My 500 Words

Sabtu, 11 Juli 2015

Susah Senyum

Oleh: Jannerson Girsang

"A warm smile is the universal language of kindness" (William Arthur Ward)

Sebelum keluar rumah hari ini saya teringat ceramah Pdt Dr Victor Tinambunan, dosen STT Theologia Pematangsiantar, dalam Pembinaan Para Pelayan di Universtas HKBP Nommensen, kemaren.

Dalam menjelaskan beban yang dipikul manusia zaman sekarang ini, beliau menunjukkan gambar monyet yang tersenyum, ceria, giginya bersih, tanpa beban.

Melihat gambar itu, semua jadi tersenyum, bahkan sebagian tertawa terbahak-bahak. Begitu mudahnya pendeta itu membuat kami tersenyum, ketika hati kami siap diisi pencerahannya!

"Ini (senyuman) seharusnya milik manusia," katanya menunjuk gambar itu.

"Senyum adalah warisan Tuhan kepada manusia. Karena manusialah ciptaan Allah yang paling mulia,dan diberi karunia menguasai dunia, dan kemampuan bersyukur" katanya

"Sayangnya, saya mengamati kita sekarang susah senyum. Baik orang kaya, miskin, pejabat rendah atau pejabat tinggi, kini semakin susah senyum".

"Kita menyimpan terlalu banyak beban. Kemajuan yang dicapai tidak berbanding lurus dengan menurunnya beban. Beban masa lalu, beban masa kini, beban masa depan. Tiga-tiganya selalu melekat dan tidak mau melepasnya".

"Ketika kita masih terus memikul beban itu dan tidak mampu melihat sesuatu yang indah di dalamnya, Tidak mampu melihat berkat!. Wajah kita susah senyum"

"Seseorang sudah sukses menghantarkan 6 anak dari tujuh anaknya sukses. Tapi terus memikirkan kegagalan satu orang anaknya. Padahal, dia lupa, kalau sudah memperoleh enam berkat yang luar biasa"

Fokuslah pada berkat, bukan pada beban!.

Sebelum kita keluar rumah, kosongkan jiwa, undang kebaikan mengisi hati, baca Firman, dengar lagu-lagu, baca buku motivasi,

Sampai kita mampu berucap: "Aku memuji kebesaranMu"

Sharinglah dan tataplah orang-orang terdekat kita. Bercengkeramalah sebentar dengan keluarga kecil.

Senyumlah!. Senyum yang tulus, cerminan hati yang suka cita dan memberi berkat bagi sekitar.

Semoga hari ini, kita makin mudah senyum dan menjadi berkat bagi yang lain.

Medan, 11 Juli 2015

Lebih Baik Kembali Miskin

(Jeritan Istri Orang Kaya)
Oleh: Jannerson Girsang

Banyak istri bercita-cita memiliki suami orang kaya, Mewah, disanjung orang di pesta, nyetir mobil mewah sendiri kemana-mana. Bisa berlibur kemana dia suka.

Tapi seorang istri dalam lagu Tumagon Mulak Pogos (Lebih Baik Kembali Miskin), justru dirinya lebih suka keluarganya kembali miskin.

Heran yah, Kenapa?

Ternyata tidak semua istri orang kaya itu bahagia. Inilah salah satu jeritan seorang istri yang memiliki suami kaya.

Perubahan status, dulunya miskin, tetapi jadi orang kaya baru (OKB), bisa merubah suasana rumah tangga.

Salah satunya, suami lupa diri, lupa kebutuhan istri yang hakiki, seperti kata syair lagu ini

Suami yang sibuk, karena kekayaannya, kadang melupakan kebutuhan istri. Istri butuh waktu, cinta, kehangatan dan perhatian dari suami.

Sesuatu yang tidak bisa digantikan dengan uang, salon, mobil, piknik ke Makao atau hiburan lainnya!.

Sang istri terkenang saat mereka miskin, belum punya fasilitas.

Saat itu, dia merasakan rumah tangga yang begitu bahagia. Waktu, cinta, kehangatan dan perhatian suami masih penuh.

Suami setia. Pergi kemana-mana selalu sama, karena istri selalu nempel dengan suami di atas sepeda motor.

Setelah punya mobil masing-masing, dan bisa setir sendiri-sendiri, suasananya berubah. .

Belanja ke tempat mewah, sekali seminggu cuci muka ke salon, sendiri-sendiri..

Memang, dari luar orang melihatnya bahagia, hebat! Banyak orang yang salut (mangapian). .

Bertahun-tahun, sang istri penuh sandiwara kepada teman-temannya.

Senyum simpulnya, wajah dengan polesan salon, baju baru, sepatu baru, setiap tampil di pesta, tidak ada yang menyangka kalau hatinya hancur.

Apalagi mendengar kisahnya sekali setahun liburan ke Makao, sendiri, ke Hongkong sendiri!

Dia dipandang sebagai ibu yang bahagia.

Tapi, sebenarnya.....!. Setiap dia pulang ke rumah.....

