My 500 Words

Senin, 23 Maret 2015

Pintar dan Bijaksana

Oleh: Jannerson Girsang

Pagi ini, sebelum berangkat kerja, setelah seminggu menjalani kehidupan: mendampingi istri yang sakit, menyelesaikan persiapan keluarga menghadapi pernikahan seorang putri adik kami, menyelesaikan pekerjaan, ulang tahun putri kedua saya hari ini, saya teringat nasehat ibu saya.

Saya teringat sebuah peristiwa. Dulu, suatu hari di bulan September 1978, ketika saya berangkat belajar ke pulau Jawa orang tua saya mengatakan:

"Sekolahlah nak supaya kamu bisa menempatkan dirimu di lingkunganmu nantinya. Jangan lupa ke gereja. Langsung daftarkan dirimu di gereja terdekat. Jumpai famili-famili, supaya kalau ada kesusahanmu bisa kamu minta tolong. Jagalah anak-anak mereka kalau waktumu senggang"

Orang tua saya seorang guru SD--walau mungkin dia tidak mampu merumuskan nasehatnya dengan baik, intinya beliau menyuruh saya sekolah tidak hanya mengumpulkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi orang yang bijaksana.

Di sekolah kita belajar memahami gejala alam, sosial, ekonomi dll dan kaitannya dengan kehidupan pada bidang yang dipelajari, sehingga memudahkan kita untuk memecahkan persoalan yang dihadapi di bidangnya masing-masing.

Kita pintar menjelaskaan sebuah gejala alam, sosial dan memindahkannya ke kertas ujian. Hasilnya nilai di sekolah adalah nilai dari guru: 9 untuk sejarah, 9 bahasa Inggeris dan demikian juga untuk pelajaran yang lain.

Guru ketika itu juga menilai disiplin, kerajinan, dan budi pekerti yang diranking dengan: sangat baik, baik dan buruk. Misalnya melawan guru, memukul teman, tidak hadir atau terlambat di sekolah akan mendapat nilai buruk

Sejalan dengan proses belajar, kita berinteraksi dengan kehidupan nyata. Pulang sekolah tinggal di rumah kos, bergaul dengan teman-teman, masyarakat sekitar. Kita mengumpulkan nilai juga, yaitu kebijaksanaan.

Anak-anak, keluarga kita, masyarakat tidak peduli kita pintar atau bodoh di sekolah. Mereka taunya adalah kita berkontribusi kepada mereka baik secara material maupun immaterial.

Kehadiran kita di keluarga, masyarakat adalah sharing pengalaman hidup yang membuat orang lain merasa hidup--memanusiakan manusia, tidak hanya sharing pengetahuan.

Makanya jangan heran kalau kuping kita panas mendengar kata-kata: "percumanya dia sarjana, percumanya dia master, percumanya dia doktor, percumanya dia professor".

Kita dinilai masyarakat dari kebiasaan kita yang bermanfaat bagi mereka, apa yang kita lakukan berguna bagi mereka, pemikiran atau tindakan kita memecahkan persoalan yang mereka hadapi. Bukan "aksi sesaat" yang sering mengelabui mereka, yang kemudian mengecewakan mereka.

Keluarga, masyarakat mengharapkan kita tidak hanya pintar, tapi "bijaksana", mempraktekkan ilmunya dalam kehidupan, membuat lingkungan lebih baik. Kita dituntut sebagai mahluk sosial yang peduli kepada sekitarnya.

Kita berjuang dalam kehidupan untuk mengumpul kebijaksanaan, belajar seumur hidup mengumpulkan prestasi-prestasi yang bijak, menjadikan sesuatu berguna bagi diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar.

Orang yang hanya mengejar dirinya pintar memindahkan ilmu pengetahuan ke kertas ujian--sarjana kertas, atau dalam kehidupan memikirkan dirinya sendiri, sering mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan.

Banyak sarjana dengan IPK 3,6 tidak bisa mencari pacar, susah bergaul, susah mendapat pekerjaan. Menjadi beban, bahkan tidak mampu menyelesaikan persoalannya sendiri.

Mari terus belajar kehidupan di tengah-tengah lingkungan masyarakat kita, sehingga kepintaran itu berguna bagi orang banyak, tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan , tetapi juga bijaksana.

Who will cry when you die, itulah ukuran kebijaksanaan seseorang. Jutaan orang menangis ketika Mahatma Gandhi, Mother Theresia meninggal dunia.

Selamat Pagi, selamat beraktivitas!. Selamat Ulang Tahun buat Putriku: Patricia Marcelina Girsang. Semoga menjadi istri yang bijaksana.

Buat tulangku yang bijaksana: Markus Sinaga, Kuntas Sijabat

Medan, 23 Maret 2015.

Minggu, 22 Maret 2015

Merindukan Jurnalis Penyuara Kebenaran (Rubrik Opini Analisa, Selasa, 17 Maret 2015)

Oleh: Jannerson Girsang.

Peran jurnalis sungguh sangat besar dalam menegakkan kebenaran, seba­gai salah satu dari empat pilar demo­krasi. Me­reka adalah pe­nyuara kebe­naran, pembela orang-orang lemah, sehingga masyarakat lemah terlindu­ngi, merasa aman dan tercerdaskan.

Jurnalis adalah orang yang istimewa. Mereka memiliki informasi yang tak dimiliki kebanyakan manusia biasa; memiliki akses ke segala lapisan ma­syarakat dan segala tingkatan sumber informasi, mulai dari informasi umum, hingga informasi yang off the record.

Pagi-pagi mereka bisa mewawan­carai seorang tukang becak, malamnya diundang makan malam di hotel ber­bintang dan bertemu dengan seorang Panglima berpangkat Jenderal. Besok­nya, bertemu dengan tamu negara, Kepala Badan Intelijen negara asing. Malam besoknya, mendengar curhat se­orang mantan pejabat tinggi, yang sakit hati kepada pemerintah yang berkuasa.Jurnalis memiliki cerita di balik berita yang sangat berharga dalam menegakkan kebenaran.

Jurnalis adalah Orang-orang Terhor­mat

“I became a journalist because I did not want to rely on newspapers for information” kata Christopher Eric Hitchens (13 April 1949 – 15 December 2011), seorang penulis, jurnalis Inggeris-Amerika.Seseorang disebut jurnalis karena dia tidak hanya mempercayai apa yang tertulis di media, informasi umum yang diketahui masyarakat luas. Dia memili­ki informasi baru yang berbeda.

Mereka adalah pemberita fakta yang benar, mampu menceritakan sesuatu yang belum pernah di dengar publik, dengan cerdas: mencerahkan dan menghibur.Selain itu, jurnalis mengetahui hidden agenda (agenda tersembunyi) dari pesan yang disampaikannya. Dia mengetahui "Berita di balik Berita".

