My 500 Words

Selasa, 10 Maret 2015

Pembiaran Berujung Buah Simalakama


Oleh: Jannerson Girsang

"In countries with a properly functioning legal system, the mob continues to exist, but it is rarely called upon to mete out capital punishment. The right to take human life belongs to the state. Not so in societies where weak courts and poor law enforcement are combined with intractable structural injustices" (Teju Cole)

Di negeri ini pemerintah dihadapkan pada banyak persoalan pelik, bak makan buah simalakama. Tidak dimakan mati ibu, dimakan mati ayah. Itulah sebuah akibat dari pembiaran, tidak melakukan penegakan hukum.

Setelah bertahun-tahun aman dari pembongkaran, kini masyarakat yang berinvestasi karamba di Waduk Jati luhur, harus menanggung kerugian besar.

Menurut siaran Metro TV tadi malam, meski para pemiliknya banyak disokong "orang-orang kuat", Pemda Purwakarta membongkar paksa karamba di Waduk Jatiluhur. Kapasitas yang diperbolehkan hanya 4000 karamba, kini waduk tersebut diisi kira-kira 26 ribu karamba.

Pembongkaran melibatkan TNI, Polri dan Satpol PP. Tapi jangan salah, pembongkaran ini menimbulkan biaya yang ditanggung pemerintah dan rakyat yang cukup mahal.

Pembongkaran ini mengakibatkan investasi masyarakat hangus, sia-sia dalam jumlah yang cukup besar! Satu karamba dilaporkan bernilai sekitar Rp 7 juta. Pemerintah harus membongkar sekitar 20 ribuan karamba.

Di sisi lain, pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia akan menanggung biaya pembongkarannya dari pajak, serta menanggung rusaknya kualitas air waduk Jati luhur yang mengancam kerusakan, mengganggu fungsi waduk yang bernilai triliunan rupiah itu.

Ibarat makan buah simalakama memang. Tidak dibongkar merusak waduk, dibongkar mengakibatkan kerugian besar harus ditanggung masyarakat.

Karamba Waduk Jatiluhur, hanyalah satu contoh pembiaran yang dilakukan "penguasa" atas pelanggaran hukum yang dilakukan rakyatnya sendiri.

Mari kita jadikan pelajaran. Jangan membiarkan masyarakat melakukan pelanggaran hukum, hingga merasa kebal hukum dan merasa benar.

Kalau Pemda serius, karamba bisa kok dibongkar, setelah yakin dan mensosialisasikan tindakannya dengan perhitungan untung-rugi yang akurat, dan mempertimbangkan rasa keadilan!

Soal tindakannya benar, mari kita bertanya kepada rumput yang bergoyang. Kalau benar-benar membela kepentingan yang lebih besar, membahagiakan lebih banyak orang, maka benarlah tindakan itu.

Medan, 3 Maret 2015

Jangan Lihat Aksinya, Amati Kebiasaannya

Oleh: Jannerson Girsang

Saya dan Anda pasti sering kecewa menilai seseorang.

Kita kadang lupa, "Quality is not an act, it is a habit" (Aristoteles), Kualitas bukanlah sebuah aksi, tetapi sebuah kebiasaan.

Tak jarang kita tanpa sadar kaget dan mengatakan: "Kok?....".

Melihat kualitas seseorang tidak bisa hanya saat kampanye, tetapi juga dilihat dalam kesehariannya, kebiasaannya, perbuatannya yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama.

Seringkali seseorang dinilai mencintai rakyat miskin, tapi kebiasaannya main golf 4 jam sehari, ke kafe lima kali seminggu, pagi mengurus perusahaan, pesta-pesta, sore latihan dansa.

Hanya karena saat kampanye sekali berfoto memotong padi dengan petani yang pakaiannya compang camping, dan dipublikasi besar-besar di koran dan televisi, atau satu kali dia memberikan uang Rp 100 ribu di panggung, dibilang dermawan, pemilihnya bilang:

"Wah memang dia mencintai rakyat miskin, dan seorang yang dermawan!".

