Oleh: Jannerson Girsang
Jokowi menegaskan bahwa bangsa ini harus menunggu Minggu depan,
keputusan penetapan Kapolri baru. Beliau sendiri akan bertolak ke
Malaysia siang ini dan akan melanjutkan kunjungan ke berbagai negara.
Karena satu orang calon Kapolri, Presiden, para petinggi, pengamat, politisi, Tim sembilan, para menteri tampak terbodoh, sibuk!.
Betapa penting dan strategisnya posisi seorang Kapolri. Betapa sulitnya mencari orang yang cocok menduduki "kursi panas" itu. Presiden dibuat sulit mengambil keputusan yang tepat waktu, dan tepat sasaran. Berbagai kepentingan menyandera Jokowi.
Rakyat dimana kebanyakan hanya memperoleh informasi melalui televisi, dicekoki dengan banyak suara orang-orang dengan vested interest sendiri sibuk untuk kepentingannya sendiri. Hari ini bilang A, besok bilang B, sesuai kepentingannya.Kadang membuat bingung. Hanya sedikit yang memberi pencerahan.
Kami yang mencintai Jokowi, selalu mendoakan beliau agar memiliki kebijaksanaan untuk mendapatkan Kapolri yang membela kepentingan kami, jutaan rakyat yang merindukan pejabat yang bersih. Beliau adalah presiden, kami masih yakin beliau masih memihak rakyat.
Mungkin hanya sebagian kecil di tingkat elit yang mendukung beliau, mencari cara yang terbaik bagi kepentingan rakyat. Mudah-mudahan saja minggu depan kita sudah memperoleh keputusan pengangkatan Kapolri yang terbaik bagi rakyat.
Beberapa hari terakhir tampak media begitu gencar memberitakan soal batal atau tidaknya pencalonan BG menjadi Kapolri. Hampir tak terdengar lagi berita pemboman kapal-kapal pencuri ikan.
Kenyamanan rakyat sedikit terganggu, karena berbagai pihak menginterpretasi satu pasal hukum dengan berbagai pemahaman. Membuat rakyat benar-benar bingung.
Kadang semakin khawatir dengan aksi saling tuding, saling mencari kesalahan, tanpa pembuktian yang bisa menenangkan hati rakyat, seperti saya.
Kadang muncul kata-kata "pemakzulan" presiden. Bagi rakyat seperti saya, kalau ini terjadi, Pilpres lagi dong. Akh, bosan!.
Anehnya, pernyataan seperti itu datang bukan dari oposisi, tetapi dari oknum-oknum di PDIP sendiri.
Terbelalaklah mata rakyat betapa begitu banyak masalah di putaran penegak hukum kita. Satu telunjuk menunjuk kesalahan orang lain ternyata para penegak hukum memiliki tiga atau empat kesalahan sendiri yang tersembunyi. .
Saya dan yakin kebanyakan rakyat sadar kok!. Kapolri adalah posisi yang sangat strategis di negeri ini. Tidak sembarangan orang bisa diangkat jadi Kapolri, tidak mudah Jokowi untuk menemukannya.
Presiden Jokowi harus mempertimbangkannya dengan matang. Jangan terpengaruh oleh kepentingan kelompok atau golongan.
Kita tidak ingin memiliki Kapolri yang memiliki rekening gendut. Rakyat Indoensia butuh seorang Kapolri yang mampu menghukum seorang Aiptu yang memiliki Rp 1,5 triliun di rekeningnya, dan mampu menghukum oknum-oknum Polri yang masih memiliki rekening gendut.
Kita ingin Kapolri yang paling sedikit masalahnya. Rakyat juga yakin tidak ada Polri yang benar-benar bersih 100%. Paling tidak, Kapolri yang "Paling sedikit masalahnya", mengutip istilah Safii Ma'arif, Ketua Tim Sembilan.
Jokowi harus menetapkan status BG atau memilih beberapa perwira tinggi Polri lainnya berpangkat Komjen yang "Paling sedikit masalahnya".
Pagi ini diberitakan Kabareskrim yang baru Irjen Budi Waseso naik pangkat menjadi Komjen. Tambah lagi alternatif pilihan bagi Jokowi, di samping beberapa Komjen lainnya.
"Saya selesaikan semuanya Minggu depan" kata Jokowi, beberapa jam sebelum beliau meninggalkan tanah air, mengunjungi beberapa negara menjalankan tugasnya sebagai Presiden.
Sebagai rakyat kecil, mari kita bersabar menunggu, sambil menonton para pecundang tampil di TV dengan segala macam sandiwara bohongnya.
Rakyat harus menyadari dan yakin, semua keputusan ada di tangan Jokowi sebagai Presiden. Jadi, kalau yang lain bicara ini itu, kita tunggu pernyataan resmi presiden. Presiden akan berada di Malaysia, Brunai dan Filippina sampai 9 Pebruari 2015.