Seringkali, sehari semalam suaminya tidak pulang. Istri sendirian menunggu di rumah, suami entah dimana.

Kalau pulang dan si istri bertanya, "Dari mana, Pak?"

"Kau nggak ngerti itu!" kata sang suami.

Aduhhhhh, "Sakitnya Tuh di Sini......di dalam hatiku!" seperti syair lagunya Citata.

Ketika istri tidak lagi memperoleh waktu, cinta, kehangatan dan perhatian dari suami, dia tidak berarti apa-apa lagi. Hidupnya hampa!

Akhirnya......!

"Aduh.....kalau begitu lebih baik kita kembali miskin Pak!" Tumagon ma hita mulak pogos.

Lagu Batak "Tumagon ma Hita Mulak Pogos" (Lebih baik kita kembali miskin) karya Buntora Situmorang yang dilantunkan penyanyi populer di era 80-an, Rita butar-butar, begitu menyentuh hati

Jeritan seorang istri yang mendapatkan harta dunia, tetapi kehilangan waktu, cinta, kehangatan dan perhatian suami.

Simak deh syair lagunya!.

TUMAGON MA HITA MULAK POGOS
(Lebih Baik Kembali Miskin)

Dongan hi ale amang (Teman-temanku Pak!)
Godang do mangapian (Banyak orang yang salut)
Dongan hi ale amang (Teman-temanku, Pak)
Didok do au na sonang (Bilang aku bahagia)

Sonang do au (Aku bahagia)
Sonang do au (Aku bahagia)
Anggo pamereng ni halak (Kalau dilihat orang)
Anggo pamerengan (Hanya dilihat dari luar)

Alus hi tu dongan hi (Aku menjawab teman-temanku)
Hubahen ma mengkel sumbing (Kubuat tertawa terbahak-bahak)
Molo dung dipuji au (Kalau saya disanjung)
Ina-ina na sonang (Ibu-ibu yang bahagia)
Alai hassit (Tapi sakit...)
Malala rohanki di bagasan (Tapi dalam hatiku yang terdalam, hancur)

Aha so dongan mangapian da amang (Kenapa mereka tidak salut?)
Marnida au na boi tu dolok tu toruan (Melihatku bisa ke sana kemari)
Balanja siap ari (Setiap hari belanja)
Tu Hero Pasar Swalayan (Ke Hero Pasar Swalayan)
Marsahali saminggu paias bohi ro tu Salon (Sekali seminggu cuci muka ke Salon)

Molo lao mardalani setir sendiri do nian (Kalau jalan-jalan setir sendiri)
Alai so ada umbotosa da amang (Tapi tidak ada yang tau, Pak)
Manang boha do bagas ni parsorion (Bagaimana dalamnya pendritaanku)

Marsadari saborngin (Sehari semalam)
Jumotjotan ma au dang mardongan (Aku lebih sering sendiri)
Paima-ima ho na sai lalap di parlalapan (Menunggumu entah kemana)
Molo tar sor husungkun (Kalau aku bertanya)
Sian dia do ho amang (Dari mana kau Pak?)

Aha ma alusmu tu au da amang (Apa jawabmu, Pak?)
Dang diattusi ho be i (Kau tidak mengerti apa yang kulakukan)
I do alus Mi (Itulah jawabmu)

Molo songoni nama hatam tu au amang (Kalau jawabmu begitu, Pak)
Umbulusan ma hita on mulak pogos (Lebih baiklah kita kembali miskin)

Medan, 8 Juli 2015

Jangankan Presiden, Manusia Biasapun Tidak Boleh Dihina

Oleh: Jannerson Girsang

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang memberikan kebebasan berbicara kepada rakyatnya. Mengritik, mengoreksi kesalahan boleh-boleh saja.

Tetapi "menghina" orang, siapapun dia, termasuk menghina agama, suku, adalah pekerjaan yang tidak diizinkan dalam demokrasi, dimanapun di dunia ini.

Barangkali banyak yang belum mengerti apa artinya menghina, sehingga terus melakukannya!.

Di alam demokrasi Indonesia sekarang ini, kita menyaksikan begitu bebasnya orang melontarkan komentar-komentar atau pernyataan yang kebablasan, bernada menghina, tetapi tidak terjerat oleh hukum.

Tak peduli apakah yang diungkapkannya sudah berada pada tahap menghina. Tanpa pernah memikirkan kalau hal yang sama terjadi pada dirinya. "Seenak udelnya aja," kata orang Jawa.

Dalam kamus KBBI, menghina artinya merendahkan; memandang rendah (hina, tidak penting), memburukkan nama baik orang; menyinggung perasaan orang (spt memaki-maki, menistakan)

"Menghina" adalah perbuatan melanggar hukum.

Orang yang menghina jelas tidak berniat baik, tidak memiliki peri kemanusiaan, menganggab manusia sebagai mahluk yang lebih rendah dari dirinya.