Hingga pada saat kampanye jutaan rakyat Indonesia, jadi buta menilai seseorang. Namanya buta, apalagi hatinya turut buta, yah tidak bisa lagi melihat dan berfikir logis. .

Sayangnya, kebanyakan pemilih tidak sempat memantau kebiasaan seorang tokoh yang dipilihnya.

Luangkan waktu dan jangan hanya melihat penampilan sesaat, penampilan yang sudah dipoles sedemikian rupa, seolah mencerminkan kualitas yang baik.

Jangan sampai terjebak, membenci secara membabi buta, atau sebaliknya mencintai, mengidolakan seseorang secara membabi buta juga. "Kenapa kamu membenci dia?". "Nggak tau, benci aja". Gila!

Kebutaan saya dan Anda dimanfaatkan seorang "opportunis". Jadi coba dengar keliling. jangan ikut pikirannya, tak perlu terburu buru menilai seseorang.

Banyak anak muda memilih pasangannya, hanya memperhatikan aksi, bukan kebiasaan pasangannya.

Zaskia Gotik--si goyang itik menilai mantan pacarnya Vicky Prasetyo, hanya melihat aksinya sebagi orang "keren". Padahal? Lihat aja di TV.

Banyak artis keren lainnya, gagal menilai pasangannya. Akhirnya..hanya bisa berkata: "Tak kusangka dan tak kuduga". Cerai, pisah atau menahan diri hidup menderita.

Ungkapan Aristoteles di atas mirip dengan lagu Simalungun yang syairnya seperti ini. "Ulang itonggor rupa, parlahou do sitonggoron". "Jangan hanya lihat penampilan luar (Wajah), lihatlah perangainya".

Artinya, jangan buru-buru menilai seseorang!

Medan, 2 Maret 2015

Sombong=Nol=Nulifier, Rendah Hati=Amplifier


Oleh: Jannerson Girsang

Mencermati status Guru Etos hari ini yang berbicara tentang "sombong" dan "rendah hati", saya sedikit tergugah! "Sombong=nol=nulifier. Sebaliknya, rendah Hati=Amplifier, siapapun yang menyertainya akan naik kelas".

Dampaknya ketika kita sombong dan dampaknya akibat kerendahan hati. Dua-duanya kita pernah lakon
Memang, kesombongan banyak mengeluarkan kata-kata menyakitkan, selalu berusaha merendahkan yang lain, Nggak nyaman pasti mendengarnya.

"Saya Tak Perlu Dokter Indonesia!", kata Si Sombong.

"Saya tidak memerlukan kamu," kata si Sombong

"Kalau saya tidak ada, maka kamu tidak ada apa-apanya," kata si Sombong

"Saya kan sudah pernah jadi ini, jadi itu. Kamu itu tak ada apa-apanyalah," kata si Sombong

"Sayalah satu-satunya yang memikirkan dan bekerja keras membangun gedung kita ini," kata si Sombong.

"Kamu tidak tau kalau aku ini orang hebat. Aku punya jabatan dimana-mana. Saya juga anak turunan orang kaya. Kamu ini apa?," kata si Sombong

Lambat atau cepat, melihat orang seperti ini, orang-orang pada lari semua! Dia menjadi nol.

Tapi ada juga yang senang dengan kesombongan. Di sekelilingnya tinggal orang-orang sombong yang sejenis.
Ada yang mau karena dibayar dengan "uang", materi, atau mau menjual harga dirinya supaya dia bisa ikut sombong--membentuk kelompok orang-orang sombong, walau menderita.

Orang sombong cenderung mengisap dan mengisap terus mempertahankan kesombongannya dengan merugikan orang lain. Ya materi, ya kehormatan.

Tak ada dampak baik bagi sekelilingnya, selain mengelompokkan orang menjadi eksklusif, membuat suasana kacau dengan sekeliling.

Sombong memang tidak bisa bergabung dengan rendah hati, ibarat air dengan minyak.

Bertindak hanya pura-pura! Jumlah uang perolehannya, dan pengetahuan yang dimilikinya tak sebanding dengan sumbangan materi atau pembelajaran yang diberikannya kepada orang lain. Tak peduli orang lain, apalagi orang banyak.

