My 500 Words

Kamis, 18 Juni 2015

Beli Rumah dan Anda Bisa Nikahi Pemiliknya


Wina Lia--janda beranak dua, sekaligus pemilik rumah mewah, mendadak populer lantaran iklan
penjualan rumahnya di Sleman, Yogyakarta, yang tak biasa.

Di iklan yang dipasang di laman Rumah Dijual, janda beranak 2 ini memasang tagline 'Beli Rumah dan Anda Bisa Nikahi Pemiliknya'.

Sangat kreatif! Tapi, sial yang datang!

Katanya, pembelinya sudah ada dan langsung jadi calon suaminya. Pasti dia orang kaya, karena disamping membayar harga rumah Rp 1 miliar, tentu juga harus membayar mahar, yang mahal.
Tapi, ternyata laki-laki banyak duit itu sudah punya istri...Wina kecewa berat!
Ada-ada saja!
Foto: suara.com

Mencari Salah, Bukan Solusi


Oleh: Jannerson Girsang

Sesak nafas!. Itulah sering dihadapi para pejabat atau manajer sekarang ini.

Anak buah hanya mengetahui setengah-setengah tentang sesuatu persoalan yang menjadi tanggungjawabnya. Sang bos juga kadang tidak sempat memberi bimbingan kepada anak buahnya, sibuk kampanye Pilkada.

Para pegawai banyak menempati posnya karena KKN, kedekatan hubungan dengan bos, sogok menyogok, tanpa memperhatikan kemampuan dan integritas.

Semua terdemotivasi, biaya yang dikeluarkan tidak mencapai sasaran, bahkan banyak proyek tidak dikerjakan, sehingga serapan anggarannya rendah.

Padahal, seorang penanggung jawab sebuah kegiatan mesti menguasai analisa masalah sederhana, dan mampu merencanakan kegiatan untuk mencapai rencana itu.

Pagi itu seorang bos sebuah instansi sedang pusing di meja kerjanya, karena proyek penggalian parit tidak kunjung selesai, padahal deadline pekerjaan sudah lebih dari lima bulan.

Lalu dia memanggil anak buahnya penanggungjawab proyek itu.

Si anak buah datang dengan bundel yang cukup tebal. Dia dipersilakan duduk menghadap bosnya, seraya menundukkan kepala. .Menaruh bundelnya di atas kursi di samping tempat duduknya.

"Bagaimana penyelesaian proyek yang menjadi tanggungjawabmu?" kata bosnya memulai pembicaraan.

"Anu Pak!. Kami sudah bekerja keras siang dan malam, bahkan saya sendiri tidak pulang-pulang ke rumah"

"Kerja keras itu harus punya target. Apakah yang kalian lakukan, sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan?".

"Itulah Pak yang jadi masalah. Anggaran yang kita buat dulu tidak memperkirakan biaya pembebasan tanahnya, lembur untuk pegawai yang mengawasi demo. Jadi kami hanya menunggu dan menunggu"

"Anda ikut rapat kan kemaren, kenapa tidak dilaporkan".

"Itulah Pak, laporannya baru selesai pagi ini, karena saya dipanggil bapak"

"Makanya, kamu harus selalu membuat laporan fakta di lapangan. Bukan asal ngomong. Kemaren kamu asyik mengomentari pekerjaan orang lain. Saya pikir proyekmu tidak ada masalah"

"Soalnya, anak buah saya pada absen semua Pak. Jadi saya hanya kerja sendiri. Kalau boleh, Bapaklah yang menangani proyeknya, Saya sudah tidak sanggup"kata anak buahnya itu.

"Oh Tuhan. Untuk apa saya angkat kamu di sana kalau tokh sayajuga yang harus mengerjakannya?. Sudah, tunggu besok dan kamu akan menerima perintah saya selanjutnya"

Mendengar teguran bosnya si anak buah bukannya mengaku salah.

"Bapakpun terlalu sibuk kampanye, jadi kami susah melapor"

"He. Kau anak buahku. Kamu tidak berhak mengatur. Saya yang berkuasa di sini"

Sang anak buah yang merasa punya kartu as itu meninggalkan ruangan dan membawa bundel tebal yang sebenarnya hanya berkas-berkas pengaduan masyarakat, dan tak ada kaitannya dengan keinginan bosnya.

Sang bos, kemudian memerintahkan personalia mengganti sang anak buah.

Si anak buahpun, sibuk mencari "deking", supaya ditempatkan di proyek yang lebih "basah", karena kemaren dia ikut kampanye bupati di kabupaten lain.

Begitu banyak kasus seperti ini dijumpai di mana-mana. Sang bos juga kurang perhatian karena sibuk dengan pencalonannya menjadi Calon Bupati yang gagal tempo hari. Anak buah yang diberhentikan tadi sibuk cari "deking".

Sayangnya semua hanya mencari salah dan bukan solusi. Pecat memecat, deking mendeking, tanpa bimbingan yang memadai.

Karena kemampuan yang rendah, ketidakjujuran dan ketidakpedulian pada tanggungjawab.

Tak heran kalau Jokowi mengeluh karena serapan anggaran yang rendah!. Mungkin banyak pejabat sibuk kampanye, anak buah cari deking; pekerjaan terbengkalai.

Medan,  21 Mei 2015

Ciptakan Banyak Pak Sabar dan Kurangi "Pelacur" dan Koruptor

Oleh: Jannerson Girsang

Di akhir acara Life Time Achievmentnya SCTV, ada sebuah acara menarik. Lelang hasil lukisan Pak Sabar, seorang cacat tanpa tangan melukis dengan kaki. Luar biasa!

Hasil lukisannya dilelang. Lukisan pertama Rp 15 Juta, dimenangkan Hendri Josodiningrat (pengacara beken ibu kota). Lukisan kedua Rp 9 juta dimenangkan Dedy (Bupati Purwakarta) dan Lukisan ketiganya Rp 8 juta dimenangkan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah).
Sabar menjadikan keterbatasannya menjadi kekuatannya. Nilai lelang tiga lukisannya berjumlah Rp 32 juta.

"Sebagian saya mau kontribusi ke Yayasan Fajar, sebagian ke jembatan Asa SCTV," kata Pak Sabar tentang uang hasil lelang lukisannya.

Bandingkan dengan model yang baru-baru ini digrebek Polres Jakarta Selatan, wanita cantik, dengan segala kelebihannya, tetapi hanya mampu menjual tubuhnya: Rp 80 juta per sekali booking.
Sabar tidak menggunakan kekurangannya untuk mengemis, bahkan menjadikan kekurangannya menjadi keunggulan, membantu sesama, tidak seperti para pelacur yang bekerja hanya untuk dirinya sendiri.

Indonesia harus menciptakan banyak Pak Sabar, bukan banyak "pelacur" atau koruptor!

Medan, 21 Mei 2015

"Urang Oge Bisa":

Oleh: Jannerson Girsang

Saya begitu terharu dan terinspirasi oleh dua orang penyandang cacat yang berprestasi, Saprina dan Mulyana.

Saprina adalah siswa SLB yang sudah meraih S2. Padahal mengucapkan satu paragraf aja dia sangat bersusah payah. Saya aja yang sehat hanya meraih S1.

"Saya ingin lebih bermanfaat lagi". Saprina sudah meraih S2 dan ingin meningkatkan pendidikannya ke S3. Dia juga sudah menulis berbagai artikel dan buku.

"Sayangnya, saya masih tetap dianggap anak kecil. Bagaimana dengan teman-teman saya SLB itu?. Kami selalu mendapat diskriminasi," katanya.

Tokoh lainnya Mulyana, seorang laki-laki yang cacad tangan dan kaki, Dia telah memenangi berbagai lomba Olimpiade Renang Dunia.

