My 500 Words

Sabtu, 11 Juli 2015

Negeri Besar, Polisi Tangguh, Lambat Selesaikan Kasus Engeline

Oleh: Jannerson Girsang

Menyaksikan Diskusi Menyingkap Tabir Kematian Engeline di JLC, TV One, malam ini.

Pengantar diskusi, sebuah putra Juan Felix Tampubolon melantunkan sebuah lagi dalam bahasa Inggeris tentang Engeline. Syahdu, sedih!.

Adakah jawaban peertanyaan di atas dalam diskusi ini?.

Atau mirip dengan pokrol bambu, diskusi ngalor ngidul, hanya membuat sensasi-sensasi baru?. Semoga menyenangkan! Itulah harapan saya di awal.

Kebenaran hanya satu. Berdiskusi dengan orang yang marah, tidak akan menghasilkan sesuatu kebenaran sejati. Kalau semua membela diri tanpa hakim, maka diskusi hanya "ngalor ngidul".

Kesal, ketika Hotma Sitompul bicara! Ibu kandung Engeline terpancing emosi, Ratna Sarumpaet juga terpancing emosi.

Bayangkan, pernyataan yang menjijikkan itu terus dimunculkan Hotma. "Kenapa sih begitu banyak orang membela Engeline. Kenapa tidak membela banyak anak-anak terlantar yang lain?"

"Ada kebiadaban sedang terjadi. Saya sangat sedih kalau membicarakan hal ini kita tertawa," kata Ratna geram.

"Kok negara sebesar ini, kepolisian sebesar ini tidak mampu menyelesaikan masalah ini;" lanjut Ratna.

"Engeline terlantar, terlunta-lunta, mati menyedihkan karena dia miskin," sambung Ratna. "Kita perlu berhenti memiskinkan rakyat"

"Seharusnya Menteri Sosial bisa mengambil kebijakan yang membuat rakyat tidak miskin. Kofifah itu seorang menteri yang pintar," katanya.

Mendengar pernyataan pedas Ratna yang mengeritik Jokowi dan Menteri Sosia, Menteri Kofifah agak tertunduk.

(Aku berharap, Kofifah memang pintar!. Semoga dia mampu membuat kebijakan yang tidak menciptakan Engelin-Engelin yang baru).

Benar dugaanku. Berjam-jam mengikuti JLC, berakhir dengan informasi yang itu-itu saja.

"Kok negara sebesar ini, kepolisian sebesar ini, tidak bisa menyelesaikan kasus Engeline?". tanya Ratna Sarumpaet.

28 Juni 2015


Memberi Lebih Berbahagia dari Menerima

Oleh: Jannerson Girsang

Apa yang kita dapat dengan memberi? Memberi adalah mengajarkan ketulusan. Menyaksikan kebahagiaan!.

Malam ini saya sekilas membaca Buku Skill People (2001), tulisan Les Giblin. Saya berhenti sejenak pada sebuah bab "Memahami Orang dan Kodrat Manusia".

Sebuah kutipan menarik perhatian saya. "Orang lain sepuluh ribu kali lebih tertarik pada dirinya dari pada tertarik pada Anda. Sebaliknya, Anda lebih tertarik pada diri Anda dari pada kepada orang lain manapun di dunia ini".

Selanjutnya dikatakan:

"Ingatlah, bahwa tindakan manusia diatur oleh pikirannya sendiri, kepentingan dirinya--sifat ini sangat kuat dalam diri manusia. Pikiran yang menonjol dalam kasih sayang adalah kepuasan dan kenikmatan diperoleh si pemberi dengan memberi, Bukan orang yang menerima!"

Mungkin itulah sebabnya mengapa sampai Kitab Suci mengingatkan kita. "Memberi lebih berbahagia dari menerima".

"Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima" (Kisah Rasul 20:35).

Memberi, tidak seperti definisi yang biasa di mengerti, harus menyumbang besar-besar. Memberi adalah melakukan sesuatu yang positif bagi orang lain. Memberi dengan hati, sekecil apapun itu, akan membahagiakan si pemberi.

Prof. David McClelland (seorang peneliti dari Harvard University, AS) menambahkan: “Melakukan sesuatu yang positif terhadap orang lain akan dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh, sebaliknya orang kikir cenderung terserang penyakit. Mengapa demikian, karena orang kikir biasanya cinta uang, bila uangnya sedikit berkurang maka dia akan stres dan tubuhnya akan mengeluarkan hormon kortisol yang akan mengurangi kekebalan tubuh. Memberi dapat memperpanjang umur.”

Sebuah kisah orang kaya yang menyumbangkan hamoir seluruh kekayaannya untuk menolong orang papa adalah Rockefeller.

Rockeffeler adalah orang kaya yang tidak bahagia dan sulit tidur. Dokter memvonis hidupnya tidak akan lama.

Lalu Rockeffeler memutuskan mengubah hidupnya, orang pengumpul uang, mengalihkan hartanya menolong kaum papa dan orang miskin..

Apa yang terjadi ?.. kesehatannya membaik dan berlawanan dengan perkiraan dokter, ia hidup sampai umur 98 tahun, sebagai ahli filantropi dan darmawan yang terkenal.

Memberi mendatangkan kebahagiaan yang luar biasa, ketika kita mengulurkan tangan untuk menolong sesama dan berbagi dengan kehidupan mereka maka kita akan merasakan kebahagiaan yang mendalam, hidup jauh lebih berarti karena memberi.

Setiap orang yang suka memberi tidak pernah berkekurangan. .dia akan membaikkan orang lain, dirinya sendiri dan menyenangkan hati Allah, sang pincipta dan Allah tidak akan pernah berhutang kepada orang yang suka memberi.

Mari memberi apa yang sudah kita miliki, jangan dengan sesuatu yang tidak kita miliki. Melakukan sesuatu yang positif bagi sekeliling kita, sekecil apapun itu!.

Saya hanya bisa menyumbangkan artikel ini untuk Anda!

28 Juni 2015

Bahagia: Perasaan Beruntung Melakukan Sesuatu yang Berguna

Oleh: Jannerson Girsang

Pagi hingga siang ini, saya melakukan beberapa kegiatan, selesai menuliskan beberapa lembar tambahan mengisi sebuah buku yang sedang saya tulis.

Melakukan pekerjaan kantor yang belum beres, sesuai dengan beban yang diberikan.

Dan waktunya makan siang!.

Tiba-tiba saya teringat banyaknya keluhan jemaat karena bertahun-tahun tidak memperoleh materi yang banyak, sukses seperti orang lain. Ada yang belum punya anak, ada yang belum punya rumah, ada yang belum punya mobil..

"Gimana yah, kok teman-teman saya kelihatannya kerja santai saja, tetapi memiliki apa yang mereka inginkan," kata seorang. Dan "Saya selalu berdoa tetapi yang saya doakan tidak juga terwujud," kata yang lain.

Saya balik bertanya: "Apakah mereka yang sudah punya semua itu bahagia?"

"Kayaknya ya Pak"

""Belum tentu kan?"

Kebahagiaan bukan terletak pada apakah kita menerima hasil doa kita, tetapi terletak pada pemaknaan kita atas apa yang kita miliki sekarang.

Seorang teman pernah saya tanyakan: "Berapa lama Anda bahagia, senang, ketika memiliki mobil baru".

"Hanya beberapa saat saja. Saya kemudian mengeluh karena harus membayar pajak, keserempet becak dan harus mencat kembali mobil itu,.Yang membuat saya tidak bahagia, mobil itu dipinjam teman dan dikembalikan dengan sompelan-sompelan dimana-mana. Yang membuat pusing, adalah ketika muncul mobil model baru, sementara untuk beli mobil baru tidak cukup uang"

Kebahagiaan bukan terletak pada banyaknya hasil yang kita peroleh. Jangan pernah berkecil hati akan harta atau talenta yang kita miliki sekarang.

Kalau memang kekayaan, ketenaran bisa membuat bahagia, maka Whitney Houston--pelantun lagu the Power of Love, yang terkenal di seluruh dunia itu. tidak akan mati karena kelebihan dosis obat penenang.

Bersyukurlah dan lakukan sesuatu dengan apa yang kita miliki, sekecil apapun itu, untuk sesuatu yang berguna.

Saya kerjanya cuma menulis, ngobrol (wawancara). Itulah talenta yang saya miliki dan saya lakukan setiap hari.

Apakah kegiatan yang saya lakukan bisa menghasilkan sesuatu seperti yang lain, tidak menjadi soal. Yang penting saya masih bisa melakukan sesuatu yang berguna.

Dan, ketika saya melakukannya, saya bahagia dan mungkin satu dua orang juga turut merasakannya. Tidak perlu mengeluh, orang-orang tidak memperdulikan pekerjaan saya. . .

Kebahagiaan manusia terletak pada perasaan beruntung ketika Tuhan masih memberi kesempatan baginya melakukan sesuatu yang berguna, membahagiakan orang lain.

Sekali lagi, jangan kecil hati atas apa yang kita miliki sekarang, sejauh kita masih bisa melakukan seuatu yang berguna. Di sanalah letak kebahagiaan itu.

Selamat siang, dan selamat beraktivitas untuk teman-temanku semua.

Medan, 23 Juli 2015

Kasih dan Kebersamaan

Oleh: Jannerson Girsang

Ketika orang tua mengajarkan sukses kepada anak-anak hanya sekedar pintar, memiliki jabatan, uang, mampu memanfaatkan peluang bisnis, lupa menebar benih kasih dan persatuan, maka kita sebenarnya bersiap-siap menerima anak-anak kita, keturunan kita tercerai berai. .

Orang tua yang mengajarkan "sukses" di atas, tanpa membekali anak-anak dengan cinta kasih dan pentingnya persatuan, merupakan akar pemisahan, dan sebagian anak-anak kita akan merasa terbuang!.

Orang tua seperti itu menghargai anak-anaknya hanya senilai "tebu giling". Menilai sukses hanya dari sisi kepemilikan "material" hal-hal yang terlihat, melupakan kasih, mengabaikan pewarisan benih persatuan diantara anak-anak. .

Tiap hari orang tua sibuk dengan anak-anak yang hanya menguntungkannya saja, anak yang membuatnya senang, membuatnya dipuji orang. Menebar benih persaingan tidak sehat, karena tidak semua anak-anak akan memperoleh sukses seperti itu.

Parahnya, sebagian orang tua mengabaikan anak-anaknya sendiri, yang tidak "beruntung" tadi.

Bukannya memberi semangat, malah menjadikannya bahan olok-olokan. Kejam sekali!

Anehnya, tidak jarang orang tua membanggakan-anak-anak orang lain dan menyayangi mereka yang hanya menguntungkannya saja, punya jabatan, banyak uang dan pandai memanfaatkan peluang bisnis.

Bahkan "mengangkat" anak orang lain yang "sukses" sebagai anaknya sendiri, tetapi melupakan anaknya sendiri yang tidak "sukses".

Mengunjungi anak orang lain yang "sukses", tetapi "lupa" alamat rumah anak sendiri.

Sikap seperti ini akan menimbulkan anak-anak yang "hilang", merasa tidak diperhatikan, menjadi masalah keluarga yang serius di masa depan.

Anak-anak akan tercerai berai.

Hati-hati!. "Orang tua harus dapat menetralisir perasaan anak yang merasa diperlakukan berbeda oleh orang tuanya. Orang tua harus cepat tanggap sebelum anak menjadi resisten terhadap orang tuanya sendiri".

Tidak jarang, orang tua menderita di masa tuanya, karena anak-anaknya tidak bersatu.

Bukankah mimpi setiap orang tua mempersiapkan sebuah keluarga besar yang tugasnya menerbar benih-benih kasih dan persatuan diantara anak-anaknya?

Sukses anak-anak adalah kalau mereka bisa merubah perangainya menjadi lebih baik dan lebih baik. Bersatu dan saling mengasihi.

Sukses adalah ketika anak-anak berusaha saling mengasihi, saling membantu dan menempatkan kebersamaan di dalam keluarga kecil, besar dan masyarakat sebagai "prestasi tertinggi".