Kata orang sih, umumnya, orang yang suka menghina adalah orang yang tidak benar kerjanya, tidak beres dengan dirinya sendiri, kurang kreatif, orang yang sering tersakiti, dan tidak memiliki pertemanan yang baik, berkarakter buruk. .

Kalau dia menghargai manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, maka dia tidak sampai hati menghina, mempermalukan orang lain di depan publik atau orang banyak.

Dia akan mengajak bicara empat mata dan mengutarakan solusi.

Orang yang menempuh jalan menghina orang lain untuk menyatakan eksistensinya adalah pengecut. Seringkali menaikkan statusnya melebihi atasannya, menjadikan kelasnya di atas orang yang dihinanya.

Parahnya, orang yang suka menghina, biasanya mencari pengikutnya yang tidak tau permasalahan, jadi ikut bersalah. Pengikut orang yang suka menghina orang lain adalah para "pesakitan" yang tidak berfikir rasional.

Belakangan ini penghinaan bawahan terhadap Pimpinan tak jarang terjadi. Bahkan isu hangat saat ini adalah Menteri yang menghina Presiden.

"Ada menteri yang menghina Presiden. Pembantu Presiden malah menghina," kata Tjahjo Kumolo, mendagri, di Jalan Denpasar Raya, akhir Juni lalu.

Inilah jawaban Iwan Falls, seorang musisi terkenal di negeri ini, soal hina menghina ini. Iwan Falls, musisi yang selalu melakukan sindiran-sindiran sosial lewat lirik lagunya itu pun mengingatkan bahwa siapa-pun yang menghina Presiden berarti menghina rakyat.

"Presiden ..............dipilih rakyat, berarti kalau ada yang hina presiden ya menghina rakyat dong," tulis Iwan Fals di akun Twitternya @Iwanfals, seperti dikutip Rimanews..

Jangankan Presiden, manusia biasapun tidak boleh dihina!

Iwan Falls mengingatkan, seorang Menteri harusnya membantu atasannya, bukan malah menghina presiden. Sebab, menghina Presiden sama saja dengan menghina rakyat.

Apalagi menghina rakyat biasa, lebih berat lagi!. Menghina sang pencipta, menghina Tuhan!

"Yakinlah,bahwa si tukang menghina sedang bermasalah dengan dirinya sendiri,si tukang menghina hidupnya tidak bahagia dan akan terus mendapat masalah," ujar seorang motivator.

Benar sekali. Yang dihina belum tentu merasa terhina, tetapi orang yang suka menghina sudah pasti orang-orang yang terhina!

Ayat emas memangatakan: "Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikan kepada mereka.....".

Anda mau jadi orang terhina, hinalah orang lain!

Medan, 6 Juli 2015


Ulang Tahun Ayah Saya ke-78

Terusik Abu Sinabung

Oleh: Jannerson Girsang

Abu vulkanik Sinabung, tidak hanya membuat perasaan tidak nyaman di luar rumah, tetapi akan berpotensi merusak produksi tanaman, serta kenyamanan para wisatawan berkunjung ke daerah ini. Sebuah kejadian alam yang perlu mendapat perhatian: pelajari dan cari cara pemecahan yang serius.

Perjalanan dua hari dari Medan ke kampung orang tuaku di Nagasaribu--sekitar 107 km sebelah Selatan kota tempat  tinggalku ini, bersama keluarga adikku Henri Girsang, melintasi Sibolangit, Brastagi, benar-benar terusik oleh abu vulkanik Gunung Sinabung.

Sejak keluar dari  Medan, kemaren, abu tipis sudah mulai terasa mulai dari Medan. Makin parah ketika kami tiba di daerah Sibolangit. Daun-daun pohon dan tanaman sudah memutih oleh Abu Sinabung.

Di daerah Suka Makmur, persisnya daerah perumahan dan Wisata Green Hill, saya mengamati sebuah tanaman hias.Seluruh daunnya putih tertutup abu.

Ketika kami melintasi kelokan-kelokan di atas Bandar Baru, memandang ke sebelah kiri, lembah yang dalam ditumbuhi pepohonan, yang sebelumnya berwarna hijau menyegarkan mata, kemaren seperti hamparan abu putih menutup dedaunan.

Sesampai di Panatapan--kira-kira 5-6 km menjelang Brastagi, dekat pabrik air mineral Aqua Daulu, sebuah tempat istirahat bagi para pelintas jalan, untuk istirahat dan biasanya minum kopi atau meniuman segar lainnya di siang hari (tentu bagi yang tidak puasa), saya menatap ke sebuah jurang.

Pepohonan tertutup oleh abu dan berwana putih-abu-abu. Saya tidak melihat hutan yang menghijau, tetapi hutan yang memutih. Di sana biasanya saya melihat monyet-monyet bermain dan kadang datang ke tempat kami minum, tak satupun yang kelihatan. Mungkinkah mereka juga terusik abu vulkanik Sinabung?. Entahlah. Yang jelas saya tidak melihat seekor monyetpun di sana, sore kemaren.

