"People concerned about inflation today tend to buy big houses and nice cars".(Robert Kiyosaki)
Ribut, mengeluh karena inflasi, tapi orang-orang pada beli mobil baru, rumah baru. Kontradiksi. Mengeluh beras naik, tapi tak mau peduli pengeluarannya ratusan ribu per malam di diskotik.
Inflasi akan terasa kalau kita banyak melakukan transaksi pembelian. Makin sedikit transaksi pembelian, maka inflasi makin tidak terasa.
Silakan identifikasi apakah transaksi pembelian yang dilakukan memang benar-benar penting, berguna.
Berapa persen pengeluaran Anda untuk sembako (paling banyak terkena dampak inflasi dan paling sering kita melakukan transaksi), kesanalah prioritas. Lantas, perhatikan transaksi pengeluaran lain yang sebenarnya tak berdampak banyak bagi perbaikan kehidupan.
Membeli kue, minuman yang berlebihan saat Natal, membeli baju baru, membeli mobil baru, pergi ke diskotik, pergi ke tempat hiburan yang tidak perlu, mencari hiburan dengan biaya mahal, rapat-rapat di hotel dll perlu dihindari.
Bensin naik?.
Kalau biasa Anda naik mobil, naik sepeda motor mungkin pilihan yang tepat. Tidak macet.
Bepergian jauh, dengan bus malam ke Pekanbaru cuma Rp 200 ribu, dan bisa tidur nyenyak satu malam. Dari pada Anda naik mobil pribadi yang menghabiskan jutaan dan badan lebih capek. Kadang hanya mempertahankan "gengsi"
Dari rumah saya ke Kuala Namu, bisa naik taksi Rp 150-200 ribu, naik ALS dari Simpang Pos Rp 20.000, naik kereta api dari Lapangan Merdeka Rp 80.000.
Dulu, ketika dollar naik dari Rp 2.500 menjadi Rp 17.000, kita bisa atasi kok. Hidup ini hanya soal pilihan.
Ketika suasana sesulit apapun, kita hanya dihadapkan pada pilihan. Hadapi inflasi dengan kehidupan yang makin bijak.
Kadang mengeluh, meributkan harga beras Rp 100 ribu per karung yang naik menjadi Rp 120.000. Tapi tak pernah berfikir menghentikan pengeluaran Rp 300 ribu per malam di diskotik.
Medan, 10 Desember 2014