Oleh: Jannerson Girsang
Sudah setahun aku berjuang!. Pagi ini saya membaca prolognya buku yang sudah saya mulai setahun yang lalu.
Kadang tersenyum, kadang mengundang kekhawatiran menyempitnya waktu
deadline. Berubah, berubah lagi. Tambah bahan lagi. Susun kata-kata
lagi. Ganti diksi, entah apa lagi!
Semoga bulan ini akan mencapai kemenangan! Ini kali ke dua puluh saya berjuang mewujudkan sebuah keabadian.
"Menulislah, maka kamu akan abadi," demikian diingatkan Pramoedya Ananta Tur, penulis novel besar Indonesia.
Tapi itu tidak mudah. Perlu semangat yang terus membara. Berbagai hal diperlukan untuk terus bersemangat menulis.
Salah satunya adalah hari ini. Mengikuti kebaktian memperingati Hari
Kenaikan Yesus Kristus akan menjadi penambah semangat. Untuk sebuah
keabadian Yesus harus menderita, bahkan mati di kayu salib!
Masak untuk berjuang sebuah buku aja harus menyerah?.
Semangat itu akan menambah energi untuk bertahan sendirian di depan
komputer, melengkapi gambar, bahan tulisan yang masih perlu, kata
pengantar, editing, menghubungi designer, ISBN, percetakan, dengan
segala persoalan non-teknis di dalamnya..
Judulnya sedikit
berubah sejalan dengan perubahan atau penambahan isi. Begitulah menulis
sebuah buku.
Sabar, kerja sama, penuh pengharapan
Menulis adalah mengabadikan peristiwa. Keabadian adalah harta yang paling berharga.
Hanya semangat seperti itulah yang mampu memberi energi bagi seseorang untuk terus menulis.
Materi, ketenaran bukan pendorong utama seseorang untuk menulis. Tetapi semangat keabadian itulah yang terutama.
Satu atau dua kata yang ditulis adalah tetap, satu atau dua kata yang terucap akan lenyap ditelan masa!
Berjuang untuk keabadian tidak mudah. Yesus harus menanggung sengsara,
bahkan mati di kayu salib! Tidak dengan bersenang-senang!
Tetapi, lihat ujung ceritanya!. Dia menjadi cerita yang menjadi sumber
inspirasi bagi miliaran manusia di dunia ini sepanjang masa.
Mau yang tetap, atau mau yang lenyap?
Tergantung! Tugas kita di dunia hanya dua: Mengasihi sesama seperti diri sendiri, mengasihi Tuhan dengan segenap hati.
Apakah cerita hidup kita menginspirasi orang lain, atau menyakiti
orang lain, mengisap hak orang lain?.
Apakah cerita hidup kita benar
atau penuh kebohongan?
Mari kita sama-sama merenungkannya!
Medan, 5 Mei 2016
"Let us not be satisfied with just giving money. Money is not enough, money can be got, but they need your hearts to love them. So, spread your love everywhere you go" (Mother Theresia). Photo: Di Pantai Barus, Tapanuli Tengah, April 2008. Saat itu, seorang anak laki-laki sedang asyik memancing bersama teman-temannya. (Dilarang keras memposting artikel-artikel dalam blog ini untuk tujuan komersial, termasuk website untuk tujuan memperoleh iklan).
Selasa, 10 Mei 2016
Kita Adalah Satu Tubuh
Oleh: Jannerson Girsang
Kita semua memiliki fungsi masing-masing, saling menghargai fungsinya, dan tidak boleh meremehkan, apalagi cemburu kepada fungsi atau talenta yang diberikan kepada seseorang.
Dalam khotbahnya malam ini, Pendeta GKPS Resort Medan Selatan, Pdt Jaminton Sipayung STh menyampaikan ilustrasi tentang kesatuan di kalangan orang-orang percaya.
Orang-orang percaya adalah satu tubuh, meski berbeda-beda. (1 Korintus 12:12). Ilustrasi ini merupakan bagian penjelasan dari nas khotbah malam ini dari kitab Johannes 17, yang disampaikan pada Kebaktian Partonggoan Gabungan di GKPS Simalingkar, Medan. . .
Serius, tetapi menginspirasi. Demikian pendeta yang berpenampilan sederhana ini mengisahkan cerita tentang anggota badan yang saling cemburu.
Suatu ketika kaki, tangan, mata, telinga, merencanakan sebuah demo. Pasalnya mereka cemburu melihat mulut yang kerjanya hanya makan aja. Dia merasakan yang enak-enak, sementara yang lain hanya kerja keras. .
.
Kaki: "Gila itu si mulut. Kemana-mana, saya yang membawa dia jalan. Tapi kalau ada makanan tidak pernah saya dibagi"
Tangan: "Ya. Dia pelit. Masak seumur-umur, saya cuma menyulangi dia tapi dia tak pernah memberikan sebutir nasipun kepadaku"
Mata: "Ya tuh si mulut nggak pernah peduli.sama temannya. Saya yang menunjukkan jalan, kemana saja dia pergi. Kadang saya kesakitan, masuk abulah, tertusuk semaklah. Yang makan hanya dia saja"
Telinga: "Kalau ada suara bahaya, saya yang mendengarnya. Coba kalau saya tidak mendengar, udah ditabrak mobil kali dia waktu ada yang begal yang ugal-galan dari belakang".
Mulut:diam saja, tidak bereaksi apa-apa!
Kaki, tangan, mata, telinga mogok kerja. Kaki tidak mau berjalan, tangan tidak mau menyuapi makanan ke mulut, mata juga menutup diri, telinga tidak mau mendengar lagi.
Mulut diam saja. Dia tidak mau bicara.
Banggalah keempat anggota tubuh itu melihat mulut tidak makan.. "Rasain, kau tidak makan. Selama ini kau enak-enak saja. Coba kalau kami tidak mau bekerja!", kata mereka serempak.
Hari kedua, keempatnya mulai merasakan sesuatu. Semua merasa lemas.
Kaki tidak bisa menggerakkan dirinya lagi. Tangan tidak mampu bergerak, mata mulai kabur penghilatannya, telinga juga sudah mulai pekak, tak jelas mendengar lagi, bahkan mulai tak berfungsi.
Pasalnya, makanan tidak masuk!. Darah penyalur nutrisi ke seluruh tubuh, yang membuat mereka bisa berfungsi tidak mengalir lagi. Air yang mereka butuhkan juga tidak ada lagi.
Mulut diam saja!
Akhirnya, keempatnya sadar!.
Kalau mereka mogok, tidak melayani mulut, maka semuanya tidak akan berfungsi dengan baik. Mulutlah tempat makanan masuk ke dalam perut, dan diolah di sana, kemudian hasil olahan tubuh, melalui darah disebar ke seluruh tubuh.
Itulah sebuah gambaran pentingnya kesatuan dalam satu tubuh!. Kesatuan dalam organisasi, kumpulan. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda, tetapi memiliki peran yang saling tergantung.
Demikianlah jemaat di dalam satu gereja, orang-orang percaya. Mereka adalah satu tubuh. Tidak boleh mengandalkan dirinya saja, apalagi sampai menganggap dirinya paling penting.
Mereka harus saling tergantung dan saling peduli. Dan, tidak ada yang terpenting, semua penting!
Dalam sebuah organisasi, kumpulan, setiap orang harus bekerja sesuai dengan fungsi masing-masing dan tidak boleh meremehkan satu dengan yang lain. "Kita ada, kalau yang lain ada"
Jadi, sebagai penulis, pencerita (story teller) saya tidak boleh diremehkan, lho!
Kadang terdengar suara!. "Cuma nulis ajanya dia itu. Entah apa. Kalau cuma cerita, nggak usahlah. Banyak omong ajanya dia itu".
Kalau saya tidak menuliskan artikel ini, Anda tidak bisa menikmati khotbah yang disampaikan pendeta tadi. Apalagi belum pernah mendengarnya.
Saya ada gunanya juga kan? ...He..he!
Kita semua memiliki fungsi masing-masing, saling menghargai fungsinya, dan tidak boleh meremehkan, apalagi cemburu kepada fungsi atau talenta yang diberikan kepada seseorang.
Dalam khotbahnya malam ini, Pendeta GKPS Resort Medan Selatan, Pdt Jaminton Sipayung STh menyampaikan ilustrasi tentang kesatuan di kalangan orang-orang percaya.
Orang-orang percaya adalah satu tubuh, meski berbeda-beda. (1 Korintus 12:12). Ilustrasi ini merupakan bagian penjelasan dari nas khotbah malam ini dari kitab Johannes 17, yang disampaikan pada Kebaktian Partonggoan Gabungan di GKPS Simalingkar, Medan. . .
Serius, tetapi menginspirasi. Demikian pendeta yang berpenampilan sederhana ini mengisahkan cerita tentang anggota badan yang saling cemburu.