Salah satu kehebatan jurnalis adalah mampu membedakan mana yang pan­tas dan tidak pantas diberitakan. Mereka punya kode etik. Jurnalis Indoensia memiliki kode etik jurnalis yang harus dipatuhi setiap jurnalis. Kalau melang­gar, mereka akan dihu­kum pemba­ca.

John Pilger mengatakan: “It is not enough for journalists to see themselves as mere messengers without under­standing the hidden agendas of the message and the myths that surround it.”

Para jurnalis adalah orang-orang terhormat, orang yang sangat dihargai, sangat istimewa. Cerita mereka tak ternilai harganya.

Saking kagumnya kepada jurnalis, Mahatma Gandhi, seorang pencinta persamaan hak dari India membedakan jurnalis dengan masyarakat lainnya. “I believe in equality for everyone, except reporters and photographers,” katanya.

Membekali Diri Pengalaman Jurnalis Cerdas dan Pemberani

Di era 1990-an, ketika kami diper­siap­kan menjadi jurnalis sebuah maja­lah, dalam pembekalan jurnalistik sela­lu muncul dua nama teladan jurnalis cer­das dan berani yakni Bernstein dan Bob Woodward. Dari Indonesia biasa­nya dimunculkan nama Mochtar Lubis.Kisah mereka sunggung menggugah dan memberi semangat besar dalam melaksanakan tugas-tugas jurnalistik. Mereka adalah jurnalis penyuara kebenaran.

Bernstein dan Woodward misalnya. Di usia muda, mereka berhasil mem­bong­kar kasus Watergate. sKasus Watergate—melibatkan Presiden Nixon, merupakan skandal politik besar yang terjadi di Amerika Serikat pada 1970-an.Skandal itu mencuat di Kantor Pusat Komite Partai Demokrat di Washing­ton, D.C pada 17 Juni 1972, berkat peran kedua jurnalis muda itu. Skandal ini akhirnya memaksa Presiden Nixon mengundurkan diri pada 9 Agustus 1974—satu-satunya peristiwa pengun­duran diri seorang Presiden AS hingga saat itu.

Di tengah usaha Presiden Nixon mencoba menutupi keterlibatannya, kedua jurnalis ini dengan gigihnya menyuarakan kebenaran yang mereka miliki, meski menantang bahaya.Saat kasus itu terjadi keduanya masih berusia muda. Carl Bernstein, pris kelahiran 14 Pebruari 1944 (saat membuka kasus itu berusia 27 tahun), dan Robert Upshur “Bob” Woodward kelahiran 26 Maret 1943 (saat itu berusia 28 tahun).Melalui media tempat mereka bekerja The Washington Post, kedua­nya memberitakan hal-hal terpenting dalam Skandal Watergate.

Skandal itu menghasilkan dakwaan, pengadilan, dan penahanan empat puluh tiga orang, dan puluhan di anta­ranya adalah pejabat administrasi Nixon. Penggantinya Gerald Ford, kemudian mengeluarkan pengam­punan kepada Nixon.

Atas perannya mengungkap Skandal itu, Bernstein menerima banyak penghargaan, dan pekerjaannya mem­buat The Washington Post memperoleh penghargaan Pulitzer untuk Public Service, 1973. Bernstein sendiri adalah seorang jurnalis investigasi Amerika dan penulis nonfiksi. Dia bekerja di The Washington Post sejak 1971 sebagai reporter, dan sekarang adalah associate editor harian itu.

Keduanya mampu membuat sejarah jurnalistik yang menginspirasi banyak jurnalis dunia. Jika jurnalis mau dan memiliki dedikasi yang tinggi untuk menegakkan kebenaran, maka sehebat apapun penguasa yang tidak benar pasti akan jatuh! Masyarakat luas merindukan jurna­lis-jurnalis pembela kebenaran, pem­bela orang-orang lemah.

Indonesia juga memiliki jurnalis-jurnalis cerdas dan berani mengungkap kebenaran. Dalam pelatihan jurnalistik yang saya ikuti, biasanya disebut-sebut nama Mochtar Lubis, jurnalis pembe­rani Indonesia yang membongkar kasus Pertamina di era 1970an, hampir bersa­maan waktunya dengan kasus Water­gate di Amerika.

Meski tidak sekaliber kasus besar yang diungkap kedua jurnalis Amerika itu, Mochtar Lubis, adalah salah satu icon jurnalis cerdas dan pemberani dari Indonesia. Mochtar Lubis melalui harian yang dipimpinnya Indonesia Raya berhasil membongkar kasus Pertamina yang melibatkan Ibnu Sotowo.Kisah Mochtar Lubis selalu menjadi cerita yang awet dan menginspirasi setiap jurnalis.

Kisah kecerda­san dan keberaniannya “tidak lekang oleh panas, tidak lapuk oleh hujan”. Harian Merdeka misalnya, dalam penerbitannya 21 Oktober 2013, menulis topik tentang kisah Mochtar Lubis.“Mochtar Lubis lewat Harian Indo­nesia Raya berusaha menguliti dan mem­bongkar kasus korupsi di Perta­mina yang dilakukan Ibnu Sutowo. Dua koper bukti dugaan korupsi di perusa­haan milik negara itu disodorkan, tapi toh Ibnu Sutowo tetap melenggang kang­kung dan menikmati hasil korupsi­nya,” ungkap Harian Merdeka, 21 Oktober 2013.

Muchtar Lubis di tengah-tengah penegak hukum yang enggan menyeret Ibnu Sotowo dalam kasus Pertamina, dengan berani memberitakan pelangga­ran yang dilakukan mantan Direktur Pertamina itu."Tidak ada penegak hukum yang saat itu memeriksa atau memang­gil dia atas berita korupsi yang kami beritakan. Tidak ada, dia seperti kebal hukum," ujar mantan Redaktur Pelak­sana Harian Indonesia Raya, Atma­kusumah, seperti dikutip redaksi merdeka.com.

Mendengar bang Bahrul Alam (Mantan Redaktur Pelaksana Majalah Perospek, dan terakhir Koordinator Liputan Seputar Indonesia, RCTI) mengisahkan dua nama jurnalis Amerika itu, serta nama Mochtar Lubis, seketika muncul semangat baru: jurnalis harus cerdas dan berani. Kita merasa kecil, tidak ada apa-apanya, dan harus belajar banyak dari pengalaman mereka! Mudah-mudahan jurnalis kita pernah mendengar kisah itu, sehingga mereka memiliki sema­ngat yang membara dalam menegakkan kebenaran.