Pemberian hanya berupa "sisa-sisa" dengan pamrih "kehormatan besar" Parahnya semua harus diimbal balik dengan "kehormatan". Dia akan ngambek dan akan menghentikan aksi atau "bantuan"nya kalau tidak dapat pujian.

Dalam kehidupan nyata tidak jarang terlihat orang-orang seperti ini dan seringkali tampak seolah jadi pemenang dimana-mana.

Tapi, ingat apapun yang menyertai kesombongan akan berakhir dengan nol, seperti disebut Guru Etos pagi ini.

Mario Teguh juga berkata: "Kita hanya tidak sabar menunggu ujung kisah si sombong. Tidak pernah orang sombong menjadi pemenang"

Sebaliknya orang yang rendah hati akan berkata:

"Tuhanlah yang menjadikan semuanya ini. Saya memiliki kewajiban membagikannya kepada Anda, dan kepada yang lain. Semuanya ini berasal dari padaNya. Tanpa Dia, saya tidak ada apa-apa. Tanpa Anda semua saya juga tidak apa-apa," ujar si Rendah Hati.

Dimana dia berada, orang akan berkumpul melakukan hal yang membuat lingkungan--kepentingan bersama menjadi lebih baik. Apa yang dikatakannya menjadi pedoman--dipatuhi dan dilaksanakan orang dengan suka cita.

Dia berbicara, melaksanakan apa yang dikatakannya, dan memaknai hasil kerjanya sebagai anugerah Tuhan yang pantas dinikmati orang lain juga.

Orang yang rendah hati akan membuat sekelilingnya naik kelas, maju bersama!

Orang kaya yang rendah hati akan membuat banyak orang kaya, atau paling tidak merasa kaya. Orang pintar yang rendah hati akan membuat orang lebih banyak pintar, atau setidaknya tidak merasa bodoh

Orang miskin yang rendah hati dilukiskan dalam kisah janda miskin di Perjanjian Baru. Janda yang hanya mampu memberikan dua keping uang. Tapi itulah seluruh miliknya. Dialah yang terbesar, orang yang rendah hati.

Yesus tidak terkesan oleh pemberian yang banyak dari orang kaya, yang memberi ”dari kelebihan mereka”, tetapi oleh sumbangan kecil janda miskin itu. Apa yang ia lakukan menyentuh hati Yesus karena ’dari kekurangannya janda itu menjatuhkan semua sarana penghidupan yang dimilikinya’. (Lukas 21:4)

Tetapi kadang mereka-mereka tertutup oleh "kisah sukses sementara" si Sombong.

Ingatlah kata Mario Teguh: " "Kita hanya tidak sabar menunggu ujung kisah si sombong. Tidak pernah orang sombong menjadi pemenang"

Kedua sifat itu dimiliki setiap manusia dan semua sudah pernah melakoni keduanya. Saya juga termasuk.
Sama seperti peringatan merokok di bungkus rokok. "Merokok bisa mengakibatkan kanker dst......".

Membacanya mudah. Mengertinya juga mudah, tapi tetap saja banyak orang yang merokok.
Tidak ada orang yang benar-benar dan terus menerus rendah hati, dan benar-benar dan terus menerus sombong.

Pilih, mana lebih baik. Sombong atau Rendah Hati? Kita diutus sang Pencipta lahir ke dunia adalah berusaha setiap hari meminimalkan "kesombongan" dan mengejar "kerendahan hati".

Terima kasih atas inspirasinya hari ini Guru Etos Jansen Sinamo.

Sabtu, 28 Februari 2015

Selamat Gagal: Orang Hebat, Bukan Tak Pernah Gagal

Oleh: Jannerson Girsang

Jatuh dan bangun. Itulah hidup. Orang yang jatuh, dan terus terpuruk, dan mencari kambing hitam, menyalahkan orang lain, sebenarnya hanya mendatangnkan masalah baru.