Suatu ketika kaki, tangan, mata, telinga, merencanakan sebuah demo. Pasalnya mereka cemburu melihat mulut yang kerjanya hanya makan aja. Dia merasakan yang enak-enak, sementara yang lain hanya kerja keras. .
.
Kaki: "Gila itu si mulut. Kemana-mana, saya yang membawa dia jalan. Tapi kalau ada makanan tidak pernah saya dibagi"
Tangan: "Ya. Dia pelit. Masak seumur-umur, saya cuma menyulangi dia tapi dia tak pernah memberikan sebutir nasipun kepadaku"
Mata: "Ya tuh si mulut nggak pernah peduli.sama temannya. Saya yang menunjukkan jalan, kemana saja dia pergi. Kadang saya kesakitan, masuk abulah, tertusuk semaklah. Yang makan hanya dia saja"
Telinga: "Kalau ada suara bahaya, saya yang mendengarnya. Coba kalau saya tidak mendengar, udah ditabrak mobil kali dia waktu ada yang begal yang ugal-galan dari belakang".
Mulut:diam saja, tidak bereaksi apa-apa!
Kaki, tangan, mata, telinga mogok kerja. Kaki tidak mau berjalan, tangan tidak mau menyuapi makanan ke mulut, mata juga menutup diri, telinga tidak mau mendengar lagi.
Mulut diam saja. Dia tidak mau bicara.
Banggalah keempat anggota tubuh itu melihat mulut tidak makan.. "Rasain, kau tidak makan. Selama ini kau enak-enak saja. Coba kalau kami tidak mau bekerja!", kata mereka serempak.
Hari kedua, keempatnya mulai merasakan sesuatu. Semua merasa lemas.
Kaki tidak bisa menggerakkan dirinya lagi. Tangan tidak mampu bergerak, mata mulai kabur penghilatannya, telinga juga sudah mulai pekak, tak jelas mendengar lagi, bahkan mulai tak berfungsi.
Pasalnya, makanan tidak masuk!. Darah penyalur nutrisi ke seluruh tubuh, yang membuat mereka bisa berfungsi tidak mengalir lagi. Air yang mereka butuhkan juga tidak ada lagi.
Mulut diam saja!
Akhirnya, keempatnya sadar!.
Kalau mereka mogok, tidak melayani mulut, maka semuanya tidak akan berfungsi dengan baik. Mulutlah tempat makanan masuk ke dalam perut, dan diolah di sana, kemudian hasil olahan tubuh, melalui darah disebar ke seluruh tubuh.
Itulah sebuah gambaran pentingnya kesatuan dalam satu tubuh!. Kesatuan dalam organisasi, kumpulan. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda, tetapi memiliki peran yang saling tergantung.
Demikianlah jemaat di dalam satu gereja, orang-orang percaya. Mereka adalah satu tubuh. Tidak boleh mengandalkan dirinya saja, apalagi sampai menganggap dirinya paling penting.
Mereka harus saling tergantung dan saling peduli. Dan, tidak ada yang terpenting, semua penting!
Dalam sebuah organisasi, kumpulan, setiap orang harus bekerja sesuai dengan fungsi masing-masing dan tidak boleh meremehkan satu dengan yang lain. "Kita ada, kalau yang lain ada"
Jadi, sebagai penulis, pencerita (story teller) saya tidak boleh diremehkan, lho!
Kadang terdengar suara!. "Cuma nulis ajanya dia itu. Entah apa. Kalau cuma cerita, nggak usahlah. Banyak omong ajanya dia itu".
Kalau saya tidak menuliskan artikel ini, Anda tidak bisa menikmati khotbah yang disampaikan pendeta tadi. Apalagi belum pernah mendengarnya.
Saya ada gunanya juga kan? ...He..he!
Duka Di Hari Pendidikan Nasional
Oleh: Jannerson Girsang
"Pola pendidikan di Indonesia bersifat menekan, sehingga menimbulkan stress. Relasi kuasa yang tidak seimbang juga mengikis budaya apresiatif" (PM Laksono, antropolog Universitas Gajah Mada, Kompas 4 Mei 2016).
Di tengah suasana Hari Pendidikan Nasional, warga Medan dikejutkan sebuah peristiwa yang sangat menyedihkan.
"Pola pendidikan di Indonesia bersifat menekan, sehingga menimbulkan stress. Relasi kuasa yang tidak seimbang juga mengikis budaya apresiatif" (PM Laksono, antropolog Universitas Gajah Mada, Kompas 4 Mei 2016).
Di tengah suasana Hari Pendidikan Nasional, warga Medan dikejutkan sebuah peristiwa yang sangat menyedihkan.
Mahasiswa membunuh dosennya sendiri.
RS (21) mahasiswa semester VI Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah, Medan diduga membunuh dosennya sendiri Nur Ain Lubis.
Sesak rasanya membaca berita sedih itu sejak kemaren. Muncul pertanyaan-pertanyaan yang sulit dicari jawabnya.
Kok bisa, mahasiswa calon pendidik, calon guru membunuh dosennya. Bukankah seharusnya mereka menghormati dosennya?
Kok bisa, dosen yang mendidik calon guru tewas terbunuh di tangan mahasiswanya sendiri. Ah, ini yang lebih sulit dijawab!
Kompas hari ini mengungkapkan bahwa interaksi kurang harmonis antara pengajar dan mahasiswa di ruang kelas diduga menjadi pemicu pembunuhan.
Tentu kesimpulan itu hanya sementara, karena kasus ini masih dalam penyelidikan pihak kepolisian.
Peristiwa memilukan ini kembali mengajak kita merenungkan, apa yang salah dalam pendidikan kita.
Seseorang mahasiswa--jurusan pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, orang yang terdidik, sampai berniat dan melakukan pembunuhan! Prosesnya tentu bukan "instan", terjadi begitu saja.
Mungkin ini hanya secuil di atas gunung es besar persoalan pendidikan kita!.
Kompas hari ini menekankan pentingnya pendidikan karakter, dosen dan mahasiswa membangun relasi yang baik, melakukan pelayanan yang baik, bahkan mampu memahami mahasiswa yang berbeda-beda.
Kita tunggu saja hasil penyelidikan kepolisian, seraya mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya untuk keluarga almparhum Nur Ain Lubis.
Kami semua turut prihatin dan mendukung dalam doa. Semoga kasus ini menjadikan pelajaran berharga bagi bangsa ini untuk kesekian kalinya diuji sejauh mana pendidikan karakter kita berhasil diterapkan!.
Semoga keluarga Nur Ain Lubis tabah dan kuat menghadapi musibah ini.
RS (21) mahasiswa semester VI Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah, Medan diduga membunuh dosennya sendiri Nur Ain Lubis.
Sesak rasanya membaca berita sedih itu sejak kemaren. Muncul pertanyaan-pertanyaan yang sulit dicari jawabnya.
Kok bisa, mahasiswa calon pendidik, calon guru membunuh dosennya. Bukankah seharusnya mereka menghormati dosennya?
Kok bisa, dosen yang mendidik calon guru tewas terbunuh di tangan mahasiswanya sendiri. Ah, ini yang lebih sulit dijawab!
Kompas hari ini mengungkapkan bahwa interaksi kurang harmonis antara pengajar dan mahasiswa di ruang kelas diduga menjadi pemicu pembunuhan.
Tentu kesimpulan itu hanya sementara, karena kasus ini masih dalam penyelidikan pihak kepolisian.
Peristiwa memilukan ini kembali mengajak kita merenungkan, apa yang salah dalam pendidikan kita.
Seseorang mahasiswa--jurusan pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, orang yang terdidik, sampai berniat dan melakukan pembunuhan! Prosesnya tentu bukan "instan", terjadi begitu saja.
Mungkin ini hanya secuil di atas gunung es besar persoalan pendidikan kita!.
Kompas hari ini menekankan pentingnya pendidikan karakter, dosen dan mahasiswa membangun relasi yang baik, melakukan pelayanan yang baik, bahkan mampu memahami mahasiswa yang berbeda-beda.
Kita tunggu saja hasil penyelidikan kepolisian, seraya mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya untuk keluarga almparhum Nur Ain Lubis.
Kami semua turut prihatin dan mendukung dalam doa. Semoga kasus ini menjadikan pelajaran berharga bagi bangsa ini untuk kesekian kalinya diuji sejauh mana pendidikan karakter kita berhasil diterapkan!.
Semoga keluarga Nur Ain Lubis tabah dan kuat menghadapi musibah ini.
Sabtu, 01 Agustus 2015
Ulang Tahun Kedua Cucu Pertamaku
Oleh: Jannerson Girsang
Andra mengamati semak di pinggir jalan dekat rumahnya, beberapa hari sebelum Ulang Tahun ke-2.