Mulyana mengisahkan awal dirinya memilih olah raga renang. "Awalnya saya dilemparkan bapak saya ke Danau. Dia membiarkan saya berenang. Kalau mau sela,at, selamatkanlah dirimu".
Seseorang memang harus praktek, tidak cukup teori saja. Seorang perenang, tidak cukup belajar dari teori: gaya dada, punggung, tetapi harus masuk ke danau atau kolam.

"Bagi saudara saya penyandang cacat. Jadikanlah diri sendiri, jjujurlah. Tekunilah sesuatu kelebihan diri sendiri. Galilah kelebihan untuk menjadikan kita bermanfaat," pesan Mulyana.
.
Dalam kehidupan ini Mulyana memiliki prinsip "Urang Oge Bisa", kita juga bisa.

"Urang oge bisa. (Kita juga bisa). Yakin, percaya, pasti bisa," katanya dalam logat Sunda.

Makanan rohani yang membuat kenyang!

Medan, 21 Mei 2015

In Memoriam Jhon Lenon Sipayung (1976-2015)


Pagi ini, 21 Mei 2015, saya sangat terkejut membaca status Paulus Sinaga, seorang staf Pelpem GKPS.

"Selamat jalan abangku........Jhon Lenon Sipayung," tulis Paulus Sinaga.
Kaget dan sedih!

Lalu, saya mengamati foto-foto yang diposting dan ternyata yang meninggal adalah Jhon Lenon Sipayung, staf Bidang Penyuluhan, Pelpem GKPS Pematangsiantar.

Jhon Lenon Sipayung. Masih muda, energik, harapan pemimpin Pelpem ke depan, sudah tiada. Orang yang selalu menyapaku ramah, membesarkan hatiku, tak akan kutemui lagi untuk selama-lamanya.

Direktur Pelpem GKPS juga mengirim kabar duka melalui sms : "Selamat siang Pak. Kabar duka cita. Telah meninggal dunia Bapak John Lenon Sipayung (staf Pelpem GKPS) tadi pagi pukul 01, dikebumikan besok".

John Lenon Sipayung meninggal karena sakit dan dirawat beberapa hari di rumah sakit.

"Kamipun sangat terkejut kepergiannya. Selama ini dia tidak pernah sakit dan selalu bersemangat," kata Direktur Pelpem, Juniamer Purba.

Memori  kuputar ke peristiwa 8 April 2015, saat peluncuran buku: "Refleksi Melayani di Tengah-tengah Masyarakat: Lima Puluh Tahun Pelpem GKPS". Itulah pertemuan terakhir kami.

Saat itu John Lenon adalah mengurusi undangan.Dengan baju warna cokelat, dan mirip dengan salah satu kemeja saya.

"Horas kela, sehat do ham torus," sapanya ramah. (Hotras. kela sehat aja terus)

"Ai mase ipakei ho bajungku ambia," kataku berseloroh. (Kenapa kau pakai bajuku, John)

"Yah ase tambah ganteng songon ham,  Kela"katanya. (Biar tambah ganteng, seperti Kela)

John Lenon kebetulan marga Sipayung dan lahir 1976 di Bandar Maruhur, Negeri Dolok, satu kampung dengan mertua saya dan semarga dengan istri saya. Kami begitu dekat dan akrab.

Lulusan Fakultas Ekonomi USU Medan ini mulai bekerja di Pelpem GKPS pada tahun 2000. Selama 15 tahun dia banyak di lapangan, bertemu dengan para petani. Pekerjaan yang kurang mendapat perhatian para sarjana di era hedonisme ini.

Dalam memori saya terakhir, pada tanggal 8 April itu John Lenon  aktif di pentas, ketika acara Peresmian Tiga Pilar Organisasi Rakyat bersama Herman Sipayung, staf Pelpem.

Ketika pulang ke Medan, dari jalan raya saya mendengar sayup-sayup suara mereka. Dan itulah kenangan terakhir saya tentang pria yang suka menulis ini. John Lenon rajin menulis artikel tentang pelayanan masyarakat di buletin AB mapun media-media cetak lainnya.

Sekali-sekali dia berbicara menyuarakan suara kritis ketergantungan petani kepada pestisida. Kepedulianmu kepada kepentingan petani tidak akan pernah sia-sia. (Medan Bisnis, 23 Nopember, 2011). http://medanbisnisdaily.com/news/arsip/read/2011/11/23/60075/ketergantungan_petani_pada_pupuk_dan_pestisida_sangat_tinggi/#.VV4D30Bbg24.

John Lenon meninggalkan seorang istri Arny Hastuty Damanik, dan dua orang anak yang masih kecil-kecil.

"Yang tertua baru duduk di kelas 3 SD" ujar Direktur Pelpem yang saya hubungi sore ini.

Jenazahnya disemayamkan di rumah duka, Jalan Rakutta Sembiring, Pematangsiantar.

Besok, wakil ketua bidang hukum HAM dan pemberdayaan perempuan perempuan, DPC GAMKI Simalungun ini akan dimakamkan.

Selamat jalan kawan!

Saya yakin Jhon tidak hanya mati untuk dirimu saja. Kau banyak meninggalkan sesuatu yang bernilai buat banyak orang.  "What we have done for ourselves alone dies with us; what we have done for others and the world remains and is immortal" (Albert Pike).

Hasil karyamu di lapangan akan diingat ribuan petani. Kela akan selalu ingat sapaanmu yang ramah, rasa humormu. Iide-idemu dan karyamu tentang publikasi Pelpem, pengabdianmu selama 15 tahun di tengah-tengah masyarakat akan berbuah.

Selamat Jalan John Lenon, kela sedih. Begitu cepat kau pergi meninggalkan kami. Berkurang temanku chating di Facebook, berkurang teman diskusi yang kritis dan smart!

Turut Berduka

Kela dan Namborumu  

Medan, 21 Mei 2015

Kamis, 21 Mei 2015

JANGAN MEMBIARKAN, APALAGI MEMBIMBING SISWA NYONTEK

Oleh: Jannerson Girsang

Suatu saat, 90% dari kita akan mengatakan "BOHONG ITU BENAR"!

Di masa pengumuman kelulusan siswa sekolah (SD-SMP-SMA) seperti sekarang ini, masalah klise selalu muncul.

Terungkap di berbagai tempat, sebagian guru yang takut sekolahnya turun ranking, membiarkan anak didiknya menyontek ketika Ujian Akhir Nasional.

Mereka tidak sadar tindakannya memberi dampak yang sungguh sangat berbahaya.

Guru-guru seperti ini bukan menghasilkan siswa yang gemar mencari kebenaran. Siswa-siswa seperti ini tentu tidak mungkin menghasilkan hadiah Nobel yang sangat diimpikan negeri ini.

Lulus dari perguruan tinggi dengan menjiplak skripsi. Skripsi bohong, IP bohong!. Masuk kerja dengan menggadaikan kerbau dan sawah orang tuanya. Tidak mungkin membangun negeri ini menjadi lebih baik.

Sepuluh atau lima belas tahun kemudian, mereka menghasilkan pasangan-pasangan pembohong, orang tua pembohong, pejabat pembohong, pekerja pembohong.

Mereka suka berbohong. Tanpa kerja keras: Rp 80 juta per jam!. Pejabat, pengusaha pembohong. Tanpa kerja keras: bisa menimbun Rp triliunan untuk kantong sendiri dan kelompknya dari uang negara. Bisa membayar PSK high class.

Suka tertawa di atas penderitaan orang lain. Senang melihat orang lain susah!

Mengaku mengabdi, padahal tiap hari hanya memperkaya diri sendiri. Memutasi pejabat sekali tiga bulan dengan aroma "sogok", mencari komisi proyek-proyek yang berada di bawah kontrolnya.