"Molo sada hamu, sude do boi ulaonmu". Kalau kalian bersatu semua akan bisa kalian kerjakan. Benih unggul, ajaran yang seharusnya tidak dilupakan setiap orang tua!

Medan, 22 Juni 2015

Verba Volan, Scripta Manen

Oleh: Jannerson Girsang

Menulis adalah mengabadikan peristiwa, opini atau ungkapan orang-orang, dan alam sekitar dalam bentuk rangkaian kata-kata bermakna yang tertulis.

Manusia memiliki daya ingat yang terbatas. Ketika orang-orang sudah lupa, dokumen tertulis akan mengingatkan mereka.

Verba volan srcipta manen, demikian pepatah Romawi, yang artinya kira-kira" yang terucap lenyap dan yang tertulis tetap.

Apalagi kini, kita berada di abad internet. Tulisan bisa disimpan di berbagai media sosial, dan website.

Saya sendiri sadar menulis juga mengabadikan diri saya sendiri, mengenalkan diri ke dunia luar.

Selain mendapat sedikit uang, saya mendapat banyak sekali teman, keluarga baru karena menulis.

Setiap buku biografi yang saya tulis akan menambah ratusan keluarga baru, setiap menulis opini di media, saya dikenang ribuan orang yang membacanya.

Semoga mereka menikmati sesuatu hal baru yang saya dengar, lihat dan saya beri makna, sehingga mampu menginspirasi mereka, membuat pikiran lebih jernih.

Itulah upah terbesar seorang penulis!

Seorang penulis akan abadi, dan dikenang karena kekuatan peristiwa, opini atau ungkapan orang, serta daya tarik alam yang ditulisnya dan memberi manfaat, pembelajaran bagi orang lain.

Kalau saya tidak menulis, maka setengah teman saya sudah melupakan saya.

Saya merasa beruntunglah karena diberi sedikut kemampuan menulis!.

Saya percaya, "Menulislah maka kamu akan abadi," seperti dikatakan Pramoedya Ananta Toer.

Itu sebabnya, saya terus menulis, memberi makna sebuah peristiwa! Membuat teman-teman selalu ingat padaku.

Menulis juga membuat pikiranku jernih. Itu sebabnya, setiap pagi sebelum kemana-mana saya tetap menulis.

Jangan bosan yah membaca tulisanku! Meski belum sehebat para penulis beken, tetapi saya akan terus menulis.

Jangan lupa kunjungi blog saya. Kumpulan sekitar 500-an artikel sejak 2009, baik itu berupa renungan, opini, profil orang-orang, baik sudah diterbitkan di media maupun yang hanya terbit di FB ini.

Semoga bermanfaat!

Medan, 19 Juni 2015

Kamis, 18 Juni 2015

Orang Tua adalah Guru, Pendidik Bagi Anak-anak

Oleh: Jannerson Girsang

Orang tua adalah pewaris kebaikan bagi anak-anaknya, dan anak-anak adalah penerus keturunan.yang lebih baik.

Orang tua adalah seorang pendidik, mereka bukan hanya pencari nafkah fisik, bukan hanya pemberi "uang". Jangan puas hanya mampu memberi kebutuhan fisik, kebutuhan rohani-teladan kasih, kebaikan, jauh lebih penting!.

"Let us not be satisfied with just giving money. Money is not enough, money can be got, but they need your hearts to love them" (Mother Theresia).

Bersyukurlah kita ada orang yang masih rela menjadi orangtua tua, pasangan suami istri. Jika tidak, maka dunia ini hanya tinggal satu generasi lagi.

Orang tua, ayah dan ibu adalah seorang pendidik. Seorang pendidik ibarat seorang penabur, yang setiap hari menaburkan rupa-rupa benih : benih kepribadian, benih kedisiplinan, benih perilaku, benih iman, benih ilmu, benih pengharapan, benih pelayanan, benih kejujuran, benih keuletan, benih kemandirian, benih moral, benih kasih, dan hal positif lainnya, supaya keturunannya menerimanya, dapat belajar darinya dan mengalami pertumbuhan.

Orang tua bukan pendidik otoriter: hanya mengatakan: "kerjakan apa yang saya perintahkan, tetapi tidak berani mengatakan kerjakan apa yang saya lakukan, kembangkan dengan kebenaran yang sudah kamu pelajari!".

JANGAN DIPIKIR MUDAH MENJADI ORANG TUA!.

Tidak ada orang tua yang mampu mendidik anak dengan sempurna, tanpa mengalami pergulatan: gagal berkali-kali, mengakui kegagalan dan sharing dengan anak-anak.

Tidak ada kata tamat mendidik anak. Semua dalam proses belajar dan belajar hingga akhir khayat.
Tugas orang tua sebagai pendidik adalah berlaku baik, menabur kebaikan, berserah dan berdoa, setiap hari, setiap saat!.

Optimisme seorang orang tua tentunya didasari sikap yang realistis. Mereka harus belajar realita.
Tidak semua benih yang kita tabur sebagai pendidik dapat bertumbuh dengan subur, karena pastinya ada benih yang jatuh di pinggir jalan, jatuh di tanah berbatuan, dan juga jatuh di antara semak duri, sehingga akan menghambat pertumbuhan dari benih-benih tersebut.

Kita harus sadar, bahwa setiap anak memiliki daya tangkap yang berbeda dan memiliki cara yang berbeda mendidiknya. Ada yang harus mendapat perlakuan ekstra. Ibarat menaburkan benih di tanah yang subur atau mempersiapkan lahan yang kondusif terlebih dahulu.

Menabur benih pun memerlukan banyak tindak lanjutnya. Tanahnya digemburkan supaya menjadi subur, setiap hari tanaman disiram dengan air, rumput liar disekitarnya dicabut, hama pengganggu disingkirkan, dan secara periodik diberi pupuk.

Demikian halnya bagi orang tua!. Semua itu perlu dilakukan dengan teliti, tekun, terus-menerus, serta dituangan penuh kesabaran dan ketabahan.

Kita bersyukur menjadi orang tua, tetapi jangan lupa: tugasnya adalah pewaris keturunan dan kebaikan.

Dunia harus bersyukur masih ada orang tua. Keturunan yang baik bagi dunia ini terletak di tangan orang tua!

Medan, 16 Juni 2015

Hari Pertama Bekerja Putri Bontotku

Oleh: Jannerson Girsang

"Selamat sore Father!. Enak banget  di kantor ini. Lawyernya ramah. Smua baik. Terus makan siang disediakan ternyata...he..he,",

Demikian bunyi sms dari putri bontotku, Devee Girsang​, sore ini sesaat menjelang pulang kantor,

Kesan  dari bontotku yang menyenangkan bekerja di hari pertama   di sebuah kantor Lawyer di bilangan  CBD Kuningan, Jakarta, setelah wisuda dari President University, 6 Juni 2015 lalu.

Sebagai orang tua, mendengar kesan pertama hari pertama anak bekerja, khususnya si bontot, memupus semua kekhawatiran,  kesusahan dan penderitaan selama ini.

Ibarat kata pepatah: "Kemarau setahun, pupus oleh hujan sehari"

Terharu, bangga dan bersyukur. Anak bontot yang kebanyakan manja ternyata tidak dengan putriku yang satu ini.

Teringat beberapa tahun lalu.  Bontotku selalu ingin melakukan sesuatu sendiri.

Mencari kampusnya sendiri. Bahkan sebelum lulus SMA Methodis di Medan, diam-diam dia sudah mengikuti testing di President University, sebuah ampus yang relatif sangat mahal di bilangan Cikarang, Jakarta.

"Nanti kalau tidak lulus di SNMPTN, saya sudah punya tempat kuliah," katanya tiga setengah tahun yang lalu.

Memang, perkiraannya benar. Dia tidak lulus SNMPTN, tidak mengikuti  kakak-kakak dan abangnya yang masuk PTN di Jakarta. Sempat sedih sebentar!

Lalu, dia akhirnya memutuskan kuliah di President University, sebuah kampus  dengan pengantar bahasa Inggeris, padahal dia adalah BTL, Batak Tembak Langsung dari Medan! .

Tak pernah saya bermimpi mengirim anak-anak saya kuliah di kampus ini.  Bukan hanya karena saya ragu kemampuan bahasa Inggeris putriku, tetapi karena mahalnya uang kuliah.

Kalau saya jumlah: jumlah uang kuliah ketiga kakak-kakak dan abangnya, 2 kali lipat dari uang kuliahnya sendirian. .

Ternyata President University adalah sebuah kampus bernuansa "asing" di sebuah kompleks industri di bawah asuhan Kawasan Industri Jababeka, sekitar 50-an kilometer sebelah Timur Jakarta. (Nuansa asing itu terasa saat wisuda, pidato, sambutan semuanya disampaikan dalam bahasa Inggeris).

Saya sering mengatakan kepada teman-teman, "Anak-anak kita sekarang ini jauh lebih pintar dan lebih berani dari kita. Mereka hidup di dekade yang jauh berbeda dari kita, Kita tak berhak menggurui mereka".

Saya selalu yakin itu. Makanya tidak pernah meragukan pilihan mereka!

Saya yang lulusan IPB Bogor tahun 80-an, dan sudah tinggal di Medan sejak 1990, sebelumnya tidak pernah tau dimana dan bagaimana itu President University.

Mencari pekerjaan juga dia melakukannya sendiri. Dia tidak pernah mau menggunakan dukungan orangtuanya. Padahal, saya punya banyak keluarga dan teman lawyer. '

 "Tidak usah bapak yang mencari pekerjaanku, biarkan putrimu mandiri Pak. I love you Father. You are my hero," katanya suatu ketika, saat saya menawarkan bantuan untuk membantunya mencari pekerjaan.

Saya menurutinya. Ternyata dia bisa!

Seperti menabur benih, kami sebagai orang tua tidak pernah mengetahui bagaimana prosesnya putriku ini menjadi Sarjana Hukum, kapan dia akan memperoleh pekerjaan.

Kami tidak pernah khawatir seorang gadis harus kos sendiri di tempat yang jauh. Dari jauh saya hanya berdoa, memberi arahan.

Tuhanlah yang menumbuhkan benih yang kutabur itu dan kini sudah mampu mandiri, dalam usianya menjelang 22 tahun (bontotku lahir 19 Oktober 1993).

Perkuliahan bontotku adalah sebuah perjalanan iman saya dan istri  yang luar biasa,

Dia kuliah di kampus yang mahal, saat tenaga sudah lemah, di saat persediaan sudah menipis, setelah tiga kakak dan abangnya menyelesaikan perkuliahannya.

Awalnya saya ragu dan tidak mampu membayar uang kuliahnya. Saya bukanlah orang yang berkelebihan. Tetapi semua cukup dan tersedia saat dibutuhkan.

Kami hanya bermodal prinsip. "Kuliah adalah investasi prioritas! Apapun dikorbankan demi kuliah anak-anak".

Itulah terjemahan kami: "Anakkon hi do hamoraon di ahu"--anak-anak harus mendapatkan pendidikan terbaik, tanpa membedakan perempuan atau laki-laki.

Menjelang perkuliahannya selesai tak ada lagi barang berharga yang bisa dijual. Bahkan belakangan ini, saya harus menahan diri tidak pergi ke restoran bayar sendiri!. Pesan saya selalu:"Usahakan jangan terlambat lulusnya ya sayang" .

Doa dan air mata, itulah senantiasa membuat saya dan istri bersemangat dalam keadaan yang sangat terbatas.

Ibarat bermimpi, ternyata tak terasa, kami sudah tiba di "ujung"!.

"Saya sudah lulus meja hijau, Pak. Wisuda nanti Juni, "katanya beberapa bulan lalu. Lega. Tetapi sedih karena tidak ada hadiah yang bisa kuberikan, kecuali doa dan kata-kata yang membesarkan hatinya..

Semangat dan doa membuat kita kuat menghadapi apapun persoalan dan tantangan hidup. Kita diberi kebijaksanaan melakukan yang terbaik bagi anak-anak!

