Oleh: Jannerson Girsang
Kita pantas berbahagia dengan kemajuan
media sosial. Artikel-artikel kita bisa tampil dan terbuka ke seluruh
pembaca di dunia. Pikiran-pikiran kita dinikmati puluhan ribu bahkan
ratusan ribu orang dari berbagai bangsa.
Media sosial
memungkinkan kita bisa berkomunikasi seperti malam ini. Mengungkapkan
pikiran untuk bisa dinikmati banyak orang. Memang, ada negatifnya dan
ada positifnya.
Jo Martin berkata: "Social media is changing the
way we communicate and the way we are perceived, both positively and
negatively".
Selain menyenangkan, banyak sekali pemegang akun FB yang mengeluh, merasa cemas, takut, merasa tidak nyaman .
Kadang kita tidak sadar, itu bermula dari diri sendiri. Orang yang suka
membuat orang cemas, membuat orang lain takut, dan sakit hati, iri,
maka dia akan menerima hal yang sama dari orang lain.
Hukum Newton: Aksi=Reaksi!. Coba aja, Anda main-main dengan kata-kata yang negatif, maka reaksinya akan negatif juga!.
Ayat emas yang harus selalu dicamkan dalam berkomunikasi dengan tulisan
adalah : tulislah hal-hal baik, kalau Anda mau direspon orang dengan
baik.
"Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berbuat
kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka". "Kalau mau
bijak,bergaullah dengan orang bijak".
Seleksi teman Anda di FB,
makin banyak Anda punya teman orang bijak Anda makin bijak, demikian
sebaliknya. Orang bijak itu bukan harus bergelar hebat: prof, dr, ir,
sh, ma, kaya, cantik, ganteng.
Mereka adalah orang yang suka
menuturkan cerita yang benar, bukan rumor, apalagi fitnah, bukan
berbicara hanya tentang dirinya, dan yang lain tak perlu, tetapi hal-hal
yang menginspirasi dan menyenangkan orang lain.
Orang-orang normal suka hal-hal yang unik, menginspirasi dan membesarkan hatinya.
Hanya orang "gila" atau tidak waras, orang yang tidak bijak yang suka
tulisannya menyakiti orang lain. Sementara, kalau hal seperti itu
dilakukan untuk mereka, merekapun tak mampu menerimanya.
"Suka melecehkan, tetapi tidak suka dilecehkan!. Suka mengkritik terbuka, tetapi kalau dikritik terbuka, marah". Enak aja!
Semua orang pada dasarnya suka dipuji, suka dikritik empat mata, dan
tidak ada yang suka dirinya diolok-olok. Sebaliknya, semua orang ingin
dirinya dihargai. Jangan buat orang lain menghabiskan waktunya harus
terus memaafkan Anda, tetapi raihlah inspirasi.
Mari kita
gunakan media sosial mengenal teman kita, mengenal pikiran-pikiran
mereka. Karakter, kecerdasan, dan minat manusia berbeda-beda.
Pemegang akun FB tidak ada yang sempurna!. Semua mereka ingin
ketidaksempurnaannya bukan menjadi bahan olok-olokan. Mereka semua
pengen sempurna, tetapi ingin diingatkan dengan cara yang sopan dan
beretika.
Ingat!. Semua manusia sama saja. Suka dipuji, suka
dirinya diakui, suka hal-hal yang menginspirasi, membuat pikirannya
makin segar dan keluar dari masalah yang dihadapinya. Untuk
memperolehnya: lakukan hal yang sama kepada mereka!
Pilihlah
kata-kata positif, yang membuat orang berfikir dan bertindak positif,
susunlah kata yang tidak membuat orang misintepretasi. Ketimbang
kata-kata negatif yang nantinya menuai hal yang negatif pula.
Hanya dengan berlatih dan berlatih, kita menggemari sesuatu yang
menginspirasi teman.Butuh latihan. Latihlah diri menulis hal yang
menyenangkan orang lain!
Selamat malam teman-teman!
Medan, 27 April 2015
"Let us not be satisfied with just giving money. Money is not enough, money can be got, but they need your hearts to love them. So, spread your love everywhere you go" (Mother Theresia). Photo: Di Pantai Barus, Tapanuli Tengah, April 2008. Saat itu, seorang anak laki-laki sedang asyik memancing bersama teman-temannya. (Dilarang keras memposting artikel-artikel dalam blog ini untuk tujuan komersial, termasuk website untuk tujuan memperoleh iklan).
Selasa, 28 April 2015
Saya Mau Mati Saja (?)
Dituturkan kembali oleh: Jannerson Girsang
Suatu hari seorang bapak yang frustrasi ingin mengambil keputusan penting!. "Mau mati saja!"
Pasalnya, selama ini dia tidak cocok dengan istri dan anak-anak. Meski mereka selama ini tergantung dari jerih payahnya. Bahkan istrinya hanya "selingkuh" serta berbuat hal yang tidak terpuji lainnya. Istri dan anak-anaknya tidak memperdulikannya,
Di kantornya dia tidak memiliki teman kerja. Tidak punya prestasi yang baik, karena selalu membandel. Teman-temannya menjauhinya. "Maju kena, mundur kena".
Semuanya serba salah dan tidak menyenangkannya. Ditambah lagi berbagai persoalan yang dihadapinya.
Hingga dia mengambil keputusan "Saya mau mati saja!. Mungkin itu akan membuat saya senang, bahagia".
Dia pergi ke seorang yang menurutnya memiliki obat untuk membuatnya mati dan menemuinya dengan penuh harap, agar dia bisa mati dalam tiga hari, dengan cara yang "enak", tanpa menderita sakit. .
Orang "pintar" itupun bertanya kebulatan tekadnya untuk mati.
"Apakah Anda memang benar-benar bersedia mati?"
"Ya Tuan. Saya memang sudah bulat mengakhiri hidup saya," katanya.
"Kalau begitu, bawalah obat ini. Tiga hari diminum, Anda pasti akan mati,"katanya.
Si Bapak yang frustrasi inipun dengan melenggang pulang, dan berkata dalam hati, "Kalau aku mati aku akan senang, puaslah kalian semua,"
Hari pertama, dia meninum obat itu. Dia makin yakin akan mendekati cita-citanya. Hari kedua demikian juga. Dia setia meminum obat dan bertekad akan mati pada hari ketiga.
Hari terakhir. Sang Bapak merasa perlu untuk meninggalkan kesan yang baik bagi keluarga, maupun tempatnya bekerja. Dia melakukan hal-hal baik yang tak pernah dilakukannya sebelumnya.
Tidurnya tidak nyenyak Bahkan subuh sudah bangun. Pagi-pagi, dia sudah siap memasak makanan untuk seluruh keluarganya. Dia menyiapkannya di atas meja. Dia mengajak makan bersama dan menyapa istri dan anak-anaknya dengan ramah. Hal itu tidak pernah dilakukannya sebelumnya.