(Photo: Devi Anastasia Girsang, SH)
1 Agustus 2013. Pagi-pagi seperti ini, dua tahun lalu, dari sebuah rumah sakit di Depok, saya mendengar berita dari menantuku Anja Novalianto, bahwa cucu pertamaku, seorang bayi laki-laki lahir.
Dialah cucu pertama dari putri sulungku Clara Mariana Girsang.
Dua tahun lalu, Andra hanya bisa menangis, minum ASI dan tidur. Ketika kami pertama kali mengunjunginya, saya hanya bisa menggendong dan menciuminya.
Waktu, membuat Andra bertumbuh, dan dua tahun kemudian, dia dapat berjalan, berbicara dan berfikir.
Kunjungan saya terakhir ke rumah mereka beberapa bulan lalu, Andra sudah dapat mengucapkan beberapa kata, membuang sampah ke tong sampah dan lain-lain pekerjaan yang menarik.
Menjelang ulang tahun kedua ini, beberapa hari lalu, Saya menyaksikan Andra menari "Sinanggar Tullo" melalui video yang direkam dan diunduh di FB.
Andra sudah bisa bilang beberapa kata mengungkapkan ekspresinya. Bisa meniru apa yang dilakukan mama dan papanya. Kalau mau jalan minta rangsel di ikat di punggungnya.
Kalau ada orang memakai HP yang bukan miliknya, Andra akan segera mengambilnya dan mengembalikan kepada pemiliknya. Seolah mengatakan, "jangan gunakan yang bukan milikmu"
Yang paling lucu, Andra bisa megang HP dan Selfie, meski tidak tau jepret. Namanya juga masih anak kecil.
Wah, saya ketawa terpingkal-pingkal melihatnya. Dia senyum aja. Mungkin dia tiru dari mamanya atau orang-orang di sekelilingnya.
Andra seorang yang menyenangkan. Kalau ompungnya datang, dia akan minta ompungnya menemani jalan keliling pekarangan rumah, kemudian minta jalan di jalan raya. Minta petik bunga di pinggir jalan.
Melalui postingan mamanya, saya bisa menyaksikan Andra menyiram bunga di pekarangan rumahnya, dengan gayanya yang sungguh membuatku bangga.
"Ompung...", katanya ketika saya mengucapkan selamat ulang tahun pagi ini.
Ompungnya perempuan berbicara panjang pagi ini dan terdengar bincang-bincangnya. "Andra udah pintar ya Andra, ompung senang" kata istri saya pagi ini saat mengucapkan selamat ulang tahun buat cucu kebangaan kami.
Saya bersyukur karena bapak dan mamanya Andra rukun dan dapat membimbing Andra menjadi anak yang baik nantinya. Terima kasih, putri dan menantuku sudah memberi cucu.
Sebuah muzizatlah yang menjadikannya seperti itu. Tidak semua orang tua bisa menimang cucu pada waktu yang diharapkan.
Muzizat lagi, karena ibunya hanya memberinya bubur, susu, makanan lainnya, tetapi Tuhanlah yang memprosesnya sehingga Andra Tumbuh seperti sekarang ini.
Tuhanlah yang mengatur Andra tidur pada waktunya, bangun dari tidurnya, punya nafsu makan, kenyang, lapar, bisa menelan makanan, diberi usus yang mampu mencerna makanan, serta perkembangan otak dan seluruh bagian tubuhnya. Betapa luar biasanya Tuhan!
Saya berterima kasih kepada Zuckerberg, pencipta FB, para ahli teknologi lainnya yang telah memungkinkan saya ompungnya yang tinggal di Medan dapat memonitor Andra melalui video, face book dan handphone. Jarak 2000 kilometer lebih Medan-Jakarta, begitu dekat. Hanya sebatas tuts komputer.
Terima kasih Tuhan. SELAMAT ULANG TAHUN KE 2 BUAT ANDRA, cucuku, penghiburku setiap hari. Salam dari Ompung Medan dan Tulang Bernard Patralison Girsang.
Ompung berdoa, Andra bertumbuh menjadi anak yang menyenangkan semua orang, menghibur ompung setiap hari.
Thanks Devee Girsang for your Andra's candid photo. You are great aunty. Terima kasih juga buat Ompung Andra, Jacobus Saragih (ipar saya) yang sangat sayang pada cucunya dan menjaganya setiap hari.
Medan, 1 Agustus 2015
Andra mengamati semak di pinggir jalan dekat rumahnya, beberapa hari sebelum Ulang Tahun ke-2.
(Photo: Devi Anastasia Girsang, SH)
1 Agustus 2013. Pagi-pagi seperti ini, dua tahun lalu, dari sebuah rumah sakit di Depok, saya mendengar berita dari menantuku Anja Novalianto, bahwa cucu pertamaku, seorang bayi laki-laki lahir.
Dialah cucu pertama dari putri sulungku Clara Mariana Girsang.
Dua tahun lalu, Andra hanya bisa menangis, minum ASI dan tidur. Ketika kami pertama kali mengunjunginya, saya hanya bisa menggendong dan menciuminya.
Waktu, membuat Andra bertumbuh, dan dua tahun kemudian, dia dapat berjalan, berbicara dan berfikir.
Kunjungan saya terakhir ke rumah mereka beberapa bulan lalu, Andra sudah dapat mengucapkan beberapa kata, membuang sampah ke tong sampah dan lain-lain pekerjaan yang menarik.
Menjelang ulang tahun kedua ini, beberapa hari lalu, Saya menyaksikan Andra menari "Sinanggar Tullo" melalui video yang direkam dan diunduh di FB.
Andra sudah bisa bilang beberapa kata mengungkapkan ekspresinya. Bisa meniru apa yang dilakukan mama dan papanya. Kalau mau jalan minta rangsel di ikat di punggungnya.
Kalau ada orang memakai HP yang bukan miliknya, Andra akan segera mengambilnya dan mengembalikan kepada pemiliknya. Seolah mengatakan, "jangan gunakan yang bukan milikmu"
Yang paling lucu, Andra bisa megang HP dan Selfie, meski tidak tau jepret. Namanya juga masih anak kecil.
Wah, saya ketawa terpingkal-pingkal melihatnya. Dia senyum aja. Mungkin dia tiru dari mamanya atau orang-orang di sekelilingnya.
Andra seorang yang menyenangkan. Kalau ompungnya datang, dia akan minta ompungnya menemani jalan keliling pekarangan rumah, kemudian minta jalan di jalan raya. Minta petik bunga di pinggir jalan.
Melalui postingan mamanya, saya bisa menyaksikan Andra menyiram bunga di pekarangan rumahnya, dengan gayanya yang sungguh membuatku bangga.
"Ompung...", katanya ketika saya mengucapkan selamat ulang tahun pagi ini.
Ompungnya perempuan berbicara panjang pagi ini dan terdengar bincang-bincangnya. "Andra udah pintar ya Andra, ompung senang" kata istri saya pagi ini saat mengucapkan selamat ulang tahun buat cucu kebangaan kami.
Saya bersyukur karena bapak dan mamanya Andra rukun dan dapat membimbing Andra menjadi anak yang baik nantinya. Terima kasih, putri dan menantuku sudah memberi cucu.
Sebuah muzizatlah yang menjadikannya seperti itu. Tidak semua orang tua bisa menimang cucu pada waktu yang diharapkan.
Muzizat lagi, karena ibunya hanya memberinya bubur, susu, makanan lainnya, tetapi Tuhanlah yang memprosesnya sehingga Andra Tumbuh seperti sekarang ini.
Tuhanlah yang mengatur Andra tidur pada waktunya, bangun dari tidurnya, punya nafsu makan, kenyang, lapar, bisa menelan makanan, diberi usus yang mampu mencerna makanan, serta perkembangan otak dan seluruh bagian tubuhnya. Betapa luar biasanya Tuhan!
Saya berterima kasih kepada Zuckerberg, pencipta FB, para ahli teknologi lainnya yang telah memungkinkan saya ompungnya yang tinggal di Medan dapat memonitor Andra melalui video, face book dan handphone. Jarak 2000 kilometer lebih Medan-Jakarta, begitu dekat. Hanya sebatas tuts komputer.
Terima kasih Tuhan. SELAMAT ULANG TAHUN KE 2 BUAT ANDRA, cucuku, penghiburku setiap hari. Salam dari Ompung Medan dan Tulang Bernard Patralison Girsang.
Ompung berdoa, Andra bertumbuh menjadi anak yang menyenangkan semua orang, menghibur ompung setiap hari.
Thanks Devee Girsang for your Andra's candid photo. You are great aunty. Terima kasih juga buat Ompung Andra, Jacobus Saragih (ipar saya) yang sangat sayang pada cucunya dan menjaganya setiap hari.
Medan, 1 Agustus 2015
Mahar Tersembunyi: Menawarkan Rakyat Memilih Pemimpin Buta Nurani
Oleh: Jannerson Girsang
Partai-partai asyik mengumumkan tidak ada mahar untuk partai dari calon eksekutif (cabub/cawabub) di pilkada.