Terima kasih Tuhan, semua Engkau buat indah pada waktunya.

Buat putriku Devee: orang tuamu akan selalu mendoakanmu dari jauh sayang!.

Kejujuran, ketekunan, kerendahan hati, kerja keras dan doa adalah kunci sukses. Semoga Devee tetap berada di jalur yang selama ini kita tempuh, di tempat kerja!

Ingat ya sayang: "Sukses bukan karena kamu menjadi orang kaya, berkuasa, tetapi karena kamu berhasil menjadi orang yang baik!". Orang tua akan bangga kalau anak-anaknya disenangi banyak orang, karena kebaikannya, bukan karena kekayaannya atau kekuasaannya..

Terima kasih buat bere kami Grace Sibarani​, yang beberapa bulan terakhir membuat tulang yakin, karena tinggal dekat dengan bontotku!. Grace menjadi tempatku bertanya, orang yang kupercaya dan paling tau tentang keberadaan bontotku ini.

Teman sejati adalah teman yang hadir pada saat kita susah. Grace; Kau baik sekali nang, Tuhan akan membalas kebaikanmu!. Tuhan memberkati kalian ya nang:

Terima kasih untuk kedua kakak bontotku,  Clara, dan Patricia, putri adikku Christin serta kedua menantuku yang senantiasa memonitor keadaan bontotku, memberi bantuan moril bahkan material dan tempatku bertanya selama dia kuliah jauh di luar Jakarta.

Medan, 15 Juli 2015.

Menyambut Pelantikan Pimpinan Pusat GKPS 2015-2020

Oleh: St Ir Jannerson Girsang

Seluruh warga GKPS bersyukur karena Synode Bolon GKPS ke 42 berakhir dengan baik. Kita menghargai lelah 450 orang perutusan, serta panitia Synode yang bekerja keras menyelesaikan seluruh agenda dan tugas-tugas mereka sejak 9 Juni 2015 lalu.
.
Synode telah pula mensyahkan Program GKPS Lima Tahun ke depan, serta memilih Pimpinan Pusat GKPS 2015-2020 yang pelantikannya akan diselenggarkan hari ini, Minggu 14 Juni 2015.

Dilantik Pendeta Tertua

Sesuai dengan tradisi di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), pendeta aktif tertua--Pdt Saur Pardomuan Saragih, STh akan melantik Pdt M Rumanja Purba MSI dan Pdt Dr Paul Ulrich Munthe sebagai Ephorus dan Sekjen GKPS periode 2015-2020, di gereja GKPS Sudirman, Pematangsiantar, hari ini 14 Juni 2015.

Pria yang mulai bertugas sebagai pendeta di GKPS 12 April 1982 ini, sudah berusia hampir 60 tahun ini. Jabatannya saat ini di GKPS adalah Sekretaris Distrik IV Medan dan merupakan pendeta aktif tertua di GKPS.

“Benar saya akan melantik Pimpinan Pusat GKPS periode 2015-2020 pada Minggu (14/6) di GKPS Sudirman. Penunjukan itu merupakan persyaratan di GKPS, yakni pendeta aktif tertua yang melantik,” ujar Pdt Saur Pardomuan Saragih, seperti dikutip harian METRO Siantar.

Beberapa Catatan

Pergantian kepemimpinan di GKPS merupakan sebuah agenda yang paling banyak menyedot perhatian dari agenda-agenda yang lain dalam pelaksanaan 42 kali Synode, sejak GKPS mandiri dari HKBP, 1 September 1963.

Perhatian jemaat yang cukup besar terhadap agenda pergantian kepemimpinan di GKPS cukup beralasan karena lima tahun kedepan, kedua Pimpinan tersebut akan memimpin amanah Synode Bolon ke -42  untuk memimpin lebih dari 200 ribu jemaat dan tersebar di lebih dari 20 provinsi di Indonesia.

Mengamati Synode Bolon GKPS ke 42 ini, saya memiliki beberapa catatan sebagai berikut:

Pertama, GKPS menunjukkan sikap yang semakin dewasa dalam memilih pemimpin. Pemilihan Pimpinan Pusat GKPS berlangsung lancar, dan berakhir damai, indikator gereja yang diamanatkan Yesus Kristus saat bangkit ke surga. “Aku mewariskan damai”.

Usai pemilihan, pengakuan tanpa syarat dari calon yang belum mendapat kesempatan menjadi Pimpinan Pusat, menjadi catatan dan pelajaran berharga bagi para pemimpin gereja, mulai dari yang tertinggi hingga terendah di jemaat. Setelah pemilihan tidak justru menambah beban yang harus dihadapi Pemimpin berikutnya.

Pergantian kepemimpinan bukan soal kalah menang, tetapi adalah sebuah amanah Tuhan sebagai Kepala Gereja.  Dalam Synode sikap menghargai keputusan, khususnya Pemilihan Pimpinan Pusat, cukup melegakan dan membesarkan hati. Beberapa saat setelah pemilihan berlangsung,  Pimpinan Pusat yang lama--kebetulan menjadi salah satu calon Ephorus, dalam hal ini Pdt Dr Jaharianson Sumbayak secara spontan memberikan dukungan dan ucapan selamat. Calon Pimpinan Pusat GKPS yang bersaing  harus menghormati keputusan Synode Bolon.

Kedua, kita berharap ke depan, Pimpinan Pusat yang baru menghargai, mempelajari dan mampu mengoreksi karya-karya mereka, serta menjadikan para pimpinan terdahulu sebagai partner, bukan sebagai oposisi (di gereja tidak dikenal oposisi) dalam menjalankan roda kepemimpinan ke depan.

Sikap seperti ini penting untuk menjaga keutuhan dan kesatuan langkah ke depan, sehingga GKPS mampu memelihara  kesinambungan program dan mengembangkan program-program baru, membawa jemaat  sesuai dengan amanat Synode Bolon, menghadapi berbagai tantangan kehidupan mereka di era globalisasi ini.

Menggalang persatuan dan kesatuan tindak adalah tugas Pimpinan Pusat yang baru dalam memanfaatkan seluruh potensi yang ada di GKPS. Pengelompokan pihak menang dengan yang kalah adalah tradisi dunia yang sama sekali bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Ketiga, sebuah peristiwa unik dan belum pernah terjadi di GKPS, dan bahkan mungkin di gereja lain  anggota LWF. Synode Bolon GKPS ke-42 memilih Pimpinan Pusat GKPS (Ephorus dan Sekjen) secara kebetulan adalah putra Mantan pasangan Pimpinan Pusat hasil Synode Bolon GKPS 1970.

Terpilihnya Pdt Marthin Rumanja Purba sebagai Ephorus dan Pdt Dr Paul Ulrich Munthe sebagai Sekjen GKPS 2015-2020 mengingatkan kita pada Synode Bolon GKPS 1970.  Saat itu Pdt Lesman Purba, STh ayah Pdt Rumanja Purba terpilih sebagai Ephorus GKPS, dan Pdt Armencius Munthe, ayah Pdt Paul Munthe terpilih sebagai Sekjen.

45 tahun kemudian, putra kedua Pimpinan Pusat tersebut menjadi pasangan Pimpinan Pusat GKPS. Sebelumnya, putra Pdt Samuel P Dasuha, mantan Ephorus GKPS (1972-1977). almarhum Pdt Belman Purba Dasuha STh, menjadi Ephorus GKPS (2005-2010)

Keempat, lima tahun ke depan, GKPS akan melaksanakan tahapan Visi GKPS 2030. Tahap dimana GKPS menekankan pengembangan sumberdaya manusia dan kepemimpinan, di tengah gereja yang pada umumnya yang menghadapi tantangan dan permasalahan khususnya masalah moral, kerohanian, teologia, organisasi dan keuangan gereja, politik, sosial, ekonomi, budaya,  dan lain-lain.

Menghadapi permasalahan-permasalahan ini GKPS membutuhkan pemimpin yang sungguh-sungguh melayani, memiliki kemampuan kemepimpinan dan manajerial yang baik, mampu bersinergi dengan seluruh elemen yang ada.

Jemaat GKPS, berharap agar Pimpinan Pusat periode 2015-2020 senantiasa  memiliki keinginan untuk terus belajar (mampu), takut akan Allah--menghormati hukum-hukum Allah, dapat dipercaya--yakni melaksanakan amanat Synode Bolon ke 42, dan benci pada pengejaran suap, dan anti korupsi.  Hal yang seperti diamanatkan oleh Keluaran 18:21 sebagai persyaratan pemimpin yang baik. 

Jemaat juga berharap agar Pimpinan Pusat yang baru tidak terlalu lama menoleh ke belakang, tetapi langsung memandang jauh ke depan, melihat persoalan serta mencari solusinya.    

Keduanya pernah bersama-sama bekerja di kantor pusat, sewaktu Pdt Rumanja menjabat sekjen, Paul adalah Kepala Litbang mulai tahun 2000-2005.  “Jadi kita terus bersama-sama. Artinya, kita sudah saling kenal dan kita sudah saling tahu yang mau kita lakukan bersama-sama. Tentu akan kita tingkatkan lagi,” ujar Paul, seperti dikutip harian Metro Siantar.

Jika didasari dengan niat baik, didukung kemampuan dan pengalaman di atas,  doa seluruh jemaat, Pimpinan Pusat yang baru ini tentu akan mampu mengemban amanah Synode  Bolon 2015 dan membawa GKPS lima tahun ke depan menjadi lebih baik.

Selamat kepada Pdt Rumanja Purba, MSi sebagai Ephorus dan Pdt Dr Paul Ulrich Munthe sebagai Sekjen GKPS periode 2015-2020.

Profil Pimpinan Pusat GKPS 2015-2020.

Ephorus GKPS. Pdt Martin Rumanja Purba, MSi telah berkarier selama 26 tahun sebagai pendeta di GKPS. Selama keriernya, ayah tiga orang Anak-- Andro Purba, Nia br Purba, Nisura Purba  mendapat beragam penugasan seperti Pendeta Resort, dan terakhir adalah Pendeta Resort Cempaka Putih, Jakarta. Sebelumnya suami dari Leoni br Silalahi ini pernah menjadi Sekjen GKPS selama 2000-2010 pada masa kepemimpinan Ephorus Pdt Dr Edison Munthe, MTh dan Pdt Belman Purba Dasuha STh. Pdt Martin Rumanja Purba adalah  Alumnus STT Jakarta dan memperoleh gelar Magister dari Program Pasca Sarjana Universitas Duta Wacana Salatiga.

Sekjen GKPS. Pdt Dr Paul Ulrich Munthe telah berkarier di GKPS sejak 1996 dan pernah melayani di Resort Gloria Haranggaol,  kemudian menjadi Kepala Litbang di Kantor Pusat sampai 2006. Sejak 2010,  suami dari Darty br Purba ini menjabat Kepala Biro Administrasi di Kantor Pusat GKPS, dan terakhir sejak 2013 pendeta Resort Polonia Medan. Pdt Paul pernah megikuti studi di Korea Selatan program Master Theologia Tahun 2000-2001. Pada 2006, ayah Steven Munthe ini menempuh  studi doktor di Singapura.