Di kantor, dia juga bersikap ramah. Padahal selama ini dia membandel kepada atasannya. Kali ini dia menemui atasannya dan tanpa disuruhpun, dia sudah meminta apa yang bisa dia kerjakan.
"Apa yang bisa saya kerjakan Pak," katanya, dengan wajah yang lebih simpatik dari biasanya. .
Sang atasanpun heran dan melihat perubahan, dan dengan senang hati memerintahkan anak buahnya itu.
Teman-teman sekerjanyapun disapa dengan ramah. Mereka heran akan perubahan yang terjadi. Mereka semua senang, karena selama ini sang Bapak yang frustrasi ini menjadi batu sandungan bagi mereka. Tidak ada staf yang mau bekerja sama dengannya.
Sepulang dari kantor, semua pegawai bahkan atasannya memuji pekerjaannya.
"Terima kasih Pak, terima kasih Pak, sampai ketemu besok," demikian sapaan-sapaan yang menyenangkan diperolehnya saat hari terakhirnya menuju kematian yang dicita-citakannya.
Dia pulang dengan senang hati. .
Tiba di rumah, sang Bapak disambut istrinya dengan ramah.
"Pak, apa yang Bapak lakukan tadi pagi sangat berkesan. Begitu menyenangkan dan saya akan berubah. Saya akan ingat kebaikan Bapak," katanya, sambil memeluk suaminya.
Bertahun-tahun mereka sudah tidak akur, dan tidak pernah saling sapa, apalagi saling menghargai, seperti yang dilakukan sang suami tadi pagi. .
Anak-anaknyapun sangat senang dengan perlakukan bapak mereka tadi pagi.
"Pak, Bapak baik deh. Kalau seperti itulah kita ke depan, sungguh enak hidup ini," kata anak-anaknya.
Semua menyambutnya dengan ramah dan baik.
Sang bapak masuk ke kamarnya. Sikapnya berubah. Dia ragu meminum obat "maut" yang diberikan "orang pintar". Dia ingin membatalkan meminum obat yang ketiga kalinya.
Lantas, dia menelepon "orang pintar" itu. "Pak, saya tidak jadi meminum obat yang ketiga kali itu. Saya tidak mau mati. Semua orang sudah baik kepada saya" katanya.
"Wah baguslah. Kamu tidak jadi mati. Kalaupun kamu meminumnya, kamu tidak akan mati, karena yang saya berikan itu hanya air putih, bukan untuk membuatmu mati," katanya.
Sugesti kata: "Aku mau mati", begitu kuat mendorong sang Bapak yang frustrasi berubah sikap.
Dia mampu berbuat baik di hari terakhir, orang-orang di sekitarnya berubah sikap dari benci menjadi senang. Akhirnya dia tidak mau mati.
Kematian yang direncanakan bukan sesuatu jaminan kebahagiaan. Hanya orang yang hidup yang mampu merasakan kebahagiaan. Lagi pula, "Kematian" bukan urusan manusia, itu urusan Tuhan.
Dia tidak perlu mati, tetapi hanya perlu mengubah sikapnya!.Perubahan harus datang dari diri sendiri, bukan dari orang lain.
"Kata-kata manusia seperti itu saja sudah begitu kuat memotivasi manusia. Apalagi kata-kata Tuhan," kata Pendeta hari ini di GKPS Simallingkar, Medan.
Medan, 26 April 2015
Suatu hari seorang bapak yang frustrasi ingin mengambil keputusan penting!. "Mau mati saja!"
Pasalnya, selama ini dia tidak cocok dengan istri dan anak-anak. Meski mereka selama ini tergantung dari jerih payahnya. Bahkan istrinya hanya "selingkuh" serta berbuat hal yang tidak terpuji lainnya. Istri dan anak-anaknya tidak memperdulikannya,
Di kantornya dia tidak memiliki teman kerja. Tidak punya prestasi yang baik, karena selalu membandel. Teman-temannya menjauhinya. "Maju kena, mundur kena".
Semuanya serba salah dan tidak menyenangkannya. Ditambah lagi berbagai persoalan yang dihadapinya.
Hingga dia mengambil keputusan "Saya mau mati saja!. Mungkin itu akan membuat saya senang, bahagia".
Dia pergi ke seorang yang menurutnya memiliki obat untuk membuatnya mati dan menemuinya dengan penuh harap, agar dia bisa mati dalam tiga hari, dengan cara yang "enak", tanpa menderita sakit. .
Orang "pintar" itupun bertanya kebulatan tekadnya untuk mati.
"Apakah Anda memang benar-benar bersedia mati?"
"Ya Tuan. Saya memang sudah bulat mengakhiri hidup saya," katanya.
"Kalau begitu, bawalah obat ini. Tiga hari diminum, Anda pasti akan mati,"katanya.
Si Bapak yang frustrasi inipun dengan melenggang pulang, dan berkata dalam hati, "Kalau aku mati aku akan senang, puaslah kalian semua,"
Hari pertama, dia meninum obat itu. Dia makin yakin akan mendekati cita-citanya. Hari kedua demikian juga. Dia setia meminum obat dan bertekad akan mati pada hari ketiga.
Hari terakhir. Sang Bapak merasa perlu untuk meninggalkan kesan yang baik bagi keluarga, maupun tempatnya bekerja. Dia melakukan hal-hal baik yang tak pernah dilakukannya sebelumnya.
Tidurnya tidak nyenyak Bahkan subuh sudah bangun. Pagi-pagi, dia sudah siap memasak makanan untuk seluruh keluarganya. Dia menyiapkannya di atas meja. Dia mengajak makan bersama dan menyapa istri dan anak-anaknya dengan ramah. Hal itu tidak pernah dilakukannya sebelumnya.
Di kantor, dia juga bersikap ramah. Padahal selama ini dia membandel kepada atasannya. Kali ini dia menemui atasannya dan tanpa disuruhpun, dia sudah meminta apa yang bisa dia kerjakan.
"Apa yang bisa saya kerjakan Pak," katanya, dengan wajah yang lebih simpatik dari biasanya. .
Sang atasanpun heran dan melihat perubahan, dan dengan senang hati memerintahkan anak buahnya itu.
Teman-teman sekerjanyapun disapa dengan ramah. Mereka heran akan perubahan yang terjadi. Mereka semua senang, karena selama ini sang Bapak yang frustrasi ini menjadi batu sandungan bagi mereka. Tidak ada staf yang mau bekerja sama dengannya.
Sepulang dari kantor, semua pegawai bahkan atasannya memuji pekerjaannya.
"Terima kasih Pak, terima kasih Pak, sampai ketemu besok," demikian sapaan-sapaan yang menyenangkan diperolehnya saat hari terakhirnya menuju kematian yang dicita-citakannya.
Dia pulang dengan senang hati. .