Kita sempat bercanda, "Kalau daun tertutup oleh abu dan tidak terkena sinar matahari dalam enam bulan, apa akibatnya?". Saya bertanya kepada putri adik saya yang baru masuk kelas 6 SD tahun ini. Dia hanya tertawa!.

Canda ini tidak sepele. Ketika abu menutup daun dan menghalangi sinar matahari, maka peristiwa fotosintesa akan terganggu. Pembentukan hijau daun dan seluruh pertumbuhan tanaman akan tergaggu. Kalau itu terjadi pada tanaman sayur mayur atau buah, maka dia tidak akan menghasilkan buah. Lalu?

Seorang ahli pertanian dari Universitas Gajah Mada, Azwar,  mengatakan abu vulkanik hasil letusan Gunung Kelud yang berukuran kecil dan tampak lembut bisa menutupi stomata daun sehingga mengganggu proses fotosintesis.Tentu tidak berbeda dengan apa yang sedang terjadi di sekitar letusan Gunung Sinabung.

Menurut dia, yang paling terganggu akibat daunnya tertutupi abu vulkanik ialah tanaman hortikultura seperti cabai, tomat, dan sayuran. Tanaman hortikultura di daeah sepanjang jalan Brastagi, tertutup abu yang cukup tebal.  Semoga hujan lekas turun, sehingga tanaman itu bersih dari abu dan dapat bertumbuh normal dan tidak menambah derita penduduk di sana. a

Abu juga menutupi atap-atap rumah sepanjang jalan hingga kami keluar dari Brastagi. Syukur, karena ke arah Kabanjahe, abu sudah mulai berkurang.

Taman-taman dan halaman di depan hotel-hotel berbintang di daerah Brastagi terutup abu. Angin senantiasa berhembus dan menerbangkan abu yang membuat udara tidak nyaman untuk dihirup. Sebagian memakai masker, dan memang mereka harus memakainya. Kenikmatan merasakan alam segar di luar rumah memang sudah terganggu. Sebuah anugerah Tuhan yang selama ini dinikmati para pengunjung/turis di daerah ini.

Hari ini, kami kesal, karena Vihara Budha yang ada di Tahura, tutup. Kami tidak bisa menikmati kemewahan gedung tempat pemujaan umatt Budha itu. "Closed" semikian tulisan di gerbang vihara yang cukup banyak dikunjungi orang. Di lokasi itu, beberapa staf sedang menyiram abu dengan air.

Di jalan raja memasuki vihara itu, saya menyaksikan tempat pengungsi Sinabung. Banyak mobil parkir mengantar bahan makanan dan kebutuhan mereka. Mereka yang biasanya nyaman di kampungnya di sekitar kaki Gunung Sinabung, kini mereka harus berdesak-desakan di tenda-tenda dan ruangan-ruangan terbuka. Terusik bukan dua atau tiga hari, tetapi belum dapat ditentukan waktunya

Kalau kami hanya kesal karena terganggu abu, saudara-saudaraku ini mengalami kesedihan yang luar biasa.

Semoga Tuhan bermurah hati untuk meringankan penderitaan saudaraku yang tertimpa musibah Sinabung.   

Medan, 5 Juli 2015

Pohon Hias tetutup abu vulkanik Sinabung di kawasan Gerbang Green Hill, Sukamakmur, Jalan Medan-Brastagi. (photo: Jannerson Girsang)

 Pohon Hias tetutup abu vulkanik Sinabung di kawasan Gerbang Green Hill, Sukamakmur, Jalan Medan-Brastagi. (photo: Jannerson Girsang

Serah Terima Pimpinan Pusat GKPS

Oleh: Jannerson Girsang

Suasana damai, harmonis, semangat kebersamaan, itulah yang kusaksikan mengawali tugas Pimpinan Pusat GKPS lima tahun ke depan dalam acara Serah Terima Jabatan Pimpinan Pusat GKPS yang baru, kemaren. Semoga suasana ini, juga dirasakan seluruh anggota jemaat GKPS ke depan.

Jumat 3 Juli 2015, dari pukul 11.00 WIB-14.00 WIB, saya berkesempatan menyaksikan Serah Terima Pimpinan Pusat GKPS (Ephorus dan Sekjen) dari Pimpinan Pusat yang lama Pdt Jaharianson Saragih dan Pdt El Imanson Sumbayak kepada Pimpinan Pusat yang baru Pdt Rumanja Purba dan Pdt Paul Munthe.

Setelah berusia 54 tahun, baru inilah pertama kalinya saya dan istriku Erlina Sipayung, diberi kesempatan oleh Tuhan menyaksikan acara Serah Terima Jabatan Pimpinan Pusat GKPS. Pengalaman berkesan yang tidak mungkin saya lupakan sepanjang hidupku. Puji Tuhan!.

Acara berlangsung di ruang rapat Kantor Pusat GKPS di Pematangsiantar, kompleks yang dikelilingi kebun kelapa sawit. Wajah-wajah cerah hadirin secerah cuaca siang itu.

Sebuah lagu yang mengungkap rasa syukur dari Haleluya No 411.dinyanyikan dalam acara pembuka.