Penutup

Kita berharap, jurnalis Indonesia adalah orang-orang cerdas dan pembe­rani, menguasai dan mampu memahami persoalan di tengah-tengah masyarakat, UU No 44/199 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.Mereka adalah orang-orang terhor­mat,. Di saat pejabat takut menegakkan kebenaran, dan cenderung menyem­bunyi­kan kasus seperti Presiden Nixon, jurnalis adalah benteng terakhir rakyat.

***Penulis adalah mantan wartawan majalah Ekonomi Prospek, kini penulis biografi. Tinggal di Medan. Email: girsangjannerson@gmail.com. Blog: http://www.harangan-sitora.blogspot.com

Kamis, 12 Maret 2015

Menulis Berita: Mencetak Reporter dalam Dua Jam

Oleh: Jannerson Girsang

Menjadi reporter sebenarnya adalah tugas semua manusia yang ingin bercerita dengan benar, dan memenuhi unsur-unsur berita. Kita berkewajiban melaporkan sesuatu dengan benar dan bermanfaat bagi penerima pesan.

Artikel pendek ini  adalah sebagian bahan training yang saya sampaikan kepada wartawan buletin Penabur di Medan pada 18 Agustus 2013  dan mahasiswa dan dosen  STT Sumatera, 2014 yang lalu.

Untuk Anda yang ingin memperoleh pengetahuan dasar menjadi jurnalis cetak, silakan disimak! Saya jamin, dua jam, Anda sudah bisa menjadi reporter. Tidak sulit kok! Coba aja!.

Sebagai Reporter, Aku Harus? 

Seorang reporter akan bertemu orang dari berbeda lapisan masyarakat, menghadapi semua situasi (mampu membuatnya  bermanfaat untuk bahan berita), melaporkan dan menulis berbagai topik satu atau lebih berita setiap hari, bekerja setiap saat; siang atau malam, untuk melayani informasi yang dibutuhkan pembaca.

Reporter harus memiliki beberapa hal :

  Tertarik pada kehidupan sekitar
  Mencintai Bahasa
  Berfikir teratur dan  bersikap hati-hati
  Bersikap curiga
  Tabah
  Ramah
  Handal

Kemampuan:

  Pengetahuan jurnalistik dasar (menilai dan menulis berita)
  Pengetahuan umum (mampu melihat kesenjangan: kenyataan dan seharusnya)
  Semua orang bisa menjadi reporter! Paling tidak reporter untuk istrinya, sehingga berkata benar sesuai   fakta
 


Bagaimana Aku Bisa? 

Rudyard Kliping penemu  5w +1H mengatakan sebagai berikut:

“Saya tetap berhubungan dengan enam laki-laki yang jujur, (Mereka mengajarkan saya semua yang saya ketahui).  Nama-nama mereka adalah  Apa (What), Mengapa (Why), Kapan (When), Bagaimana (How), Dimana (Where), dan Siapa (Who)." Rudyard Kipling (1902)
   
Rudyard Klipping telah menolong reporter dengan enam kata sebagai alat mengumpulkan dan menyajikan informasi yang dibutuhkan pembaca.

Setiap saat di sekitarku ada 5W + 1 H 

5W + 1 H sangat menolong reporter untuk menggali informasi dan menulisnya dengan sistematis.
Jarar Siahaan menulis dalam blognya http://bataknews.wordpress.com menggambarkan penggunaan 5 W +1 H:

“Tadi pagi Waduh, lo tahu nggak, tadi tuh, sekitar pukul 7 [KAPAN], dekat lampu merah Jalan SM Raja [DI MANA], ada kecelakaan langsung terjadi di depan mata gua. Satu mobil sedan nabrak motor [APA]. Sopirnya [SIAPA] nggak apa-apa, tapi yang punya motor [SIAPA] tewas di tempat. Yang salah sih si korban. Gua sempat lihat, dia nggak peduli lampu merah, malah dia tancap gas motornya. Nah, waktu menerobos lampu merah itu, mobil sedan dari arah kanan juga sedang kencang, dia ketabrak dan jatuh, kepalanya berdarah [BAGAIMANA]. Kasihan banget. Gua sempat berhentikan motor gua, lalu bantu geser motor korban. Nggak lama polisi datang. Menurut polisi, ternyata motor dia tuh lagi putus rem [MENGAPA]. Padahal tadi sempat gua kira dia sengaja ngebut.”

Dengan 5 W + 1 H reporter dapat menyusun pertanyaan dan menulis berita secara mudah, lengkap dan cepat untuk disajikan kepada pembaca

Aku Belum Tau Menerapkannya. Gimana nih?

Misalkan Anda berada dalam ruangan pelatihan  dan melaporkan Pelatihan Jurnalistik dan Blogger Rohani kepada media Anda.

  Apa (What) : Apa peristiwa yang diliput?.
  Mengapa (Why). Mengapa terjadi peristiwa itu? (ACARA ATAU  EVEN. Lihat di TORnya, atau wawancara penyelenggaranya).
  Kapan (When). Kapan peristiwa terjadi? informasi berkaitan dengan waktu.
  Bagaimana (How). Bagaimana peristiwa berlangsung?. (cara penyajian, suasana dll)
  Dimana (Where). Dimana acaranya berlangsung? .
  Siapa (Who). Siapa aktor-aktor yang terlibat? (penyelenggaranya—siapa mereka, jumlah pesertanya—siapa saja mereka dari kalangan mana, dan pelatihnya—ceritakan profilnya).


Wah, Kebetulan Aku kan Sedang Training 

Di dalam kepala sudah harus ada pertanyaan-pertanyaan 5 W + 1 H. Sambil duduk, coba terapkan kata-kata Rudyard Kliping tadi:

  WHO.   30  peserta yang berasal dari wartawan pemula dan para pemuda Kristen yang berminat menjadi penulis atau wartawan.
  WHAT.  Pelatihan Jurnalistik dan Blog Rohani
  WHEN.  Sabtu 16 Agustus 2013 dari pukul 09---.
  WHERE.  Gedung Telkom Speedy, Jl. Mongonsidi Medan.
  WHY?.  (Nanti kutanyakan Panitianya: kok bisa-bisanya mereka menyelenggarakan training?).
  HOW.  Pelatihan diawali Pelatihan Jurnalistik yang disampaikan oleh Ir Jannerson Girsang dan disusul pembicara kedua Simon Pakpahan yang menyajikan    Blogger Rohani.  

Aku Harus Melengkapi Data!.  (Reporter tidak boleh hanya menggunakan apa yang dilihatnya, dia harus observasi). 

Saya mau wawancara dengan panitia. Ada satu pertanyaan yang belum terjawab. (Why). Mengapa training ini dilaksanakan? Mereka pasti memiliki hal-hal yang bermanfaat untuk dimasukkan karena mereka melihat sesuatu dari sudut yang berbeda dengan kerumunan.

Aku juga harus berbicara dengan peserta, gimana pendapat mereka tentang  training ini. (Apa sih manfaatnya training ini bagi kamu?)