Tiba di rumah, sang Bapak disambut istrinya dengan ramah.
"Pak, apa yang Bapak lakukan tadi pagi sangat berkesan. Begitu menyenangkan dan saya akan berubah. Saya akan ingat kebaikan Bapak," katanya, sambil memeluk suaminya.
Bertahun-tahun mereka sudah tidak akur, dan tidak pernah saling sapa, apalagi saling menghargai, seperti yang dilakukan sang suami tadi pagi. .
Anak-anaknyapun sangat senang dengan perlakukan bapak mereka tadi pagi.
"Pak, Bapak baik deh. Kalau seperti itulah kita ke depan, sungguh enak hidup ini," kata anak-anaknya.
Semua menyambutnya dengan ramah dan baik.
Sang bapak masuk ke kamarnya. Sikapnya berubah. Dia ragu meminum obat "maut" yang diberikan "orang pintar". Dia ingin membatalkan meminum obat yang ketiga kalinya.
Lantas, dia menelepon "orang pintar" itu. "Pak, saya tidak jadi meminum obat yang ketiga kali itu. Saya tidak mau mati. Semua orang sudah baik kepada saya" katanya.
"Wah baguslah. Kamu tidak jadi mati. Kalaupun kamu meminumnya, kamu tidak akan mati, karena yang saya berikan itu hanya air putih, bukan untuk membuatmu mati," katanya.
Sugesti kata: "Aku mau mati", begitu kuat mendorong sang Bapak yang frustrasi berubah sikap.
Dia mampu berbuat baik di hari terakhir, orang-orang di sekitarnya berubah sikap dari benci menjadi senang. Akhirnya dia tidak mau mati.
Kematian yang direncanakan bukan sesuatu jaminan kebahagiaan. Hanya orang yang hidup yang mampu merasakan kebahagiaan. Lagi pula, "Kematian" bukan urusan manusia, itu urusan Tuhan.
Dia tidak perlu mati, tetapi hanya perlu mengubah sikapnya!.Perubahan harus datang dari diri sendiri, bukan dari orang lain.
"Kata-kata manusia seperti itu saja sudah begitu kuat memotivasi manusia. Apalagi kata-kata Tuhan," kata Pendeta hari ini di GKPS Simallingkar, Medan.
Medan, 26 April 2015
Tuhan Tidak Hanya Berdiri dan Menonton Kehancuran
Oleh: Jannerson Girsang
Pagi ini, saya teringat tiga putri kami Yani Christin Girsang, Hilda Valeria Girsang, Trisha Melanie Girsang di kejauhan!.
Teringat kisah sedih mereka lima tahun yang lalu. Terngiang bunyi telepon maut malam hari, 17 Juni 2010 yang memberitahukan almarhum adikku Parker Girsang-ayah ketiga gadis yang malang itu telah meninggalkan kami untuk selama-lamanya di Rumah Sakit Cikini, Jakarta.
Bangga dengan semangat dan harapan yang senantiasa memenuhi keseharian mereka. Tentu saja, air mata haru menetes tak terbendung!
Hanya berselang empat tahun, ketiga putri remaja itu dua kali menyaksikan ambulance parkir di depan rumahnya--Perumahan Permata, Bekasi, mengantarkan jenazah kedua orang tua yang sangat mereka kasihi, di subuh hari.
Hatiku yang hancur, ketika membayangkan ketiganya berdiri di depan pintu, menanti jenazah ayahnya, saat anak-anak seusia mereka dibangunkan ibunya, siap-siap berangkat ke sekolah.
Teringat malam yang sangat panjang menunggu pesawat berangkat dari Medan ke Jakarta, esok harinya.Terbayang kekhawatiran masa depan anak-anak yang ditinggalkan pria usia 49 tahun itu, menyusul istrinya-ibu mereka yang meninggal empat tahun sebelumnya.
Terkenang, kesedihan ketiga putri kami berdiri di samping jenazah ayahnya, meratapi kepergian tumpuan harapan mereka.
Lima tahun yang lalu, mereka menjadi anak yatim piatu. "Gelap gulita!," demikian pernah diucapkan Christin Girsang beberapa waktu sesudah peristiwa itu.
Saat ayahnya meninggal, Christin yang tertua baru berusia 19 tahun dan masih memulai kuliah tahun pertamanya, kini sudah bekerja di siang hari, dan malam hari melanjutkan S1nya di UI, Depok-Jakarta, dan perkuliahan S1nya dijadwalkan selesai tahun ini.
Hilda (Ai) yang baru memasuki SMA, kini sudah kuliah semester VI di Universitas Brawijaya, Malang
Trisha Melani (Icha), baru memasuki SMP, kini kelas II SMA Negeri I Bekasi. .
"Semua akan indah pada waktunya, mari kita menatap ke depan," itulah kalimat Christin, membesarkan hati adik-adiknya, malam hari sepulang mengantar jenazah ayahnya.
Kata-kata harapan sungguh mujarab untuk memberi energi positif. yang selalu mereka bertiga tanamkan dalam hati masing-masing. Mereka tidak memikirkan kekhawatiran, tetapi membesarkan harapan yang lebih baik esok hari. .
Ketiganya tetap bersemangat menatap dan merajut masa depan yang indah.
Tuhan tidak hanya berdiri menonton kehancuran. Tuhan mengutus orang-orang baik melindungi mereka yang berserah kepadaNya. Dia bekerja dan terus bekerja.
Terima kasih untuk bou Masda, bou Oh, uda Santi, uda Henri, Ompung Nagasaribu, Ompung boru br Sitompul, serta seluruh keluarga, tante-tantenya Christin (keluarga mamanya, Osda and Sri cs), serta seluruh keluarga lainnya yang bersimpati.
Khususnya jemaat GKPS Salemba, Jakarta, dimana mereka bertiga menjadi anggota jemaat. Jemaat ini sungguh luar biasa mendukung mereka. Doa-doa, bantuan materil dan moril saudara-saudaraku semua telah membesarkan hati mereka, menguatkan mereka.
Demikian juga keluarga besar Girsang yang ada di Jakarta, khususnya keluarga besar RKY Girsang. Great! Terima kasih semuanya.
"Ketika bencana dan serangan tiba-tiba menghancurkan rrumah kita, ketika impian sukses kita tampak akan hancur, ketika penyakit dan kematian menimpa orang yang kita cintai, satu hal yang dapat meneguhkan dan mengarahkan kita tetap maju adalah harapan.
Harapan untuk hari esok yang lebih baik, untuk masa depan yang cerah, untuk hari bahagia. Harapan bahwa ada yang lebih hidup dari pada apa yang ada sekarang kita lihat dan rasakan" (Kemenangan Akhir, Elen White)
Terima kasih Helen Munthe atas Buku Kemenangan Akhir yang dikirim kemaren. Buku yang sungguh-sungguh menginspirasi saya menuliskan artikel sederhana ini. Jangan lupa membawa mereka dalam doa-doa pribadi.