Berpura-pura seperti dermawan, tetapi semua sumbangannya adalah hasil tipuan, keringat atau hak orang lain yang ditilepnya menjadi sumbangan pribadi.

Jangan heran, kalau tahun demi tahun, kita menghasilkan semakin banyak pembohong, bangsa makin terpuruk.

Jangan-jangan sistem ujian kita ini tidak mendidik. Baiklah kita belajar dari negara yang sudah maju.

Finlandia sebagai negara dengan systempendidikan termaju di dunia tidak mengenal yang namanya Ujian Nasional.Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan kepada para guru sehingganegara berkewajiban melatih dan mendidik guru guru agar bisa melaksanakanevaluasi yang berkualitas. https://adeslpunderground.wordpress.com/5-negara-maju-tanp…/

Setiap akhir semester siswa menerima laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya personal dengan tidak membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang telah menjadi tradisi pendidikan kita. Mereka sangat meyakini bahwa setiap individu adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda beda.

Dulu (saya lulus SD 1973). Seingat saya kita mirip dengan negara di atas. Tidak ada ujian-ujian seperti sekarang ini. Lulus SD, nilai hanya diserahkan kepada guru. Lulus SMP dan SMA juga begitu. Bahkan hingga saya masuk ke IPB tidak pernah mengenal ada sogok menyogok, atau bocoran soal.

Apa yang terjadi dengan pendidikan kita selama 40 tahun terakhir?. Tiap tahun polemik terjadi, tetapi kita makin banyak menghasilkan pembohong, bukan pencari kebenaran!

Kalau kita terus membiarkan keadaan ini maka suatu ketika 90% orang akan mengatakan bohong itu benar.

Medan, 16 Mei 2015

Minggu, 17 Mei 2015

Sukses dan Bermakna

Oleh: Jannerson Girsang

Tak semua pemimpin terkenang di hati kita. Apakah itu pemimpin gereja, Ketua RT, bahkan Presiden sekalipun, kalau mereka hanya berbuat untuk dirinya sendiri, tidak membuat perubahan hidup yang lebih baik, tidak meninggalkan sesuatu cara baru, tindakan heroik yang menginspirasi. ..

Segala perbuatan yang pamrih, menyumbang uang untuk menang menjadi DPR, Bupati, Walikota. terlihat gagah sebentar, kenangan itu kemudian hilang ibarat bunga layu dihembus angin.

Mahatma Gandhi, Bung Karno dikenang orang karena mereka bekerja tanpa pamrih, kita melihat para pewaris karya-karya mereka memberi makna atas hidup mereka. . .

Orang di masa sekarang senantiasa membicarakan apa yang mereka pikirkan, lakukan dan makna dari pekerjaan mereka yang bermanfaat menginspirasi orang-orang berubah ke arah yang lebih baik.

James Kouzes dan Harry Posner dalam buku yang mereka tulis yang berjudul
A Legacy Leader mengatakan,: "Ketika kita hidup, orang tidak mengingat kita lantaran apa yang telah kita lakukan untuk diri kita sendiri. Mereka mengenang kita untuk apa yang kita perbuat bagi mereka. Merekalah pewaris karya-karya kita".

Lebih lanjut lagi mereka mengatakan! ,"Salah satu yang menjadi kebahagiaan terbesar dan tanggung jawab dasar para pemimpin adalah memastikan bahwa orang-orang yang mereka perhatikan selama ini menjalani hidup tidak hanya sekedar sukses melainkan juga bermakna"

Medan, 17 Mei 2015

Bayi dan Pewarisan Cinta Kasih (2)

Oleh: Jannerson Girsang

Surat untuk cucuku, putriku dan menantuku di Hari Kenaikan Yesus Kristus 14 Mei 2015. Berbahagialah keluarga kalian yang sudah dianugerahi bayi. Tempat mewariskan kasih sayang untuk generasi mendatang!

Setiap pasangan pasti mengharap seorang bayi ada di tengah-tengah keluarga. Tidak ada keluarga yang tidak mengharapkan seorang bayi, meski ada keluarga yang belum memperolehnya.
Setiap pasangan pasti akan berkata:

"Before you were conceived, I wanted you. Before you were here an hour, I would Die for you. This is the mirace of Love"

Mengapa? "Seorang bayi adalah berkat dari surga, sang malaikat kecil, menghargai dan mencintai". "A baby is a blessing from heaven above, a precious little Angle, to cherish and to love".

Bahkan Jhonny Depp mengatakan "The only creatures that are evolved enough to convey pure love are dogs and infants”. "Satu-satunya ciptaan yang berkembang mengalirkan cinta adalah anjing dan bayi"

Saya pernah memelihara anjing!. Dia membela saya mati-matian, tanpa cela, tanpa pamrih. Dia mengasihi saya, sepenuh hati.

Demikianlah gambaran cinta seorang bayi kepada kita. Dia bahkan lebih dari anjing yang digambarkan sangat setia kepada majikannya. Bayi memancarkan cinta kepada siapa saja, tanpa pamrih.

Makanya, kalau ada orang tidak senang kepada bayi, mereka tidak bisa memberikan apresiasi kepada apapun.

Hanya, saya sering heran. Mereka memiliki kasih yang istimewa kepada ibunya. Sama seperti kasih sayang saya kepada ibu dan ayah saya. Mereka selalu memanggil: mana mama?. Jarang bertanya mana Bapak?

Wajar saja mengapa hari demi hari bayi berkata: "The more I grow, the more I realize that my mom is the best friend that I ever had"

Ketika aku dewasa, dan menjadi kakek-kakek sekarang ini, aku selalu berkata: "I love my mom more than words can say, my best friend and my protector in life. praying the doctors give us good news, because I don't know what I will do".

Itu mungkin sebabnya, mengapa orang mengatakan "Surga di telapak kaki Ibu!". Dunia tidak pernah mengatakan surga di telapak kaki Bapak.

Sebuah ungkapan yang sering membuat kami para bapak iri. Tapi kami tidak sakit hati. Karena memang ibukulah yang paling dekat kepadaku, istrikulah yang paling dekat kepada anak-anakku.
Sama seperti aku, Yuandra Jason adalah anak pertama, cucu pertamaku dari pasangan Clara Mariana Girsang dan Anja Novalianto
 
“A first child is your own best foot forward, and how you do cheer those little feet as they strike out. You examine every turn of flesh for precocity, and crow it to the world. But the last one: the baby who trails her scent like a flag of surrender through your life when there will be no more coming after--oh, that' s love by a different name.” (Barbara Kingsolver, The Poisonwood Bible)

Ada anekdot, kalau anak pertama sukses maka adik-adiknya akan mengikut. Entah itu berlaku umum atau tidak, tetapi saya percaya itu.

Rawatlah dia dengan kasih sayang, maka dia akan sepanjang hidupnya mengasihi orang lain seperti bayi!.

Semoga cucuku semakin hari semakin bertumbuh dan semakin menjadi sumber inspirasi kasih yang menginspirasi bagi ibunya, ayahnya dan semua orang di sekelilingnya.

Sama seperti Yesus telah mewariskan kasih yang besar kepada Dunia, kita semua berharap Yuandra akan menjadi tempat kita mewariskan kasih itu, dan dia akan mewariskannya kepada generasi kita berikutnya..

Cherio

Kakek Yuandra Jason.

Medan, 14 Mei 2015 

Bayi dan Pewarisan Cinta Kasih (1)

Oleh: Jannerson Girsang

Surat untuk cucuku, putriku dan menantuku di Hari Kenaikan Yesus Kristus, 14 Mei 2015.
Berbahagialah keluarga kalian yang sudah dianugerahi bayi. Tempat mewariskan kasih sayang untuk generasi mendatang!