Mmmh. Catatan statistik penting juga. Perlu jumlah orang yang hadir, lokasi, waktu, tema, juga hal-hal lain yang membuat peristiwa itu menonjol atau berbeda.

Oh ya, gambar juga. Aku harus mengambil gambar semua bagian-bagian penting. Ada pembicara, ada peserta, ada panitianya. Supaya nanti orang bisa melihat suasana training.

Kini Sudah Terkumpul Data 5W+1H 

  Who.  30  peserta yang berasal dari wartawan pemula dan para pemuda Kristen yang berminat menjadi penulis atau wartawan.
  What. Pelatihan Jurnalistik dan Blog Rohani
  WHEN. Sabtu 16 Agustus 2013 dari pukul 09---.
  WHERE. Gedung Telkom Speedy, Jl. Mongonsidi Medan.
  WHY?. Kata Ketua Panitianya: “Pelatihan ini dilakukan supaya semua peserta mampu menjadi wartawan harian lokal. Pemuda gereja saatnya bersuara melalui media”
  HOW/Bagaimana?. Pelatihan diawali Pelatihan Jurnalistik yang disampaikan oleh Ir Jannerson Girsang dan disusul pembicara kedua Simon Pakpahan yang menyajikan Blogger Rohani. Keduanya menampilkan cara mengajar jurnalistik dan membuat blogger dengan sangat sederhana, sehingga 100% persertanya mampu menulis berita di media dan akan membuat blog.
Gambarnya juga udah dapat. Bagus-bagus semua.

Mau Menulis. Tapi kok  Pusing Ya? 

Dulu juga saya pusing kok!. Kalau tidak pusing berarti Anda tidak normal. Ternyata menuliskan data menjadi berita ada Tekniknya, bukan asal tulis.

 Tetapkan Angle  (sudut pandang) berita melalui 5W+1H tadi.

Angle (sudut pandang, harus kutetapkan dulu).

Kata ahlinya: lead itu harus menunjukkan sudut pandang penulisan berita. Di alinea  pertama setidaknya sudah menyangkut 4 W dari 5W. Jadi membaca alinea pertama, pembaca sudah menangkap sari beritanya.  Kemudian susun dalam bentuk urutan seperti pyramida, menyusun hal-hal penting dari atas, hal yang kurang penting ke bawah.  Pymida terbalik. (Pusing lagi, apa pula itu?).

Caranya Gimana?

Misalnya, saya mau menyoroti tentang Pelatihan Jurnalistik dari angle peristiwanya (What). Maka saya akan mendahulukan cerita tentang Pelatihannya,    membahas persiapannya, pelaksanaannya dan kesulitan yang mereka hadapi.

Kalau saya mau mengambil angle tentang Penyelenggaranya, pembicaranya (Who) maka saya akan  menempatkannya sebagai lead berita. Saya akan memulai dengan  Panitia Penyelenggara mengadakan Training Jurnalistik kepasa 30 peserta diGedung Telkom Speedy, Jl. Mongonsidi Medan Medan, Sabtu 16 Agustus 2013. Saya akan menjelaskan siapa mereka mengapa mereka melakukannya dan apa kegiatan selanjutnya dari program ini.

Kalau saya mau membahas tentang Gedung  (Where) dimana Pelaksanaan Pelatihan ini dilaksanakan, maka saya akan bercerita tentang Hotel dan segala fasilitas yang mendukung kegiatan ini.

Kalau saya mau menyoroti tentang waktu pelaksanaan maka saya akan mulai dengan waktu penyelenggaraan, lamanya waktu, dan efektivitas waktu yang digunakan.

Kalau saya mau menyororti  bagaimana (How) cara berlangsungnya pelatihan maka proses pelatihannya menjadi titik tolak saya dalam membuat berita.  Demikian seterusnya.

Menuliskan ke dalam Bentuk Pyramida Terbalik

Menulis berita harus sistematis, mengikuti bentuk Pyramid. Dengan cara ini reporter dapat menulisnya dengan cepat dan sistematis, sehinga pembaca mudah memahaminya walaupun tidak seluruhnya dibaca.

Angle berita yang Anda pilih, tuliskan paling atas. Kemudian hal-hal terpenting, dan kurang penting ke bawah.

Sehingga susunannya seperti Pyramida.

Dalam lima menit, saya sudah menuliskan berirtanya menjadi seperti ini:

PELATIHAN JURNALISTIK DAN BLOGGER ROHANI

Medan – Majalah Tabloid Penabur menyelenggarakan Pelatihan Jurnalistik dan Blogger Rohani  kepada  Pemuda  gereja di Gedung Telkom Sppedy, Jalan Monginsidi Medan, 16 Agustus 2013.

Menurut Panitia Penyelenggara, sekitar 30 peserta mengikuti pelatihan ini. “Mereka berasal dari kalangan wartawan pemula, para pemuda Kristen yang berminat menjadi wartawan atau penulis rohani Kristen,” ujar Ketua Panitia Penyelenggara Training Jurnalistik Tabloid Penabur.

Majalah yang terbit bulanan dan bertiras 4000 eksemplar ini menghadirkan dua pembicara yakni Ir Jannerson Girsang yang menyajikan Pembekalan Jurnalistik untuk Pemula dan Simon Pakpahan menyampaikan modul berjudul:

Pembicara pertama, pria kelahiran Nagasaribu, 14 Januari 1961 itu, adalah seorang mantan wartawan, penulis artikel di berbagai media di Medan  dan penulis beberapa buku  biografi dan otobiografi beberapa tokoh di Sumatera Utara  sedangkan pembicara kedua adalah Vice of Director di Mitra Sarana Indonesia   Cloud Computing Specialist di Mitra Sarana Indonesia.

Ir Jannerson Girsang menjelaskan tentang teknis pekerjaan reporter, teknik penulisan berita, etika reporter Kristen, serta masa depan kehidupan seorang reporter. “Menjadi reporter dan penulis Kristen di masa depan sangatlah penting, karena tulisan-tulisan dan berita tentang pelayanan gereja sangat minim,” ujar penulis buku beberapa tokoh gereja ini.

Sementara itu, Simon Pakpahan  menjelaskan teknis penulisan di Blog Rohani, serta peran pelayanan pemuda Kristen melalui Blog.  “Andaikan setiap pemuda Kristen memiliki blog, maka berita tentang pelayanan gereja semakin banyhak, suara jemaat akan semakin terdengar ke seluruh penjuru dunia. Menulis di blog adalah menulis untuk dunia,” kata Simon Pakpahan.

Para peserta pelatihan  mengungkapkan manfaat mengikuti pelatihan. “Saya baru pertama kali mengikuti pelatihan jurnalistik. Ternyata menulis berita itu tidak sulit dan perlu lebih banyak pemuda dan jemaat yang mengikuti pelatihan seperti ini,” ujar X dari Pemuda gereja Y.