Semoga juga menguatkan mereka yang membacanya. Tuhan tidak hanya berdiri dan menonton kehancuran!
Selamat pagi semua. Selamat beraktivitas untuk Christin, Ai dan Icha. Keep spirit. God Bless!
Medan, 24 April 2015
Pagi ini, saya teringat tiga putri kami Yani Christin Girsang, Hilda Valeria Girsang, Trisha Melanie Girsang di kejauhan!.
Teringat kisah sedih mereka lima tahun yang lalu. Terngiang bunyi telepon maut malam hari, 17 Juni 2010 yang memberitahukan almarhum adikku Parker Girsang-ayah ketiga gadis yang malang itu telah meninggalkan kami untuk selama-lamanya di Rumah Sakit Cikini, Jakarta.
Bangga dengan semangat dan harapan yang senantiasa memenuhi keseharian mereka. Tentu saja, air mata haru menetes tak terbendung!
Hanya berselang empat tahun, ketiga putri remaja itu dua kali menyaksikan ambulance parkir di depan rumahnya--Perumahan Permata, Bekasi, mengantarkan jenazah kedua orang tua yang sangat mereka kasihi, di subuh hari.
Hatiku yang hancur, ketika membayangkan ketiganya berdiri di depan pintu, menanti jenazah ayahnya, saat anak-anak seusia mereka dibangunkan ibunya, siap-siap berangkat ke sekolah.
Teringat malam yang sangat panjang menunggu pesawat berangkat dari Medan ke Jakarta, esok harinya.Terbayang kekhawatiran masa depan anak-anak yang ditinggalkan pria usia 49 tahun itu, menyusul istrinya-ibu mereka yang meninggal empat tahun sebelumnya.
Terkenang, kesedihan ketiga putri kami berdiri di samping jenazah ayahnya, meratapi kepergian tumpuan harapan mereka.
Lima tahun yang lalu, mereka menjadi anak yatim piatu. "Gelap gulita!," demikian pernah diucapkan Christin Girsang beberapa waktu sesudah peristiwa itu.
Saat ayahnya meninggal, Christin yang tertua baru berusia 19 tahun dan masih memulai kuliah tahun pertamanya, kini sudah bekerja di siang hari, dan malam hari melanjutkan S1nya di UI, Depok-Jakarta, dan perkuliahan S1nya dijadwalkan selesai tahun ini.
Hilda (Ai) yang baru memasuki SMA, kini sudah kuliah semester VI di Universitas Brawijaya, Malang
Trisha Melani (Icha), baru memasuki SMP, kini kelas II SMA Negeri I Bekasi. .
"Semua akan indah pada waktunya, mari kita menatap ke depan," itulah kalimat Christin, membesarkan hati adik-adiknya, malam hari sepulang mengantar jenazah ayahnya.
Kata-kata harapan sungguh mujarab untuk memberi energi positif. yang selalu mereka bertiga tanamkan dalam hati masing-masing. Mereka tidak memikirkan kekhawatiran, tetapi membesarkan harapan yang lebih baik esok hari. .
Ketiganya tetap bersemangat menatap dan merajut masa depan yang indah.
Tuhan tidak hanya berdiri menonton kehancuran. Tuhan mengutus orang-orang baik melindungi mereka yang berserah kepadaNya. Dia bekerja dan terus bekerja.
Terima kasih untuk bou Masda, bou Oh, uda Santi, uda Henri, Ompung Nagasaribu, Ompung boru br Sitompul, serta seluruh keluarga, tante-tantenya Christin (keluarga mamanya, Osda and Sri cs), serta seluruh keluarga lainnya yang bersimpati.
Khususnya jemaat GKPS Salemba, Jakarta, dimana mereka bertiga menjadi anggota jemaat. Jemaat ini sungguh luar biasa mendukung mereka. Doa-doa, bantuan materil dan moril saudara-saudaraku semua telah membesarkan hati mereka, menguatkan mereka.
Demikian juga keluarga besar Girsang yang ada di Jakarta, khususnya keluarga besar RKY Girsang. Great! Terima kasih semuanya.
"Ketika bencana dan serangan tiba-tiba menghancurkan rrumah kita, ketika impian sukses kita tampak akan hancur, ketika penyakit dan kematian menimpa orang yang kita cintai, satu hal yang dapat meneguhkan dan mengarahkan kita tetap maju adalah harapan.
Harapan untuk hari esok yang lebih baik, untuk masa depan yang cerah, untuk hari bahagia. Harapan bahwa ada yang lebih hidup dari pada apa yang ada sekarang kita lihat dan rasakan" (Kemenangan Akhir, Elen White)
Terima kasih Helen Munthe atas Buku Kemenangan Akhir yang dikirim kemaren. Buku yang sungguh-sungguh menginspirasi saya menuliskan artikel sederhana ini. Jangan lupa membawa mereka dalam doa-doa pribadi.
Semoga juga menguatkan mereka yang membacanya. Tuhan tidak hanya berdiri dan menonton kehancuran!
Selamat pagi semua. Selamat beraktivitas untuk Christin, Ai dan Icha. Keep spirit. God Bless!
Medan, 24 April 2015
Belajar Ketahanan Pangan dari "Suhu"nya
Oleh: Jannerson Girsang
Direktur Pelayanan dan Pengembangan (Pelpem) GKPS, Pematangsiantar dan staf meminta nasehat kepada Prof Dr Posman Sibuea. Beliau adalah Guru Besar Tetap Unika Santo Thomas, Medan. Pendiri dan Direktur Center for National Food Security Research (Tenfoser)
Beliau menerima Direktur Pelpem dan staf di ruang kerjanya di Kampus Unika Medan.
Profesor Posman menjelaskan masalah kedaulatan pangan dan strategi yang seharusnya ditempuh pemerintah dan peran Pelpem dalam mendorong program-program kedaulatan pangan ke depan.
"Kita sudah terlanjur membuat stigma 'singkong' makanan orang miskin dan 'keju' makanan orang kaya," katanya.
"Jadi, kita meninggalkan singkong dan mengimpor bahan pembuat keju. Ketahanan pangan kita terancam,", lanjut guru besar yang baru saja kembali minggu lalu dari negeri jiran.
"Kita jauh ketinggalan dari program-program ketahanan pangan yang dilaksanakan negara lain.
Thailand misalnya. Program ini sungguh membantu mewujudkan program ekonomi kerakyatan di sana".
"Sayangnya di negeri kita masih banyak program, sehabis upacara, ujung-ujungnya 'kembali ke Laptop'. Tindakannya hanya sebatas upacara. Mindset proyek." katanya. .
Berdasarkan berbagai kekurang berhasilan ini, seharusnya Pelpem yang sudah berpengalaman lima puluh tahun dalam pengembangan masyarakat, ke depan akan mempertajam strateginya sehingga mampu mewujudkan program yang menurut Prof Posman cukup "seksi" ini.