Diatei tupa ma Bamu Ham Naibata, membahen tupa humpulan nami on
Igomgom Ham do horja nami on torsa, gok malas uhur do hanai ijon
Ibere Ham do damei na tarsulur, sanggah manranggi horja haganup
Nuan hanami rap marmalas uhur, mardingat haganup pambahenanMu


.......................................

Saya menyaksikan Pimpinan Pusat yang lama mempersiapkan dengan baik acara tersebut, suasana akrab, harmonis dan diselingi ceria dan tawa.

Seperti yang diungkapkan Sekjen yang Baru, Pdt Paul Munthe, "Kami berterima kasih kepada Pimpinan Pusat yang lama, yang telah mempersiapkan acara ini dengan baik"

Sekjen lama Pdt El Imanson secara sepintas menjelaskan hal-hal yang sudah dilakukan Pimpinan Pusat GKPS (2010-2015) dan hal-hal yang masih harus dilanjutkan Pimpinan Pusat yang baru.

Beliau meringkasnya dari Memori yang disusun dalam bentuk laporan tertulis. Tanggapan-tanggapan, dan koreksi kemudian dilanjutkan dengan acara serah terima jabatan dan aset.

Saya menyaksikan Ephorus lama menyerahkan seluruh aset GKPS yang digunakannya selama ini kepada Ephorus baru. HP, I-Pad, Laptop, kunci mobil, kunci rumah. "Kalau masih ada yang tersisa, nanti akan saya serahkan kemudian" ujar Pdt Jaharianson Saragih.

Sekjen lama, Pdt El Imanson Sumbayak menyerahkan dokumen dan berita acara yang ditandatangani kedua belah pihak.

Senang dan bahagia sekali sebagai jemaat, kalau para pimpinan, pendeta, penginjil, para pelayan (sintua, syamas, guru sekolah Minggu), juga mampu mempertontonkan keharmonisan dan kekompakan.

Dalam acara itu saya menyaksikan masing-masing menggunakan bahasa yang sopan, berlomba saling menghormati, melakukan yang terbaik dari apa yang mereka miliki untuk kemuliaan Tuhan, saling menyemangati dan menguatkan satu dengan yang lain, tidak dendam, tidak melukai sesama, tidak saling mempermalukan.

Hanya dengan sikap yang demikianlah jemaat percaya bahwa mereka adalah pimpinan, pendeta, penginjil dan pelayan Tuhan. .

Semoga peristiwa serah terima yang berlangsung dalam suasana kompak dan harmonis ini menyebar dan hidup di tengah-tengah seluruh jemaat GKPS.

Pimpinan Pusat, hingga pimpinan di Jemaat, para pelayan dan seluruh jemaat akan memulai kehidupan baru, menyongsong lembaran baru GKPS.

Dalam sambutannya, Pimpinan Pusat yang baru mengingatkan agar ke depan tidak ada lagi waktu kita tersisa membicarakan proses (peristiwa) Synode Bolon.

"Itu sudah selesai. Tidak ada ruang lagi dalam periode ini membicarakan proses Synode ke 42. Ke depan kita bersama-sama membicarakan, melaksanakan amanat Synode Bolon".kata Ephorus baru Pdt Rumanja Purba, MSi.

GKPS dan para pendeta, penginjil kiranya mampu mempertahankan harmoni yang sudah ditunjukkan para pemimpinnya. Kasih, kebersamaan melanjutkan dan meningkatkan program ke depan adalah fokus kita.

Mari meninggalkan kepentingan pribadi, sentimen pribadi dan kelompok, serta mari kita mengejar tujuan utama, "GKPS menjadi berkat" bagi Simalungun, bagi bangsa Indonesia.

"Mulai hari ini, saya akan menjadi Ephorus yang baru. Saya berharap saudara-saudara semua menerima saya sebagai partner kerja melayani Tuhan. Mari sama-sama membangun GKPS lebih baik. GKPS adalah institusi, bukan pribadi-pribadi. Tugas ini berat dan marilah kita semua bekerja bersama-sama" kata Ephorus Pdt Rumanja Purba.
,
Acara yang berlangsung hampir tiga jam tersebut diawali dengan Kebaktian dan Doa Pembuka darii Anggota Majelis Gereja Pdt Jan Jonner Sinaga, MTh, dilanjutkan dengan acara Serah Terima, serta ucapan terima kasih, pesan dan kesan dari Pimpinan Pusat Periode (2010-2015), Pimpinan Pusat Periode (2015-2020), mewakli Majelis Gereja (St Jumpatuah Saragih), mewakili Praeses (Pdt Yusni Saragih, Prases GKPS Distrik III Saribudolok), Mewakili Kepala Biro (Pdt Safril Sitopu)

Acara ditutup dengan Doding HaleluyaL No 7: 4+8

Tarima kasih ma uhurhu, Bamu O Naibata tongtong,
Ibahen dear ni layakMu, binereMu bangku on
Ai ipatudu Ham tongtong ganup na porlu bangku on

Sai layakMu do pujionku sadokah na ma nggoluh au
Sai goranMu pasanganponku sadokah na marhosah au
Ronsi rotapni hosahkin, sai pujionku Ham ijin.