Acara ditutup oleh Pemred Tabloid Penabur, X Manuhutu.

Masing-masing Kelompok Membuat Berita dengan Angle Masing-masing! Bandingkan hasilnya.

Kok hasilnya belum enak dibaca ya?

Edit dan edit. Latihan dan latihan!

Menulis  atau menulis berita adalah ketrampilan, jadi harus diulang-ulang, lihat berita yang dibuat wartawan senior di Media lokal atau nasional.

Medan, 11 Maret 2015

Selasa, 10 Maret 2015

Khawatir Omongan Orang


Oleh: Jannerson Girsang

“No matter where you are in life, you'll save a lot of time by not worrying too much about what other people think about you. The earlier in your life that you can learn that, the easier the rest of it will be.” (Sophia Amoruso).

Orang lain di sekitar kita adalah penonton, melihat kita dari cara pandang mereka sebagai penonton, bukan pemain pada lakon yang sedang kita mainkan..

Anehnya, kadang mereka bertindak sebagai juri, padahal menjadi penonton yang baik sekalipun sebenarnya belum mampu. Orang lain tidak kenal kita dengan baik. .

Itulah yang sering membuat kita khawatir, karena mendengar omongan orang yang kurang kenal kita, lalu kita percaya, tanpa memikirkan omongan itu bermanfaat atau tidak untuk situasi kita.

Susahnya, memikirkan omongan orang yang membuat diri susah, itu pula yang banyak menyita sebagian besar waktu manusia di dunia ini. Khawatir karena omongan orang. "Apa kata orang nanti?"

Susah tidur, akhirnya daya tahan tubuh menurun, sakit dan produktivitas kerja menurun, prestasi menurun, dan makin khawatir.

Parahnya, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang yang memang dasar omongannya salah untuk situasi dan masalah kita. "Si anu sih, dulu ngomongnya begini. Yang ini nggak boleh, itu boleh!"

Jadi jalanilah apa yang menurut kita benar , dan baik untuk kita, keluarga kita, teman-teman kita.
Kitalah yang mengambil keputusan untuk diri kita, bukan orang lain. Masa depan kita ada di tangan kita sendiri, bukan omongan orang lain.

Kita pula kok yang beranggungjawab atas tindakan atau keputusan yang kita buat sendiri. Hasilnyapun kita yang menikmati. Kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa kalau tindakan kita salah dan berakibat buruk kepada diri kita sendiri.

Makin cepat kita sadari itu, makin mudah hidup kita di kemudian hari, seperti kata Sophia Amoruso, CEO Nasty Gal: "The earlier in your life that you can learn that, the easier the rest of it will be"

Selamat pagi!

Medan, 10 Maret 2015

Rizali Nasution: "Muhammad Yunus" Grameen Bank dari Sumatera Utara

Oleh: Jannerson Girsang

Memberi bantuan kepada perempuan miskin, tanpa agunan. Mungkinkah?.

Terinspirasi dari pengalaman Muhammad Yunus, Grameen Bank di Bangdesah yang memberi bantuan kepada perempuan miskin, seorang dokter menerapkannya di berbagai tempat di Provinsi Sumatera Utara.

Menyambut Hari Perempuan Internasional, pagi ini, saya mengantarkan ke ruang teman-teman seorang laki-laki bernama Rizali H. Nasution, penerima piala Kick Andy Hero 2015, pada 28 Pebruari 2015 lalu.

Kick Andy adalah sebuah tayangan Metro TV yang mengungkap kisah-kisah menginspirasi dari seluruh tanah air. Mereka yang tampil di sana adalah pejuang-pejang kehidupan, pahlawan-pahlawan yang bekerja dalam "sunyi", jauh dari publikasi.

Kick Andy menilai Rizali berhasil meningkatkan ekonomi kaum perempuan desa. Sejak 1999 dokter kelahiran 22 September 1951 itu, melalui lembaga keuangan yang didirikannya Pokmas Mandiri, telah membantu keuangan (micro finance) kepada 45.000 perempuan desa di berbagai kabupaten di Sumatera Utara.

Sebelumnya, bertahun-tahun beliau terlibat dalam membantu masyarakat di pedesaan.
"SUDAH sejak tahun 1983 Dr Rizali Harris bersama sang ayah H. Harris Nasution, mendirikan sebuah Yayasan Humaniora. Mulanya yayasan ini bergerak mendukung program keluarga berencana yang kesannya waktu itu dipaksakan pemerintah," seperti dikutip harian Medan Bisnis

Program ini tidak berjalan berkesinambungan, karena ketergantungan masyarakat sangat besar. "Ada yang salah dalam strategi itu," katanya.

Menurut Rizali, dengan hanya memberi penyuluhan atau bantuan secara sporadis, tanpa meningkatkan pendapatan masyarakat, tidak akan memandirikan mereka, mereka tetap tergantung kepada donor--orang-orang yang membantu.

Di sanalah muncul pemikiran kreatif.

Dokter yang tetap membuka praktek sambil terus membantu masyarakat miskin desa ini, kemudian berhasil menemukan obat agar masyarakat desa dapat meningkatkan ekonominya.

Suatu ketika beliau mendapatkan seorang teman dan menghadiahkanya sebuah buku: berjudul Banker to The Poor, The Autobiography of Muhammad Yunus, pendiri The Grameen Bank di Bangladesh. Buku itulah yang memberikan ilham padanya mendirikan lembaga keuangan mikro itu.

Pintu masuknya adalah melalui peningkatan pendapatan keluarga atau income generating. "Harus melalui perempuan dan sangat miskin".

Rizali kemudian mendirikan Pokmas Mandiri, yang orientasi programnya diarahkan untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan masyarakat mandiri. "Modal awalnya cuma Rp 60 juta, tek-tekan, patungan dari teman-teman,"ujarnya.

Ada kekhawatiran di awal, program ini gagal. "Kalau gagal, yah berhenti di sini," katanya
Namun, kekhawatiran itu tidak terjadi. Modal sekecil itu, ternyata kini bisa membangkitkan ekonomi puluhan ribu perempuan desa. "Rasanya seperti mimpi," katanya dalam statusnya, merespons penghargaan yang diterimanya.

Selamat Pak Rizali!.

Semoga dokter-dokter lain mengikuti jejak bapak. Tidak hanya melayani pasien di ruang praktek, tetapi juga memikirkan mereka yang terbelit oleh kesulitan ekonomi di desa.
Medan, 9 Maret 2015

Ulang Tahun ke-30, Putri Sulungku Clara

Oleh: Jannerson Girsang

Selamat Ultah buat putri sulungku, Clara Mariana Girsang.