Jannerson Girsang—mantan Perutusan Synode Bolon GKPS (2000—2005) dan Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar (2010-2015)

Medan, 14 Juni 2015
Pimpinan Pusat GKPS yang Baru: Pdt Paul Ulrich Munthe (kiri), Pdt Martin Rumanja Purba (dua dari Kiri). 
Pimpinan Pusat GKPS Lama: Pdt Dr Jaharianson Saragih (tiga dari kiri) dan Pdt El Imanson Sumbayak MTh (paling kanan)Pimpinan Pusat GKPS yang Baru: Pdt Paul Ulrich Munthe (kiri), Pdt Martin Rumanja Purba (dua dari Kiri). Pimpinan Pusat GKPS Lama: Pdt Dr Jaharianson Saragih (tiga dari kiri) dan Pdt El Imanson Sumbayak MTh (paling kanan)
Pdt Rumanja Purba MSi, Ephorus dan Pdt Dr Paul Ulrich Munthe, Sekjen GKPS 2015-2020 memasuki gereja GKPS Sudirman Pematangsiantar, 14 Juni 2015. (Photo: Emmi Saragih, Yayasan Pendidikan GKPS)Pdt Rumanja Purba MSi, Ephorus dan Pdt Dr Paul Ulrich Munthe, Sekjen GKPS 2015-2020 memasuki gereja GKPS Sudirman Pematangsiantar, 14 Juni 2015. (Photo: Emmi Saragih, Yayasan Pendidikan GKPS)
Pasangan Pimpinan Pusat GKPS  Pdt Rumanja Purba MSi, Lioni br Silalahi, Pdt Dr Paul Ulrich Munthe, Darty br Purba. Photo: Meirice Delpita SipayungPasangan Pimpinan Pusat GKPS Pdt Rumanja Purba MSi, Lioni br Silalahi, Pdt Dr Paul Ulrich Munthe, Darty br Purba. Photo: Meirice Delpita Sipayung

Khotbah Pertama Ephorus GKPS 2015-2020 di gereja GKPS Sudirman Pematangsiantar, 14 Juni 2015. Photo: Dr Sarmedi Purba. "Tidak histeris, tapi historis" kata Dr SarmediKhotbah Pertama Ephorus GKPS 2015-2020 di gereja GKPS Sudirman Pematangsiantar, 14 Juni 2015. Photo: Dr Sarmedi Purba. "Tidak histeris, tapi historis" kata Dr Sarmedi
Semua ceria menyambut Pimpinan Pusat GKPS 2015-2020. Terlihat di belakang Pdt Saur Pardomuan Saragih (Pdt Tertua yang melantik Pimpinan Pusat). Photo: Eva GirsangSemua ceria menyambut Pimpinan Pusat GKPS 2015-2020. Terlihat di belakang Pdt Saur Pardomuan Saragih (Pdt Tertua yang melantik Pimpinan Pusat). Photo: Eva Girsang

Kumpul Keluarga

Kesibukan dan jarak kadang membatasi keluarga bisa kumpul.
Malam Minggu bersama keluarga paribanku St Ir Badiman Purba. Pertemuan begini membuat anak-anak semakin kompak dan saling mengasihi dan merindukan satu sama lain.
Terima kasih untuk adik kami yang baik, mama Tamara and Bapak Tamara.

Medan, 13 Juni 2015 


Kita dan Orang Lain

Oleh: Jannerson Girsang

Cara berfikir kita tidak sama dengan orang lain, keinginan kita tidak sama dengan siapapun, termasuk pasangan kita, anak-anak kita, tetapi kita dituntut harus mampu hidup berdampingan dengan mereka.
Sebab mereka adalah ciptaan Allah yang paling tinggi.

Kita sering memaksakan orang lain berfikir seperti kita, memiliki keinginan seperti kita: Saat itulah kita menjadi susah, tetapi sering tidak menyadarinya dan kadang enggan menyadarinya.

Hidup adalah mewujudkan pikiran, keinginan, tanpa mengorbankan pemikiran dan keinginan orang lain. Tidak memaksakan pemikiran dan keinginannya harus dipenuhi orang lain.

"Berkorban terlebih dahulu". Ayat emasnya adalah : sebagaimana kamu menginginkan orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka. Perintah yang mutlak dilakukan oleh manusia kalau dia mau hidup bahagia. Sebuah keteladanan!

Buah yang mereka kejar adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Bukan sebaliknya, kuasa, kehormatan, serta penghormatan dunia lainnya.

Suatu pekerjaan yang seorangpun tidak mampu mewujudkannya dengan kekuatan manusia sendirian. Dia harus masuk dalam komunitas dan mampu hidup berdampingan dengan yang lain, dipersekutukan dalam Roh!.

Jadi, tidak mudah memahami keinginan dan pemikiran orang lain, menyeleraskan pemikiran dan keinginan seseorang dengan pemikiran dan keinginan orang lain.

Prosesnya berjalan seumur hidup, jatuh dan bangun, berhasil dan gagal, penuh pengorban dan penyangkalan diri,

Orang-orang yang berbahagia tidak akan pernah merasa tamat melakukannya, sampai dia menghadap sang Kuasa. Tidak pernah menghitung apa yang sudah diperbuatnya, tetapi melakukan apa yang belum bisa dilakukannya untuk pasangannya, anak-anaknya, untuk orang lain..

Mereka merasa berhutang atas buah-buah Roh, dan tidak pernah merasa berjasa atau perlu dihargai, tetapi bersyukur ketika masih diberi kesempatan berbuat baik dan melayani yang lain semampunya.
Mereka terlihat seperti orang bodoh. lemah, miskin. Tetapi merekalah sesungguhnya yang paling bijak, kuat dan kaya!.

Selamat Malam Minggu dan mempersiapkan diri melayani dan mengikuti kebaktian Minggu besok!

Medan, 13 Juni 2015

Nias-Bangkit.com Tutup Sejak 12 Juni 2015

Oleh: Jannerson Girsang

NBC Tutup!. Malam ini saya membaca artikel Reny (Ketjel Zagoto) dan samar-samar sepertinya NBC Tutup.

Lalu, setelah konfirmasi Apolonius Lase, salah seorang manajemen mediaonline terkemuka di Nias itu, ternyata benar.

Saya ,mengunjungi website NBC. Sebuah artikel yang kubaca malam ini membuatku sedih. Surat kepada pembaca NBC. .

"Sebuah keputusan telah kami ambil. NBC akan berhenti menjalankan aktivitas peliputan berita terhitung pengumuman ini kami tayangkan," demikain isi surat itu yang lengkapnya ada di bawah ini.
Sejak

Di awal penerbitan mediaonline yang mulai tayang 5 Oktober 2010 ini, Tony Jans (Managing Director NBC) meminta saya untuk turut membantu mendidik para wartawan baru di sana selama tiga bulan.

Sedih!

Saya teringat teman-teman: Onlyhu Ndraha, Ni Mend, Iman Lase, Jonifati Gulo, Ketjel Zagoto, (Reni), Anoverlis Hulu Irwanto Hulu dan teman-temanku yang lain yang tak dapat kusebut satu persatu.

Kenangan indah di Bawomataluo, perjalanan ke Sirombu, Sorake, dan berbagai tempat di Nias Utara, membuatku sedih. Kenangan itu tidak akan pernah kulupakan. Terlalu indah dilupakan, terlalu sedih untuk dikenang.

NBC tinggal kenangan. "Sudah diputuskan Pak, kemaren ditutup,"ujar Apolonius Lase, salah satu jajaran manajemen NBC di Jakarta malam ini.

Ano salah seorang wartawannya beberapa hari yang lalu mengatakan pindah ke RRI Gunung Sitoli. Bagaimana dengan teman-teman saya yang lain? .

Berikut lengkapnya surat Perpisahan itu!

Pembaca NBC yang budiman.

Sebuah keputusan telah kami ambil. NBC akan berhenti menjalankan aktivitas peliputan berita terhitung pengumuman ini kami tayangkan.

Tentu Anda semua terkejut dengan kabar ini. Namun, bagaimanapun itulah keputusan yang telah kami ambil setelah mempertimbangan berbagai hal. Untuk selanjutnya, artikel dan berita yang pernah ditayangkan, demikian pula dengan foto dan video, masih akan dapat diakses pembaca. Namun, tidak akan ada lagi naskah dan artikel baru.

NBC hadir terhitung 5 Oktober 2010. Kehadirannya berbarengan dengan pemilihan kepala-kepala daerah di lima wilayah Nias. Selanjutnya berita-berita dan artikel yang hadir terkait dengan apa saja yang terjadi di kelima daerah otonomi baru tersebut.

Kami bertiga: Tony Fransiscus Jans, Donny Iswandono, dan Apolonius Lase, sebagai pendiri NBC, yakin apa yang kami lakukan sedikit banyak telah berkontribusi bagi perkembangan masyarakat Nias.

Gaya jurnalisme yang kami usung melalui NBC mendapat simpati berbagai kalangan. Tentu kami mensyukuri atas sambutan itu, meskipun segelintir orang menyatakan juga tidak suka. Kami menghormati mereka yang berpandangan beda itu.

Kami bukanlah sebuah lembaga berorientasi bisnis. Apa yang telah kami lakukan semata-mata adalah sumbangsih kami kepada Nias yang tengah mencoba bangkit.

Demikian kabar atas keputusan kami untuk menghentikan aktivitas jurnalistik NBC. Selanjutnya kami yakin putra-putri Nias bakal mampu mengisi kekosongan ruang yang telah kami tinggalkan.
Selamat berpisah kami ucapkan. Terima kasih atas segala apresiasi dan kerja sama yang terjalin selama ini. Tak ada gading yang tak retak. Jika ada yang kurang berkenan mohon dimaafkan.

Salam Perpisahan.

Bekasi, 12-6-2015.

Mengulang Synode GKPS 1970

Anak Ephorus Jadi Ephorus, Anak Sekjen Jadi Sekjen GKPS

Oleh: Jannerson Girsang

Setelah Ephorus GKPS yang baru Pdt Martin Rumanja Purba, MSi terpilih tadi siang, sore ini Synode Bolon GKPS ke-42 memilih Pdt Dr Paul Ulrich Munthe, sebagai Sekjen GKPS periode 2015-2020.. Sejarah yang berulang!.

Terpilihnya kedua Pimpinan Pusat GKPS 2015-2020 mengingatkan kita pada Synode Bolon GKPS 1970.

Saat itu Pdt Lesman Purba, ayah Pdt Rumanja Purba terpilih sebagai Ephorus GKPS, dan Pdt Armencius Munthe, ayah Pdt Paul Munthe terpilih sebagai Sekjen.

45 tahun kemudian, hari ini anak-anak mereka terpilih menjadi pasangan Pimpinan Pusat GKPS.
Sebuah peristiwa yang tak seorangpun dapat menduga. Sebuah rencana Tuhan yang kita yakini akan baik bagi GKPS lima tahun ke depan.

Lebih berbahagia lagi ketika mantan Ephorus Pdt Dr Jaharinson Saragih langsung mengucapkan selamat kepada Pimpinan Pusat GKPS yang baru di statusnya.

"Selamat kepada abang Pdt Rumanja Purba sebagai Ephorus dan kepada Adik Pdt Paul Munthe sebagai sekjend GKPS periode 2015-2020. Makin diberkatilah GKPS.Amen,"ujar Pdt Jaharianson Saragih, mantan Ephorus GKPS di status FBnya. .

Medan, 12 Juni 2015

Pdt Martin Rumanja Purba, MSi, Ephorus GKPS 2015-2020

Oleh: Jannerson Girsang

Pdt Martin Rumanja Purba MSi, terpilih sebagai Ephorus GKPS Periode 2015-2020 setelah meraih 175 suara megungguli Pdt Dr Jaharianson Saragih yang meraih 137 suara, serta calon-calon lainnya dalam Synode Bolon GKPS ke-42, di Balei Bolon, Pematangsiantar siang ini. .
Demikian dilaporkan teman utusan Synode Bolon ke-42 dari GKPS Resort Medan Selatan.

"Ini semua adalah berkat Tuhan, terima kasih," ujar Pdt Rumanja singkat saat saya mengucapkan selamat melalui telepon barusan, beberapa saat setelah beliau terpilih.

Sebelumnya, putra tertua, Pdt Lesman Purba, mantan Ephorus GKPS 1970-1972 ini adalah Pdt GKPS Resort Cempaka Putih,Jakarta (2010-2015), dan pernah menjadi Sekljen GKPS dua periode (2000-2010).

Synode bukan sidang Parlemen. Semoga semua akan merasa jadi pemenang, tidak ada yang kalah.

Selamat atas terpilihnya Pdt Martin Rumanja Purba. sebagai Ephorus GKPS 2015 - 2020. Dan terimakasih untuk mantan Ephorus yang kami cintai Pdt Jaharianson Saragih.. atas pelayanannya selama lima tahun ini.

Mari kita bersama-sama bekerja bahu membahu mewujudkan kasih persaudaraan di tengah-tengah jemaat GKPS .