Setiap pasangan pasti mengharap seorang bayi ada di tengah-tengah keluarga. Tidak ada keluarga yang tidak mengharapkan seorang bayi, meski ada keluarga yang belum memperolehnya.
Setiap pasangan pasti akan berkata:

"Before you were conceived, I wanted you. Before you were here an hour, I would Die for you. This is the mirace of Love"

Mengapa? "Seorang bayi adalah berkat dari surga, sang malaikat kecil, menghargai dan mencintai". "A baby is a blessing from heaven above, a precious little Angle, to cherish and to love".
Bahkan Jhonny Depp mengatakan "The only creatures that are evolved enough to convey pure love are dogs and infants”. "Satu-satunya ciptaan yang berkembang mengalirkan cinta adalah anjing dan bayi"

Saya pernah memelihara anjing!. Dia membela saya mati-matian, tanpa cela, tanpa pamrih. Dia mengasihi saya, sepenuh hati.

Demikianlah gambaran cinta seorang bayi kepada kita. Dia bahkan lebih dari anjing yang digambarkan sangat setia kepada majikannya. Bayi memancarkan cinta kepada siapa saja, tanpa pamrih.

Makanya, kalau ada orang tidak senang kepada bayi, mereka tidak bisa memberikan apresiasi kepada apapun.

Hanya, saya sering heran. Mereka memiliki kasih yang istimewa kepada ibunya. Sama seperti kasih sayang saya kepada ibu dan ayah saya. Mereka selalu memanggil: mana mama?. Jarang bertanya mana Bapak?

Wajar saja mengapa hari demi hari bayi berkata: "The more I grow, the more I realize that my mom is the best friend that I ever had"

Ketika aku dewasa, dan menjadi kakek-kakek sekarang ini, aku selalu berkata: "I love my mom more than words can say, my best friend and my protector in life. praying the doctors give us good news, because I don't know what I will do". 

Itu mungkin sebabnya, mengapa orang mengatakan "Surga di telapak kaki Ibu!". Dunia tidak pernah mengatakan surga di telapak kaki Bapak.

Sebuah ungkapan yang sering membuat kami para bapak iri. Tapi kami tidak sakit hati. Karena memang ibukulah yang paling dekat kepadaku, istrikulah yang paling dekat kepada anak-anakku.
Sama seperti aku, Javier Marck Simanjuntak adalah anak pertama, cucu pertamaku dari pasangan Patricia Marcelina Girsang dan Frederick Simanjuntak.

  “A first child is your own best foot forward, and how you do cheer those little feet as they strike out. You examine every turn of flesh for precocity, and crow it to the world. But the last one: the baby who trails her scent like a flag of surrender through your life when there will be no more coming after--oh, that' s love by a different name.” (Barbara Kingsolver, The Poisonwood Bible)

Ada anekdot, kalau anak pertama sukses maka adik-adiknya akan mengikut. Entah itu berlaku umum atau tidak, tetapi saya percaya itu.

Rawatlah dia dengan kasih sayang, maka dia akan sepanjang hidupnya mengasihi orang lain seperti bayi!.

Semoga cucuku semakin hari semakin bertumbuh dan semakin menjadi sumber inspirasi bagi ibunya, bapaknya, serta orang di sekelilingnya.

Sama seperti Yesus telah mewariskan kasih yang besar kepada Dunia, kita semua berharap Yuandra akan menjadi tempat kita mewariskan kasih itu, dan dia akan mewariskannya kepada generasi kita berikutnya.


Cherio

Kakek Javier. .

Medan, 14 Mei 2015

Sharing Kebanggaan Menulis

Oleh: Jannerson Girsang

Dari kemaren saya beberapa kali membuka dan sangat terhibur dengan postingannya Maruntung Sihombing berjudul "JURUSAN PP-Kn UNIMED BERPOTENSI MELAHIRKAN PENULIS BESAR".

Artikel ini mengundang diskusi yang sangat menyejukkan dan membesarkan hati. Mereka kompak dan saling menghargai. Saya sendiri memberi komentar salut atas kreativitas dan kekompakan mereka.

Andaikata budaya diskusi seperti ini masuk di Parlemen, alangkah hebatnya Indonesia ini.

Artikel yang ditulis seorang guru SD di Papua ini mengisahkan kebanggan seorang alumni atas jurusannya, kebanggan mereka atas jurusan mereka yang melahirkan banyak penulis aktif di media.

Satu hal yang sangat menarik, kisah bagaimana mereka terinspirasi dari dosen mereka bernama Majda El Muhtaj, penulis buku terutama buku-buku yang menyangkut masalah Hak Asasi Manusia (HAM), dosen dan sekarang sebagai Kepala Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Unimed.

Seorang dosen, tidak hanya memberi mata kuliah di ruang kuliah, tetapi juga memperhatikan dan menginspirasi mahasiswanya untuk menulis.

Hingga keluarlah nama-nama penulis beken. Kalau Anda rajin mengikuti artikel-artikel Opini di Harian Analisa, Medan Bisnis dan juga harian-harian daerah dan nasional lain, Anda pasti tidak asing dengan nama-nama Eka Azwin Lubis, Darwin Putra Sitepu, Iis Hernisyah Ginting, Aprianus Nadeak, Roy Martin Simamora, Partahanan Simbolon, Firman Pahala Siringo-ringo, Dewi Nurita Piliang, Ganda Christian Panggabean, Toba Sastrawan Manik, Ryka Meliana Turnip , Muhamad Nashry, Fazli Rachman, Yoga Didier Pratama, Mince Wastina Sihombing serta nama-nama lain.

Semuanya adalah dari Jurusan PPKn, Unimed, Medan. Eka Aswin misalnya sudah mampu menulis di harian-harian nasional, Roy Martin pernah saya baca artikelnya di Harian Kompas.

Membaca artikel di atas sangat membanggakan hati orang tua seperti saya, menyaksikan anak-anak yang pintar dan memiliki karakter saling menghargai sesama teman, melakukan diskusi yang saling menguatkan.

Saya pernah bertemu muka dengan beberapa dari mereka, seperti Maruntung Sihombing (kini jadi guru di Papua) dan Roy Martin Simamora (kini studi S2 di salah satu Universitas di Taiwan), dan juga dosen mereka yang hebat itu: bung Majda El Mujtad.

Saya juga berhubungan melalui chating dengan Ganda, Eka Aswin dan Yoga.

"Mereka semua pintar, kreatif dan rendah hati".Sangat menyenangkan dan menginspirasi. .

Saya berfikir, Andaikata menulis adalah salah satu cara mendidik siswa atau mahasiswa berfikir kritis dan memiliki karakter yang baik, mengapa sekolah-sekolah, perguruan tinggi kita tidak meniru cara anak-anak Jurusan PPKn, menjadikan mata kuliah menulis dalam mendidik karakter?.

Mengapa kita masih menjadikan "menulis" hanya sekedar mampu menyelesaikan tugas skripsi?. Mengapa menulis bukan sebuah kebanggaan seperti para mahasiswa dan alumni jurusan PPKn Unimed ini?.

Mengapa tidak banyak dosen yang memperhatikan dan menginspirasi anak-anak didiknya untuk menulis?. .

Jurusan PPKn Unimed adalah salah satu contoh keteladanan mendidik mahasiswanya menulis di Media. Terima kasih anak-anak muda, terima kasih juga buat pak dosen yang menginspirasi anak didiknya untuk menulis.

Medan, 12 Mei 2015

ALLAH TIDAK MELIHAT RUPA (Kisah Rasul: 10:44-48)

Dikisahkan Kembali Oleh: Jannerson Girsang

Hari ini kami jemaat GKPS Simalingkar dicerahkan oleh khotbah Pendeta Herna Yanti br Purba, STh, pendeta di GKPS Resort Medan Utara.