"Pengalaman pertama dalam hidupku masih segar dalam ingatanku. Cuaca dingin di kota Jakarta, ketika kebanyakan orang sudah nyenyak tidurnya, dinihari, 7 Maret 1985. Di sebuah rumah bersalin di daerah Cikoko, seorang bayi mungil, putri sulungku, Clara Mariana, menghirup udara luar untuk pertama kali, menikmati indahnya dunia".

Clara sudah menikah, mengalami pengalaman pertamaku tiga puluh tahun lalu. Cucu pertamaku Andra, kini sudah bisa lari-lari bersama kakeknya. Clara menikah dengan manantuku Anja Novalianto pada Desember 2012, dan Tuhan menganugerahkan seorang cucu dari pasangan ini.

Aku bahagia, karena keluarga ini punya semangat hidup. Itulah hadiah utama dari seorang anak kepada orang tua. Semangat yang senantiasa membuat hati senang.

Clara menerima berkat yang tidak dialami oleh setiap wanita. Sama dengan kami, kami juga menerima berkat tidak dinikmati setiap orang tua seusia bapak dan mama.

Ketika kebanyakan teman bapak masih bergelut soal kuliah dan sekolah anak-anaknya, bapak dan mama sudah menimang cucu, sudah menyelesaikan sekolah adik-adikmu.

God Bless

Medan, 7 Maret 2015.

Curhat dengan Anak: Lima Karakter Para Innovator

Oleh: Jannerson Girsang
Berselancar di dunia maya kita bisa memperoleh informasi gado-gado, menjadi bahan cerita yang bermanfaat, khususnya anak-anak kita di rumah.

Sore hingga malam ini dengan berselancari di dunia maya, saya mendapat bahan diskusi dengan putra saya Bernad, yang kini sudah bekerja dan berusia 24 tahun.

Syukur kalau bahan ini juga berguna bagi yang lain. Kisahku bersama putraku, kisah gado-gado, semoga Anda mampu menikmatinya.

Malam ini saya hanya berdua di rumah dengan putra tunggal saya, Bernard, karena istri sedang berbahagia dengan putri-putri kami dan cucu kami yang baru lahir di Jakarta.

Bernard baru saja tiba di rumah dengan mengendari sepeda motor CBR 150nya dari tempat kerjanya di Pangkalan Susu, sore tadi. Tentu dia capek!. Perlu penyegaran, bukan intimidasi.

Waktu kami bersama juga terbatas. Dia pasti malam mingguan dengan teman-temannya.
Jadi saya harus memanfaatkan waktu yang berkualitas dengan putraku satu-satunya ini.

Sebelum makan malam berdua, saya membalas beberapa status dan mengunjungi status Roy Martin Simamora. Roy adalah seorang anak muda yang cerdas dan memiliki kemauan keras untuk belajar, penulis produktif di media cetak (Analisa dan Kompas) semasa mahasiswa.

Saya juga mengunjungi statusnya Mula, seorang anak muda kreatif, inisiator bea siswa ke Taiwan. Dia adalah dosen tetap Yayasan Universitas HKBP Nommensen yang sedang mengikuti studi program doktor di Taiwan.

Kedua orang ini menjadi bahan cerita kami dalam waktu yang hanya beberapa menit.

Roy Martin Simamora

Mengapa Roy?. Roy adalah salah satu role model yang baik bagi anak-anak kita di masa sekarang ini. Mencintai pendidikan, mencintai kebenaran.

Roy baru lulus dari Unimed, Medan, tahun lalu. Beberapa bulan sesudah lulus, melamar bea siswa dan mendapatkan Full Scholarship in the National Dong Hwa University, Taiwan. Department Curriculum Design and Human Development.

Siang ini Roy mentag ke saya sebuah artikel yang mengisahkan pengalamannya selama beberapa minggu di Taiwan.

Di dalam artikel itu Roy bangga dengan dirinya apa adanya, bersyukur kepada Tuhan, bangga dengan orang tuanya dan merindukan mereka, berkeinginan menyenangkan mereka dengan cara yang benar.

Karakter yang tak banyak dimiliki anak-anak yang kini lebih berfikir instan cenderung mencari jalan pintas.
Roy menempuh jalur pendirikan (mahal? tidak untuk Roy, karena dia mendapat bea siswa yang diusahakan sendiri dengan bantuan teman-teman).

Ada keyakinan bahwa dengan pendidikan yang lebih tinggi dia akan mampu mewujudkan keinginannya itu.
Roy tidak pernah berfikir mencapai tujuannya dengan menempuh jalan pintas. Lulus tidak lantas bermimpi menyogok menjadi PNS, bekerja, lantas "korupsi" dan bawa jalan-jalan orangtua ke Tanah Suci.

Mula Sigiro

Saya juga mengunjungi status Mula Sigiro. Mengapa Mula?. Dia adalah seorang yang mampu menjalankan "berbuat hal kecil dengan cinta kasih yang besar".

Pria kelahiran Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, 1985 ini adalah intelektual muda, dosen tetap Universitas HKBP Nommensen, yang kini sedang menyelesaikan studi program doktor di Taiwan.
Dia memiliki kepedulian besar kepada masyarakat bawah, khususnya para anak-anak muda yang punya mimpi melalui sekolah di tingkat perguruan tinggi untuk berkarya di bidang seni, sosial, sains dan teknologi.

Mula menjadi inisiator untuk Gerakan Mewujudkan 15000 PhD (S3-DOKTOR) dari Sumatera Utara tahun 2040 dengan memfasilitasi, mempersiapkan dan membimbing tuntas anak-anak muda yang BERANI bermimpi dan bercita-cita tinggi untuk studi lanjut hinga PhD ke Taiwan dan negara lainnya melalui program BEASISWA.

Bahkan Mula tidak sungkan-sungkan “menodong” para alumni dengan meminta uang untuk menolong dana awal keberangkatan anak-anak miskin yang lulus beasiswa ke Taiwan.

Hingga saat ini. Mula sudah berhasil membimbing puluhan orang anak-anak Sumatera Utara dan kuliah ke Taiwan melalui program beasiswa dan ini akan terus meningkat setiap semester, termasuk Roy Martin Simamora.

Lima Karakter Para Innovator

Orang pintar dan berkarakter seperti Mula pasti suka kebaikan, dan saya sering melirik statusnya, karena berisi filosofi hidup yang penting diteladani.

Bergaul dengan orang pintar seperti ini setidaknya menularkan sedikit kepintarannya, hasil bacaannya ke saya.

Status di FBnya banyak dikunjungi orang. Dia melakukan postingan tidak sekedar pamer bodi, foto diri, jalan-jalan atau pamer barang yang dimiliki, tetapi penuh dengan filosofi hidup yang bermakna.