Sebagai jemaat, saya senang, pergantian kepemimpinan di GKPS selalu berjalan baik.

Kita bahagia dengan hasil Synode karena Ephorus yang lama Pdt Dr Jaharianson Saragih juga menyambutnya dengan baik.

"Saya tetap tenang..dan tidak ada masalah. Sehat."katanya sambil tertawa siang ini. Sikap teladan pemimpin yang menenangkan. .

Damai senantiasa melingkupi seluruh peserta dan sekembalinya ke jemaat masing-masing membawa berita damai dan suka cita.

Terpujilah Tuhan!.

Medan, 12 Juni 2015

Presiden Jokowi Mantu

Oleh: Jannerson Girsang

Orang terkenal, berpengaruh selalu menjadi top news. Apa yang mereka pikirkan, katakan dan lakukan menjadi teladan bagi rakyat .Mereka yang berada di puncak kekuasaan menjadi sebuah trend setter.

Kalau dia bisa, kenapa saya nggak bisa?. Mereka menjadi inspirasi!

Proses akad nikah anak Presiden RI, Jokowi Gibran Rakabuming Raka dengan Selvi Ananda, cukup menarik dan diliput secara langsung oleh media-media di tanah air, termasuk televisi.

Akad nikah secara Islam itu berlangsung pagi ini di gedung Graha Saba, Solo, Jawa Tengah, bukan di gedung mewah di ibu kota Negara,

Pertama, pernikahan ini menarik, karena kedua pasangan itu beda agama. Seperti diketahui, berdasar administrasi KTP (Kartu tanda Penduduk), Gibran maupun orang tuanya, Jokowi dan Iriana, keterangan beragama Islam.

Sedangkan orang tua Selvi, Didit Supriyadi dan Partini, non-Muslim. Ini kendala yang dihadapi saat itu. Pihak keluarga sudah melakukan konsultasi ke KUA sejak April lalu.(http://www.republika.co.id)
Sumber lain menyebut bahwa kedua orangtua mempelai perempuan, Didit Supriyadi dan Partini, beragama Katolik, namun Selvi sudah masuk Islam. Ini bisa dibuktikan dalam akte KTP (Kartu Tanda Penduduk), maupun KK (Kepala Keluarga). Semula, dalam akte kelahiran masih tercantum agama Katolik.

Keraguan keabsahan ijab kabul. putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka dengan mantan Putri Solo 2009, Selvi Ananda, sempat menjadi teka-teki, tetapi kemudian terjawab.

''Mbak Selvi sudah masuk Islam. Jadi, tak ada yang perlu diragukan,'' jawab H Mukhtaroji SPDi,
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Banjarsari, Solo, Rabu (10/6).

Hal lain yang menarik lagi bagi saya karena orang tua mempelai perempuan adalah putri seorang rakyat biasa. Anak Presiden, menikah dengan anak rakyat. Pernikahan yang mengangkat harkat rakyat kecil.

Kelebihan Selvi Andanda sendiri, gadis jelita ini adalah Putri Solo 2009, dan mereka menjalin cinta sebelum Jokowi menjadi Presiden.

Terakhir, pernikahan ini menarik, katena dilaksanakan dengan adat Jawa--sebuah teladan penghargaan terhadap warisan nenek moyang. Presiden sendiri masih menghargai adat, maka mari semua suku bangsa menghargai adat kita masing-masing.

Masyarakat beradab adalah masyarakat yang beradat. Pelaksanaan Adat mengajarkan para pasangan Indonesia untuk tetap menghargai adat, aturan yang menata kehidupan keseharian rakyatnya.
Prosesnya memang panjang--mengajarkan pasangan agar pernikahan yang dilandasi cinta dapat dipelihara dengan bijak. Pernikahan yang dilandasi cinta sejati, tidak luntur oleh pengaruh apapun.

Semoga pernikahan itu hanya sekali seumur hidup: tidak ada kata bercerai. .

Mungkin bagi yang lain ada makna yang lain.Semoga acara pernikahan ini memberi makna bagi seluruh rakyat Indonesia.

Medan, 11 Juni 2015

Synode Bolon GKPS ke 42

Oleh: Jannerson Girsang

Synode Bolon GKPS telah dibuka oleh Ephorus GKPS Pdt Dr Jaharianson Saragih, PhD, kemaren. Hari-hari ke depan akan menentukan arah GKPS lima tahun mendatang..

450 orang utusan sinode dari seluruh Indonesia, dan 350 orang di antaranya yang memiliki hak suara serta berhak memilih akan bersidang di Pematangsiantar hingga 13 Juni 2015.

Dijadwalkan, pelantikan Pimpinan Pusat GKPS terpilih dilaksanakan Minggu, 14 Juni mendatang.

Agenda paling seksi pada acara Synode pada umumnya adalah pemilihan Pimpinan Pusat (Ephorus dan Sekjen).

Peserta harus sadar bahwa Synode Bolon bukan sebuah perhelatan yang sama seperti sidang Parlemen, yang memisahkan diri menjadi kelompok pendukung seseorang atau orang-orang atau kelompok.

Dalam Synode Bolon tidak perlu ada kelompok yang kalah dan menang. Semuanya harus menjadi pemenang!

Para calon pemimpin gereja adalah orang yang diurapi Tuhan dan tidak perlu menjelekkan calon pemimpin lain untuk memperoleh citra "seolah lebih baik".

Sikap seperti ini hanya akan menggali liang kubur sendiri.

Padahal, sama saja Tokh!. Semua calon pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangan. Tuhanlah yang menyempurnakan kekurangan dan melipatgandakan kelebihannya.

Calon pemimpin mestinya menyadarinya dan saling mendukung, dan menyerahkan pemilihan sepenuhnya atas kehendakNya. Semua akan menjadi pemenang.

Para calon pemimpin cukup mengajukan program lima tahun ke depan, jelaskan apa yang sudah Anda kontribusikan kepada GKPS dan mempengaruhi kehidupan jemaat ke arah yang lebih baik. Berdoa!

Tuhan melalui Synode akan menetapkan Anda memimpin GKPS ke depan!

Jemaat mengingatkan dan berharap agar para calon pemimpin gereja menempuh cara-cara yang Kristiani, menghindari cara tidak etis menampilkan diri sebagai calon pemimpin, apalagi sampai menjelekkan calon lain.

"Menjelekkan calon pemimpin lain untuk memperoleh citra "seolah lebih baik" adalah sikap yang menggali liang kubur sendiri".

Para peserta Synode adalah utusan jemaat yang didanai "durung-durung (persembahan) jemaat" dan harus tunduk kepada kehendak Tuhan dalam mewujudkan GKPS menjadi garam dan terang di negeri ini.

Gereja kami melakukan pengumpulan dana khusus untuk mengirim Perutusan Synode Bolon dan juga membantu pendanaan Synode itu sendiri!

Mereka tidak hanya hadir untuk berteriak-teriak, atau ngantuk di tempat sidang, tetapi berdoa dan aktif membawa aspirasi jemaat, memikirkan kebaikan GKPS ke depan.

Peserta Synode seharusnya tunduk kepada kehendak Tuhan yang telah memelihara dan melindungi jemaat GKPS sejak 1903 hingga saat ini.

Utusan Synode bukan tunduk kepada kepentingan orang-orang yang ingin jadi bupati, walikota. atau parleman, atau kepentingan bisnis, kehormatan atau kepentingan lainnya.

Synode Bolon adalah sidang yang mengevaluasi program lima tahun sebelumnya, dan merancang program GKPS lima tahun ke depan,

Para peserta diutus dan dibiayai dengan "durung-durung jemaat" untuk mencari pemimpin yang mampu melaksanakan program tersebut dan mewujudkan kemuliaan Tuhan di tengah-tengah jemaat yang beranggotakan lebih dari 200 ribu dan tersebar di lebih dari 20 provinsi di seluruh Indonesia itu.

Para peserta kiranya jangan hanya terfokus pada siapa yang akan memimpin ke depan tetapi harus memagari pemimpinnya dengan program dan aturan agar tidak keluar dari rel kepemimpinan lima tahun ke depan.

Tugas peserta adalah berdoa, bukan meminta petunjuk kepada "bupati", "walikota" atau orang-orang yang memiliki kepentingan politik.

Para peserta diutus dan "diongkosi" jemaat untuk mencari pemimpin yang mampu mengajar dan mendidik jemaat semakin dekat dengan Tuhan, semakin merasakan campur tangan Tuhan dalam setiap gerak kehidupan mereka.

Jemaat juga berharap agar Synode Bolon tidak dijadikan ajang kampanye bagi para calon Bupati, walikota, parlemen, atau siapa saja yang berkepentingan lain dari kepenting warga GKPS secara keseluruhan. Bukan arena penyebaran banner (spanduk) dan distribusi kartu nama!

Kiranya Synode Bolon ke-42 ini mampu mengeliminir kepentingan "politik" orang-orang tertentu dan mengedepankan "kemuliaan Tuhan".

Synode Bolon yang berbiaya cukup besar ini, seharusnya menghasilkan solusi terhadap keluhan jemaat dan tantangan eksternal lima tahun ke depan.

Semoga lima tahun ke depan, GKPS akan menampakkan perannya sebagai garam dan terang di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jamaat menyerahkan sepenuhnya arah GKPS lima tahun ke depan ke tangan saudara-saudara kami Perutusan Synode.

Ingatlah: Semua jemaat memonitor kegiatan sidang ini. Percayalah Karya Tuhan tak terpahami dan tak tertandingi pikiran manusia!.

Selamat untuk para utusan jemaat, pendeta, dan seluruh peserta Synode.

Indikator keberhasilan Synode ini adalah semua peserta pulang dengan suka cita dan dan damai sejahtera, membawa suka cita dan damai sejahtera bagi GKPS lima tahun ke depan.

Hanya dengan demikian, maka orang-orang akan mengenal peserta sebagai anak-anak Tuhan!
Jannerson Girsang--mantan perutusan Synode Bolon GKPS 2000-2005

Medan, 10 Juni 2015

Persatuan

Oleh: Jannerson Girsang

Ketika semangat bebersamaan dan persatuan mengisi hati manusia, kemampuan menghargai, bersyukur akan meningkat, pekerjaan, masalah, beban yang berat akan terasa ringan.

Saya sangat terkesan dengan seorang tokoh yang saya tulis beberapa tahun yang lalu yang senantiasa menasehatkan persatuan diantara anak-anaknya.

"Molo sada hamu, sude do boi ulaonmu," (Kalau kalian bersatu, maka semua akan bisa kalian lakukan".

Nasehat yang menginspirasi sebuah keluarga besar bersatu, hingga saat ini. Saya bisa rasakan ketika berkunjung ke rumah mereka, dan rumah keluarga besar mereka.

Namun, kalau suasana sebaliknya yang terjadi, maka akan meningkat orang yang "senang melihat orang susah", kemampuan menghargai, bersyukur makin melemah, pekerjaan yang ringan terasa berat.

Itulah sebabnya orang tua dituntut selalu menasehatkan anak-anaknya bersatu, dan anak-anaknya menasehatkan keturunan berikutnya bersatu, dan memberi spirit bersatu dengan lingkungannya.

Bukan sebaliknya: orang tua tidak boleh mendidik anak-anak memisah dengan keluarga besarnya, lingkungannya, karena merasa dirinya lebih hebat, mendidik mereka seolah tidak memerlukan orang lain.

Sikap orang tua seperti itu akan membuat anak-anak mengalami kesulitan hidup dan sulit bersyukur.

Keluarga yang hebat adalah menginspirasi keluarga lain merasa hebat, bukan membuat mereka "minder". Anak yang hebat adalah membuat anak orang lain merasa hebat, bukan membatasi orang lain bergaul dan mendapat insipirasi.

Tak salah para pendiri bangsa ini menjadikan sila ketiga Pancasila: Persatuan Indonesia. Bangsa yang mengagungkan persatuan dengan slogan: "Bersatu kita teguh, bercerai kita rubuh"

Bangsa yang bersatu, diawali dari semangat persatuan di dalam keluarga. Persatuan yang kuat di dalam keluarga akan menghasilkan lingkungan yang memiliki semangat persatuan dan menghasilkan bangsa yang kuat.