"Kita sering menemukan dalam kehidupan ini, dimana sang pemilik, Tuhan tidak melihat rupa, tidak melihat perbedaan diantara manusia, memperlakukan umatnya sama, memberi matahari yang sama, bulan yang sama kepada semua orang di muka bumi. Sebaliknya, anak-anak Tuhan atau manusia, senantiasa membeda-bedakan dirinya dengan 'orang lain' ".

Pendeta Herna Yanti memberi ilustrasi tentang pengalamannya, bagaimana manusia memandang manusia.

Suatu ketika, saat pendeta itu masih vicar pendeta, Herna Yanti br Purba dan temannya seorang penginjil wanita berjanji akan bertemu dengan seorang pejabat. Waktunya tidak ditentukan, tetapi pejabat itu bersedia menerima mereka kapan saja.

Hingga tiba waktunya mereka memenuhi janjinya. Berkunjung ke rumah pejabat itu, meski tidak memberitahunya sebelumnya.

Rumah pejabat itu dipagar dan memiliki beberapa pengawal. Setiap orang harus permisi dan mendaftar sebelum bertemu dengan sang pejabat.

“Kami datang dari gunung, jalan kaki, keringatpun sudah bercucuran,”. ujar Pdt Herna Yanti.

Hingga satpam sendiri dengan rasa heran menyapa mereka.

"Anda dari mana?. Sudah ada janji belum?,” kata satpam itu dengan angkuhnya.

"Mungkin karena yang datang bukan pakai Alphard, serta baju necis. Seolah kami tidak layak menjadi tamu pejabat, bosnya.Mungkin karena kami tidak pakai mobil dan tidak keren, jadi pegawai satpam itu tidak percaya kalau kami memang sudah ada janji dengan pemilik rumah,” lanjut Herna Yanti.

Satpam membedakan tamu berdasarkan penampakan, aturan dan pengetahuannya. Sama seperti manusia pada umumnya.

Kemudian satpam melaporkan ke bosnya, serta menyebut nama tamu.

“Oh ya. Suruh masuk..suruh masuk. Mereka adalah tamu terhormat saya,” kata sang bos.

Pemilik rumah melihat tamunya dengan kasih sayang, bukan pakaian yang dikenakan atau kenderaan yang dibawanya. Cara memandangnya berbeda dengan satpam. . .

Yang ingin disampaikan pendeta adalah: "Manusia sering membedakan rupa, terikat aturan yang dibuat manusia, sesuai latar belakang pengetahuan dan kepentingannya. Padahal, Tuhan tidak pernah membedakan umatNya. Dia mengasihi semua umat manusia, tanpa membedakan latar belakang".

"Kita sering menemukan hal yang sama dalam kehidupan ini. Sang pemilik, Tuhan sendiri tidak melihat rupa, tidak melihat perbedaan diantara manusia. Tuhan memperlakukan umatnya sama, memberi matahari yang sama, bulan yang sama kepada semua orang di muka bumi".

Yang sering membeda-bedakan adalah “umatNya” . Mengaku anak-anak Allah tetapi membeda-bedakan manusia berdasarkan suku, ras, status sosial.

"Di dalam kehidupan gereja juga, umatnya sering “selektif” melihat siapa yang boleh dan tidak boleh masuk dalam lingkungannya, siapa yang perlu dan tidak perlu mendapat perhatian".

Di dalam Kisah Rasul, dikisahkan Petrus seorang Jahudi dikungkung oleh aturan Jahudi-buatan manusia, di masa lalunya, sejak lahir. Aturan yang mengikat dia harus eksklusif. Dia hanya boleh bergaul, berbicara dengan orang Jahudi.

Kali ini, Petrus disuruh Allah melalui malaikat mengunjungi Kornelius, seorang perwira tentara Roma. Kornelius tidak mengenal Petrus, tapi ia diperintahkan untuk mengundang Petrus datang ke rumahnya.

Sebagai anak Allah, dia dimampukan oleh Roh untuk menembus aturan-aturan dunia . “Kalau aku anak Tuhan, mengapa aku harus diskriminatif?,” demikian Petrus.

Cornelius, sang pejabat yang warga Italia juga berhak mendapat pelayanannya. Bukan hanya orang Jahudi saja.

“Tugas Petrus adalah melaksanakan pelayanan, tetapi yang merubah pikiran orang lain bukan pekerjaannya. Roh Kuduslah yang melakukan perubahan dalam diri orang yang dilayani,” ujar Pdt Herna Yanti.

Sebagai orang yang telah diangkat menjadi anak Allah, tugas kita adalah melaksanakan perintahnya dengan sungguh-sungguh. Urusan kita adalah memberitakan kabar baik. Jadi tidak perduli apakah orang itu menerima atau tidak.

Yang penting kita melakukannya dengan sungguh dan Tuhan berkenan melihatnya.

“Berhentilah mencari simpati manusia……maningon balosan do hubani Naibata, kita harus lebih taat kepada Tuhan”. (Kis 10:30)

Pendeta, pelayan tentu tidak boleh membedakan jemaatnya juga. Janganlah berbeda perhatian kepada jemaat yang punya Alphard dan yang tak punya. Yang bisa memberi amplop dan yang tidak mampu memberi amplop tebal.

Khotbah hari ini sangat sederhana perintahnya, tetapi manusia tidak banyak yang berani menembus tembok pemisah mereka dengan yang lain. Tidak mudah.

Oleh sebab itu pendeta Ernawati menghimbau jemaat: “Berdoalah (Rogate), mintalah kekuatan kepadaNya. Sediakan waktu untuk berdoa, sediakan ruang bagi Roh untuk bekerja. Roh akan mengajar apa yang kita minta. Berdoalah meminta kemampuan untuk tidak melihat rupa," kata Pdt Herna Yanti, menutup khotbahnya.

Selamat hari Minggu

Medan, 10 Mei 2015

Selasa, 28 April 2015

Passion

Oleh: Jannerson Girsang

Passion adalah sebuah kata dalam bahasa Inggeris yang muncul dalam setiap topik motivasi. Kata itu berarti gairah atau semangat. dan  biasanya dikaitkan dengan sukses.

Ketika ditanya tentang suksesnya menulis, Andrea Hirata--penulis novel best seller Lasykar Pelangi, dalam sebuah wawancara dengan sebuah televisi swasta  mengatakan: “Kalau kita menulis, (melakukan apapun), kita berangkat dari passion. Sejauh mana kita punya kekuatan, minat menulis.-benar mencintai menulis. Menulis adalah segala-galanya”.


Sebuah pekerjaan yang menggairahkan tidak mengenal lelah. Orang bisa berjam-jam bermain bola tanpa merasa lelah, seorang pelari tidak merasakan penat berlatih berhari-hari. Karena di sanalah passion mereka. Ada gairah untuk melakukannya, malah kalau tidak dilakukannya, dia akan sakit. Bekerja adalah panggilannya.


Seseorang akan menemukan dirinya dalam pekerjaan itu. Dia dikenal karena pekerjaannya, dan senang identitasnya dijuluki dari profesinya. Bukan peofesi sebagai politisi, tetapi lebih populer dikenal sebagai "donatur", menyumbang "materi" bukan menyumbang pemikiran yang memihak kepada rakyatnya. "Passion"nya bukan politisi, tetapi "mengeruk uang" sebanyak-banyaknya.     

Melakukan pekerjaan dengan passion, tak memikirkan apakah itu mendatangkan materi atau pujian bagi dirinya, karena justru, berhasilnya pekerjaannya merupakan kepuasan tertinggi bagi dirinya. Tapi umumnya, ketika mereka melakukan sesuatu dengan passion, maka ujung-ujungnya banyak orang suka dan membayarnya luar biasa! 