Yang jelas, Presiden Jokowi sedang mencari Kapolri yang terbaik, dengan jalan terbaik, seperti lagu Pance Pondaag: "Kucari Jalan Terbaik".
Medan, 5 Pebruari 2015
Karena satu orang calon Kapolri, Presiden, para petinggi, pengamat, politisi, Tim sembilan, para menteri tampak terbodoh, sibuk!.
Betapa penting dan strategisnya posisi seorang Kapolri. Betapa sulitnya mencari orang yang cocok menduduki "kursi panas" itu. Presiden dibuat sulit mengambil keputusan yang tepat waktu, dan tepat sasaran. Berbagai kepentingan menyandera Jokowi.
Rakyat dimana kebanyakan hanya memperoleh informasi melalui televisi, dicekoki dengan banyak suara orang-orang dengan vested interest sendiri sibuk untuk kepentingannya sendiri. Hari ini bilang A, besok bilang B, sesuai kepentingannya.Kadang membuat bingung. Hanya sedikit yang memberi pencerahan.
Kami yang mencintai Jokowi, selalu mendoakan beliau agar memiliki kebijaksanaan untuk mendapatkan Kapolri yang membela kepentingan kami, jutaan rakyat yang merindukan pejabat yang bersih. Beliau adalah presiden, kami masih yakin beliau masih memihak rakyat.
Mungkin hanya sebagian kecil di tingkat elit yang mendukung beliau, mencari cara yang terbaik bagi kepentingan rakyat. Mudah-mudahan saja minggu depan kita sudah memperoleh keputusan pengangkatan Kapolri yang terbaik bagi rakyat.
Beberapa hari terakhir tampak media begitu gencar memberitakan soal batal atau tidaknya pencalonan BG menjadi Kapolri. Hampir tak terdengar lagi berita pemboman kapal-kapal pencuri ikan.
Kenyamanan rakyat sedikit terganggu, karena berbagai pihak menginterpretasi satu pasal hukum dengan berbagai pemahaman. Membuat rakyat benar-benar bingung.
Kadang semakin khawatir dengan aksi saling tuding, saling mencari kesalahan, tanpa pembuktian yang bisa menenangkan hati rakyat, seperti saya.
Kadang muncul kata-kata "pemakzulan" presiden. Bagi rakyat seperti saya, kalau ini terjadi, Pilpres lagi dong. Akh, bosan!.
Anehnya, pernyataan seperti itu datang bukan dari oposisi, tetapi dari oknum-oknum di PDIP sendiri.
Terbelalaklah mata rakyat betapa begitu banyak masalah di putaran penegak hukum kita. Satu telunjuk menunjuk kesalahan orang lain ternyata para penegak hukum memiliki tiga atau empat kesalahan sendiri yang tersembunyi. .
Saya dan yakin kebanyakan rakyat sadar kok!. Kapolri adalah posisi yang sangat strategis di negeri ini. Tidak sembarangan orang bisa diangkat jadi Kapolri, tidak mudah Jokowi untuk menemukannya.
Presiden Jokowi harus mempertimbangkannya dengan matang. Jangan terpengaruh oleh kepentingan kelompok atau golongan.
Kita tidak ingin memiliki Kapolri yang memiliki rekening gendut. Rakyat Indoensia butuh seorang Kapolri yang mampu menghukum seorang Aiptu yang memiliki Rp 1,5 triliun di rekeningnya, dan mampu menghukum oknum-oknum Polri yang masih memiliki rekening gendut.
Kita ingin Kapolri yang paling sedikit masalahnya. Rakyat juga yakin tidak ada Polri yang benar-benar bersih 100%. Paling tidak, Kapolri yang "Paling sedikit masalahnya", mengutip istilah Safii Ma'arif, Ketua Tim Sembilan.
Jokowi harus menetapkan status BG atau memilih beberapa perwira tinggi Polri lainnya berpangkat Komjen yang "Paling sedikit masalahnya".
Pagi ini diberitakan Kabareskrim yang baru Irjen Budi Waseso naik pangkat menjadi Komjen. Tambah lagi alternatif pilihan bagi Jokowi, di samping beberapa Komjen lainnya.
"Saya selesaikan semuanya Minggu depan" kata Jokowi, beberapa jam sebelum beliau meninggalkan tanah air, mengunjungi beberapa negara menjalankan tugasnya sebagai Presiden.
Sebagai rakyat kecil, mari kita bersabar menunggu, sambil menonton para pecundang tampil di TV dengan segala macam sandiwara bohongnya.
Rakyat harus menyadari dan yakin, semua keputusan ada di tangan Jokowi sebagai Presiden. Jadi, kalau yang lain bicara ini itu, kita tunggu pernyataan resmi presiden. Presiden akan berada di Malaysia, Brunai dan Filippina sampai 9 Pebruari 2015.
Yang jelas, Presiden Jokowi sedang mencari Kapolri yang terbaik, dengan jalan terbaik, seperti lagu Pance Pondaag: "Kucari Jalan Terbaik".
Medan, 5 Pebruari 2015