Medan, 10 Juni 2015

Hari Lahirnya Pancasila

Oleh: Jannerson Girsang

Belajar Pendidikan Moral Pancasia, Kuliah Mata Kuliah Pancasila, Penataran P4, Kewiraan.
Itulah mata kuliah-mata kuliah yang tidak boleh angka merah, ketika kami masih sekolah dan kuliah (era 60-an hingga pertengahan 80-an).

Setiap siswa paling tidak harus hafal Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Sewaktu SD, kami diwajibkan menggambar Pancasila dengan warna warni, dan tulisan Bhinneka Tunggal Ika yang digenggam kaki burung Garuda.

Selamat memperingati Hari lahir Pancasila, 1 Juni 2015.

Kita bersyukur, Pancasila masih Sakti sebagai dasar filosofis dan way of life berbangsa dan bernegara kita.

Status Pancasila di negeri ini dijelaskan Presiden Pertama RI, Bung Karno. "Pancasila sebagai philosofische grondslag (dasar filosofis) atau sebagai weltanschauung (pandangan hidup) bagi Indonesia Merdeka" kata Bung Karno .

Jayalah Indonesia, saktilah Pancasila!

Untuk renungan: Dimanakah Pancasila di Era Reformasi.

Baca teks pidato Habibie pada Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2011.

Mudah-mudahan tahun ini ada Pidato Jokowi tentang Pancasila.

Hari ini peringatan Hari Lahirnya Pancasila diadakan di Blitar. Diberitakan 20 ribu orang akan menghadiri acara itu. (Acara tersebut disiarkan secara langsung oleh TVRI. Terlihat Jokowi dan Megawati berdiri di depan)

Semoga ada pidato yang memacu semangat bangsa ini mencintai dan menjaga Pancasila yang sangat sakti itu.

Medan, 1 Juni 2015

Sepele, Tapi Peran Istri di Rumah Tak Tergantikan


Oleh: Jannerson Girsang

Baru saja seorang ibu mengantarkan ketiga anaknya ke mobil jemputan sekolah di depan rumahnya. Memberi senyum kepada buah hatinya itu.

Lantas dia masuk ke ruang cuci piring. Sedang mencuci piring tiba-tiba dia mendengar suara yang tidak hanya membuat telinganya bising, tetapi sangat menyaktkan hatinya. .

"Kamu tidak bisa diharapkan apapun. Udah tinggal di rumah aja, baju ke kantorpun tidak licin gosokannya," ujar sang Bapak bertolak pinggang.

Hanya persoalan sepele begini, sang suami yang bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan swasta nasional itu sudah memarahi, membentak istrinya.

Tidak puas, sang suami mendekati istrinya yang sedang cuci piring di ruang cuci dekat kamar mandi. Istrinya diam saja, tak menjawab.

Suara yang lebih menusuk dan serasa menembus jantung sang istri keluar lagi dari mulut suaminya.
"Kalau minta uang kamu nomor satu. Kalau dulu aku milih si Waty jadi istriku, mungkin aku tidak sesusah ini!".

Sikap suaminya pagi itu tak mampu lagi dliawannya dengan kesabaran. Bukan sekali dua kali suaminya melecehkannya.

Dia sangat menyesali sikap suaminya yang selalu meremehkannya. Dia juga ingat kata-kata pelecehan dari mertua dan saudara-saudara suaminya.

Kadang hinaan itu tidak hanya untuk dirinya. Kadang sampai ke ibu bapak, bahkan kakek neneknya yang tak bersalah, ikut kena damprat dan makian suaminya.

Belum lagi semburan suaminya yang masih terngiang beberapa waktu sebelumnya.

"Dasar, kamu tidak beda dengan ibu dan ayahmu. Kakek nenekmu juga sama," kata suaminya dengan emosi yang meluap-luap, hanya karena istrinya membeli I-Pad..

Dia teringat lagi seminggu sebelumnya sang mertua berkunjung ke rumahnya. Masih terngiang di telinganya saat mertuanya menyindirnya.

"Cuma mengurus anak-anak dan rumah aja tidak bisa. Menantu macam apa ini?," kata mertuanya.
Pasalnya, hanya karena kamar mandi yang licin dan mertuanya terjatuh. Saat itu, sang istri belum sempat mencucinya, karena baru saja selesai menjemur pakaian. .

Semua membuatnya kalap. Tak kuasa menahan kesabarannya, karena ucapan suaminya benar-benar meruntuhkan harga dirinya pagi itu , sang istri ambil sikap yang tak biasa. .

Kali ini sang istri tidak sabar. Pemberontakan dalam hatinya tak bisa ditahan lagi. Sambil menunjuk hidung suaminya, dia bersuara keras, seperti berteriak.

"Kalau Bapak terus menerus memarahi mama, saya lebih baik keluar dari rumah ini. Aku sudah nggak tahan lagi," ujarnya nekat.

Sambil menangis dia berjalan tergopoh-gopoh menuju pintu, keluar dari rumah dengan hanya memakai pakaian tidurnya. .

Marah dan geram!. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain berfikir lari.

Setiap hari dari subuh dia sudah sibuk mempersiapkan makanan untuk suami dan anak-anaknya.
Siang, malam juga demikian,

Malam mempersiapkan makanan, mendampingi anak-anaknya makan malam dan belajar. Lantas memeriksa jam tidurnya supaya tidak terlambat ke sekolah besok paginya. Ketiga anaknya sudah duduk di SD dan SMP.

Bertahun-tahun dia mengurusi rumah tangganya, bahkan berkorban melepaskan pekerjaannya di kala kelahiran anak bontotnya, demi ketiga anak-anaknya dan keluarganya.

Namun, sebaliknya, sikap suaminya justru terlalu sering memarahinya, melecehkannya. Hanya kadang karena kurang pelayaanan sepele.

Mungkin karena dia tidak menghasilkan uang lagi!.

Pagi itu dia kalap dan sudah tidak peduli lagi. Perasaan menyesal, benci bercampur baur.

Di tengah jalan akhirnya dia memutuskan pergi ke tempat teman akrabnya semasa SD, beberapa kilometer dari rumahnya.

Sang suami hanya bisa tertegun setelah istrinya pergi, tanpa menghalanginya. Seolah dia bisa hidup, mengurusi rumah dan membesarkan anaknya sendiri.

Lalu dia memungut pakaian dinasnya, yang hanya sedikit kusut itu. Lalu berpakaian dan berangkat ke kantor.

Di kantorpun dia mulai merasa tidak nyaman dan mengkhawatirkan anak-anaknya.
Siapa yang jemput, siapa nanti yang kasi makan, siapa yang mengajari anak-anaknya

Sorenya, setiba di rumah. Anak-anaknya menangis. Karena tidak tau mamanya berada di mana. Tidak tau persoalan mengapa mamanya pergi.

"Pak. Mana Mama?," ujar anaknya tertua. Mereka sejak siang mencari mamanya tetapi tidak ada.
Mereka yang terbiasa ditemani mamanya, bahkan untuk makan siang. Sejak siang mereka tidak makan. Tidak tidur siang. Pekerjaan rumah juga tidak disentuh. Tidak ada yang ikut les.

Sang suami menyaksikan rumah yang berantakan. Dia masuk ke ruang cuci Cucian piring yang terbengkalai tadi pagi, masih berserak tak karuan.Rumah seperti kapal pecah.

Si bapak tadi, sedih. "Dia merangkul ke tiga anaknya".

Dia berusaha menelepon istrinya tetapi HPnya tidak diangkat. Dia mencari ke rumah beberapa keluarga dekatnya, tak kunjung ketemu.

Temannya menasehatinya supaya kembali ke rumah. "Kasihan anak-anak" katanya.
Akhirnya, hati seorang ibu luluh juga. Tidak tega juga membiarkan anak-anaknya terlantar.

Sakit karena pelecehan suaminya, mengalahkan sayangnya kepada ketiga anaknya.

Hingga dua hari kemudian, barulah teman akrabnya mengantar ke rumah.

Ketika mereka memasuki gerbang rumah, semua anak-anak berteriak!
"Mama....mama. mama. Kami sayang mama......dari mana sih mama"
Mamanya merangkul dan menciumi ketiga anaknya satu persatu,

Hanya menangis, tanpa suara. Lalu dia memandang suaminya yang berdiri loyo di pintu rumahnya.
Sang suami hanya berharap istrinya mau kembali baikan,Muncul rasa penyesalan di hatinya, terus-terusan memarahi istrinya. Padahal istrinya sudah berkorban banyak, dan tidak sadar bahwa ketiga anaknya sehat, berprestasi di sekolah, karena istrinya mendidik mereka. .

Dia mengambil sapu tangan, menghapus air matanya mengalir menyaksikan peristiwa haru itu.
Lantas, mendekati istrinya dan meminta maaf.

"Maafkan aku ya Ma!" katanya, sambil mendekati istrinya. Mereka berpelukan
".
Pekerjaan istri di rumah memang sepele. Tapi tidak ada yang bisa menggantikan. Pekerjaan mereka tak ternilai dengan apapun! Kalau sudah tidak ada baru terasa!

Medan, dini hari, 29 Mei 2015

Anggota Dewan Berijajah Palsu

Oleh: Jannerson Girsang

Negeri yang sedang berbenah pendidikannya agar jangan ketinggalan dari negeri lain menuju Pendidikan Abad 21, eh, ternyata masih ada anggota DPRnya, pembuat legislasi, masih "cinta": ijazah palsu.

Media-media di seluruh Indonesia memberitakan bahwa disinyalir, banyak anggota Dewan berijazah Palsu.

Nggak usah pakai-pakai gelar, kenapa sih?. Kan ketahuan jadinya ijazahnya!.

Jangan salah!.

Rakyat kecil aja dengan pandangan sepintas, tau kok mereka yang menggunakan Doktor atau Profesor "palsu", "asli tapi palsu", dan yang "asli".

Doktor atau profesor itu kan orang yang banyak melakukan penelitian, banyak opininya yang mencerahkan rakyat, banyak menulis di media ilmiah nasional dan internasional, ceramah di mana-mana. Kerjanya memperjuangkan kebenaran bagi umat manusia. Cuma rakyat nggak mau bilang-bilang!. Syukurlah polisi mau bilang!

Gelar, latar belakang pendidikan penting, tetapi di abad ke-21 ini, khususnya bagi para petinggi/pemimpin, pengetahuan dan karakternya jauh lebih penting!

Soal kejujuran penggunaan gelar, tirulah Gus Dur, Megawati!. Tuh si Susy, Menteri Perikanan dan Kelautan. Jujur, tak punya ijazah lulusan perguruan tinggi, tapi lebih keren tokh!. Susy, kemaren sampai di obok-obok, karena tak punya gelar. Akhirnya, pengetahuan, karakter merekalah yang membela mereka, bukan ijazah!.

Mari rekan-rekan yang punya gelar: kita bangga dengan gelar, tapi buktikan dengan pengetahuan dan karakter--kontribusi bagi masyarakat luas. Jangan menggunakan gelar hanya untuk kenaikan pangkat, menakut-nakuti, legitimasi jadi orang pintar!.

Bangga amat pakai gelar. Palsu lagi!

Medan, 28 Mei 2015

Pengetahuan dan Karakter

Oleh: Jannerson Girsang

Knowledge will give you power, but character respect.(Bruce Lee).

Tak semua orang berpengetahuan tinggi mendapat rasa hormat, tetapi orang yang berkarakter baik, pasti dihormati!

\Menurut Hamid Darmadi ada enam karakter utama (pilar karakter) pada diri manusia yang dapat digunakan untuk mengukur dan menilai watak dan perilakunya dalam hal-hal khusus.

Keenam karakter ini dapat dikatakan sebagai pilar-pilar karakter manusia, di antaranya:
"Respect (penghormatan); Responsibility (tanggung jawab); Citizenship-Civic Duty (kesadaran berwarga-negara);Fairness (keadilan dan kejujuran);Caring (kepedulian dan kemauan berbagi); Trustworthiness (kepercayaan)".