Tapi, secara tersembunyi nama-nama pungutannya cukup banyak, meski bukan disebut MAHAR.
Penyakit MUNAFIK, masih mendera partai-partai kita.
Turunan Gulo, mantan anggota KPU Sumut mengatakan, meski tidak ada mahar yang dibebankan partai kepada calon, tetapi ada Biaya Survey (ratusan juta), Biaya Operasional Pemenangan (ratusan juta juga), Partisipasi Pembangunan Parpol (ratusan juta juga), Biaya Tim Monitoring Pengurus DPP/DPD (ratusan juta juga), untuk ini dan untuk itu.
Benar seperti yang dikatakan Mochtar Lubis dalam buku" "Manusia Indonesia". Partai-partai turut memelihara sifat pertama orang Indonesia yang disebut Mochtar Lubis: MUNAFIK.
Partai-partai memang munafik.
Dengan sikap munafik seperti itu, Turunan B Gulo.mempertanyakan dan meragukan kemajuan kepemimpinan bersih ke depan.
"Apakah lahir pemimpin yang bersih?. Jawabnya: Jauh PANGGANG dari API"
Kemajuan yang kita capai belum mampu merubah cara berfikir partai-partai kita menyeleksi calon pemimpin yang akan dipilih rakyat.
Sepuluh tahun terakhir ini, menjadi penduduk Medan cukup menyedihkan.
Dua walikota Medan (periode sebelumnya) masuk penjara. Dua gubernur Sumut (yang satu di dalam penjara), yang satu lagi, KPK sudah menetapkannya sebagai tersangka, calon masuk penjara.
Partai-partai kita memang buta. Mereka menawarkan, bahkan setengah "memaksa" rakyat memilih pemimpin yang "buta nurani".
Jadi, kita siap lima tahun ke depan tidak akan banyak perubahan.Mudah-mudahan tidak seburuk dua periode sebelumnya.
Medan, 31 Juli 2015
Partai-partai asyik mengumumkan tidak ada mahar untuk partai dari calon eksekutif (cabub/cawabub) di pilkada.
Tapi, secara tersembunyi nama-nama pungutannya cukup banyak, meski bukan disebut MAHAR.
Penyakit MUNAFIK, masih mendera partai-partai kita.
Turunan Gulo, mantan anggota KPU Sumut mengatakan, meski tidak ada mahar yang dibebankan partai kepada calon, tetapi ada Biaya Survey (ratusan juta), Biaya Operasional Pemenangan (ratusan juta juga), Partisipasi Pembangunan Parpol (ratusan juta juga), Biaya Tim Monitoring Pengurus DPP/DPD (ratusan juta juga), untuk ini dan untuk itu.
Benar seperti yang dikatakan Mochtar Lubis dalam buku" "Manusia Indonesia". Partai-partai turut memelihara sifat pertama orang Indonesia yang disebut Mochtar Lubis: MUNAFIK.
Partai-partai memang munafik.
Dengan sikap munafik seperti itu, Turunan B Gulo.mempertanyakan dan meragukan kemajuan kepemimpinan bersih ke depan.
"Apakah lahir pemimpin yang bersih?. Jawabnya: Jauh PANGGANG dari API"
Kemajuan yang kita capai belum mampu merubah cara berfikir partai-partai kita menyeleksi calon pemimpin yang akan dipilih rakyat.
Sepuluh tahun terakhir ini, menjadi penduduk Medan cukup menyedihkan.
Dua walikota Medan (periode sebelumnya) masuk penjara. Dua gubernur Sumut (yang satu di dalam penjara), yang satu lagi, KPK sudah menetapkannya sebagai tersangka, calon masuk penjara.
Partai-partai kita memang buta. Mereka menawarkan, bahkan setengah "memaksa" rakyat memilih pemimpin yang "buta nurani".
Jadi, kita siap lima tahun ke depan tidak akan banyak perubahan.Mudah-mudahan tidak seburuk dua periode sebelumnya.
Medan, 31 Juli 2015
Hari Ini, Dua Wanita Berjasa Buat Keluargaku Dimakamkan
OleH : Jannerson Girsang
"People may not remember exactly what you did, or what you said, but they will always remember how you made them feel"
Orang akan kita ingat, tergantung bagaimana respon, perasaan kita atas tindakan mereka terhadap kita, kebaikan-kebaikan yang kita kenang!. Orang-orang yang menabur kebaikan akan selalu kita kenang sebagai orang-orang yang menginspirasi dalam hidup kita ke depan, selama kita hidup.
Bidan Bungasinta br Purba (60) yang meninggal i Rabu Pagi, 29 Juli 2015 akan dikebumikan di Tondang, Raya hari ini 30 Juli 2015. Almarhum disemayamkan di rumah duka Jalan Tembakau , Perumnas Simalingkar, Medan.
Almarhum adalah bidan yang menolong putri bungsuku Devee Girsang, 22 tahun yang lalu.
Beliau adalah bidan profesional dan yakin atas keputusannya. Meski leher putri bungsuku dililit tali pusar dalam kandungan, dan kelahirannya sudah terlambat tiga hari, almarhum masih yakin proses kelahiran putriku tidak perlu dioperasi. Bidan hanya mengatakan kami menunggu. Saya dan istri yakin kata bidan senior ini.
Dan, akhirnya berhasil!. Namun, bayi yang lahir itu tidak bernafas beberapa saat, wajahnya membiru. Muncul rasa khawatir beberapa saat.
Semua senang, setelah Bidan menepuk-nepuk punggungnya, sang bayi menangis. Tanda sebuah kehidupan baru.
"Kalau bayi ini selamat, maka Devee akan cantik dan tumbuh menjadi orang yang tegar dan sehat," kata bidan itu. Memang, itulah yang terjadi hingga Devee menjelang usianya 22 tahun.
Devee kini sudah dewasa dan bekerja di sebuah kantor Lawyer di Jakarta. Betapa besar jasa almarhumah buat proses kelahiran putri bungsuku.
Beliau semasa hidupnya dikenal sebagai orang yang ramah dan suka menolong. Pertemuan kami beberapa bulan yang lalu, sama seperti pertemuan-pertemuan kami sebelumnya, beliau selalu menanyakan Devee.
Saat itu beliau juga membawa putrinya satu-satunya,Roma, seusia dengan putri bungsu saya.
Masih bersyukur, saya bisa menghadiri upacara pemakamannya hari ini. Rumah duka hanya berjarak 1 kilometer dari rumah saya.
Dr Ir Nurita Sinaga (51, kelahiran 1964) yang meninggal 27 Juli 2015 juga dikebumikan hari ini. Almarhum disemayamkan di Rumah Duka Sinar Kasih Bogor. Jl. Batu Tulis Bogor. Mudah-mudahan keluarga putriku Clara Mariana Girsang dan Anja Novalianto bisa melayat, karena rumah mereka dekat ke Bogor.
Almarhum semasa hidupnya di Medan selalu menginspirasi dan suka membantu keluarga, dan teman berdiskusi tentang banyak hal. Otobiografinya pernah direncanakan kutulis sekitar 2011, tetapi karena sesuatu hal, tidak jadi dilanjutkan.
Sebuah buku tentang Memoarnya yang disusun Dr Hinca Panjaitan, masih tersimpan di rak buku saya di rumah. Buku ini berisi Pemikirannya tentang Pengelolaan Kawasan Pasca Tambang Batubara. Buku ini merupakan sari perjalanan kariernya bak gelombang hingga meraih gelar doktor dari Institut Pertanian Bogor, 2011.
Semuanya hanya tinggal kata-kata tertulis di atas kertas, dan bisa didiskusikan oleh kita yang masih hidup, oleh pembaca bukunya. Tidak ada lagi diskusi dengan Nurita, tidak ada lagi pertanyaan tentang apa yang dilihat, dirasakan serta pemaknaannya atas hidup yang mungkin belum pernah diungkapkannya. Perpustakaan hidup itu sudah terbakar dan tinggal jasadnya yang membeku, membisu seribu bahasa.
Almarhumah adalah putri pertama dari 5 bersaudara (2 laki-laki dan 3 perempuan) dan meninggalkan suami Marudut Marpaung, dan dua orang anak, Si sulung, Christian Maridest Marpaung (alumnus S2, FKom. UI) dan Marlin Agustina Marpaung, kini kuliah semester 5, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. . . .
Karena jarak kami cukup jauh, saya tidak bisa menghadiri upacara pemakamannya. Hanya bisa menyaksikannya lewat foto-foto yang diposting teman-teman di Facebook.
Selamat Jalan Boto Bidan Bungasinta br Purba dan adek kami Dr Ir Nurita Sinaga. Semoga kalian damai di sisiNya.