Acara serah terima ditutup dengan doa oleh Pdt Enida Girsang MTh, Anggota Majelis Gereja GKPS.

Awal yang baik sudah dimulai, mari kita pelihara dan tingkatkan ke depan! I love GKPS. Setiap hari, setiap saat!

Medan, 4 Juli 2015
MENGASIHI ORANG YANG TIDAK PERNAH BERTEMU

"How do you explain love for someone you;ve never met? Not Simphaty, not compassion, But love. A deep and inexplicable love It was beyond me, I knew that. It was beyond human, I knew that"
(Capt Dale Black, Flight to Heaven: A Plane Crash.........).

Saya banyak berteman di FBku ini dengan teman-teman yang sama sekali belum pernah bertemu. Tentu demikian sebaliknya.

Mengapa bisa saling mengasihi?.

Capten Dale mengungkapkan itu bukan hanya sekedar simpati, atau gairah.

Itulah kasih yang mendalam dan tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Di luar akal saya dan kita semua, kata Dale Black..

Medan, 4 Juli 2015

Musibah Jatuhnya Hercules C 130 Milik TNI AU

Oleh: Jannerson Girsang

Pagi ini sekitar jam 07, saya bersama anak saya Bernard Patralison Girsang melihat lokasi jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI AU. Posisi pesawat jatuh terbalik--bagian atas pesawat berada di atas tanah.

Salut melihat aparat kepolisian, TNI, Basarnas yang sejak kemaren terus menerus melakukan pencarian jenazah, pengumpulan puing-puing pesawat serta melakukan pembersihan lokasi kecelakaan pesawat.

Mereka terlihat sabar merespon masyarakat yang melintasi garis batas polisi, daerah yang tidak boleh dimasuki siapapun, kecuali petugas, atau orang yang diberi izin. Masyarakat yang antusias ini melihat peristiwa  mengenaskan itu, terus saja melanggarnya.

"Wah, garis polisi tidak berlaku," kata seorang polisi bergurau, dan membiarkan saja masyarakat menembus garis polisi. Mungkin karena masih pagi.  Saya sendiri tidak mengalami hambatan melintasi batas garis itu, dengan jalan kaki, hingga saya bisa melihat dari dekat, ke lokasi jatuhnya pesawat.

Para warga sangat antusias melihat dari dekat peristiwa jatuhnya pesawat Hercules 130 yang menewaskan 12 kru, 101 penumpang dan puluhan penduduk yang tewas.

Berkali-kali polisi meminta kesadaran mereka untuk tidak melintasi pita kuning itu. Tetapi masyarakat tidak peduli. Cuma, sewaktu mereka memulai kehiatan, para petugas sudah memulai pekerjaannya, mereka lebih tegas dan meminta agar masyarakat tidak menggangu jalannya evaluasi. Masyarakat mulai mundur dan sebagian pulang ke rumah masing-masing.

Simpang Rumah Sakit Jiwa--sebagai batas garis polisi, menjadi tempat parkir ratusan sepeda motor. Demikian juga tempat terbuka di sepanjang Jalan Jamin Ginting menjadi tempat parkir bagi pengunjung yang ingin melihat lokasi. Sungguh jadi pekerjaan berat lain yang harus diawasi pihak kepolisian. Jalan macet, dan lalu lintas terpaksa dialihkan ke rute lain.

Masyarakat  semua harus maklum, ini semua agar evakuasi bisa berjalan lancar.  

(Laporan sebuah Televisi swasta menyebutkan 141 kantong jenazah (11.00 WIB), sudah berhasil dievakuasi ke rumah sakit Adam Malik, yang berjarak hanya sekitar 1 kilometer dari lokasi).

Melihat dari dekat lokasi peristiwa jatuhnya C-130 milik TNI-AU, sungguh membuat hati trenyuh. Ngerinya kecelakaan sebuah pesawat. Tak ada yang bisa selamat. Sudah jatuh dari ketinggian, berbobot di atas 70 ton, kecepatan tinggi, menembus bumi dan terbakar. Ratusan nyawa manusia tiba-tiba melayang dalam beberapa detik, dan sulit dikenali karena terbakar. Kita kehilangan puluhan perwira AU pilihan.

Bekas peristiwa kebakaran masih terlihat di dinding ruko yang ditabrak yang terlihat menghitam, bekas terbakar. Demikian juga plang BS Oukup yang terletak di pinggir jalan, terlihat sebagian menghitam.

Lokasi jatuhnya pesawat adalah Oukup BS1, yang terletak di sebelah kanan, km 10 jalan Medan-Pancurbatu. Kira-kira lima puluh meter dari Simpang Rumah Sakit Jiwa, Medan.