16 Oktober 2015 adalah Hari Pangan dan Pelpem perlu memikirkan rancangan acara yang strategis dalam mendorong pelaksanaan program nasional ini.
Semoga Pelpem terus meningkatkan kualitas pelayanannya di tengah-tengah masyarakat Simalungun dan sekitarnya. "Dari pembicaraan ini, mungkin akan dibuat dua program," kata seorang staf Pelpem. Semoga!
Di akhir pertemuan, mereka bertukar cendera mata. Direktur Pelpem menyerahkan buku Refleksi Melayani di Tengah-tengah Masyarakat: 50 Tahun Pelpem GKPS dan Prof Dr Posman menyerahkan buku barunya: Minyak Kelapa Sawit.
Sungguh mencerahkan, pertemuan dengan seorang tokoh ketahanan pangan nasional yang sangat produktif menulis di berbagai koran nasional, serta penulis banyak buku tentang pangan.
Terima kasih Prof, semoga sehat selalu dan terus mencerahkan bangsa ini.
Medan, 28 April 2015
Direktur Pelayanan dan Pengembangan (Pelpem) GKPS, Pematangsiantar dan staf meminta nasehat kepada Prof Dr Posman Sibuea. Beliau adalah Guru Besar Tetap Unika Santo Thomas, Medan. Pendiri dan Direktur Center for National Food Security Research (Tenfoser)
Beliau menerima Direktur Pelpem dan staf di ruang kerjanya di Kampus Unika Medan.
Profesor Posman menjelaskan masalah kedaulatan pangan dan strategi yang seharusnya ditempuh pemerintah dan peran Pelpem dalam mendorong program-program kedaulatan pangan ke depan.
"Kita sudah terlanjur membuat stigma 'singkong' makanan orang miskin dan 'keju' makanan orang kaya," katanya.
"Jadi, kita meninggalkan singkong dan mengimpor bahan pembuat keju. Ketahanan pangan kita terancam,", lanjut guru besar yang baru saja kembali minggu lalu dari negeri jiran.
"Kita jauh ketinggalan dari program-program ketahanan pangan yang dilaksanakan negara lain.
Thailand misalnya. Program ini sungguh membantu mewujudkan program ekonomi kerakyatan di sana".
"Sayangnya di negeri kita masih banyak program, sehabis upacara, ujung-ujungnya 'kembali ke Laptop'. Tindakannya hanya sebatas upacara. Mindset proyek." katanya. .
Berdasarkan berbagai kekurang berhasilan ini, seharusnya Pelpem yang sudah berpengalaman lima puluh tahun dalam pengembangan masyarakat, ke depan akan mempertajam strateginya sehingga mampu mewujudkan program yang menurut Prof Posman cukup "seksi" ini.
16 Oktober 2015 adalah Hari Pangan dan Pelpem perlu memikirkan rancangan acara yang strategis dalam mendorong pelaksanaan program nasional ini.
Semoga Pelpem terus meningkatkan kualitas pelayanannya di tengah-tengah masyarakat Simalungun dan sekitarnya. "Dari pembicaraan ini, mungkin akan dibuat dua program," kata seorang staf Pelpem. Semoga!
Di akhir pertemuan, mereka bertukar cendera mata. Direktur Pelpem menyerahkan buku Refleksi Melayani di Tengah-tengah Masyarakat: 50 Tahun Pelpem GKPS dan Prof Dr Posman menyerahkan buku barunya: Minyak Kelapa Sawit.
Sungguh mencerahkan, pertemuan dengan seorang tokoh ketahanan pangan nasional yang sangat produktif menulis di berbagai koran nasional, serta penulis banyak buku tentang pangan.
Terima kasih Prof, semoga sehat selalu dan terus mencerahkan bangsa ini.
Medan, 28 April 2015
Uang Penting, Tapi Bukan Segalanya
Oleh: Jannerson Girsang
Berapapun harta yang Anda kumpulkan selama hidup, itu hanya dinikmati orang yang terbatas jumlahnya. Kisah atau cerita tentang Perbuatan Menginspirasi Anda, itulah Yang Bisa Dinikmati Setiap Orang tanpa batas waktu dan tempat.
Steven Job--pendiri dan CEO Apple.Inc, meninggal dunia dalam usia 56 tahun pada 5 Oktober 2011, karena diserang kanker pankreas ganas.
Semasa hidupnya Steven Job digaji 1 juta dollar per tahun, serta diberi saham di berbagai perusahaan--ia memegang 5,426 juta saham Apple, serta 138 juta saham di Disney (yang ia terima sebagai imbalan akuisisi Pixar oleh Disney).
Dia meninggalkan harta senilai 8 miliar dollar Amerika. Siapa sih orang Medan yang mampu meninggalkan harta sebanyak itu?. Kalau begitu tidak ada alasan sombong yah, kalaupun menurut
Anda, Anda itu kaya!
Jadi, seberapa banyakpun harta Anda, jangan banggakan, apalagi menjadi sombong!.
Nilai Anda bukan di sana, tetapi seberapa banyak orang Anda bantu dan menginspirasi mereka agar beroleh hidup lebih baik, menguatkan mereka dalam menghadapi kesulitan, merasa menyatu dengan kekayaan Anda, merasa bermanfaat karena Anda kaya, bukan merasa miskin karena kekayaan Anda!.
Lagi pula, Anda tidak akan mungkin mencapai harta sebesar itu di negeri ini, apalagi Anda hanya pegawai yang digaji.
Anda juga tidak bisa membagikannya kepada setiap orang, paling-paling Anda bisa memamerkannya, membuat silau mata, bukannya menginspirasi.
Harta Steven Job, tidak pernah bisa dinikmati setiap orang. Demikian juga harta yang Anda miliki. Anda dan saya tidak pernah menikmati uang Steven Job.
Anda dan saya bisa share pengalaman masing-masing. Kata-kata menginspirasi adalah makanan rohani yang bisa merubah hidup setiap orang. Itulah yang bisa Anda bagikan kepada setiap orang. Kisah menginspirasi dalam mencapai sesuatu, itulah yang bisa dishare ke setiap orang.
Anda dan saya bisa menikmati pidato-pidatonya, tulisan-tulisannya, pengalamannya yang menginspirasi hidup. Kisah kehidupan Steven Job memang sangat membuat kagum dunia ini.
Di masa kecil, Steven Job hanya orang biasa-biasa saja. Bahkan dia salah memilih tempat kuliahnya.
Dia memasuki perguruan tinggi yang mahal dan orang tuanya tidak sanggup menyekolahkannya.
Steven Job adalah laki-laki drop out, dan hingga akhir khayatnya tidak pernah lulus dari perguruan tinggi. tetapi dia berkarya--hasil karyanya dan caranya mencapai sukses itu yang disampaikan melalui pidato dari kampus ke kampus, diliput media dan ditulis di dalam buku.