Dua wanita berjasa kepada keluargaku pergi untuk selamanya. Kami kehilangan dua orang wanita yang selama ini memberi perhatian dan kasih kepada keluarga kami.
Setiap terjadi peristiwa seperti ini, saya kembali merenungkan. Hanya beginikah hidup?. Apa upah kita hidup dari manusia?. Berapa orang yang mengingat saya dan mengucapkan duka, menangis. Orang mengingat kita tergantung dari besarnya kontribusi kita pada setiap orang. Ucapan duka, doa-doa yang dikirimkan, perhatian adalah nilai seseorang selama hidupnya.
Apakah upah kita dari Tuhan? Apakah Tuhan menghargai kesetiaan kita atas pengutusanNya kita ke dunia ini?
Perbuatan baik dan menginspirasi yang ditaburnya selama hidup, itulah kesan yang diingat orang lain sebagai nilai hidup paling berharga.
Orang yang sudah mati tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi bagaimana perasaan orang atas kebaikan, inspirasi itulah yang hidup dan dikenang sepanjang masa.
"People may not remember exactly what you did, or what you said, but they will always remember how you made them feel" (Anonym)
Medan, 30 Juli 2015
"People may not remember exactly what you did, or what you said, but they will always remember how you made them feel"
Orang akan kita ingat, tergantung bagaimana respon, perasaan kita atas tindakan mereka terhadap kita, kebaikan-kebaikan yang kita kenang!. Orang-orang yang menabur kebaikan akan selalu kita kenang sebagai orang-orang yang menginspirasi dalam hidup kita ke depan, selama kita hidup.
Bidan Bungasinta br Purba (60) yang meninggal i Rabu Pagi, 29 Juli 2015 akan dikebumikan di Tondang, Raya hari ini 30 Juli 2015. Almarhum disemayamkan di rumah duka Jalan Tembakau , Perumnas Simalingkar, Medan.
Almarhum adalah bidan yang menolong putri bungsuku Devee Girsang, 22 tahun yang lalu.
Beliau adalah bidan profesional dan yakin atas keputusannya. Meski leher putri bungsuku dililit tali pusar dalam kandungan, dan kelahirannya sudah terlambat tiga hari, almarhum masih yakin proses kelahiran putriku tidak perlu dioperasi. Bidan hanya mengatakan kami menunggu. Saya dan istri yakin kata bidan senior ini.
Dan, akhirnya berhasil!. Namun, bayi yang lahir itu tidak bernafas beberapa saat, wajahnya membiru. Muncul rasa khawatir beberapa saat.
Semua senang, setelah Bidan menepuk-nepuk punggungnya, sang bayi menangis. Tanda sebuah kehidupan baru.
"Kalau bayi ini selamat, maka Devee akan cantik dan tumbuh menjadi orang yang tegar dan sehat," kata bidan itu. Memang, itulah yang terjadi hingga Devee menjelang usianya 22 tahun.
Devee kini sudah dewasa dan bekerja di sebuah kantor Lawyer di Jakarta. Betapa besar jasa almarhumah buat proses kelahiran putri bungsuku.
Beliau semasa hidupnya dikenal sebagai orang yang ramah dan suka menolong. Pertemuan kami beberapa bulan yang lalu, sama seperti pertemuan-pertemuan kami sebelumnya, beliau selalu menanyakan Devee.
Saat itu beliau juga membawa putrinya satu-satunya,Roma, seusia dengan putri bungsu saya.
Masih bersyukur, saya bisa menghadiri upacara pemakamannya hari ini. Rumah duka hanya berjarak 1 kilometer dari rumah saya.
Dr Ir Nurita Sinaga (51, kelahiran 1964) yang meninggal 27 Juli 2015 juga dikebumikan hari ini. Almarhum disemayamkan di Rumah Duka Sinar Kasih Bogor. Jl. Batu Tulis Bogor. Mudah-mudahan keluarga putriku Clara Mariana Girsang dan Anja Novalianto bisa melayat, karena rumah mereka dekat ke Bogor.
Almarhum semasa hidupnya di Medan selalu menginspirasi dan suka membantu keluarga, dan teman berdiskusi tentang banyak hal. Otobiografinya pernah direncanakan kutulis sekitar 2011, tetapi karena sesuatu hal, tidak jadi dilanjutkan.
Sebuah buku tentang Memoarnya yang disusun Dr Hinca Panjaitan, masih tersimpan di rak buku saya di rumah. Buku ini berisi Pemikirannya tentang Pengelolaan Kawasan Pasca Tambang Batubara. Buku ini merupakan sari perjalanan kariernya bak gelombang hingga meraih gelar doktor dari Institut Pertanian Bogor, 2011.
Semuanya hanya tinggal kata-kata tertulis di atas kertas, dan bisa didiskusikan oleh kita yang masih hidup, oleh pembaca bukunya. Tidak ada lagi diskusi dengan Nurita, tidak ada lagi pertanyaan tentang apa yang dilihat, dirasakan serta pemaknaannya atas hidup yang mungkin belum pernah diungkapkannya. Perpustakaan hidup itu sudah terbakar dan tinggal jasadnya yang membeku, membisu seribu bahasa.
Almarhumah adalah putri pertama dari 5 bersaudara (2 laki-laki dan 3 perempuan) dan meninggalkan suami Marudut Marpaung, dan dua orang anak, Si sulung, Christian Maridest Marpaung (alumnus S2, FKom. UI) dan Marlin Agustina Marpaung, kini kuliah semester 5, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. . . .
Karena jarak kami cukup jauh, saya tidak bisa menghadiri upacara pemakamannya. Hanya bisa menyaksikannya lewat foto-foto yang diposting teman-teman di Facebook.
Selamat Jalan Boto Bidan Bungasinta br Purba dan adek kami Dr Ir Nurita Sinaga. Semoga kalian damai di sisiNya.
Dua wanita berjasa kepada keluargaku pergi untuk selamanya. Kami kehilangan dua orang wanita yang selama ini memberi perhatian dan kasih kepada keluarga kami.
Setiap terjadi peristiwa seperti ini, saya kembali merenungkan. Hanya beginikah hidup?. Apa upah kita hidup dari manusia?. Berapa orang yang mengingat saya dan mengucapkan duka, menangis. Orang mengingat kita tergantung dari besarnya kontribusi kita pada setiap orang. Ucapan duka, doa-doa yang dikirimkan, perhatian adalah nilai seseorang selama hidupnya.
Apakah upah kita dari Tuhan? Apakah Tuhan menghargai kesetiaan kita atas pengutusanNya kita ke dunia ini?
Perbuatan baik dan menginspirasi yang ditaburnya selama hidup, itulah kesan yang diingat orang lain sebagai nilai hidup paling berharga.
Orang yang sudah mati tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi bagaimana perasaan orang atas kebaikan, inspirasi itulah yang hidup dan dikenang sepanjang masa.
"People may not remember exactly what you did, or what you said, but they will always remember how you made them feel" (Anonym)
Medan, 30 Juli 2015
Berdoa dan Mencerahkan
Oleh: Jannerson Girsang
Menjelang Pilkada Bupati/Walikota serentak di tanah air, pemimpin agama itu hendaknya tidak ikut dukung mendukung calon Bupati atau Wakil Bupati.
Para pemimpin agama adalah pemimpin umat, dimana umatnya memiliki pilihan sendiri-sendiri, menurut nuraninya.
Umat sebenarnya tidak tega menyaksikan pemimpinnya dipanggang panas matahari, berdoa dan diphoto di media bersama calon tertentu, mencitrakan calon yang didukungnya.
Apalagi hanya mendukung seseorang dan tidak mendukung yang lain. Itu bukan pekerjaan mereka.
Pemimpin agama tidak sama dengan pemimpin politik. Mereka adalah perwakilan Tuhan untuk mengayomi umatnya.
Para pemimpin agama adalah orang-orang yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mendengar dari Tuhan dan menyampaikan pesan-Nya kepada umat-Nya.
Mereka tidak pernah memihak, kecuali memihak orang yang menderita atau tertindas. Tidak pernah disuruh Tuhan memihak orang :"berduit", apalagi calon Bupati/Wakil Bupati, karena mereka sudah cukup kuat membela dirinya sendiri.
Tidak ada memang UU yang melarang para pemimpin agama mendukung seseorang menjadi Cabup, Cawabub, tetapi nurani Anda mesti berbicara. Ingat, PNS aja dilarang mendukung para calon Bupati dan Wakil Bupati. Lihat tuh edaran Men PAN-RB.
Apalagi pemimpin agama yang punya umat yang beragam pilihan dan kepentingan. Pemimpin agama sebaiknya netral aja, sama dengan PNS. Biarkanlah umat beragam pilihan.
Sikap netral pemimpin agama adalah berdoa dan mencerahkan umatnya. Memberikan penjelasan kriteria seorang pemimpin yang baik, sehingga rakyatnya tau memilih pemimpin yang baik untuk semua umat manusia, bukan memimpin segolongan orang atau kelompok. Mereka bebas dari korupsi atau suap.