Singing is my passion, my first love and the secret of my energy. Music to me is like finding my inner self, my soul. It gives me a great joy to see audiences enjoying with me. I have given my heart to singing. When I sing, I can feel romance in everything around me”. (Kailash Kher).


A. R. Rahman mengatakan sukses datang kepada orang yang mencurahkan seluruh hidupnya kepada pekerjaan yang menggairahkannya. Ketika dia melakukan pekerjaan itu, dia melupakan semuanya.

Success comes to those who dedicate everything to their passion in life”

So, carilah passion Anda. Bidang yang Anda paling sukai. Maka Anda akan menghasilkan sesuatu yang belum pernah dicapai oleh siapapun. Anda akan bahagia dan membahagiakan orang lain.

Kalau kita menggerutu melakukan sesuatu, maka bukan hanya kita yang tidak bahagia, semua orang di sekitar kita akan merasa tidak nyaman. Kita menjadi beban!

Medan, 28 April 2013

Foto Bersama di atas Usia 50

 "Sometimes being a brother is even better than being a superhero" (Marck Brown).

Setelah berusia di atas lima puluh tahun, kami baru pernah berfoto bersama,.

Daud Purba (kiri), Uli John Purba, Aku dan Darma Ulung Purba di sebuah kesempatan pertemuan yang sangat mengesankan di Balei Bolon GKPS, Pematangsiantar, Nopember 2014.

Uli Jhon buat judulnya "Na Marsanina". Cocok kali! Terima kasih bang, saya udah share.

"Foto yuk"....Sadar kesempatan seperti ini baru pertama kali setelah kami semua berusia 50-an ke atas.

Mungkinkah kami masih hidup lima puluh tahun lagi?. Mungkinkah kami bisa membuat foto sekali lagi seperti ini?. Entahlah.

Kesempatan berfoto bersama itu langka. Gunakan selalu kesempatan emas. Dia hanya lintas sekali seumur hidup.


Medan, 28 April 2015

Menulis di Media Sosial

Oleh: Jannerson Girsang

Kita pantas berbahagia dengan kemajuan media sosial. Artikel-artikel kita bisa tampil dan terbuka ke seluruh pembaca di dunia. Pikiran-pikiran kita dinikmati puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang dari berbagai bangsa.

Media sosial memungkinkan kita bisa berkomunikasi seperti malam ini. Mengungkapkan pikiran untuk bisa dinikmati banyak orang. Memang, ada negatifnya dan ada positifnya.

Jo Martin berkata: "Social media is changing the way we communicate and the way we are perceived, both positively and negatively".

Selain menyenangkan, banyak sekali pemegang akun FB yang mengeluh, merasa cemas, takut, merasa tidak nyaman .

Kadang kita tidak sadar, itu bermula dari diri sendiri. Orang yang suka membuat orang cemas, membuat orang lain takut, dan sakit hati, iri, maka dia akan menerima hal yang sama dari orang lain.

Hukum Newton: Aksi=Reaksi!. Coba aja, Anda main-main dengan kata-kata yang negatif, maka reaksinya akan negatif juga!.

Ayat emas yang harus selalu dicamkan dalam berkomunikasi dengan tulisan adalah : tulislah hal-hal baik, kalau Anda mau direspon orang dengan baik.

"Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka". "Kalau mau bijak,bergaullah dengan orang bijak".

Seleksi teman Anda di FB, makin banyak Anda punya teman orang bijak Anda makin bijak, demikian sebaliknya. Orang bijak itu bukan harus bergelar hebat: prof, dr, ir, sh, ma, kaya, cantik, ganteng.

Mereka adalah orang yang suka menuturkan cerita yang benar, bukan rumor, apalagi fitnah, bukan
berbicara hanya tentang dirinya, dan yang lain tak perlu, tetapi hal-hal yang menginspirasi dan menyenangkan orang lain.

Orang-orang normal suka hal-hal yang unik, menginspirasi dan membesarkan hatinya.

Hanya orang "gila" atau tidak waras, orang yang tidak bijak yang suka tulisannya menyakiti orang lain. Sementara, kalau hal seperti itu dilakukan untuk mereka, merekapun tak mampu menerimanya.

"Suka melecehkan, tetapi tidak suka dilecehkan!. Suka mengkritik terbuka, tetapi kalau dikritik terbuka, marah". Enak aja!

Semua orang pada dasarnya suka dipuji, suka dikritik empat mata, dan tidak ada yang suka dirinya diolok-olok. Sebaliknya, semua orang ingin dirinya dihargai. Jangan buat orang lain menghabiskan waktunya harus terus memaafkan Anda, tetapi raihlah inspirasi.

Mari kita gunakan media sosial mengenal teman kita, mengenal pikiran-pikiran mereka. Karakter, kecerdasan, dan minat manusia berbeda-beda.

Pemegang akun FB tidak ada yang sempurna!. Semua mereka ingin ketidaksempurnaannya bukan menjadi bahan olok-olokan. Mereka semua pengen sempurna, tetapi ingin diingatkan dengan cara yang sopan dan beretika.

Ingat!. Semua manusia sama saja. Suka dipuji, suka dirinya diakui, suka hal-hal yang menginspirasi, membuat pikirannya makin segar dan keluar dari masalah yang dihadapinya. Untuk memperolehnya: lakukan hal yang sama kepada mereka!

Pilihlah kata-kata positif, yang membuat orang berfikir dan bertindak positif, susunlah kata yang tidak membuat orang misintepretasi. Ketimbang kata-kata negatif yang nantinya menuai hal yang negatif pula.

Hanya dengan berlatih dan berlatih, kita menggemari sesuatu yang menginspirasi teman.Butuh latihan. Latihlah diri menulis hal yang menyenangkan orang lain!

Selamat malam teman-teman!

Medan, 27 April 2015

Saya Mau Mati Saja (?)

Dituturkan kembali oleh: Jannerson Girsang

Suatu hari seorang bapak yang frustrasi ingin mengambil keputusan penting!. "Mau mati saja!"
Pasalnya, selama ini dia tidak cocok dengan istri dan anak-anak. Meski mereka selama ini tergantung dari jerih payahnya. Bahkan istrinya hanya "selingkuh" serta berbuat hal yang tidak terpuji lainnya. Istri dan anak-anaknya tidak memperdulikannya,

Di kantornya dia tidak memiliki teman kerja. Tidak punya prestasi yang baik, karena selalu membandel. Teman-temannya menjauhinya. "Maju kena, mundur kena".

Semuanya serba salah dan tidak menyenangkannya. Ditambah lagi berbagai persoalan yang dihadapinya.

Hingga dia mengambil keputusan "Saya mau mati saja!. Mungkin itu akan membuat saya senang, bahagia".

Dia pergi ke seorang yang menurutnya memiliki obat untuk membuatnya mati dan menemuinya dengan penuh harap, agar dia bisa mati dalam tiga hari, dengan cara yang "enak", tanpa menderita sakit. .

Orang "pintar" itupun bertanya kebulatan tekadnya untuk mati.

"Apakah Anda memang benar-benar bersedia mati?"

"Ya Tuan. Saya memang sudah bulat mengakhiri hidup saya," katanya.

"Kalau begitu, bawalah obat ini. Tiga hari diminum, Anda pasti akan mati,"katanya.

Si Bapak yang frustrasi inipun dengan melenggang pulang, dan berkata dalam hati, "Kalau aku mati aku akan senang, puaslah kalian semua,"

Hari pertama, dia meninum obat itu. Dia makin yakin akan mendekati cita-citanya. Hari kedua demikian juga. Dia setia meminum obat dan bertekad akan mati pada hari ketiga.