"Our greatest glory is not in never falling, but in rising every time we fall" (Confusious). "Kehebatan kita bukanlah karena kita tidak pernah jatuh atau gagal, tetapi terletak pada kebangkitan kita setiap kali kita jatuh".

Jadi jangan menyesali diri di saat jatuh, tetapi bersyukurlah karena pernah gagal, belajarlah dari kejatuhan itu walau sakit. Bangkitlah!.

Dari pengalaman mereka yang sukses sekarang, selalu ada kisah tentang pengalaman gagal, bahkan hingga ke titik nadir terendah.

Orang yang tidak pernah gagal, tidak mungkin sukses!. Sebab sukses harus ditopang oleh pengalaman gagal, dan menjadi ujian bagi setiap orang.

Kegagalan adalah sebuah proses pendewasaan, penguatan diri, sehingga mampu menopang sukses berikutnya di kemudian hari.

Orang besar, rajin belajar dari kesalahan dan kegagalannya. Di dalam diri mereka terkandung keyakinan bahwa setiap kegagalan menumbuhkan kekuatan dan semangat baru, menghasilkan sesuatu yang baru, bahkan tak terbayangkan sebelumnya.


Hindari kegagalan Anda dengan menyalahkan orang lain, karena sikap itu tidak akan pernah membuat Anda kuat!

Kita gagal karena kita sendiri, bukan orang lain.

Hari ini Anda gagal?. SELAMAT GAGAL. Jangan sedih atau frustrasi, apalagi menyalahkan, mendiskreditkan orang lain. Dosa lho!

Rubahlah cara pandang! Sukses atau gagal ada di dalam pikiran.

"The world we see that seems so insane is the result of a belief system that is not working. To perceive the world differently, we must be willing to change our belief system, let the past slip away, expand our sense of now, and dissolve the fear in our minds" (William James)

Cepatlah bangkit! Besok matahari masih terbit. Peluang memperbaiki diri masih terbuka!

Jumat, 27 Februari 2015

Mengenang 70 Tahun Kematian Anne Frank (1929-1945): Catatan Harian Berdampak Mendunia (Rubrik Opini Analisa, 27 Pebruari 2015)

Oleh: Jannerson Girsang.

Anne Frank (1929-1945) 
            Anne Frank (1929-1945)

Usianya cukup pendek!. Hanya lima belas tahun. Kalaupun dia hidup sekarang usianya baru memasuki 86 tahun. Dia me­ning­gal secara menge­naskan di kamp konsentrasi Nazi, 70 tahun lalu.

Tidak ada catatan yang mengata­kan bahwa dia penulis hebat. Sama seperti kebanyakan orang pada umumnya. Lagi pula saat itu adalah masa sulit bagi keluarganya turunan Jahudi di Jerman. Peluangnya menulis di media tentu sangat terbatas. Tetapi tulisan tangannya menjadi inspirasi bagi dunia.

Penderitaan Mendatangkan Hikmat

Namanya Annelies Marie atau dikenal luas di seluruh dunia dengan Anne Frank. Lahir di Frankfurt, Jerman pada 12 Juni 1929 dan meninggal dalam kamp konsentrasi tentara Nazi, awal Maret 1945.

Gadis yang meninggal di usia belia itu ada­lah orang yang paling banyak didiskusi­kan sebagai korban kekeja­man nazi di kamp kon­sentrasi, holocaust. Kehebatan Anne Frank yang membuatnya dikenang sepan­jang zaman oleh dunia adalah catatan harian­­nya.

Tidak banyak orang seperti Anne Frank. Di dalam penderitaan dia memilih menulis pen­deritaan itu. Kebanyakan orang hanya termenung, sakit dan meninggal, tanpa mewa­ris­kan apa-apa.

Selama di kamp konsentrasi itu Anne Frank menulis catatan harian tentang apa yang dilihat, dirasakan dan dimaknainya tentang peristiwa kekejaman kekejaman Nazi.