Dalam pidato-pidatonya atau wawancara di media, Steven Job berkisah tentang pengalaman hidupnya, cara menghadapi masalah yang kadang tidak diperoleh di perguruan tinggi, buka bangga dengan hasilnya, tetapi bangga degan proses yag dilaluinya,
Steven Job mampu melakukan sesuatu yang luar biasa bagi dunia. .
Usianya hanya 56 tahun. Tetapi Steven Job telah memilih kehidupan yang besar, menemukan, Apple,
I-Pad yang digunakan jutaan bahkan miliaran penduduk dunia sekarang ini.
Pada waktu kematiannya, ia dikenal luas sebagai seorang visioner, perintis dan jenius dalam bidang bisnis, inovasi, dan desain produk, dan orang yang berhasil mengubah wajah dunia modern, merevolusi enam industri yang berbeda, dan "contoh bagi semua kepala eksekutif".
Kematiannya ditanggapi secara luas dan dianggap sebagai kehilangan besar bagi dunia oleh para penggemarnya di seluruh dunia.
Berubah, memiliki rasa ingin tau yang besar, action, itulah salah satu kunci keberhasilan Steven Job. Hasil kerjanya, pengalamannya dapat kita nikmati tanpa batas waktu, tempat, tidak mengenal suku bangsa.
Nilai Steven Job bukan pada jumlah uangnya. Tapi kualitas hidupnya. Bermanfaat bagi banyak orang, merubah hidup orang menjadi lebih baik, tanpa batas.
Dalam perjalanan hidupnya, Steven Job memiliki kata-kata menginspirasi orang terdahulu yang membakar semangatnya, mengundang tindakan kreatif sepanjang hidupnya.
Steven Job membuktikan kata-kata yang menginspirasi adalah kekuatan besar, lebih besar dari kekuatan apapun di dunia ini. Kata-kata hati keluar dari mulut orang-orang yang mengalami pekerjaan besar dan agung.
Dari pengalamannya belajar kata-kata bijak dari orang-orang terdahulu, Steve Job menghasilkan kata-kata bijak yang sangat berguna bagi semua orang. Dia tidak pernah menceritakan hartanya 5,1 miliar dollar Amerika, tetapi dia mengisahkan sesuatu yang mebesarkan hati, membangkitkan semangat. .
"And the way to do the great job is to love what you do," kata Steven Job mengajak kita mencintai pekerjaan yang kita lakukan. .
"If today were the last day of my life what I want to do what I am about today?", itulah kata-kata yang sangat berkesan bagi Steven Job. Berkaryalah, seperti Anda akan mati besok hari.
"And whenever the answer has been 'No', for too many days in a row, I know I need to change some thing," katanya. Bertanyalah apakah hari ini Anda melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi Anda dan sekitar Anda.
"Remembering I'll be dead soon, is the most important tool I've ever encountered to help me make a big choices in life," lanjut Steven.
Kita hidup tak berapa lama!. Kita bertemu denga teman hanya beberapa kali lagi. Bekerjalah dengan tekun, berikan kesan yang menginspirasi dalam pertemuan Anda, karena mungkin besok Anda tidak bertemu lagi. .
Tentu saja, koruptor, orang yang suka mencari jalan pintas, tidak mungkin menginspirasi seperti Steven Job!.
Bahkan dari penjara, mereka bangga memamerkan mobil mewahnya, pamer pakaian mewah. Merasa itulah kekuatan utamanya. Di setiap tempat mereka datang untuk pamer dan mendapat pujian dari "upah" yang diperolehnya tanpa kisah yang dapat diteladani. Tak sadar itu hanya hampa, dan tak banyak orang menikmatinya, bahkan justru mencibirnya.
.
Mereka tidak suka proses yang rumit dan capek seperti dijalani Steven. Mau enak, meski hanya goyang-goyang pinggul!
Medan, 23 April 2015
Saling Menginspirasi Mengatasi Kelemahan
Oleh: Jannerson Girsang
Suatu ketika Anda dan Saya tidak berdaya, lemah, lunglai!.
Coba renungkan ketika mengunjungi orang-orang yang sakit di rumah sakit, orang-orang yang lumpuh, orang yang sekarat tak berdaya.
Apa yang bisa mereka buat?.
Belajarlah dari pengalaman mereka!
Kecerdasan menurun (bahkan bisa-bisa pikun), fisik menurun, kegantengan/kecantikan akan hilang, kekayaan atau harta bisa menurun, ATAU kalau bertambah banyak, Anda tak mampu mengendalikannya, jabatan yang Anda "sombongkan" dan dewa-dewakan juga akan berakhir.
Satu-satunya senjata Anda adalah banyaknya Anda menabur "kebaikan" tulus ke hati orang-orang di sekitar Anda selama ini, banyaknya sahabat karib, sahabat sejati Anda.
Tanamkan kebaikan, sehingga mereka menuai kebahagiaan! Nilai Anda yang kekal adalah banyaknya orang yang merindukan Anda, karena Anda menginspirasi kehidupan mereka !
Tidak cukup hanya sekedar sahabat berlatar politik atau bisnis, karena itu hanya didasarkan pada hubungan "kepentingan", punya masa berlaku.
Perbanyaklah sahabat karib, sahabat sejati--orang-orang yang mencintai Anda apa adanya.
Banggalah keluarga Anda--orang tua Anda, anak dan istri/suami Anda. Bangga dan teladanilah kasih sayang orang tua Anda. Anda ada karena ada mereka, karena ada sahabat-sahabat Anda!.
Mari sahabat-sahabat FB saling menginspirasi satu dengan yang lain. Hanya itu jalan untuk menunju persahabatan dan kekuatan yang berkelanjutan.
Suatu ketika, Anda yang saat ini merasa hebat, berangsur akan lemah, lunglai.
Pada akhirnya, Anda tergantung pada keluarga dan sahabat sejati Anda! Jangan terlambat. Pelihara hubungan keluarga Anda dan sekitar Anda.
Ciptakan perdamaian walau berbeda pendapat. Satu musuh terlalu banyak, seribu teman terlalu sedikit!
Selamat pagi semua!
Medan, 22 April 2015
Suatu ketika Anda dan Saya tidak berdaya, lemah, lunglai!.
Coba renungkan ketika mengunjungi orang-orang yang sakit di rumah sakit, orang-orang yang lumpuh, orang yang sekarat tak berdaya.
Apa yang bisa mereka buat?.
Belajarlah dari pengalaman mereka!
Kecerdasan menurun (bahkan bisa-bisa pikun), fisik menurun, kegantengan/kecantikan akan hilang, kekayaan atau harta bisa menurun, ATAU kalau bertambah banyak, Anda tak mampu mengendalikannya, jabatan yang Anda "sombongkan" dan dewa-dewakan juga akan berakhir.