Hari terakhir. Sang Bapak merasa perlu untuk meninggalkan kesan yang baik bagi keluarga, maupun tempatnya bekerja. Dia melakukan hal-hal baik yang tak pernah dilakukannya sebelumnya.

Tidurnya tidak nyenyak Bahkan subuh sudah bangun. Pagi-pagi, dia sudah siap memasak makanan untuk seluruh keluarganya. Dia menyiapkannya di atas meja. Dia mengajak makan bersama dan menyapa istri dan anak-anaknya dengan ramah. Hal itu tidak pernah dilakukannya sebelumnya.

Di kantor, dia juga bersikap ramah. Padahal selama ini dia membandel kepada atasannya. Kali ini dia menemui atasannya dan tanpa disuruhpun, dia sudah meminta apa yang bisa dia kerjakan.

"Apa yang bisa saya kerjakan Pak," katanya, dengan wajah yang lebih simpatik dari biasanya. .
Sang atasanpun heran dan melihat perubahan, dan dengan senang hati memerintahkan anak buahnya itu.

Teman-teman sekerjanyapun disapa dengan ramah. Mereka heran akan perubahan yang terjadi. Mereka semua senang, karena selama ini sang Bapak yang frustrasi ini menjadi batu sandungan bagi mereka. Tidak ada staf yang mau bekerja sama dengannya.

Sepulang dari kantor, semua pegawai bahkan atasannya memuji pekerjaannya.

"Terima kasih Pak, terima kasih Pak, sampai ketemu besok," demikian sapaan-sapaan yang menyenangkan diperolehnya saat hari terakhirnya menuju kematian yang dicita-citakannya.

Dia pulang dengan senang hati. .

Tiba di rumah, sang Bapak disambut istrinya dengan ramah.

"Pak, apa yang Bapak lakukan tadi pagi sangat berkesan. Begitu menyenangkan dan saya akan berubah. Saya akan ingat kebaikan Bapak," katanya, sambil memeluk suaminya.

Bertahun-tahun mereka sudah tidak akur, dan tidak pernah saling sapa, apalagi saling menghargai, seperti yang dilakukan sang suami tadi pagi. .

Anak-anaknyapun sangat senang dengan perlakukan bapak mereka tadi pagi.

"Pak, Bapak baik deh. Kalau seperti itulah kita ke depan, sungguh enak hidup ini," kata anak-anaknya.

Semua menyambutnya dengan ramah dan baik.

Sang bapak masuk ke kamarnya. Sikapnya berubah. Dia ragu meminum obat "maut" yang diberikan "orang pintar". Dia ingin membatalkan meminum obat yang ketiga kalinya.

Lantas, dia menelepon "orang pintar" itu. "Pak, saya tidak jadi meminum obat yang ketiga kali itu. Saya tidak mau mati. Semua orang sudah baik kepada saya" katanya.

"Wah baguslah. Kamu tidak jadi mati. Kalaupun kamu meminumnya, kamu tidak akan mati, karena yang saya berikan itu hanya air putih, bukan untuk membuatmu mati," katanya.

Sugesti kata: "Aku mau mati", begitu kuat mendorong sang Bapak yang frustrasi berubah sikap.

Dia mampu berbuat baik di hari terakhir, orang-orang di sekitarnya berubah sikap dari benci menjadi senang. Akhirnya dia tidak mau mati.

Kematian yang direncanakan bukan sesuatu jaminan kebahagiaan. Hanya orang yang hidup yang mampu merasakan kebahagiaan. Lagi pula, "Kematian" bukan urusan manusia, itu urusan Tuhan.
Dia tidak perlu mati, tetapi hanya perlu mengubah sikapnya!.Perubahan harus datang dari diri sendiri, bukan dari orang lain.


"Kata-kata manusia seperti itu saja sudah begitu kuat memotivasi manusia. Apalagi kata-kata Tuhan," kata Pendeta hari ini di GKPS Simallingkar, Medan.

Medan, 26 April 2015

Tuhan Tidak Hanya Berdiri dan Menonton Kehancuran

Oleh: Jannerson Girsang

Pagi ini, saya teringat tiga putri kami Yani Christin Girsang, Hilda Valeria Girsang, Trisha Melanie Girsang di kejauhan!.

Teringat kisah sedih mereka lima tahun yang lalu. Terngiang bunyi telepon maut malam hari, 17 Juni 2010 yang memberitahukan almarhum adikku Parker Girsang-ayah ketiga gadis yang malang itu telah meninggalkan kami untuk selama-lamanya di Rumah Sakit Cikini, Jakarta.

Bangga dengan semangat dan harapan yang senantiasa memenuhi keseharian mereka. Tentu saja, air mata haru menetes tak terbendung!

Hanya berselang empat tahun, ketiga putri remaja itu dua kali menyaksikan ambulance parkir di depan rumahnya--Perumahan Permata, Bekasi, mengantarkan jenazah kedua orang tua yang sangat mereka kasihi, di subuh hari.

Hatiku yang hancur, ketika membayangkan ketiganya berdiri di depan pintu, menanti jenazah ayahnya, saat anak-anak seusia mereka dibangunkan ibunya, siap-siap berangkat ke sekolah.

Teringat malam yang sangat panjang menunggu pesawat berangkat dari Medan ke Jakarta, esok harinya.Terbayang kekhawatiran masa depan anak-anak yang ditinggalkan pria usia 49 tahun itu, menyusul istrinya-ibu mereka yang meninggal empat tahun sebelumnya.

Terkenang, kesedihan ketiga putri kami berdiri di samping jenazah ayahnya, meratapi kepergian tumpuan harapan mereka.

Lima tahun yang lalu, mereka menjadi anak yatim piatu. "Gelap gulita!," demikian pernah diucapkan Christin Girsang beberapa waktu sesudah peristiwa itu.

Saat ayahnya meninggal, Christin yang tertua baru berusia 19 tahun dan masih memulai kuliah tahun pertamanya, kini sudah bekerja di siang hari, dan malam hari melanjutkan S1nya di UI, Depok-Jakarta, dan perkuliahan S1nya dijadwalkan selesai tahun ini.

Hilda (Ai) yang baru memasuki SMA, kini sudah kuliah semester VI di Universitas Brawijaya, Malang

Trisha Melani (Icha), baru memasuki SMP, kini kelas II SMA Negeri I Bekasi. .

"Semua akan indah pada waktunya, mari kita menatap ke depan," itulah kalimat Christin, membesarkan hati adik-adiknya, malam hari sepulang mengantar jenazah ayahnya.

Kata-kata harapan sungguh mujarab untuk memberi energi positif. yang selalu mereka bertiga tanamkan dalam hati masing-masing. Mereka tidak memikirkan kekhawatiran, tetapi membesarkan harapan yang lebih baik esok hari. .

Ketiganya tetap bersemangat menatap dan merajut masa depan yang indah.

Tuhan tidak hanya berdiri menonton kehancuran. Tuhan mengutus orang-orang baik melindungi mereka yang berserah kepadaNya. Dia bekerja dan terus bekerja.

Terima kasih untuk bou Masda, bou Oh, uda Santi, uda Henri, Ompung Nagasaribu, Ompung boru br Sitompul, serta seluruh keluarga, tante-tantenya Christin (keluarga mamanya, Osda and Sri cs), serta seluruh keluarga lainnya yang bersimpati.

Khususnya jemaat GKPS Salemba, Jakarta, dimana mereka bertiga menjadi anggota jemaat. Jemaat ini sungguh luar biasa mendukung mereka. Doa-doa, bantuan materil dan moril saudara-saudaraku semua telah membesarkan hati mereka, menguatkan mereka.