“Anne’s diary begins on her thirteenth birthday, June 12, 1942, and ends shortly after her fifteenth. At the start of her diary, Anne describes fairly typical girlhood experiences, writing about her friendships with other girls, her crushes on boys, and her academic performance at school. Because anti-Semitic laws forced Jews into separate schools, Anne and her older sister, Margot, attended the Jewish Lyceum in Amsterdam.” Demikian sebuah catatan yang ditulis seorang periview biografinya

Dia juga menuliskan pe­nin­dasan yang dialminya dan keluarganya. Sebuah catatan yang menjadi saksi kekeja­man suatu rezim—pelajaran bagi dunia yang dituntut untuk selalu menciptakan damai. Tidak enak hidup dalam keadan menderita dan teriso­lasi.

“Selama dua tahun men­catat dalam buku hariannya, Anne berkaitan dengan kuru­ngan dan kekurangan, serta isu-isu yang rumit dan sulit tumbuh dalam keadaan brutal Holocaust. Buku hariannya menjelaskan perjuangan untuk mendefinisi­kan dirinya dalam iklim penindasan . Buku harian Anne berakhir tanpa komentar pada tanggal 1 Agustus 1944. …..Namun, keluarga Frank dikhianati oleh Nazi dan ditangkap pada tanggal 4 Agustus 1944,” lanjut periview yang dikutip dari http://www.sparknotes.com/lit/annefrank/summary.html

Tulislah Maka Kamu Abadi

Kisah lengkap kehidupan Anne Frank bisa dibaca dalam buku The Diary of Young Girl atau menyak­sikan video tentang kehidupannya di youtube. Menggunakan kata kunci Anne Frank, Anda akan menemukan beberapa video yang berisi kisah tentang gadis yang malang itu. .

Di masa Perang Dunia Kedua, Anne Frank, remaja Jahudi yang men­jadi tawanan tentara Nazi menulis dalam buku hariannya apa yang dilihatnya, diala­minya atau dirasakan­nya, serta dimaknai­nya

 Di luar dugaannya tentunya, kalau kemu­dian goresan tangannya itu menjadi sesuatu yang berharga bagi dunia. Itulah hebatnya sebuah tulisan yang didokumentasikan.

 Beberapa tahun kemudian setelah Anne Frank meninggal, satu-satunya orang yang selamat dari anggota keluarga Anne Frank dari kekejaman Nazi di kamp konsentrasi, Otto Frank—seorang pebisnis Jerman dan juga ayah Anne Frank sendiri, membawa buku harian tersebut kepada beberapa penerbit.

Hingga pada pada tahun 1947 catatan hariannya diterbitkan dengan judul Het Achterhuis (The Secret of Annex). Buku itu juga ditulis dalam edisi bahasa Inggeris dengan judul The Diary of Young Girls. (Otto Frank sendiri meninggal pada 19 Agustus 1980 di Basel, Swiss).

 Pada tahun 1955, buku tersebut diadaptasi ke panggung teater Amerika dan membuat buku harian Anne terkenal ke seluruh dunia.

 Nama Anne Frank mencuat ke permukaan setelah catatan hariannya diterbitkan, sebuah kisah yang sungguh-sungguh menggugah pera­saan di masa pendudukan. Catatan hariannya semasa Perang Dunia ke-2 kemu­dian ditulis menjadi sebuah buku The Diary of a Young Girl. Buku itu menjadi inspirasi bagi para pembuat drama dan film.

Menulislah maka kamu akan abadi. Tujuh puluh tahun lalu Anne Frank telah tiada, namun danamnya terus didengungkan hingga sekarang ini. Menjadi inspirasi bagi dunia.

Menulislah Walau Hanya Untuk Dirimu Saja!

Apakah Anda termasuk orang yang merasa diri gagal menulis?. Berkali-kali memasuk­kan arti­kelnya ke media tidak kunjung dimuat. Ber­kali-kali menulis buku tetapi tidak pernah terbit.

Atau bertahun-tahun menulis tidak juga “ngetop”, tidak berhasil menulis buku seperti Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata?.

Jangan menyerah. Teruslah menu­lis!. Me­nulis adalah merekam perada­ban,me­ngung­kap perasaan yang menginspirasi, meng­hasilkan kekua­tan bagi yang lain, paling tidak anda seperti Anne Frank, menulis untuk diri­nya sendiri.