Pemimpin agama seharusnya membebaskan umatnya dari suap para calon.
Itu jauh lebih mulia dan membawa damai bagi umatnya. Khususnya nanti ketika muncul konflik diantara yang kalah dan menang.
Jangan justru sebaliknya. Dirinya yang kena suap, dan terpaksa membela si pemberi suap.. .
Kalau pemimpin agama sudah partisan, kemana lagi umat akan mengadu, kemana lagi mereka mencari perdamaian?
Umat sedih merasa ditinggal, kalau melihat pemimpinnya sampai mendukung seseorang, padahal umatnya memiliki pilihan lain.
Apa pula kata Tuhan, nanti kalau pilihan pemimpin agama kalah?
Dalam situasi negeri ini seperti ini, hanya pemimpin agamalah yang mampu berdiri di atas segala golongan, disamping PNS (TNI dan Polri klear sudah) jelas memang sudah dilarang.
Berilah teladan, pencerahan, dan berdirilah di atas umat. Jangan tergiur dengan rayuan apapun dari para calon.
Apalagi cuma karena janji calon,entah berapapun besarnya, Tuhan jauh lebih banyak memberikan berkat. Percayalah!.
Semoga tidak ada lagi pemimpin agama yang membuat statemen di koran atau media lain yang mendukung satu pasangan, agar umat tidak merasa bersalah dan tidak menambah konflik di kalangan umatnya.
Umat sangat menghormati pemimpin agamanya, tapi jangan gunakan kehormatan itu untuk mengatas namakan pilihan mereka.
Semoga yang bertelinga mendengar!
Medan, 29 Juli 2015
Menjelang Pilkada Bupati/Walikota serentak di tanah air, pemimpin agama itu hendaknya tidak ikut dukung mendukung calon Bupati atau Wakil Bupati.
Para pemimpin agama adalah pemimpin umat, dimana umatnya memiliki pilihan sendiri-sendiri, menurut nuraninya.
Umat sebenarnya tidak tega menyaksikan pemimpinnya dipanggang panas matahari, berdoa dan diphoto di media bersama calon tertentu, mencitrakan calon yang didukungnya.
Apalagi hanya mendukung seseorang dan tidak mendukung yang lain. Itu bukan pekerjaan mereka.
Pemimpin agama tidak sama dengan pemimpin politik. Mereka adalah perwakilan Tuhan untuk mengayomi umatnya.
Para pemimpin agama adalah orang-orang yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mendengar dari Tuhan dan menyampaikan pesan-Nya kepada umat-Nya.
Mereka tidak pernah memihak, kecuali memihak orang yang menderita atau tertindas. Tidak pernah disuruh Tuhan memihak orang :"berduit", apalagi calon Bupati/Wakil Bupati, karena mereka sudah cukup kuat membela dirinya sendiri.
Tidak ada memang UU yang melarang para pemimpin agama mendukung seseorang menjadi Cabup, Cawabub, tetapi nurani Anda mesti berbicara. Ingat, PNS aja dilarang mendukung para calon Bupati dan Wakil Bupati. Lihat tuh edaran Men PAN-RB.
Apalagi pemimpin agama yang punya umat yang beragam pilihan dan kepentingan. Pemimpin agama sebaiknya netral aja, sama dengan PNS. Biarkanlah umat beragam pilihan.
Sikap netral pemimpin agama adalah berdoa dan mencerahkan umatnya. Memberikan penjelasan kriteria seorang pemimpin yang baik, sehingga rakyatnya tau memilih pemimpin yang baik untuk semua umat manusia, bukan memimpin segolongan orang atau kelompok. Mereka bebas dari korupsi atau suap.
Pemimpin agama seharusnya membebaskan umatnya dari suap para calon.
Itu jauh lebih mulia dan membawa damai bagi umatnya. Khususnya nanti ketika muncul konflik diantara yang kalah dan menang.
Jangan justru sebaliknya. Dirinya yang kena suap, dan terpaksa membela si pemberi suap.. .
Kalau pemimpin agama sudah partisan, kemana lagi umat akan mengadu, kemana lagi mereka mencari perdamaian?
Umat sedih merasa ditinggal, kalau melihat pemimpinnya sampai mendukung seseorang, padahal umatnya memiliki pilihan lain.
Apa pula kata Tuhan, nanti kalau pilihan pemimpin agama kalah?
Dalam situasi negeri ini seperti ini, hanya pemimpin agamalah yang mampu berdiri di atas segala golongan, disamping PNS (TNI dan Polri klear sudah) jelas memang sudah dilarang.
Berilah teladan, pencerahan, dan berdirilah di atas umat. Jangan tergiur dengan rayuan apapun dari para calon.
Apalagi cuma karena janji calon,entah berapapun besarnya, Tuhan jauh lebih banyak memberikan berkat. Percayalah!.
Semoga tidak ada lagi pemimpin agama yang membuat statemen di koran atau media lain yang mendukung satu pasangan, agar umat tidak merasa bersalah dan tidak menambah konflik di kalangan umatnya.
Umat sangat menghormati pemimpin agamanya, tapi jangan gunakan kehormatan itu untuk mengatas namakan pilihan mereka.
Semoga yang bertelinga mendengar!
Medan, 29 Juli 2015
Mari Berenang, Jangan Hanya Tau Teori Berenang
Oleh: Jannerson GIrsang
“Knowledge is a treasure, but practice is the key to it.” (Lao Tsu)
Pengetahuan berenang penting. Tetapi masuk kolam renang adalah yang terpenting.
Belajar teori berenang, tanpa pernah masuk kolam renang, ibarat agen bus Terminal Siantar yang ngak pernah ke Medan, tetapi setiap hari mengajak orang ke Medan.
Ilmu tanpa terapan tidak akan berbuah apa-apa. Dia hanya sebuah "teriakan" di gurun pasir. Dia tidak berbuah. Apalagi hanya disimpan di kepala.
Meski ilmu sedikit, dia akan berbuah di lapangan, dia akan berguna bagi diri sendiri sebagai latihan dan pengalaman menerapkan ilmu itu menghasilkan sesuatu pengalaman baru dan menginspirasi orang lain.
Ketika saya mulai berenang di kolam renang, air masuk ke hidung, megap karena mau tenggelam. Ketika berenang di danau, saya pernah hampir hanyut.
Saya berterima kasih kepada seorang pemuda yang ahli berenang dan memiliki rasa belas kasihan. Dia menolong saya, menginspirasi saya dengan pengetahuannya berenang.
Akhirnya, saya berusaha agar tau berenang, dan tidak pernah tenggelam atau hanyut lagi.
Ilmu mencegah kebakaran hutan, hanya berada di otak, dan tidak pernah diterapkan dan dikembangkan. Kasus yang sama, kebakaran hutan terjadi setiap tahun, tanpa pernah bisa kita bisa mengatasinya dengan baik. Tidak ada perbaikan!
Hari ini asap, menyelimuti seluruh udara kota Medan, dan kota-kota lainnya di Sumatera.
Setiap tahun kita dihantui kebakaran hutan, karena tidak mau belajar mengatasinya.
Beda dengan saya. Saya tidak takut lagi masuk kolam renang, masuk danau, karena saya sudah tau berenang. Kapan kita tidak dihantui kebakaran hutan?
Tergantung kemauan kita belajar menerapkan ilmu mencegah kebakaran hutan.
Menerapkan pengetahuan, setidaknya memunculkan pengalaman baru, inspirasi baru, mungkin koreksi atas teori sebelumnya.
Satu hal penting!. Menerapkan pengetahuan, kita setidaknya akan kagum kepada mereka yang pertama menemukan pengetahuan itu.
Tanpa praktek, kita tidak akan memperolehnya. Kita akan mengatakan semuanya mudah, tanpa apresiasi atas usaha orang lain.
Kita anggap remeh kepada pengetahuan dan keahlian orang lain.
Sebaliknya, jika setiap orang mau menerapkan ilmu yang diperolehnya, maka dunia akan kaya dengan pengalaman, kaya dengan kemampuan saling menghargai satu dengan yang lain, kaya dengan hal-hal baru, kaya dengan diskusi yang berguna bagi umat manusia.
Mari berenang, jangan hanya baca buku teori berenang!.
Sama dengan menulis. Tidak cukup membaca teori menulis, tetapi harus menulis.
Medan, 29 Juli 2015.
“Knowledge is a treasure, but practice is the key to it.” (Lao Tsu)
Pengetahuan berenang penting. Tetapi masuk kolam renang adalah yang terpenting.
Belajar teori berenang, tanpa pernah masuk kolam renang, ibarat agen bus Terminal Siantar yang ngak pernah ke Medan, tetapi setiap hari mengajak orang ke Medan.