Satu hal lain tentang karakter, Einstein berkata: "Most people say that it is the intellect which makes a great scientist. They are wrong: it is character"

Medan, 27 Mei 2015

Hanya Orang Berbahagia Mampu Membahagiakan Orang Lain

Oleh: Jannerson Girsang

Orang yang berbahagia adalah mereka yang MAMPU membahagiakan orang lain. Orang yang bersuka cita adalah mereka yang MAMPU membuat orang lain bersuka cita. Orang yang merasa damai adalah yang MAMPU mendamaikan hati orang lain.

Hal-hal di atas bukan untuk dikhayalkan tetapi dilakukan secara aktif.

Siapa yang anda buat suka cita hari ini?

Pagi ini, saya pertama kali bercanda dengan istri.

"Mana susunya Ma?".

"Mana ada susuku lagi Pak!".

"Susunya di atas meja"

"Ha..ha..ha"

Telepon atau sms anak-anak yang terjangkau!.

"Met Pagi semua. Semangat yah".

Salah seorang anak saya membalas: "Good Morning too Sir. Keep spirit for you too"

Yang lain menawab: "Selamat Pagi bapatua.Tetap semangat juga yaa.Selamat beraktivitas"

Senang!

Berangkat ke tempat kerja, nyaman

Nanti bertemu teman-teman se kantor salami mereka. Tersenyum ke sekeliling. Diskusikan kerja.

Saya tidak tau apakah yang baca FBku juga suka cita membacanya. .

Meski tidak banyak yang bisa saya lakukan, tetapi sejak pagi, saya merasa senang dan plong melakukan pekerjaan.

Meraih hidup bahagia itu simple saja kok!.

Buktikan teman-teman!

Medan, 27 Mei 2015

Pengampunan

Dituturkan kembali oleh: Jannerson Girsang

Malam ini, dalam acara kebaktian memperingati turunnya Roh Kudus, Pdt Kamrol Simanjorang STh menyiram rohani puluhan jemaat GKPS Simalingkar dari nas Johannes 20: 19-23.

"Pekerjaan yang paling sulit bagi manusia adalah memaafkan. Sampai-sampai saya pernah mendengar kata "pajumpah i tano siger-ger" (ketemu di liang kubur). Artinya kesalahan orang tidak dimaafkan sampai mati," kata Pendeta berusia 67 tahun itu, yang rela menembus hujan untuk dapat melayani jemaat malam ini. ..

Kata pendeta Kamrol, turunnya Roh Kudus adalah peristiwa yang berkaitan dengan tindakan saling memaafkan, kita diberi kekuatan atau kemampuan mengampuni.

"Orang yang mengampuni akan merasakan damai di hati, Orang yang tidak mengampuni, tidak mampu bersuka cita" kata Pdt Kamrol.

Kamrol mengingatkan, dalam doa Bapa Kami, setiap jemaat selalu mengucapkan pengampunan, sebagai syarat diampuni: ".............Ampunilah kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami..............,".

Hal yang sama ditandaskannya melalui nas malam ini. "Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada" (Joh 20: 23).

Selanjutnya Pdt Kamrol mengatakan, turunnya Roh Kudus memberi kita kekuatan melawan ketakutan, kekhawatiran, sama dengan murid-murid Yesus ketika itu.

"Meski dalam ketakutan, tetapi mereka mampu bersuka cita," kata pensiunan pendeta GKPS itu. .

Medan, 25 Mei 2015

Gadis-gadis Cantik Bersahaja

Oleh: Jannerson Girsang

Apa pelajaran penggrebekan seorang pelacur kelas tinggi dan mucikari di Polres Jakarta Selatan beberapa waktu lalu?

Hindari profesi menjual diri Rp 80 juta per jam!.

Gadis cantik yang ingin kaya tanpa moral, ingin kaya dengan cara yang tidak elegan akan jadi sampah!.

Tercatat oleh sejarah memiliki masa lalu yang gelap!

Laki-laki manapun yang mau menikah dengan perempuan seperti itu harus berjuang berat, untuk tidak disebut laki-laki bodoh dan tak punya harga diri. .

Anak-anak pasti tidak nyaman memiliki ibu dengan bayaran Rp 80 juta per jam. Apalagi sudah masuk video, ditonton seluruh dunia.

Ke depan, keluarga seperti ini sangat sulit memulihkan citra mereka di masyarakat. Walau tidak sedikit yang kemudian bertobat. Kita sudah menyaksikan banyak keluarga yang dulunya hidup di dunia :hitam: di televisi. Betapa hancurnya keluarga yang hanya mendewakan uang, dan betapa sulitnya mereka kembali ke jalan yang benar. Anak-anak mereka mencari hiburan yang tidak sehat.

Gadis-gadis cantik Indonesia yang bersahaja!.

Anda memilki peluang besar meraih sukses dengan cara yang jitu, menuju masa depan yang gemilang!

Dua gadis berikut adalah contohnya. Keduanya tidak mencari jalan pintas mengatasi kemiskinan orang tuanya. Mereka bekerja dan pekerjaannya terhormat dan bersahaja.

Duma Simanjuntak, gadis cantik berusia 19 tahun memilih bekerja sebagai cleaning service di PT KAI Medan untuk membiayai kuliahnya. Kini Duma kuliah di semester II di salah satu perguruan tinggi di Medan.Duma bercita-cita menjadi manajer perusahaan. Dunia akan berdoa Duma sukses!

Darwati (23)--gadis cantik memilih bekerja sebagai pembantu di rumah seorang dokter gigi di Jawa Tengah. Dia memohon kepada majikannya agar diberi kesempatan kuliah, dan berhasil meraih S1 dengan predikat cum laude.

Kini Darwati masih pembantu rumah tangga dan bercita-cita mencari pekerjaan yang lebih baik. Dia ingin membahagiakan orang tuanya. Dunia akan berdoa, Darwati sukses!

Kedua gadis ini tidak mencari jalan pintas untuk mengangkat harkat dan martabat keluarganya. Keduanya berjuang, tahan diejek, berkeringat, kerja keras, disiplin, dan memiliki harga diri yang tinggi.

Harga diri mereka tidak ternilai, walau hanya seorang anak orang tua yang miskin. Mereka tidak membenarkan diri melakukan kesalahan, hanya karena alasan ekonomi!

Semoga mimpi-mimpi mereka terwujud. Mari semua bangsa Indonesia mendoakan mereka hingga suatu saat mereka lebih hebat dari Destry Damayanti, Ketua Tim Seleksi KPK.

Tim seleksi KPK dan Ketua-ketua KPK membutuhkan orang seperti Duma dan Darwati. Jujur, berdedikasi dan memiliki harga diri yang tidak bisa dibeli oleh apapun.

Destry Damayanti, seorang wanita cantik yang cerdas, tentu tidak meraih posisi itu dengan mudah.
Kuliah dulu, meraih S1 UI, Master dari Cornell University, bekerja beberapa tahun di berbagai kantor, kemudian terkenal. Sri Mulyani yang kini menjadi Managing Director World Bank juga melakukan hal yang sama!. .

Indonesia memimpikan perempuan-perempuan cantik dan cerdas. Jangan mau jadi budak lelaki hidung belang. Perempuan seperti Duma dan Darwati akan mampu!

Hal penting menurut saya adalah orang tua yang peduli, guru-guru sejati, serta lingkungan yang menghargai nilai baik.

Keluarga adalah nomor satu. "Keluarga harmonis dan Cinta Tuhan lebih menjamin menghasilkan anak2 yg mampu bertahan dalam keadaan apapun termasuk tdk menghalalkan segala cara utk mencapai tujuannya," komentar boto Afrina Rohliharni Purba Dasuha.

Guru-guru sejati, kata Rhenald Kasali. "Kita butuh guru-guru yang berkarakter, membimbing anak, membentuk karakter anak, mengajarkan anak menjadi pecinta ilmu dan pengetahuan, bukan pecinta angka-angka".

Lingkungan. Peran majikan seperti dr Lely yang menghargai "pembantu" tidak sekedar komoditi. Dia melihat Darwati, pembantunya sebagai mahluk manusia yang seutuhnya, memandang pembantu adalah manusia sama seperti dirinya. Berhak untuk maju, memperoleh pendidikan yang baik. Bahkan rela memberi kesempatan kepada pembantunya mengikuti kuliah!

Lingkungan kantor seperti PT KAI Medan yang menghormati gadis cantik Duma sebagai cleaning service.


Medan, 24 Mei 2015

Ayub: Saat Menderita, Tetap Bersyukur dan Merasa Dibela Tuhan

Oleh: Jannerson Girsang

Secara umum, orang yang sakit dan dirawat bertahun-tahun adakalanya muncul keluhan dan semangat semakin menurun, dan ragu-ragu, sehingga bisa kehilangan keyakinan, mencari pertolongan yang menyesatkan.

Beda dengan Ayub. Itulah sebabnya, Ayub menjadi satu teladan bagi kita menghadapi penderitaan. Setelah kehilangan semua harta dan anak-anak, dan menderita sakit parah, Ayub masihmampu mengatakan:

"Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah,yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu".

Orang sakit adalah orang yang sedang lemah fisiknya dan perlu dukungan dari teman-teman dan keluarga.

Baru kembali menjenguk namboru, Morianna br Girsang yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Adam Malik, Medan. Morianna adalah istri alm Pendeta BNKP, Pdt Harefa, adiknya PW (pens) Lermianna Girsang . Beliau seorang pensiunan guru di Gunungsitoli, Nias.

Senang karena melihat semangat namboru tidak luntur. Pada 2011 beliau menjalani kemo, dan kembali menjalani kemo sejak 3 hari yang lalu.

Kisah Ayub adalah referensiku ketika mencari kekuatan saat berada dalam penderitaan, dan juga kusampaikan bagi mereka yang sakit. (Ayub 19:1-29). Ayub adalah orang yang setia kepada Tuhan.

Tetapi suatu ketika, seluruh hartanya habis, anak-anaknya tewas karena reruntuhan bangunan akibat badai.

Setelah kehilangan harta benda dan ke sepuluh putra putrinya, dia menderita sakit kulit parah dan mengharuskannya tidur di atas debu. Istri dan teman-temannya mencibirnya. Tetapi Ayub tetap tegar dan merasa dibela Tuhan. ,

Saya membacakan ayat ini ditelinga nambori Morianna. Kubaca pelan-pelan!:
Ketika kita lemah, kadang nasehat teman-teman menyesatkan!

Tetapi Ayub menjawab (nasehat dan cibiran teman-temannya) :"Berapa lama lagi kamu menyakitkan hatiku, dan meremukkan aku dengan perkataan?

Sekarang telah sepuluh kali kamu menghina aku, kamu tidak malu menyiksa aku. Jika aku sungguh tersesat, maka aku sendiri yang menanggung kesesatanku itu.

Jika kamu sungguh hendak membesarkan diri terhadap aku, dan membuat celaku sebagai bukti terhadap diriku, insafilah, bahwa Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku, dan menebarkan jala-Nya atasku.

Sesungguhnya, aku berteriak: Kelaliman!, tetapi tidak ada yang menjawab. Aku berseru minta tolong, tetapi tidak ada keadilan.

Dalam keadaan menderita dan lemah, kita kadang mengeluh!

Jalanku ditutup-Nya dengan tembok, sehingga aku tidak dapat melewatinya, dan jalan-jalanku itu dibuat-Nya gelap. Ia telah menanggalkan kemuliaanku dan merampas mahkota di kepalaku. Ia membongkar aku di semua tempat, sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya.
Murka-Nya menyala terhadap aku, dan menganggap aku sebagai lawan-Nya.Pasukan-Nya maju serentak, mereka merintangi jalan melawan aku, lalu mengepung kemahku.

