorang penulis novel mendedikasikan karya novelnya bagi guru-gurunya, sebuah teladan yang pantas menjadi renungan kita bersama untuk memberi apresiasi pada guru, pahlawan tanpa tanda jasa.   

Sebuah televisi swasta akhir tahun lalu beberapa kali menayangkan kembali film Lasykar Pelangi yang diangkat dari novel yang ditulis Andrea Hirata, yang berkisah tentang 10 orang anak Melayu Belitong yang belajar penuh semangat di tengah kemiskinan di sebuah sekolah yang apa adanya.

Tapi tahukah anda, kalau Andrea Hirata ternyata mendedikasikan secara khusus novel yang sudah terjual lebih dari 15 juta eksemplar ini didedikasikan untuk gurunya?

Inilah pengakuan penulisnya Andrea Hirata."Niat saya untuk menulis buku ini sudah ada sejak saya kelas 3 SD, ketika saya demikian terkesan pada jerih payah kedua guru SD saya Ibu Muslimah dan Bapak Harfan Effendi, serta 10 sahabat masa kecil saya, yang disebut Kelompok “Laskar Pelangi” (LP). Buku LP saya tulis sebagai ucapan terimakasih daan penghargaan kepada guru dan sahabat-sahabat saya itu,” kata Andrea Hirata kepada situs http://www.pembelajar.com, awal 2009 lalu.

Sebuah penghargaan yang lebih dari sekedar "tanda jasa".

Dua Karakter Guru Idola

Laskar Pelangi, novel best seller di Indonesia yang diluncurkan ke pasar pada 2006 itu ditulis berdasarkan memoar Andrea Hirata, sang penulisnya sendiri. Salah satu penggalan kisah masa kecilnya adalah kekagumannya yang mendalam kepada dua orang gurunya. Kisah itu ditempatkannya dalam ruang penting dalam novel yang terdiri dari 34 bab dan 533 halaman itu.

Dua karakter guru idola penulis yang ditampilkan adalah Bu Halimah dan Pak Arfan. Bu Muslimah yang memiliki nama lengkap N.A. Muslimah Hafsari Hamid binti K.A. Abdul Hamid. Dia adalah Ibunda Guru bagi Laskar Pelangi. Wanita lembut ini adalah pengajar pertama Laskar Pelangi dan merupakan guru yang paling berharga bagi mereka. Pak Harfan dengan nama lengkap K.A. Harfan Efendy Noor bin K.A. Fadillah Zein Noor. Kepala sekolah dari sekolah Muhammadiyah. Ia adalah orang yang sangat baik hati dan penyabar meski murid-murid awalnya takut melihatnya.

Di mata Andreas Hirata dua gurunya itu telah membentuk mereka hingga menjadi seperti sekarang ini. Karakter gurunya digambarkannya saat mereka menghadapi berbagai persoalan di sekolahnya, melalui sejumlah kisah yang dialaminya saat menjalani masa Sekolah Dasar di kampung.

Di bawah bimbingan kedua guru mereka, Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama.

Kisah-kisah menggelikan dengan Pak Harfan mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan-pertemuan mereka dengan Kepala Sekolah mereka itu, pemilihan ketua kelas, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah.

Bu Halimah yang memberi nama geng mereka sebagai Laskar Pelangi, akan kesenangan mereka terhadap pelangi - pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara.

Pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat.

Sekolah Hampir Bubar

Peristiwa mengharukan lainnya terjadi di desa Gantung, Belitung Timur. Ketika itu sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak.

Padahal, ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan. Tetapi, persis saat Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu. Sekolah tidak jadi bubar!.

Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa si jenius cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya.

Membaca Novel Lasykar Pelangi, kita bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi, menginspirasi seseorang menghargai dan mengagumi guru.

Gede Prama, seorang penulis terkenal  Indonesia mengatakan: ”Kekuatan Buku Laskar Pelangi itu adalah cinta seorang anak terhadap gurunya”.

Sebuah novel tanda ucapan syukur kepada guru. Tentu tidak semua orang bisa menulis novel, tetapi Anda bisa mengargai jasa guru dengan cara Anda sendiri. Mari belajar menghargai guru-guru yang pernah mengajar kita.!.