“Any man who keeps working is not a failure. He may not be a great writer, but if he applies the old-fashioned virtues of hard, constant labor, he’ll eventually make some kind of career for himself as writer” (Ray Bradbury).

Apa yang ditulis?. Bagi saya, meniru Anne Frank, saya menulis apa saja yang membuat perasaan tersentuh, terinspi­rasi dan membagikannya kepada kha­laya, baik melalui artikel, buku, atau bahkan hanya saya publikasikan di akun facebook atau blog pribadi saya.

Menulis adalah sebuah ketram­pilan, memerlukan latihan. Latihan menulis dan kepekaan terhadap lingkungan, mem­perkaya tulisan dengan pengala­man interaksi lingkungan, keluarga, teman, atau hasil kerja yang meng­ins­pirasi dan menyemangati diri kita. Menulis fakta yang memberi makna!.

Seperti pengalaman David Brin. “If you have other things in your life—family, friends, good productive day work—these can interact with your writing and the sum will be all the richer”.

Mungkin saya atau Anda belum men­jadi seorang penulis hebat. Namun, tak tertutup kemungkinan dalam diri kita terdapat pengalaman luar biasa dan berguna di masa yang akan datang. Jadi jangan lewatkan peristiwa-peristiwa yang ada di sekitar kita. Tuliskan saja!.

Anne Frank telah menginspirasi se­mua orang, terutama para penulis di dunia ini pentingnya peristiwa dicatat menjadi sebuah catatan dalam dokumen tertulis. Kita diingatkan kembali kekuatan sebuah tulisan.

Mari kita semua sadar pentingnya menulis dan menulis, walau tulisan itu barangkali hanya mampu memuaskan diri sendiri. Syukur kalau bisa diterbit­kan di media atau menjadi buku.

Menulis adalah ketrampilan dan harus terus menerus dilatih. Menulis tidak hanya untuk dipublikasikan di koran, atau menjadi buku!

Jangan bebani diri Anda, kalau tulisan belum mampu menembus media. Tidak semua artikel yang ditulis ditujukan untuk diterbitkan di media. Meski saya sudah menulis ratusan artikel di berbagai media, saya tidak selalu membuat artikel hanya untuk media, bisa untuk renungan sendiri, atau dibaca oleh orang yang terbatas.

Ketika Anda bosan menulis, ada baiknya renungkanlah pengalaman Anne Frank!. Dia tidak pernah menulis di media, tetapi catatan pribadinya tidak kalah dengan karya para penulis hebat masa kini. ***

Penulis adalah penulis Biografi, berdomisili di Medan. Email: girsangjannerson@gmail.com. blog: http:www.harangan-sitora.blogspot.com

Bisa diakses di website harian Analisa: http://analisadaily.com/opini/news/catatan-harian-berdampak-mendunia/111854/2015/02/27



Senin, 23 Februari 2015

Pelayan yang Tulus

Oleh: Jannerson Girsang

Malam ini, sekitar pukul 21.00 saya dikunjungi Evangelis Yusack Purba, pelayan Tuhan yang setia. "Saya tadi tidak hadir di gereja acara serah terima karena khotbah di Pancur Batu," katanya membuka pembicaraan, sambil menyerahkan tentengan di dalam plastik kepada istri saya.

Begitu pentingnya bagi seorang evangelis harus malam-malam mengucapkan selamat kepada mantan Vorhanger, dan membawa oleh-oleh segala. Sebuah ketulusan persahabatan.

Dia adalah teman,penasehat spiritualku sejak dia bermukim di Simalingkar beberapa tahun lalu dan menjadi anggota jemaat GKPS Simalingkar. Dia berasal dari Papua dan diberi marga Purba.

"Saya tau pasti tidak ada yang datang ke rumah mantan Vorhanger, setelah serah terima. Jadi sayalah orang pertama yang datang," katanya.