Saudara-saudaraku dijauhkan-Nya dari padaku, dan kenalan-kenalanku tidak lagi mengenal aku. Kaum kerabatku menghindar, dan kawan-kawanku melupakan aku. Anak semang dan budak perempuanku menganggap aku orang yang tidak dikenal, aku dipandang mereka orang asing.
Kalau aku memanggil budakku, ia tidak menyahut; aku harus membujuknya dengan kata-kata manis.

Nafasku menimbulkan rasa jijik kepada isteriku, dan bauku memualkan saudara-saudara sekandungku. Bahkan kanak-kanakpun menghina aku, kalau aku mau berdiri, mereka mengejek aku.
Semua teman karibku merasa muak terhadap aku; dan mereka yang kukasihi, berbalik melawan aku. Tulangku melekat pada kulit dan dagingku, dan hanya gusiku yang tinggal padaku.
Tetapi, sadarlah dan yakinlah dan berharaplah kepada Tuhan!

Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku, karena tangan Allah telah menimpa aku. Mengapa kamu mengejar aku, seakan-akan Allah, dan tidak menjadi kenyang makan dagingku?
Ah, kiranya perkataanku ditulis, dicatat dalam kitab,terpahat dengan besi pengukir dan timah pada gunung batu untuk selama-lamanya!

Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.
Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah,yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.

"Tetap semangat ya namboru. Dalam keadaan lemah tak berdaya, secara alami, kita memang bisa merasa seperti ditinggalkan, kadang dilupakan, atau dilecehkan orang, sama seperti Ayub. Tetapi, Tuhan tidak pernah meninggalkan namboru. Dia merawatmu 24 jam, Namboru bersyukur karena masih bisa dirawat di rumah sakit, bukan di atas abu seperti Ayub. Tidak dijauhi keluarga, karena masih ditemani kakakmu PW Lermianna dan edamu Ny almarhum Pdt Josep Girsang"

"Terima kasih. Terima kasih," katanya, sesudah kami berdoa, sambil mengusap kepalaku

Medan, 23 mei 2015

Kasihilah Sesamamu Seperti Dirimu Sendiri

Oleh: Jannerson Girsang
 
Masalah hubungan sosial banyak bersumber dari ketika manusia berfikir picik, menginginkan bahkan memaksakan manusia lain sama dengan dirinya yang belum tentu cocok dengan orang lain..
Mengagungkan profesinya dan mengabaikan profesi orang lain, mengagungkan harta dan melecehkan mereka yang menderita dan miskin, mengagungkan agama, sukunya, serta melecehkan agama dan suku orang lain, di hadapan orang yang berbeda agama dan sukunya, masih kita jumpai dimana-mana dan dilakukan tanpa rasa bersalah.

Padahal golden verses mengatakan : "Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka".

Bukan tidak banyak pemikiran, ucapan dan tindakan yang saling mengadu domba penganut agama yang satu ke penganut agama yang lain, bahkan ada yang berbuntut kekerasan.

Anehnya, tanpa ada perasaan bersalah. Tanpa memikirkan kalau seandainya yang bersangkutan menerima perlakuan yang sama, seperti yang dilakukannya!

Sikap yang membuat manusia kehilangan kemanusiaannya. Merasa selalu benar, mencuri kemuliaan Tuhan!

Bayangkan!. Kalau seorang penulis mengharapkan orang lain berfikir seperti penulis, seorang pengusaha menginginkan orang lain berfikir seperti dia, dan berlaku seperti dia, seorang politikus berfikir orang lain sama cara berfikir dan bertindaknya seperti dia, orang kaya berfikir yang lain seperti yang dipikirkannya.

Kalau kebanyakan orang kaya merasa dirinyalah yang paling hebat, para politikus merasa dirinyalah yang paling hebat, penguasa juga demikian, aktivis merasa dirinya benar dan harus mengikuti jalan pikiran dan tindakannya, dan seterusnya dan seterusnya..

Sementara di lapangan, pikiran dan tindakan mereka tidak mampu menurunkan kemiskinan dan kesenjangan yang terus merangkak naik bagai deret ukur, sepeda motor hilang dan nyawa melayang, karena prampok ada di mana-mana.

Lantas, rakyat hanya mendengar mereka taunya menunjuk salah orang lain, hanya mampu mengoreksi tanpa solusi.

Apapun profesi kita, bagaimananpun kehebatan kita, hendaknya bersyukur--Tuhanlah melalui bangsa Indoensia memberi kesempatan kita hebat, Jika tidak, maka cepat atau lambat, kehebatan itu juga akan sirna. Paling satu keturunan, kemudian habislah kita.

Bersyukurlah, liriklah kiri kanan, mereka yang terabaikan, mereka yang masih di bawah garis kemiskinan, dan kebodohan, supaya tidak berada di atas menara yang tinggi, takut bergabung dengan masyarakat kebanyakan.

Saya dan Anda hebat, kalau menjadi berkat bagi orang lain, bukan mala petaka, atau sumber ancaman!

Belum lagi agama yang berbeda-beda. Bayangkan kalau masing-masing agama terus menerus mengumumkan kepada dunia merekalah yang paling hebat, hanya merekalah pemilik bangsa atau dunia ini?. Bagaimana dengan agama yang lain.

Bukankah agama hadir sebagai pencipta suasana damai? Anehnya, umat beragama justru cenderung membiarkan dan menambah terus orang-orang yang merasa terabaikan, terlecehkan.

"...semua agama, ajaran kebajikan dan etika moral bersumber dari pada Tuhan yang Maha Esa. Tidak ada satu agamapun yang mengatasinya dan tidak ada satu agamapun dapat dikatakan mempunyai arti jika tidak bisa menolong manusia dan membangkitkan kesadarannya dalam konflik batinnya jika Tuhan Yang Maha Esa tidak menyinari jiwanya". (Nyoman S Pendit, Bagavadgita, Gramedia, 2002).

Bagaimana dengan suku yang lain?. Suku-suku kita memiliki kearifan lokal yang luar bisa mengatur kehidupan masyarakat lokal kita sekian ratus atau ribu tahun. Sayangnya, kita cenderung melupakannya. Suku, kadang hanya digunakan sebagai alat politik, justru melupakan kearifan-kearifan lokalnya. . .

Inilah sumber gangguan komunikasi, yang menghambat mengalirnya darah kebersamaan berbangsa, bernegara dan juga akhirnya muncul baik di gereja atau tempat-tempat ibadah, di perkumpulan-perkumpulan sosial dan tempat-tempat lain.

Inilah krisis yang sedang kita hadapi di negeri ini, sedikitnya orang yang mampu melakukan keteladanan berbangsa dan bernegara yang merindukan terwujudnya cita-cita pendiri negeri ini. .
Kehebatan agama-agama dan torleransi berkumandang, pembakaran dan perusakan rumah ibadah, kekerasan mengatasnamakan agama terus berlangsung, hak azasi manusia terabaikan. Dimana hebatnya?

Manusia memerlukan bukti masa kini, bukan pernyataan-pernyataan dengan terus menerus memunculkan kehebatan di masa lalu, memunculkan kebanggaan semu, bahkan kadang bohong!.
Semua penganut agama di negeri ini salah, kalau kita tidak berhasil menciptakan perdamaian, masih ada pembakaran-pembakaran rumah ibadah. Ketika kita cuma menyalahkan sepihak, maka perdamaian, toleransi itu hanya utopia.

Mengikuti alam pikiran-pikiran picik--menganggap profesinya paling hebat, pengetahuannya paling hebat, kekayaannya paling hebat, agamanya paling hebat, sukunya paling hebat, jangan heran kalau suku-suku akan terpecah-pecah, bangsa akan terpecah, dunia akan terpecah-pecah.

Kita tidak akan memperoleh suka cita, tidak akan pernah tenteram, semuanya akan "remuk". Jangan berharap ada yang menang. Semua akan kalah, cepat atau lambat.

Untuk itulah kita harus setia pada pikiran dan tindakan yang mempersatukan. Ada organisasi, ada pijakan hidup, dan berbagai aturan sehingga semua dapat hidup berdampingan dengan damai.
Indonesia misalnya, ada empat pilar: Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Jangan pula kearifan lokal, pemikiran founding father kita punah, gara-gara kita terlalu mengagungkan pikiran-pikiran yang bertentangan dengan pendiri bangsa ini.

Kita bangga dengan bangsa Indonesia. Bukan bangga meniru-niru Arab, Israel, Jahudi, Amerika atau orang-orang dan aliran hebat dari luar sana.

Kita masing-masing memiliki buku suci yang mengajarkan cara menghormati manusia, pelajari dan jalankanlah itu. Kita memiliki kearifan lokal dari masing-masing suku, pelajari dan praktekkanlah itu dalam kehidupan.

Jangan terus mempertentangkannya, hanya supaya kelihatan paling benar, yang selalu berbuntut pada saling melecehkan, tetapi hendaknya saling memperkaya satu dengan yang lain.

Tuhan memperlakukan manusia sama. Dia memberi mata hari yang sama, bulan yang sama, bumi yang sama, bintang yang sama. Semua manusia bisa menikmatinya, tidak ada diskriminasi.

Tuhan hanya meminta manusia ciptaannya "mengasihi sesamanya seperti mengasihi dirinya". Begitu mudahnya, tetapi "otak" yang sudah kotor membuat kita sangat sulit melaksanakannya.

Mari kita hormati mereka yang selalu memikirkan ide-ide, konsep-konsep dan keteladanan mempersatukan umat manusia. Mari kita belajar dari mereka menghormati sesama.

Tuhan sudah menciptakan semuanya lengkap untuk kita. Founding Father Bangsa kita sudah meletakkan dasar berbangsa dan bernegara sungguh lengkap dalam Pancasila yang berakar dari masyarakat bangsa kita agar bangsa ini saling mengasihi satu dengan yang lain.

Masalahnya terletak pada kebodohan kita semua. Mari kita tidak bodoh!

Medan, 23 Mei 2015

Menulis itu: "Membaca dan Menulis"

Oleh: Jannerson Girsang

Menulis adalah ketrampilan. Diawali dari mencari Ide. Ide muncul dari pengetahuan yang diperoleh dari membaca, mendengar, melihat, merasa dll.

Dari melakukan kegiatan membaca, kita mendapat wawasan yang bermakna.

Syarat lain, tentunya mampu menulis. Tau menempatkan subjek, predikat, objek, serta keterangan, belajar Ejaan Yang Disempurnakan.

Mudah amat? Ya, memang mudah.

Supaya mahir, gimana?.

Hanya satu atau dua kegiatan yang harus dilakukan!.

"Menulis, menulis, menulis, menulis, menulis, menulis" .

"Membaca, membaca, membaca, membaca, membaca, membaca".

Medan, 22 Mei 2015

Manusialah yang Memanusiakan Manusia

Oleh: Jannerson Girsang

Apabila Anda tidak menghargai orang lain, maka Anda akan kehilangan kemanusiaan Anda, sebab Monyet, Kuda, Harimau tidak bisa memanusiakan Anda!

"Saya bisa hidup tanpa Anda?". Sombong sekali. .

Para pemimpin, Anda tidak menjadi pemimpin tanpa orang-orang yang Anda pimpin. Jadi, manusia di sekitar Andalah membuat Anda menjadi pemimpin. Manusialah yang bisa mengapresiasi kekayaan, pengetahuan, budaya, dan agama.  Mahluk hidup di luar itu tidak mampu melakukannya.

Anda tidak bisa menjadi seorang bapak, tanpa istri/suami dan anak-anak. Jangan abaikan mereka.
Anda tidak menjadi orang Indonesia kalau tidak bisa mengasihi orang Batak, Jawa, Sunda, Ambon, Papua, Nusa Tenggara dan seluruh suku di Indonesia. Anda tidak bisa menjadi warga bumi ini kalau tidak menghargai bangsa lain.

Manusia adalah pusat pelayanan kita, perhatian tertinggi kita sebagai manusia yang diutus Tuhan. Ketika kita menghargai manusia seperti anjing, maka hubungan kita dengan Tuhan akan retak. Kita semua akan susah.

"Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Perbuatlah kepada yang lain seperti Anda ingin orang lain melakukan yang sama kepada Anda"

Selamat Pagi. Medan, 22 Mei 2015