Satu-satunya senjata Anda adalah banyaknya Anda menabur "kebaikan" tulus ke hati orang-orang di sekitar Anda selama ini, banyaknya sahabat karib, sahabat sejati Anda.
Tanamkan kebaikan, sehingga mereka menuai kebahagiaan! Nilai Anda yang kekal adalah banyaknya orang yang merindukan Anda, karena Anda menginspirasi kehidupan mereka !
Tidak cukup hanya sekedar sahabat berlatar politik atau bisnis, karena itu hanya didasarkan pada hubungan "kepentingan", punya masa berlaku.
Perbanyaklah sahabat karib, sahabat sejati--orang-orang yang mencintai Anda apa adanya.
Banggalah keluarga Anda--orang tua Anda, anak dan istri/suami Anda. Bangga dan teladanilah kasih sayang orang tua Anda. Anda ada karena ada mereka, karena ada sahabat-sahabat Anda!.
Mari sahabat-sahabat FB saling menginspirasi satu dengan yang lain. Hanya itu jalan untuk menunju persahabatan dan kekuatan yang berkelanjutan.
Suatu ketika, Anda yang saat ini merasa hebat, berangsur akan lemah, lunglai.
Pada akhirnya, Anda tergantung pada keluarga dan sahabat sejati Anda! Jangan terlambat. Pelihara hubungan keluarga Anda dan sekitar Anda.
Ciptakan perdamaian walau berbeda pendapat. Satu musuh terlalu banyak, seribu teman terlalu sedikit!
Selamat pagi semua!
Medan, 22 April 2015
Mencari Bupati Ideal di Kabupaten Simalungun (2015-2020)
Oleh: Jannerson Girsang
Bahan: Mengenang Rajamin Purba (Biografi)
Membaca kisah Rajamin bagi saya ibarat memimpikan pemimpin ideal bagi daerah kelahiranku, Kabupaten Simalungun.
Andai ada seorang berusia 32 tahun, seusia Rajamin jadi bupati, kemudian mengubah Kabupaten Simalungun seperti yang dilakukannya di era dimana banyak mendapat tantangan, serta, situasi politik, keterbatasan keuangan dan teknologi saat itu.
Meski usianya hanya mentok di angka 49 tahun, tetapi meninggalkan karya yang spektakuler.
Memang,usia 32 tahun menjadi bupati, mungkin sulit dicapai seseorang pada saat sekarang ini. Bupati yang tulus membangun rakyatnya tanpa dicekcoki dengan kepentingan pribadi sudah langka di era hedonisme ini.
Tapi tidak ada salahnya bermimpi. Itulah daya tarik membaca buku ini. .
Buku Mengenang Rajamin Purba, yang ditulis Ir MT Purba pada 2006 ini mengisahkan kiprah pria Simalungun, kelahiran Bangun Purba, Haranggaol, 22 Desember 1928.
Mantan Bupati Simalungun (1960-1973) ini dikenal sebagai bupati yang ideal bagi kabupaten Simalungun dari segi pemikiran, konsep maupun implementasinya di lapangan yang berorientasi kepada aspirasi masyarakat.
Rajamin menjadi Bupati Simalungun saat usianya baru 32 tahun. Masih sangat muda untuk ukuran calon-calon bupati yang muncul sekarang ini. Bukan karena usia, maka seseorang menjadi matang. Sebuah pelajaran bagi para calon bupati. Dulu, yang muda yang berkarya.
Hai, generasi muda, beranikah seperti Rajamin?
Di bidang pemerintahan dia mengukir karya-karya spektakuler, mulai dari merombak struktur desa, pangan, penyelesaian tanah garapan, pembangunan sarana jalan, Sarana Kantor dan Rumah, turis, pembangunan sosial, keagamaan, pendidikan dan budaya.
Di bidang budaya misalnya beliau turut membidani Partuha Maujana Simalungun (PMS), Museum Simalungun. Aktualisasi Motto Habonaron do Bona, muncul di saat pemerintahan beliau dan ditulis pada lambang Kabupaten Simalungun. . .
Dalam usia muda (37 tahun), beliau begitu banyak melahirkan konsep-konsep budaya, keagamaan dan pendidikan jangka panjang bagi kabupaten ini. .
Di bidang pendidikan Rajamin adalah pendiri Universitas Simalungun (18 September 1965), dalam pembangunan masyarakat desa oleh gereja beliau turut membidani pendirian Pelayanan dan Pembangunan (Pelpem) GKPS (15 Januari 1965).
Kita masih bisa saksikan sekarang ini. Penyediaan tanah dan konsep implementasi bagi pendidikan dan rumah ibadah dilakukannya tanpa sedikitpun itu menjadi miliknya.
Penyediaan 33 hektar tanah untuk GKPS di Jalan J Wismar Saragih, 38 hektar tanah untuk Universitas Simalungun (USI) di Pematangsiantar adalah usaha-usaha beliau semasa menjabat Bupati Simalungun untuk fasilitas keagamaan dan pendidikan. Tidak ada satu meterpun aset pribadinya terdapat di sana, atau di sekeliling lokasi itu.
Beliau berjuang untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya--tidak hanya berfikir jangka pendek, apalagi untuk pribadinya. Tak ada peninggalan harta pribadinya yang menonjol di Simalungun, meski dia menjabat bupati selama 13 tahun.
Kini, karya-karyanya semuanya menjadi asset yang bisa dinikmati banyak orang.
Walau usianya hanya 49 tahun (meninggal 1977) Rajamin telah mengukir sebuah teladan yang dapat dibanggakan dan perlu dipelajari generasi sekarang ini.
Dia meninggalkan kader-kader pemimpin yang berjaya di kemudian hari, meninggalkan nilai-nilai baik yang jadi panutan.
Mudah-mudahan para pejabat selanjutnya meniru beliau, janganlah mencampur adukkan kepentingan pribadi dalam strategi pembangunan daerah.
Beliau juga mendidik ke enam putra puterinya dengan baik, meski anak-anaknya harus kehilangan ayahnya, saat mereka masih kuliah dan ada yang masih Sekolah Dasar.
Ketika Rajamin meninggal, anak tertuanya Budi Raja Manggala Putra baru masuk kuliah di teknik Sipil ITB, Darmayanti br Purba (Kelas II SMA), Pandu Purba (Kelas I SMA), Suhaerani Purba (Kelas I SMP), Kurniaty (Kelas V SD) dan Adi Rajadiningrat (Kelas II SD).
Rajamin meninggalkan seorang istri, ibu Kencana. MT Purba (penulis buku ini) menyebutnya putri bangsawan dari Jawa Barat. (Ibu Kencana meninggal tahun 2013).
Ibu cantik, sangat ramah dan mampu bertutur lancar dalam bahasa Simalungun ini konon sempat mengeluh, karena ditinggalkan suami tercintanya saat anak-anaknya masih kecil-kecil.