Oukup itu pagi ini sudah bersih dan bangunan sudah dibersihkan, sebagian badan pesawat sudah diangkut dan tinggal ekor pesawat. Kabarnya, semua akan diangkut untuk bahan penyelidikan selanjutnya.  Dari rumah saya, lokasi itu bisa dicapai dengan jalan kaki sekitar 10 menit, sekitar 600-700 meter. "Wah, saya kaget dan langsung keluar rumah,"kata istri saya menuturkan pengalamannya kemaren siang.

Saat itu dia berada di rumah. Beberapa menit kemudian, warga lain berteriak. "Pesawat jatuh...pesawat jatuh," katanya, menirukan teriakan tetangga. Tapi dia tidak pergi ke lokasi, hanya monton televisi.

Menurut harian-harian yang terbit di Medan, sebelum jatuh, pesawat menabrak tower milik Perguruan Bethany. (Tower di atas sekolah itu patah dan masih belum diperbaiki).

Di jalan mau pulang, saya menanyakan seorang pemilik warung, sekitar 100 meter dari lokasi kejadian. "Wah...kami kaget sekali Pak. Ledakannya menggetarkan atap rumah, dan terasa goyang,"ujarnya.

Saya juga bertemu Evangelis Yusak Purba, yang rumahnya hanya berjarak sekitar 200 meter dari lokasi kejadian. Beliau mengatakan mendengar pesawat itu melintas di atas rumahnya, dan mendengar beberapa ledakan terjadi sebelum pesawat jatuh dan diakhiri dengan ledakan besar.

"Saya mendengar beberapa ledakan dan ledakan besar itu. Kemudian saya ke luar rumah, dan menyuruh anak-anak masuk ke rumah. Saya melihat asap sudah mengepul," katanya sambil menunjukkan video yang berhasil direkamnya dari depan rumahnya kemaren, beberapa saat setelah pesawat jatuh.

"Suaranya keras sekali, seperti bom," katanya.

Setelah itu, Evangelis Yusak langsung ke lokasi dan mengambil foto-foto dan video yang berhasil direkamnya. Saya sempat menyaksikan beberapa video yang menunjukkan peristwa awal setelah beberapa menit peristiwa menyedihkan seluruh bangsa Indonesia itu.

"Itu tower yang ditabrak pesawat sebelum jatuh, katanya sambil menunjuk ke arah tower itu. Tower itu hanya berjarak beberapa rumah dari yang terletak di Jalan Jeruk--beberapa puluh meter dari jalan Raya Jamin Ginting.  Kemudian kami berpisah. Beliau berjalan menuju ke lokasi kecelakaan peswat sambil membawa kameranya, saya pulang ke rumah.

Di rumah, saya berfikir-fikir. Ternyata rumah kami di sekitar Jalan Jamin Ginting, berada di lokasi yang rentan terkena musibah jatuhnya pesawat.

Trauma jatuhnya pesawat Mandala 5 September 2005, masih membekas. Kecelakaan Mandala merenggut nyawa 109 penumpang dan 47 orang yang sedang melakukan kegiatan di sekitar lokasi jatuhnya pesawat dan puluhan rumah dan kenderaan rusak atau terbakar.

Untunglah 2 tahun lalu, 25 Juli 2013, bandara komersial Polonia--yang berdampingan dengan pangkalan AU, sudah pindah ke Kuala Namu. Sekarang bekas Bandara Polonia, hanya digunakan sebagai pangkalan TNI-AU (Pangkalan AU Suwondo, Medan).

Sebelum bandara Polonia pindah, ngeri rasanya setiap melintas di jalan, sementara di atas kita terbang burung besi yang beratnya puluhan ton, sebelum mendarat di  Bandara Polonia. (Gimana kalau tiba-tiba jatuh!)

"Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak," saya memahami peristiwa naas kemarin.

Sedih melihat keluarga yang ditinggalkan. Sedih membaca berita di koran-koran hari ini, kalau ternyata ada penumpang yang naik pesawat yang dibiayai negara harus membayar. Pesawat TNI AU seharusnya hanya digunakan untuk keluarga TNI-AU dan tidak dipungut biaya. Meski hal ini tetap dibantah para pejabat terkait. Tidak perlu bantah membantah, yang penting ini membuat kita malu, dan jangan terjadi lagi di hari-hari mendatang.    

Kita menyambut modernisasi peralatan TNI. DPR seharusnya juga mendukung rencana ini. Barangkali dana aspirasi sebaiknya dialihkan untuk memodernisasi peralatan pertahanan kita.

Duka cita mendalam untuk seluruh korban kecelakaan pesawat Hercules 130. Semoga kejadian menyedihkan ini membuka mata pemerintah, anggota parlemen agar memprioritaskan perhatian pada modernisasi peralatan TNI.

Medan, 1 Juli 2015 

Jangan Pikirkan Hal di Luar Kontrol atau Kuasa Kita

Oleh: Jannerson Girsang

Sesuatu keadaan di luar kontrol, kita hanya bisa pasrah, berdoa dan mengikuti aturan yang sudah berlaku. Menjalani kehidupan, kita harus belajar hal-hal yang berada di luar kontrol kita, hal-hal yang tak perlu masuk dalam pikiran, apalagi harus khawatir dan masuk dalam perencanaan kegiatan kita.

