Oleh: Jannerson Girsang
"A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way. (John Maxwell)
Saya sangat salut menyaksikan di televisi, pertemuan mantan Presiden dengan Presiden RI yang sedang berkuasa dan baru memimpin kurang dari seratus hari, membahas persoalan bangsa di Istana Merdeka.
Ini tidak biasa di Indonesia. Peristiwa Pertemuan Presiden Jokowi dan mantan Presiden SBY kemaren, sungguh sebuah teladan pemimpin tidak boleh saling dendam, tetapi mengubur egoismenya untuk kepentingan bangsa yang lebih besar. Rakyat ingin para pemimpinnya akur dan bersama-sama memikirkan bangsa.
SBY dan Jokowi tau caranya dan mewujudkannya dalam tindakan.
Masa Jokowi jugalah ada pelepasan antara Presiden yang digantikan dan presiden yang memulai pemerintahannya. Jokowilah Presiden yang diantar langsung oleh Mantan Presiden ke istana dan keduanya berpisah dengan "senyum".
Selainnya peristiwa pergantian Presiden RI penuh misteri, tanpa "perpisahan" yang hangat. .
Media secara meluas meliput peristiwa Jokowi menerima SBY di Istana Negara, kemaren.
Keduanya diberitakan membahas tentang Perpu. SBY pada kesempatan itu menyerahkan undangan kepada Presiden Jokowi untuk menghadiri pertemuan internasional Global Green Growth Institute (GGGI).di Bali, tahun depan. SBY adalah Chairman GGGI.
Dalam pertemuan itu keduanya tampak akrab, meski sebelum-sebelumnya hubungan keduanya terdengar turun naik. Melalui twitter, minggu lalu keduanya sempat saling sindir soal kepemimpinan.
Namun, saya mencatat pertemuan mereka kemaren adalah peristiwa sangat langka di kalangan orang nomor satu di Indonesia. Sebuah terobosan baru kepemimpinan di Indonesia. Mantan dan incumbent perlu saling kunjung mengunjugi dan bertukar pikiran tentang masalah bangsa.
SBY selama sepuluh tahun pemerintahannya belum pernah bertemu Megawati sebagai mantan Presiden dalam sebuah acara pertemuan resmi seperti ini.
Apalagi Habibie dengan Soeharto, bahkan beliau tidak pernah bertemu hingga meninggalnya Soeharto. Konon, Habibie sudah berusaha ingin menjenguknya dari Jerman ketika Soeharto sakit, tetapi tidak berhasil menemui mantan bosnya itu hingga menutup mata untuk selama-lamanya.
Sungguh sebuah pemandangan yang membanggakan sekaligus teladan betapa pemimpin-pemimpin puncak harus lebih mengutamakan kepentingan yang lebih besar, ketimbang kepentingan pribadi.
Jokowi dan SBY telah mempertontonkan sebuah peristiwa langka di negeri ini--pertemuan mantan presiden dan presiden dalam suasana hangat.
Keteladanan ini perlu ditularkan kepada jenjang di bawahnya. Keduanya adalah leader. Mereka mengetahui cara melakukan hal-hal yang baik, melakukannya sendiri, tidak hanya dalam omongan.
Semoga pemimpin bangsa lainnya di tingkat yang lebih rendah hendaknya meniru keteladanan ini.
Medan, 9 Desember 2014