"Bagaimana membimbing dan membesarkan anak-anak yang enam orang ini tanpa Bapak?. Saya merasa tidak berdaya,"ungkapnya seperti dikutip penulis buku ini.
Tuhan Maha Besar. Kini, anak-anaknya berkiprah di berbagai bidang profesi. Putranya Budi Raja Manggala Putra, kini berpangkat Kolonel, serta putrinya Suhaerani Purba adalah penyanyi yang dikenal dengan Rani Purba, dan menikah dengan Martin Hutabarat (Angggota DPR-RI dari Partai Gerindra), serta putra puterinya yang lain dan berkiprah sesuai dengan profesi mereka masing-masing.
Adakah karakter bupati Rajamin akan muncul pada 2015-2020? Mari kita tunggu!
19 April 2015
Peluncuran Buku
Suara Simalungun 15 April 2015. Publikasi Ulang Tahun Pelpem ke-50 dan peluncuran buku:"Refleksi Melayani Di Tengah Masyarakat: 50 Tahun Pelpem GKPS (1965-2015)".
Kampanye Minat Baca
Oleh: Jannerson Girsang
"Bawa buku yang kau tulis, biar ada bacaanku" kata ibuku yang sudah berusia 78 tahun pagi ini saat menemuinya di rumah adik saya.
Ibu saya terhibur membaca buku yang saya tulis: Refleksi Melayani di Tengah Masyarakat: Lima Puluh Tahun Pelpem GKPS (1965-2015).
"Bawa buku yang kau tulis, biar ada bacaanku" kata ibuku yang sudah berusia 78 tahun pagi ini saat menemuinya di rumah adik saya.
Ibu saya terhibur membaca buku yang saya tulis: Refleksi Melayani di Tengah Masyarakat: Lima Puluh Tahun Pelpem GKPS (1965-2015).
Tambah senang lagi ketika mereka (ibu dan bapak) ikut peluncurannya di Pematangsiantar, 8 April 2014 lalu.
Yang tua aja senang membaca. Tingkatkan Minat Baca Indonesia!
Yang tua aja senang membaca. Tingkatkan Minat Baca Indonesia!
Danau Toba yang Menginspirasi
Oleh: Jannerson Girsang
Selamat Pagi semua. Foto di bawah ini adalah hasil jepretanku dari perbukitan Sibaganding, di suatu pagi, Nopember 2014. Sejuk, nyaman dan mengundang inspirasi untuk menuliskannya.
Ribuan kisah indahnya Danau Toba telah dipaparkan dan dikisahkan melalui: buku, opini, cerpen, puisi, foto, drama, film dan kisah dari mulut ke mulut.
Ciptaan Tuhan, kaldera raksasa, hasil ledakan vulkanik yang terjadi 70 ribu tahun yang lalu ini menanti sentuhan. Kisahkan keindahan alam dan budayanya!.
Berceritalah dengan jujur bahwa Danau Toba itu indah, lebih indah dari semua danau yang pernah saya kunjungi di Sumatra, Jawa dan Bali. Memberi inspirasi dan semangat hidup bagi jutaan orang yang pernah mengunjunginya. Berceritalah budaya yang ada di sekitar Danau itu.
Mereka yang pernah mengunjungi Danau ini, pasti berjanji akan kembali lagi ke sana.
Jangan cemari danau ini dari kisah-kisah negatif. Ceritakanlah kisah inspirasi yang mengundang orang berkunjung ke Danau terbesar di Asia Tenggara itu.
Satu cerita buruk tentang Danau itu, mengurangi 10.000 wisatawan, satu cerita baik hanya akan menambah 1000 wisatawan. Percayalah!
Israel yang terus dilanda perang dan konflik, tetap dikunjungi jutaan wisatawan setiap tahun, karena mereka dan media di sana tidak mengeksploitasi berta tentang perang. Mereka memberi harapan kepada pengunjung, daerahnya aman.
Bali yang pernah diserang Bom Teroris 2001, cepat pulih, karena mereka, para penulis di Bali menceritakan "harapan" bukan "kekhawatiran". Bahkan para penulis di sana difasilitasi menuliskan keindahan alam dan kekayaan budaya Bali. Tidak terus menerus mengeksploitasi berita teroris atau kejahatan. .
Kisahkan pengalaman yang menyenangkan di Danau Toba. Mari bercerita tentang Danau Toba yang Indah, kisah yang menginspirasi orang berkunjung ke sana!
"Right or Wrong, I love Lake Toba!"
Medan, 14 April 2015
Selamat Pagi semua. Foto di bawah ini adalah hasil jepretanku dari perbukitan Sibaganding, di suatu pagi, Nopember 2014. Sejuk, nyaman dan mengundang inspirasi untuk menuliskannya.
Ribuan kisah indahnya Danau Toba telah dipaparkan dan dikisahkan melalui: buku, opini, cerpen, puisi, foto, drama, film dan kisah dari mulut ke mulut.
Ciptaan Tuhan, kaldera raksasa, hasil ledakan vulkanik yang terjadi 70 ribu tahun yang lalu ini menanti sentuhan. Kisahkan keindahan alam dan budayanya!.
Berceritalah dengan jujur bahwa Danau Toba itu indah, lebih indah dari semua danau yang pernah saya kunjungi di Sumatra, Jawa dan Bali. Memberi inspirasi dan semangat hidup bagi jutaan orang yang pernah mengunjunginya. Berceritalah budaya yang ada di sekitar Danau itu.
Mereka yang pernah mengunjungi Danau ini, pasti berjanji akan kembali lagi ke sana.
Jangan cemari danau ini dari kisah-kisah negatif. Ceritakanlah kisah inspirasi yang mengundang orang berkunjung ke Danau terbesar di Asia Tenggara itu.
Satu cerita buruk tentang Danau itu, mengurangi 10.000 wisatawan, satu cerita baik hanya akan menambah 1000 wisatawan. Percayalah!
Israel yang terus dilanda perang dan konflik, tetap dikunjungi jutaan wisatawan setiap tahun, karena mereka dan media di sana tidak mengeksploitasi berta tentang perang. Mereka memberi harapan kepada pengunjung, daerahnya aman.
Bali yang pernah diserang Bom Teroris 2001, cepat pulih, karena mereka, para penulis di Bali menceritakan "harapan" bukan "kekhawatiran". Bahkan para penulis di sana difasilitasi menuliskan keindahan alam dan kekayaan budaya Bali. Tidak terus menerus mengeksploitasi berita teroris atau kejahatan. .
Kisahkan pengalaman yang menyenangkan di Danau Toba. Mari bercerita tentang Danau Toba yang Indah, kisah yang menginspirasi orang berkunjung ke sana!
"Right or Wrong, I love Lake Toba!"
Medan, 14 April 2015
Langganan:
Postingan (Atom)