Pernahkah anda terhipnotis oleh novel dan melupakan semua persoalan Anda?.
Saya bersyukur karena novel Raumanen bisa menjadikan pikiran saya jernih kembali dan menumbuhkan semangat belajar, keluar dari pikiran yang gundah dan sulit belajar. Sebagaimana anda tau, di awal 1980-an saya kuliah di Institut Pertanian Bogor yang menerapkan sistem SKS yang ketat. Anda menghadapi masalah, maka risikonya nilai jatuh dan bisa drop out. Kisahnya yang tidak dapat saya lupakan seumur hidup.
Awalnya, saya jalan-jalan ke sebuah toko Buku di perempatan depan kampus IPB menyeberang Jalan Pajajaran, Bogor. Di sana saya menemukan Novel Raumanen. Karena harganya tidak begitu mahal, dan bukunya tidak begitu tebal, maka saya pikir cocok sebagai bacaan selingan untuk mengusir pikiran yang tidak bisa berkonsentrasi belajar. .
Kata seorang teman, membaca novel adalah latihan memusatkan perhatian kita belajar pengetahuan. Dengan membaca novel kita dilatih untuk berminat memahami sesuatu secara utuh. Ada benarnya!. Bahkan bagi saya pendapat itu seratus persen betul. Membaca Raumanen meluputkan saya dari pikiran yang kacau ketika itu. .
Hari itu adalah hari Sabtu. Jadi tidak ada perkuliahan. Sesampai di rumah, aku rebah di atas tempat tidur besi. Saya membaca novel itu sejak pagi hingga sore hari. Hanya istrahat untuk menerima tamu yang tak terjadwal, makan atau membersihkan kamar.
Saya tidak menghiraukan apapun di sekitarku. Bahkan bau kandang kambing yang selama ini mengganggu, tak berbau lagi. Saya terhipnotis. Lupa membaca buku lain, lupa PR, lupa kerumitan hidup. Novel itu berkisah seolah-olah terjadi di dunia nyata. Saya ditarik ke dalam alur pikiran atau ”ilusinya” Marianne Katoppo.
Mataku hanya tertuju pada kronologis cerita. Menghipnotis saya mengikuti alur cerita dari bab ke bab, mengundang emosi dan ingin melanjutkan membaca terus. Bahkan saya lupa membalik pendahuluan dan kisah akhir novel itu.
Novel itu berkisah tentang percintaan antara seorang gadis Manado dan Batak. Dekat sekali dengan latar belakang suku saya dan suku Manado merupakan lingkungan pergaulan di Bogor. Saat itu teman satu kos adalah mahasiswa asal Makassar. Jadi kisah pulau Celebes itu dekat denganku. .
Kisah percintaan Raumanen si gadis Manado berusia 18 tahun dengan Monang, laki-laki (Batak) seorang insinyur muda begitu memukau. Raumanen patah hati dan akhirnya bunuh diri. Saya sangat sedih melihat nasib Raumanen yang cantik. Dia harus bunuh diri, setelah melalui pergulatan panjang. Kenapa harus bunuh diri?
Hingga di akhir cerita, saya kaget!. Ternyata Raumanen—tokoh utama dalam novel itu, bercerita dari liang kubur, dan sudah lama meninggal.
Begitu melekatnya isi buku Raumanen, sama seperti mengingat khasnya bau kandang kambing di samping kamar kos. Mengingat Raumanen, saya teringat kepada kabaikan dan keramahan induk semang saya di Bogor, pak Maman. Pemilik rumah kos yang baik, keluarga tanpa anak yang rajin sembahyang, rukun dan suka memberi.
Novel Raumanen tidak terlalu tebal. Kalau tidak salah, paling 100 halaman lebih sedikit. Tapi novel itu benar-benar mengesankan sebagai sebuah pengalaman membaca yang mengasyikkan.
Sampai sekarang, kisah Novel Raumanen seperti baru saja saya baca seminggu yang lalu, padahal, itu sudah berlangsung lebih dari tigapuluh tahun.
Novel itu ditulis Mariane Katoppo, seorang penulis dan teolog, lulusan, STT, Jakarta (1977) dan Institut Oecumenique Bossey, Swiss (1979). Sebelumnya membaca novelnya, saya sudah membaca tulisan-tulisan Marianne Katoppo di Sinar Harapan. Walaupun saya sudah lupa isi artikel-artikelnya. Saya kagum atas wanita hebat itu, seperti saya juga mengagumi penulis Anne Bertha Simamora (Suara Pembaruan) dan Threes Nio (Wartawati Kompas).
Buat anda tau Novel Raumanen memenangkan sayembara penulisan novel Dewan Kesenian Jakarta, 1975, lalu memperoleh hadiah Yayasan Buku Utama, 1977. Dan melalui novel itu pula, Marianne memenangkan SEA Write, hadiah sastra untuk sastrawan Asia Tenggara yang panitianya berpusat di Bangkok.
Mochtar Lubis, seperti dikutip Tempo, ''Penghargaan itu pantas dan tepat. Saya gembira, karena Marianne wanita Indonesia pertama, bahkan wanita ASEAN pertama, yang memenangkan hadiah tersebut.''
Membaca Novel memang sebuah pegalaman yang tak pernah terlupakan dan selalu mengundang inspirasi baru. Seperti kreatifnya penulis novel itu sendiri. .
Untuk lebih memudahkan anda memahami novel era 1970-an ini, bisa mendapatkan Sinopsisnya di : http://goesprih.blogspot.com/2008/02/sinopsis-raumanen-marianne-katoppo.html.