Mendengar itu saya tersenyum saja.Dia benar dan seorang pelayan yang memahami psikologis sebuah jabatan dalam pandangan orang kebanyakan. Meski saya sendiri sebenarnya tidak mempersolkan pelayanan dengan jabatan.
 Kemudian kami berbincang banyak hal tentang jemaat kami dan kepemimpinan baru di jemaat. Kita berbincang tentang kegiatan untuk membantu kepemimpinan yang baru.

Beliau pulang mendekati pukul 00.00, sesudah mendoakan saya dengan istri.

Saya sangat mengapresiasi pelayanannya, sebagai evangelis sukarela di GKPS. Di sela-sela pembicaraan kami, saya ingin tau kuncinya apa yang menginspirasinya dengan setia melaksanakan tugasnya Tahun ini, melayani kami dengan setulus hati.

Malam ini dia menginspirasiku dengan Mazmur 143:10. "Ajarlah aku melakukan kehendakMu sebab Engkaulah Allahku. Kiranya Roh yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!"

Medan, tengah malam 22 Pebruari 2015

 

Siapakah yang Perlu Anda Perhatikan?

Oleh: Jannerson Girsang

"Stop wasting time on people who do not deserve your attention. Trust me, time spent with people who care about you is priceless"

"Berhentilah membuang-buang waktu bagi orang yang tidak pantas mendapat perhatian Anda. Percayalah, waktu yang dihabiskan bagi orang-orang yang peduli kepada Anda tak ternilai harganya".

Jangan lupa menyapa saudara-saudara yang peduli kepada Anda, ketimbang Anda berpura-pura memberi kesan baik kepada seseorang yang sebenarnya tak memerlukan Anda.

Memberi perhatian kepada keluarga--sahabat Anda yang sesungguhnya (istri, anak-anak dan saudara-saudara dekat), tetangga Anda, teman sekantor atau  sekerja, orang-orang di sekitar Anda yang selalu memperhatikan (sekaligus butuh perhatian) Anda.

Merekalah yang pantas menjadi prioritas perhatian Anda, jangan pernah terlupakan karena perhatian Anda yang berlebih kepada yang lain.


Ketika Anda kesulitan, orang-orang di ataslah yang pertama memberi pertolongan. Saudara-saudara dekat, tetangga, teman sekantor atau sekerja, orang-orang di sekitar Anda.

Sekali lagi, merekalah prioritas. Sapalah, dan layanilah mereka dengan tulus.

Medan, 23 Pebruari 2015

Citra, Kenyataan dan Harapan

Oleh: Jannerson Girsang

Terlalu banyak harapan orang terhadap kita, tidak saja membuat kita bingung, tetapi mereka yang berharap juga bingung, dan bahkan frustrasi.

Lihat aja seseorang yang sudah menjadi anggota DPR, banyak harapan, dan janji yang ditebar semasa kampanye, padahal kenyataannya tidak sesuai dengan kemampuannya. Waktu kampanye seolah semua bisa terpenuhi. Padahal ketika menjadi DPR, mereka bukan memenuhi janjinya, malah masuk penjara karena korupsi. 

Dalam kehidupan sehari-hari juga kita banyak diharapkan orang melakukan sesuatu yang sebenarnya kita tidak bisa, tetapi mereka menilai kita bisa.

Berikanlah harapan sesuai kemampuan, jangan biarkan bertebaran banyak harapan yang berbuntut kecewa. Ujung-ujungnya kita disebut "ngomong doang"

Tidak mudah juga, karena sebagai manusia kita tidak cukup waktu dan kemampuan menjelaskan semuanya secara terang benderang kepada yang lain.

Kadang pencitraan itu ibarat candu yang membuat orang terus menerus melakukannya, walau menyiksa dirinya. 

Inilah nasehat Joyce Meyer. ".. there is a way to live a simple, joy-filled, peaceful life, and the key is learning how to be led by the Holy Spirit, not the traditions or expectations of man".

Keindahan dari Dalam Hati


Oleh: Jannerson Girsang

"There is no definition of beauty, but when you can see someone's spirit coming through, something unexplainable, that's beautiful to me". (Liv Tyler).
 