Ilmu tanpa terapan tidak akan berbuah apa-apa. Dia hanya sebuah "teriakan" di gurun pasir. Dia tidak berbuah. Apalagi hanya disimpan di kepala.
Meski ilmu sedikit, dia akan berbuah di lapangan, dia akan berguna bagi diri sendiri sebagai latihan dan pengalaman menerapkan ilmu itu menghasilkan sesuatu pengalaman baru dan menginspirasi orang lain.
Ketika saya mulai berenang di kolam renang, air masuk ke hidung, megap karena mau tenggelam. Ketika berenang di danau, saya pernah hampir hanyut.
Saya berterima kasih kepada seorang pemuda yang ahli berenang dan memiliki rasa belas kasihan. Dia menolong saya, menginspirasi saya dengan pengetahuannya berenang.
Akhirnya, saya berusaha agar tau berenang, dan tidak pernah tenggelam atau hanyut lagi.
Ilmu mencegah kebakaran hutan, hanya berada di otak, dan tidak pernah diterapkan dan dikembangkan. Kasus yang sama, kebakaran hutan terjadi setiap tahun, tanpa pernah bisa kita bisa mengatasinya dengan baik. Tidak ada perbaikan!
Hari ini asap, menyelimuti seluruh udara kota Medan, dan kota-kota lainnya di Sumatera.
Setiap tahun kita dihantui kebakaran hutan, karena tidak mau belajar mengatasinya.
Beda dengan saya. Saya tidak takut lagi masuk kolam renang, masuk danau, karena saya sudah tau berenang. Kapan kita tidak dihantui kebakaran hutan?
Tergantung kemauan kita belajar menerapkan ilmu mencegah kebakaran hutan.
Menerapkan pengetahuan, setidaknya memunculkan pengalaman baru, inspirasi baru, mungkin koreksi atas teori sebelumnya.
Satu hal penting!. Menerapkan pengetahuan, kita setidaknya akan kagum kepada mereka yang pertama menemukan pengetahuan itu.
Tanpa praktek, kita tidak akan memperolehnya. Kita akan mengatakan semuanya mudah, tanpa apresiasi atas usaha orang lain.
Kita anggap remeh kepada pengetahuan dan keahlian orang lain.
Sebaliknya, jika setiap orang mau menerapkan ilmu yang diperolehnya, maka dunia akan kaya dengan pengalaman, kaya dengan kemampuan saling menghargai satu dengan yang lain, kaya dengan hal-hal baru, kaya dengan diskusi yang berguna bagi umat manusia.
Mari berenang, jangan hanya baca buku teori berenang!.
Sama dengan menulis. Tidak cukup membaca teori menulis, tetapi harus menulis.
Medan, 29 Juli 2015.
Anda adalah Anda
Oleh: Jannerson Girsang
"It's just better to be yourself than to try to be some version of what you think the other person wants".(Matt Damon).
Gengsi, merubah diri Anda menjadi orang lain dan ujung-ujungnya Anda akan sengsara. Hidup ini panjang. Menjadi orang lain akan membuat sengsara, gelisah seumur hidup. Ibarat Padi berbuah jagung!
Padahal, biaya gengsi itu cukup mahal. Menjadi diri orang lain pada akhirnya membuat Anda stress, dan tidak mampu berfikir jernih.
Orang lain baju baru, Anda ingin baju baru yang lebih modis. Orang lain pakai mobil baru, Anda ingin mobil baru, yang lebih keren.
Orang lain tamasya ke luar negeri Anda ingin tamasya ke luar negeri. OC Kaligis punya 10 istri Anda juga ingin punya 10 istri..
Orang lain ingin dekat dengan pejabat, Anda ikut-ikutan, walau sakit menahan leher, merubah sikap: menunduk waktu menghadap.
Anda memenuhi keinginan Anda dengan memenuhi keinginan pejabat itu, walau terpaksa. Walau menelantarkan istri dan anak-anak Anda!.
Saat itu Anda hidup dengan diri orang lain.
Gengsi, supaya dikenal dekat dengan pejabat itu. Anda tidak pernah suka cita! Istri Anda pasti pernah bilang: Tumagon mulak pogos!
Kalau dia jatuh, Anda juga ikut jatuh!. Pejabat juga sama tokh. Punya waktu, dan kemampuan. Anda hidup menjadi orang lain!
Pekerjaan berat kita di dunia ini adalah menjadi diri sendiri. Sama seperti mencocokkan badan dengan pakaian.
Kalau pakaian kita berukuran L, maka jangan pakai pakaian yang berukuran XL, akan kebesaran. Anda tampak jelek sekali, walau Anda merasa hebat .
Ada banyak orang turun dari sedan Alphard, tapi terlihat kampungan, bicaranya seperti preman, kepalanya ditegak-tegakkan!.
Duduk di belakang tersinggung! "Saya kan anak buahnya gubernur?". Bah anak buahnya gubernur aja sombong!
Menjadi diri orang lain, sangat memalukan dan capek! Ibarat padi berbuah jagung, meski tidak ada angin, rasanya mau roboh. Tidak nyaman dengan segala lingkungan. Tidak punya banyak teman sejati, hanya teman memenuhi "keinginan"
Sebaliknya. Anda akan terlihat elegan, kalau ukuran bajunya pas!
Orang senang melihat Anda, karena Anda luwes dan semua milik Anda menjadi bermanfaat bagi orang lain. Cara bicara, penampilan, tingkah laku Anda, menjadi teladan.
Kita memang harus berubah, menjadi lebih baik, lebih maju, bersama lingkungan kita. Tapi, kita berubah, bukan karena dirubah lingkungan, orang lain. Di sanalah identitas kita.
Penuhilah apa yang Anda butuhkan untuk berubah, supaya bisa merubah lingkungan, bukan apa yang Anda inginkan karena pengaruh orang lain, pengaruh lingkungan.
Mahatma Gandhi, tidak dicela orang karena kebutuhannya sedikit. Malah dia menjadi icon dengan pakaian sederhananya, hidup sederhana. Dunia menghormati orang yang hidup dengan dirinya sendiri.
Hidup ini adalah memenuhi kebutuhan, bukan memenuhi keinginan.
"Berikanlah kami makanan kami yang secukupnya, berarti cukuplah memenuhi kebutuhan".
Sebab, keinginan itu tidak ada batasnya. Semua yang Anda peroleh kalau digunakan untuk memenuhi keinginan maka tidak akan pernah cukup, tidak akan pernah bersyukur.
Berapapun pendapatan Anda, kalau istri 15 dan anak 30, dan seluruh keinginannya dipenuhi maka tidak akan ada batas cukupnya.
Berapapun besar gaji Anda, pendapatan Anda, kalau Anda tergiur dengan keinginan dunia ini, maka Anda tidak akan pernah merasa cukup
Menghindari korupsi, matikan gengsi, keinginan!. Hiduplah memenuhi kebutuhan Anda yang cukup untuk berbuat baik kepada orang lain. Itu tidak banyak.
Mengikuti zaman adalah membuat kita suka cita dalam segala zaman, bukan memenuhi semua keinginan zaman.
28 Juli 2015
"It's just better to be yourself than to try to be some version of what you think the other person wants".(Matt Damon).
Gengsi, merubah diri Anda menjadi orang lain dan ujung-ujungnya Anda akan sengsara. Hidup ini panjang. Menjadi orang lain akan membuat sengsara, gelisah seumur hidup. Ibarat Padi berbuah jagung!
Padahal, biaya gengsi itu cukup mahal. Menjadi diri orang lain pada akhirnya membuat Anda stress, dan tidak mampu berfikir jernih.
Orang lain baju baru, Anda ingin baju baru yang lebih modis. Orang lain pakai mobil baru, Anda ingin mobil baru, yang lebih keren.
Orang lain tamasya ke luar negeri Anda ingin tamasya ke luar negeri. OC Kaligis punya 10 istri Anda juga ingin punya 10 istri..
Orang lain ingin dekat dengan pejabat, Anda ikut-ikutan, walau sakit menahan leher, merubah sikap: menunduk waktu menghadap.
Anda memenuhi keinginan Anda dengan memenuhi keinginan pejabat itu, walau terpaksa. Walau menelantarkan istri dan anak-anak Anda!.
Saat itu Anda hidup dengan diri orang lain.
Gengsi, supaya dikenal dekat dengan pejabat itu. Anda tidak pernah suka cita! Istri Anda pasti pernah bilang: Tumagon mulak pogos!
Kalau dia jatuh, Anda juga ikut jatuh!. Pejabat juga sama tokh. Punya waktu, dan kemampuan. Anda hidup menjadi orang lain!
Pekerjaan berat kita di dunia ini adalah menjadi diri sendiri. Sama seperti mencocokkan badan dengan pakaian.
Kalau pakaian kita berukuran L, maka jangan pakai pakaian yang berukuran XL, akan kebesaran. Anda tampak jelek sekali, walau Anda merasa hebat .