Status Mula yang terakhir mengutip sebuah kalimat inspiratif: " KEBODOHAN bukanlah karena kita tidak ada kemampuan untuk menjadi pintar, KEBODOHAN adalah ketidakmauan kita untuk belajar dan bekerja keras"

Kalimat itu merupakan ringkasan dari artikel yang dia posting dari blog seorang motivator berjudul "Lima Karakter Para Innovator".

Kelima karakter itu adalah : (1) melakukan pekerjaan yamg dicintai, (2) meninggalkan jejak, (3) memeras otak, (4) berfikir berbeda, dan (5) berbahasa manusia (mampu mengkomunikasikan pesan dengan baik). http://romisatriawahono.net/…/…/27/5-karakter-para-inovator/.

Kukisahkan Kepada Putraku Bernard Patralison Girsang

Sesudah makan malam, kepada anak saya Bernad, saya mengisahkan dua tokoh di atas, Roy Martin Simamora dan Mula Sigiro. Dua pria yang pantas menjadi inspirasi bagi anak-anak muda kita dari Sumut.
“Coba deh Nad, belajar dari mereka yang pintar-pintar dan pelajari semangat yang mendasari mereka bertindak!”.

Roy dan Mula adalah orang biasa, orang-orang desa dengan kemampuan ekonomi yang sangat terbatas, tetapi memiliki cita-cita yang luar biasa dengan semangat baja!.

Dalam kisahku kepada Bernard, saya katakan yakin bahwa kedua pria itu punya lima karakter di atas.
Kuulangi lagi ya Nad: "1) melakukan pekerjaan yamg dicintai, (2) meninggalkan jejak, (3) memeras otak, (4) berfikir berbeda, dan (5) berbahasa manusia (mampu mengkomunikasikan pesan dengan baik)".
Saat saya membacanya, tiba-tiba lampu mati! Oh!. Gelap, tapi pikiran masih terang, karena baru mendapat pencerahan.

Melakukan Pekerjaan yang Dicintai

"Aku pergi dulu ya Pak" kata Bernard.

Bernardpun pergi dengan khotbah "gado-gado" di atas. Semoga dia bisa menyarikannya dan menjadi bahan cerita kepada teman-temannya yang bermalam minggu ria.

Setelah Bernard pergi, temanku hanya komputer yang tersambung ke internet. Sendiri tidak berarti harus kesepian.

Dari pada hanya sekedar mengeluh, tidak bersyukur dengan keadaan,saya tuliskan dan share cerita ini untuk Anda, mumpung batere komputer saya masih hidup, !

Menerapkan poin 1. “Melakukan pekerjaan yang dicintai”, mampu menghilangkan keterbatasan kita!

Penutup

Terima kasih Roy, terima kasih Mula. Malam ini Anda telah menjadi inspirasi buat saya dan anak saya Bernard Patralison Girsang.

Semoga aksi kecil dengan Cinta besar yang kalian lakoni menginspirasi banyak anak muda di Sumut.
God Bless Both of You

Tak salah semua temanku di FB, yang berniat mendapat beasiswa ke Taiwan berkenalan dengan orang baik dan pintar seperti Roy Martin Simamora dan Mula Sigiro. Keduanya adalah anak muda yang baik, dan terbuka memberi pertolongan kepada siapa saja. Luar biasa!

Merekalah model "intelektual orang-orang Indonesia Baru"

Medan, 8 Maret 2015

Kasih Yang Sempurna

Oleh: Jannerson Girsang

"Kita mungkin tidak bisa melakukan hal besar, Tapi kita bisa melakukan hal kecil dengan Cinta yang Besar" (Mother Theresa).

Malam ini aku sungguh bahagia. Sekitar pkl 22.00 Leman menelepon katanya ingin bertamu ke rumahku.

Aku terpaksa permisi pulang lebih dulu dari teman-teman dari kebaktian, karena ingin melihat Leman dalam keadaan sehat, setelah aku sempat mengkhawatirkannya,karena sempat koma akibat kecelakaan yang menimpanya.

Aku pasti akan mendengar kisah menarik, dari seorang teman yang pernah mengalami koma selama enam hari.

Beberapa waktu yang lalu temanku Leman mengalami kecelakaan di daerah Padang Bulan, lewat tengah malam, saat menuju ke rumahnya di daerah Simalingkar. Cukup parah dan sempat tak sadarkan diri selama enam hari di RS Columbia.

Saat itu, sore sudah mulai gelap. Aku sangat sedih saat naik lift menuju ruangannya di lantai empat. Yang membuatku lebih sedih, aku menemui Leman temanku yang baik, seorang pria periang, tergeletak tidak bisa merespon omonganku lagi. Ketika aku mendekat, aku menitikkan air mata sedih.

Mulut dan hidungnya dipasangi alat untuk membantu pernafasan, serta infus. Aku hanya puas menyaksikan nafasnya yang naik turun, tanpa merespon kedatanganku.

Saat itu di ruangannya dirawat, sebelum pulang aku berdoa, disaksikan istrinya Yenni, yang mendampinginya di RS. Semoga Tuhan menolongnya. Aku khawatir sekali keadaannya waktu itu. Tapi untung istrinya Yenni, yang setia mengenakan kerudung menutup kepalanya tetap tegar.

Malam ini Leman sudah di depanku, dan menyaksikan dirinya sungguh di luar dugaanku, bisa pulih kembali dalam waktu yang lebih cepat dari yang kuduga. Dia sudah bisa menyetir mobilnya sendiri.

Yang membuatku terharu, kata Leman "Aku harus membalas kunjungan abang ke rumah sakit". Meski tengah malam?. .

Selain kisah bahagia di atas, cerita kami yang justru paling menarik malam ini adalah si "tukang becak" yang menolongnya sesaat setelah kecelakaan terjadii.

"Tukang becak yang tak kukenal mengantarkanku ke rumah sakit, sesaat aku kecelakaan di sekitar Padang Bulan, tengah malam, beberapa waktu yang lalu. Aku tidak ingat apa-apa. Hanya orang-orang yang bercerita bahwa tukang becaklah yang membawaku ke rumah sakit" ujar Leman sahabatku, malam ini.

"Tidak ada barang yang hilang. Semua utuh, termasuk sepeda motor yang kupakai" kata Leman. Saat itu Leman mengendarai sepeda motor, karena takut terlambat ke kantornya, karena macet.

Kasihnya tulus tak meminta balas. Kecelakaan yang menimpa Leman terjadi sekitar pukul 00.00. Tidak ada orang yang lewat yang peduli selain si tukang becak. Dia mengantarkan temanku Leman yang sedang sekarat ke rumah sakit, hingga nyawanya bisa selamat.

Kasih sejati dari orang lain yang tidak kita kenal seringkali kita dapatkan!. Kita juga wajib menolong orang meski tak dikenal, dan tanpa meminta balas. Tentu, tidak banyak orang seperti tukang becak itu.