Penampilan, kehadiran seseorang yang memberi semangat kepada orang lain, membuat semua akan terasa indah, Orang yang bersangkutan juga akan semakin merasa percaya diri, dan terus memancarkan keindahan. Kehadirannya dirindukan orang, kemana dia pergi, orang akan berkumpul.

Sebaliknya, kalau kehadiran seseorang membuat yang lain "cemberut", maka semua yang dimiliki akan terasa hambar. Mobil Aphard yang dipakainya tak lebih sekedar kaleng-kaleng berjalan, perhiasan yang dipakainya hanya jadi incaran pencuri, tanpa keindahan.

Seorang yang turun dari mobil Aphard dengan muka mendongak ke atas, tanpa peduli sekitarnya, berbicara dengan muncung ke atas, hanya jadi bahan cibiran orang di sekitarnya.

Ketika dia datang, maka orang yang sedang berbicara akan menahan omongannya, orang yang mau tertawapun takut membuka mulutnya, kehadirannya membuat satu-satu orang pergi menghindar, seolah mencari perlindungan.

Orang yang demikian sebenarnya hatinya sedang sakit. Dia tidak puas kalau tidak membuat orang iri, atau sakit hati.

Keindahan itu ada di hati. Hatilah yang memancarkannya melalui, ucapan, tindakan atau bahasa tubuh kita. Hati tak terbohongi, dia akan selalu terpancar di wajah kita. Hati yang sehat akan menyenangkan, tetapi hati yang sakit akan menyakiti yang lain.

"sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:21-23)

Medan, 21 Pebruari 2015 

Menuju Tua dan Bijaksana: Belajar dan Belajar Terus


Oleh: Jannerson Girsang

"To be old and wise you must have be young and stupid".

Tujuan pendidikan di Indonesia antara lain adalah memberi kemampuan atau skill dalam bidang tertentu, mengupdate pengetahuannya dengan situasi dengan keinginan belajar seumur hidup, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya bahwa ada kekuatan di luar kekuatan manusia. Tuhan ada!

Melalui pendidikan di Indonesia diharapkan tercipta orang-orang yang pintar dan bijaksana, baik itu melalui proses pendidikan di dalam kelas dan di luar kelas, atau kehidupan yang nyata.

Tidak ada orang yang tiba-tiba saja menjadi pintar, tidak ada orang yang tiba-tiba menjadi bijaksana. Mereka mendapatkan kepintaran dan kebijaksanaan melalui proses belajar.

Orang-orang menjadi pintar dan bijak setelah melintasi berbagai macam jenis kehidupan, keberhasilan, kegagalan, suka, duka, atau mampu memahami hidup, menghadapi segala tantangan kehidupan dengan suka cita, membahagikan dirinya, membahagiakan orang lain walau dirinya menghadapi tantangan atau kesulitan.

Dalam kehidupan nyata, Mahatma Gandhi, Mother Theresia, Nelson Mandela, dan beberapa tokoh lainnya pernah mempraktekkan hidup bijaksana

Mereka mampu menundukkan suasana, iklim, mampu bersuka cita dalam segala situasi kehidupan. Sebab, semua situasi mereka selalu yakin akan "indah pada waktunya", karena semua ada dalam rencana Sang Pencipta.

Mereka mampu bermegah dalam kesengsaraannya karena mereka mengetahui kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena mengaku bahwa kasih Allah telah dicurahkan di dalam hatinya. (Roma 5 (1-11).

Mungkin kita tidak bisa membuat sesuatu aksi menuju bijaksana yang besar, tetapi semua orang bisa membuat kasih yang kecil dengan dampak besar.

Manusia Indonesia dituntut semakin tua semakin pintar dan bijaksana, supaya selama hidupnya mampu menolong dirinya dan memberikan kontribusi bagi dunia sekelilingnya, dituntut membuat semakin banyak orang pintar dan bijaksana, bukan sebaliknya membodoh-bodohi orang, bahkan membuat orang merasa terbodoh atas kehadiran kita.

Itulah beda manusia dengan binatang.

Selamat malam teman-teman. Medan, 20 Pebruari 2015