Ada banyak orang turun dari sedan Alphard, tapi terlihat kampungan, bicaranya seperti preman, kepalanya ditegak-tegakkan!.
Duduk di belakang tersinggung! "Saya kan anak buahnya gubernur?". Bah anak buahnya gubernur aja sombong!
Menjadi diri orang lain, sangat memalukan dan capek! Ibarat padi berbuah jagung, meski tidak ada angin, rasanya mau roboh. Tidak nyaman dengan segala lingkungan. Tidak punya banyak teman sejati, hanya teman memenuhi "keinginan"
Sebaliknya. Anda akan terlihat elegan, kalau ukuran bajunya pas!
Orang senang melihat Anda, karena Anda luwes dan semua milik Anda menjadi bermanfaat bagi orang lain. Cara bicara, penampilan, tingkah laku Anda, menjadi teladan.
Kita memang harus berubah, menjadi lebih baik, lebih maju, bersama lingkungan kita. Tapi, kita berubah, bukan karena dirubah lingkungan, orang lain. Di sanalah identitas kita.
Penuhilah apa yang Anda butuhkan untuk berubah, supaya bisa merubah lingkungan, bukan apa yang Anda inginkan karena pengaruh orang lain, pengaruh lingkungan.
Mahatma Gandhi, tidak dicela orang karena kebutuhannya sedikit. Malah dia menjadi icon dengan pakaian sederhananya, hidup sederhana. Dunia menghormati orang yang hidup dengan dirinya sendiri.
Hidup ini adalah memenuhi kebutuhan, bukan memenuhi keinginan.
"Berikanlah kami makanan kami yang secukupnya, berarti cukuplah memenuhi kebutuhan".
Sebab, keinginan itu tidak ada batasnya. Semua yang Anda peroleh kalau digunakan untuk memenuhi keinginan maka tidak akan pernah cukup, tidak akan pernah bersyukur.
Berapapun pendapatan Anda, kalau istri 15 dan anak 30, dan seluruh keinginannya dipenuhi maka tidak akan ada batas cukupnya.
Berapapun besar gaji Anda, pendapatan Anda, kalau Anda tergiur dengan keinginan dunia ini, maka Anda tidak akan pernah merasa cukup
Menghindari korupsi, matikan gengsi, keinginan!. Hiduplah memenuhi kebutuhan Anda yang cukup untuk berbuat baik kepada orang lain. Itu tidak banyak.
Mengikuti zaman adalah membuat kita suka cita dalam segala zaman, bukan memenuhi semua keinginan zaman.
28 Juli 2015
Jadilah Berkat Bagi Dunia
Oleh:Jannerson Girsang
Media sosial begitu merajai manusia dewasa ini. Internet telah mendarah daging bagi banyak penduduk dunia.
Bangun pagi, sebagian menjadikan update status mendahului acara doa mereka.
Perkembangan ini bagus bagi dunia, karena merupakan kesempatan bagi setiap orang mengungkapkan hal-hal baik, menyumbangkan berita yang benar, menginspirasi dan menguatkan yang lain.
Setiap orang sekarang bisa dan bebas berbicara kepada dunia!.
Masalahnya, kalau pengguna media sosial hanya mengungkapkan diri sendiri, sesuatu yang menumbuhkan rasa ego pribadi, maka sesungguhnya tidak banyak perubahan yang bisa diharapkan dari kemajuan teknologi media ini.
Setiap pengguna FB perlu memperhatikan etika dan sopan santun pemberitaan, penulisan. Rasa cemas, ketakutan, benci, akan muncul, ketika kata-kata yang disusun dalam update status berupa saling menyalahkan, intimidasi, pembunuhan karakter.
Media sosial, termasuk FB bukan hanya layak dibaca orang tertentu, tetapi bisa dinikmati semua orang berbeda suku, agama, atau status sosial.
Ingat, teman-teman kita di FB bukan berasal dari satu golongan saja. Menjadi berkat bagi dunia adalah mengutarakan hal-hal baik yang bisa menjadi pelajaran bagi yang lain.
Olahlah sesuatu yang Anda dengar, lihat/baca/tonton menjadi sesuatu yang memberi pelajaran, menumbuhkan semangat, tidak menyakiti, menyinggung keyakinan yang lain.
Seorang pengamat media mengungkapkan sebaiknya media sosial seperti FB tidak memposting keluhan, kehebatan diri pribadi, kehebatan keyakinan pribadi, mencaci maki yang lain, merendahkan keyakinan orang lain.
Sebaliknya, meski status Anda hanya mengungkap kata-kata sederhana, tidak mengundang sensasi menghingar bingar, atau sesuatu yang wah, namun kalau mampu memberitakan sesuatu yang baru, benar terjadi, serta akan memberi inspirasi, mengundang orang untuk bertindak lebih baik.
"Mulutmu harimaumu, yang merekah kepalamu," demikian kata pepatah. Kata-kata itu ibarat pedang bermata dua. Bisa menginspirasi, tetapi bisa sebaliknya. .
Jadilah berkat bagi dunia dengan memposting hal-hal yang membuat orang lain terinspirasi, bersemangat, mendapat pembelajaran.
Terima kasih buat teman-teman yang tanpa lelah setiap hari melalui FB ini, mampu membaharui pikiran, memberi semangat.
Status-status Anda banyak memberi informasi baru, memberi pelajaran, membangkitkan semangat saya menulis sesuatu.
Saya, kita semua membutuhkan kata-kata yang menyegarkan. Tak seorangpun senang menerima kata-kata pedas,menyakitkan apalagi pelecehan..
"Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka. Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berkata-kata kepadamu, berucaplah demikian kepada mereka".
Selamat Pagi dan selamat beraktivitas!
Medan, 27 Juli 2015.
Media sosial begitu merajai manusia dewasa ini. Internet telah mendarah daging bagi banyak penduduk dunia.
Bangun pagi, sebagian menjadikan update status mendahului acara doa mereka.
Perkembangan ini bagus bagi dunia, karena merupakan kesempatan bagi setiap orang mengungkapkan hal-hal baik, menyumbangkan berita yang benar, menginspirasi dan menguatkan yang lain.
Setiap orang sekarang bisa dan bebas berbicara kepada dunia!.
Masalahnya, kalau pengguna media sosial hanya mengungkapkan diri sendiri, sesuatu yang menumbuhkan rasa ego pribadi, maka sesungguhnya tidak banyak perubahan yang bisa diharapkan dari kemajuan teknologi media ini.
Setiap pengguna FB perlu memperhatikan etika dan sopan santun pemberitaan, penulisan. Rasa cemas, ketakutan, benci, akan muncul, ketika kata-kata yang disusun dalam update status berupa saling menyalahkan, intimidasi, pembunuhan karakter.
Media sosial, termasuk FB bukan hanya layak dibaca orang tertentu, tetapi bisa dinikmati semua orang berbeda suku, agama, atau status sosial.
Ingat, teman-teman kita di FB bukan berasal dari satu golongan saja. Menjadi berkat bagi dunia adalah mengutarakan hal-hal baik yang bisa menjadi pelajaran bagi yang lain.
Olahlah sesuatu yang Anda dengar, lihat/baca/tonton menjadi sesuatu yang memberi pelajaran, menumbuhkan semangat, tidak menyakiti, menyinggung keyakinan yang lain.
Seorang pengamat media mengungkapkan sebaiknya media sosial seperti FB tidak memposting keluhan, kehebatan diri pribadi, kehebatan keyakinan pribadi, mencaci maki yang lain, merendahkan keyakinan orang lain.
Sebaliknya, meski status Anda hanya mengungkap kata-kata sederhana, tidak mengundang sensasi menghingar bingar, atau sesuatu yang wah, namun kalau mampu memberitakan sesuatu yang baru, benar terjadi, serta akan memberi inspirasi, mengundang orang untuk bertindak lebih baik.
"Mulutmu harimaumu, yang merekah kepalamu," demikian kata pepatah. Kata-kata itu ibarat pedang bermata dua. Bisa menginspirasi, tetapi bisa sebaliknya. .
Jadilah berkat bagi dunia dengan memposting hal-hal yang membuat orang lain terinspirasi, bersemangat, mendapat pembelajaran.
Terima kasih buat teman-teman yang tanpa lelah setiap hari melalui FB ini, mampu membaharui pikiran, memberi semangat.
Status-status Anda banyak memberi informasi baru, memberi pelajaran, membangkitkan semangat saya menulis sesuatu.
Saya, kita semua membutuhkan kata-kata yang menyegarkan. Tak seorangpun senang menerima kata-kata pedas,menyakitkan apalagi pelecehan..
"Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka. Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berkata-kata kepadamu, berucaplah demikian kepada mereka".
Selamat Pagi dan selamat beraktivitas!
Medan, 27 Juli 2015.
Langganan:
Postingan (Atom)