Si Tukang becak hanya ingin menolong, membawa orang yang sedang sekarat ke rumah sakit. Lemanpun tidak kenal sampai sekarang. Perbuatan baik yang tak menuntut balas jasa.

"Sampai sekarang saya tidak kenal dan tidak tau siapa si tukang becak itu", kata Leman.

Kasih yang sempurna, perbuatan kecil dengan cinta yang besar. "Kita mungkin tidak bisa melakukan hal besar, Tapi kita bisa melakukan hal kecil dengan Cinta yang Besar" (Mother Theresa).

Mereka yang lemah, yang miskin secara materi, bisa menjadi orang yang indah, orang yang dikenang sepanjang masa, walau itu tidak mereka perlukan. .


Medan,  5 Maret 2015


Bandara KNIA Makin Bersolek

Oleh: Jannerson Girsang

Kuala Namu International Airport (KNIA), Bandara kedua terbesar di Indonesia setelah Bandara Soetta Cengkareng, kini semakin asri.

Jalan menuju airport, dari perempatan Tanjungmorawa, sepanjang 12 km sudah hampir seluruhnya mulus. Beberapa kilometer menjelang Bandara, di daerah yang bebas pemukiman, mengendara mobil dengan kecepatan tinggi sudah cukup nyaman.

Sayang memang, beberapa kilometer dari perempatan Tanjung Morawa, kiri kanan jalan sudah banyak pemukiman dan berbatasan langsung dengan jalan. Di beberapa tempat ada pasar lagi. Saat-saat tertentu kita bisa terjebak kemacetan.

Jalan yang dulunya sebagian hanya satu jalur, kini semuanya sudah dua jalur. Semakin hari terus dipoles dan semakin baik. Kini tak ubahnya jalan Tol.

Dari rumah saya yang berjarak 35 kilometer, Bandara dapat dicapai kurang dari 1 jam, (berangkat 15.30 tiba 16.20). Tentu saja bukan sedang jam sibuk.

Sayangnya masih banyak sepeda motor. Maunya jalan ke Bandara, suatu ketika bebas sepeda motor. Sangat berbahaya!.

Menjelang pintu kedatangan/keberangkatan, terhampar taman (dulunya hanya semak-semak belukar dan tanaman rawa-rawa) dan kolam dipadu indah dan menyegarkan mata.

"Wah, makin bagus aja jalan ini" kata ibu saya yang sudah berusia 77 tahun. Saya mengantarkan beliau bersama ayah saya ke bandara itu, berangkat ke Jakarta, sore ini.

Pusat-pusat perbelanjaaan oleh-oleh sudah mulai marak di beberapa bagian jalan. Jadi, kita sudah bisa membeli oleh-oleh, tidak harus ke pusat kota lagi. Bisa dibeli sambil lalu ke bandara. .

Menjelang bandara sesekali kita menyaksikan kereta api penumpang lewat di atas rel sejajar jalan, yang menghubungkan Bandara dengan Pusat kota Medan, yang berjarak sekitar 30 km..

Inilah bandara satu-satunya di Indonesia yang langsung dihubungkan dengan jalur kereta api. Kereta api ini dikelola PT Railink, sebuah perusahaan swasta.

Sayangnya ongkos kereta apinya cukup mahal, Rp 100 ribu sekali jalan per orang. Bandingkan harga tiket Argo Parahyangan Jakarta-Bandung yang berjarak 180 km, hanya Rp 120.000.Tapi banyak pilihan transportasi menuju Bandara KNIA. Dari Amplas bisa dengan Damri, hanya Rp 20 ribu per orang sekali jalan. Ada juga taksi, tapi dengan bayaran yang lebih mahal dari bus. 

Orang tua saya yang masing-masing sudah berusia 77 tahun itu saya hanya mendropnya dari mobil, kemudian mereka masuk ke ruang check ini, pakai kereta dorong yang "gratis", karena saya harus mengejar "partonggoan".

Beberapa jam kemudian, mereka sudah sampai di Halim Perdana Kusuma, Jakarta (naik Citilink). Aman juga kan Bandara itu?

Bandara yang mulai dioperasikan 25 Juli 2013 ini adalah airport kebanggaan Sumut. (Medan, 5 Maret 2015, sekitar pukul 16.20).

Medan, 5 Maret 2015
 

Politik: Seni Mencari Masalah (?)


Oleh: Jannerson Girsang

Kaget juga membaca kutipan dari Groucho Marx, seorang komedian terkenal di Amerika yang mengatakan: "Politics is the art of looking for trouble, finding it everywhere, diagnosing it incorrectly and applying the wrong remedies".

Artinya politik itu ternyata adalah seni mencari masalah, menemukannya di mana-mana, mendiagnosis masalahnya secara tidak benar dan menerapkan solusi yang salah.

Politik tidak mempertimbangkan kecerdasan. Kalau di Indonesia, yang penting banyak duitnya licinlah dia masuk partai politik.

Kebodohan tidak menjadi hambatan, seperti dikatakan Napoleon Bonaparte, "In politics stupidity is not a handicap"

Politik juga tidak memiliki relasi dengan moral, seperti dikatakan Nichollo Machiaveli, "Politics have no relation to morals". Tidak heran, kalau para politisi korupsi, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan partai atau pribadinya.

Jangan-jangan inilah yang dianut oleh sebagian politisi kita sekarang, dan kebetulan pula sangat berpengaruh di partainya.

Dampaknya, orang yang tidak ingin berpartisipasi dalam politik akan merasakan "enaknya" diatur orang-orang dari lingkungan yang tak mempertimbangkan kecerdasan dan moral.

Sayangnya, seperti yang sering disebut Anis Baswedan, orang-orang baik dan pintar tidak tertarik ke politik yang sudah didominasi orang-orang yang sudah kadung mendefinisikan politik seperti di atas.

Maka, siap-siaplah kita diatur orang-orang seperti ini, dan itulah hukuman yang diberikan kepada kita, karena kitalah yang memilih mereka. Plato sudah mengingatkan kita ribuan tahun yang lalu.

Sadarilah bahwa kita semua akan jadi korban. Kita diatur orang-orang tak bermoral, mereka yang berpengatahuan dan bermeoral di bawah standar.

"One of the penalties for refusing to participate in politics is that you end up being governed by your inferiors".

Rp 12 triliun dana siluman masuk ke dalam APBD DKI, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau DPRD DKI aja segitu banyak, bagaimana pula DPR-RI?.

A Hok dan Jokowi, serta jutaan orang-orang cerdas dan bermoral di negeri ini harus mampu melawannya. Dukung mereka!. .

Bagaimana pendapat Anda?.

Medan, 5 Maret 2015