Saya tidak perlu mengatur kapan bisa tiba tepat saat lampu hijau di persimpangan jalan, karena saya tidak bisa mengatur kapan lampu itu hijau atau merah.

Kalau kebetulan merah saya berhenti, meski sedikit kesal karena menunggu, kalau hijau saya lega karena berarti mempercepat saya sampai di tujuan.

Malam ini, pulang dari kantor saya melintasi beberapa lampu merah, perempatan A Yani dengan, perempatan Imam Bonjol-Kp Keling, Lampu Merah depan Perguruan Immanuel, Lampu Merah Sudirman-Cik Di Tiro, Lampu Merah S Parman-Jamin Ginting, Medan.

Kebetulan di semua tempat itu, saya tiba tepat pada waktu lampu hijau. Saya lega, bisa jalan terus.

Peristiwa seperti itu hampir tak pernah terjadi selama puluhan tahun saya melintasi rute tersebut. Paling untung, kalau saya bisa "persis" hijau di satu atau dua lampu perempatan jalan. .

Saat lain, saya bisa tiba pada lampu perempatan jalan kebetulan merah. Saya harus berhenti dan mengikuti aturan, menunggu sampai lampu itu menyala hijau kembali.

Saya juga tidak perlu mengatur langkah saya agar tepat berhenti di lampu persimpangan jalan persis menyala hijau. Pekerjaan sia-sia, karena menyalanya lampu bukan dalam kontrol saya.

Demikianlah perjalanan hidup kita ini, Banyak hal yang berada di luar kontrol. Dimana kita harus pasrah dan berdoa.

Tidak perlu khawatir, atau melawan aturan alam atau Tuhan yang sudah berlaku.

Kalau naik pesawat, kita hanya bisa pasrah, berdoa, mengikuti keahlian pilot dan perintah-perintahnya mengendalikan pesawat dalam keadaan cuaca baik dan buruk.

Keadaan anak-anak yang jauh, kita tidak bisa berbuat selain menyerahkannya kepada teman terdekat/keluarga, dan berdoa saja!.

Di luar itu kita tidak bisa berbuat apa-apa. Jangan berfikir lebih jauh dari sana, kalau tidak mau kita bertindak sia-sia, apalagi sampai menimbulkan rasa khawatir, tidur tidak tenang dan menyakiti badan.

Kematian, musibah, dan banyak hal yang lain berada di luar kontrol kita. Jangan habiskan waktu untuk memikirkannya.

Tak perlu dipikirkan gimana nanti kalau tiba di lampu persimpangan jalan kebetulan merah?. Gimana nanti kalau pesawat jatuh?. Gimana nanti kalau anak saya sakit? Gimana nanti kalau saya tidak punya anak?

Kita hanya bisa pasrah dan berdoa. Itu saja!

29 Juni 2015

Guru dan Kreativitas

Oleh: Jannerson Girsang

Ketika guru mengeluh pendapatan mereka di masa lalu, mengeluh soal kurikulum, pemerintah memenuhinya. Gaji guru naik, ditambah lagi sertifikasi, Kurikulum 2013 tidak berlaku lagi.

Apakah usaha pemerintah akan memperbaiki kinerja mereka sebagai pendidik? Kita masih menunggu!.

Seorang guru sah-sah saja mempersoalkan kedua hal di atas, tapi jangan melupakan tugas sebagai seorang pengamat yang penuh kreasi mengatasi segala hambatan mendidik anak didik.

"The teacher must derive not only the capacity, but the desire, to observe natural phenomena. The teacher must understand and feel her position of observer: the activity must lie in the phenomenon". (Maria Montessori).

Guru tidak hanya mempertahankan sebatas kapasitasnya, tetapi keinginan untuk mengamati fenomena alam. Guru harus mengerti dan merasakan posisinya sebagai pengamat, dia mendasarkan kegiatannya pada fenomena itu.

Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Semarang Prof Dr Masrukhi menegaskan seorang guru harus terus mengembangkan kreatifitas agar menghasilkan peserta didik yang juga kreatif.

“Saya tekankan pada guru, apapun kurikulumnya, jika guru kreatif akan mengembangkan peserta didiknya,” tandas Masrukhi.

Perubahan-perubahan kurikulum tidak banyak memperbaiki pendidikan kita, kalau guru-gurunya cuma mengejar sertifikasi, dan tidak menumbuhkan usaha-usaha meningkatkan keinginan mengamati, mengembangkan kreativitas.

Jadi, pendapatan, kurikulum hanya alat, penentu adalah kreativitas guru. Yang sering dikeluhkan adalah sebaliknya. Kalau pendapatan rendah, kreativitas rendah.

Kita perlu merenungkan mana yang benar? Berapa kali lipat gaji sudah naik, berapa kali kurikulum diganti: ranking pendidikan kita di dunia belum bergeser banyak dari level paling bawah!

29 Juni 2015