Demikian juga keluarga besar Girsang yang ada di Jakarta, khususnya keluarga besar RKY Girsang. Great! Terima kasih semuanya.

"Ketika bencana dan serangan tiba-tiba menghancurkan rrumah kita, ketika impian sukses kita tampak akan hancur, ketika penyakit dan kematian menimpa orang yang kita cintai, satu hal yang dapat meneguhkan dan mengarahkan kita tetap maju adalah harapan.

Harapan untuk hari esok yang lebih baik, untuk masa depan yang cerah, untuk hari bahagia. Harapan bahwa ada yang lebih hidup dari pada apa yang ada sekarang kita lihat dan rasakan" (Kemenangan Akhir, Elen White)

Terima kasih Helen Munthe atas Buku Kemenangan Akhir yang dikirim kemaren. Buku yang sungguh-sungguh menginspirasi saya menuliskan artikel sederhana ini. Jangan lupa membawa mereka dalam doa-doa pribadi.

Semoga juga menguatkan mereka yang membacanya. Tuhan tidak hanya berdiri dan menonton kehancuran!

Selamat pagi semua. Selamat beraktivitas untuk Christin, Ai dan Icha. Keep spirit. God Bless!

Medan, 24 April 2015

Belajar Ketahanan Pangan dari "Suhu"nya

Oleh: Jannerson Girsang

Direktur Pelayanan dan Pengembangan (Pelpem) GKPS, Pematangsiantar dan staf meminta nasehat kepada Prof Dr Posman Sibuea. Beliau adalah Guru Besar Tetap Unika Santo Thomas, Medan. Pendiri dan Direktur Center for National Food Security Research (Tenfoser)

Beliau menerima Direktur Pelpem dan staf di ruang kerjanya di Kampus Unika Medan.
Profesor Posman menjelaskan masalah kedaulatan pangan dan strategi yang seharusnya ditempuh pemerintah dan peran Pelpem dalam mendorong program-program kedaulatan pangan ke depan.

"Kita sudah terlanjur membuat stigma 'singkong' makanan orang miskin dan 'keju' makanan orang kaya," katanya.

"Jadi, kita meninggalkan singkong dan mengimpor bahan pembuat keju. Ketahanan pangan kita terancam,", lanjut guru besar yang baru saja kembali minggu lalu dari negeri jiran.

"Kita jauh ketinggalan dari program-program ketahanan pangan yang dilaksanakan negara lain. 
Thailand misalnya. Program ini sungguh membantu mewujudkan program ekonomi kerakyatan di sana".

"Sayangnya di negeri kita masih banyak program, sehabis upacara, ujung-ujungnya 'kembali ke Laptop'. Tindakannya hanya sebatas upacara. Mindset proyek." katanya. .

Berdasarkan berbagai kekurang berhasilan ini, seharusnya Pelpem yang sudah berpengalaman lima puluh tahun dalam pengembangan masyarakat, ke depan akan mempertajam strateginya sehingga mampu mewujudkan program yang menurut Prof Posman cukup "seksi" ini.

16 Oktober 2015 adalah Hari Pangan dan Pelpem perlu memikirkan rancangan acara yang strategis dalam mendorong pelaksanaan program nasional ini.

Semoga Pelpem terus meningkatkan kualitas pelayanannya di tengah-tengah masyarakat Simalungun dan sekitarnya. "Dari pembicaraan ini, mungkin akan dibuat dua program," kata seorang staf Pelpem. Semoga!

Di akhir pertemuan, mereka bertukar cendera mata. Direktur Pelpem menyerahkan buku Refleksi Melayani di Tengah-tengah Masyarakat: 50 Tahun Pelpem GKPS dan Prof Dr Posman menyerahkan buku barunya: Minyak Kelapa Sawit.

Sungguh mencerahkan, pertemuan dengan seorang tokoh ketahanan pangan nasional yang sangat produktif menulis di berbagai koran nasional, serta penulis banyak buku tentang pangan.
Terima kasih Prof, semoga sehat selalu dan terus mencerahkan bangsa ini.

Medan, 28 April 2015


Uang Penting, Tapi Bukan Segalanya


Oleh: Jannerson Girsang

Berapapun harta yang Anda kumpulkan selama hidup, itu hanya dinikmati orang yang terbatas jumlahnya. Kisah atau cerita tentang Perbuatan Menginspirasi Anda, itulah Yang Bisa Dinikmati Setiap Orang tanpa batas waktu dan tempat.

Steven Job--pendiri dan CEO Apple.Inc, meninggal dunia dalam usia 56 tahun pada 5 Oktober 2011, karena diserang kanker pankreas ganas.

Semasa hidupnya Steven Job digaji 1 juta dollar per tahun, serta diberi saham di berbagai perusahaan--ia memegang 5,426 juta saham Apple, serta 138 juta saham di Disney (yang ia terima sebagai imbalan akuisisi Pixar oleh Disney).

Dia meninggalkan harta senilai 8 miliar dollar Amerika. Siapa sih orang Medan yang mampu meninggalkan harta sebanyak itu?. Kalau begitu tidak ada alasan sombong yah, kalaupun menurut
Anda, Anda itu kaya!

Jadi, seberapa banyakpun harta Anda, jangan banggakan, apalagi menjadi sombong!.

Nilai Anda bukan di sana, tetapi seberapa banyak orang Anda bantu dan menginspirasi mereka agar beroleh hidup lebih baik, menguatkan mereka dalam menghadapi kesulitan, merasa menyatu dengan kekayaan Anda, merasa bermanfaat karena Anda kaya, bukan merasa miskin karena kekayaan Anda!.

Lagi pula, Anda tidak akan mungkin mencapai harta sebesar itu di negeri ini, apalagi Anda hanya pegawai yang digaji.

Anda juga tidak bisa membagikannya kepada setiap orang, paling-paling Anda bisa memamerkannya, membuat silau mata, bukannya menginspirasi.

Harta Steven Job, tidak pernah bisa dinikmati setiap orang. Demikian juga harta yang Anda miliki. Anda dan saya tidak pernah menikmati uang Steven Job.

Anda dan saya bisa share pengalaman masing-masing. Kata-kata menginspirasi adalah makanan rohani yang bisa merubah hidup setiap orang. Itulah yang bisa Anda bagikan kepada setiap orang. Kisah menginspirasi dalam mencapai sesuatu, itulah yang bisa dishare ke setiap orang.

Anda dan saya bisa menikmati pidato-pidatonya, tulisan-tulisannya, pengalamannya yang menginspirasi hidup. Kisah kehidupan Steven Job memang sangat membuat kagum dunia ini.

Di masa kecil, Steven Job hanya orang biasa-biasa saja. Bahkan dia salah memilih tempat kuliahnya.

Dia memasuki perguruan tinggi yang mahal dan orang tuanya tidak sanggup menyekolahkannya.
Steven Job adalah laki-laki drop out, dan hingga akhir khayatnya tidak pernah lulus dari perguruan tinggi. tetapi dia berkarya--hasil karyanya dan caranya mencapai sukses itu yang disampaikan melalui pidato dari kampus ke kampus, diliput media dan ditulis di dalam buku.

Dalam pidato-pidatonya atau wawancara di media, Steven Job berkisah tentang pengalaman hidupnya, cara menghadapi masalah yang kadang tidak diperoleh di perguruan tinggi, buka bangga dengan hasilnya, tetapi bangga degan proses yag dilaluinya,

Steven Job mampu melakukan sesuatu yang luar biasa bagi dunia. .

Usianya hanya 56 tahun. Tetapi Steven Job telah memilih kehidupan yang besar, menemukan, Apple,
I-Pad yang digunakan jutaan bahkan miliaran penduduk dunia sekarang ini.

Pada waktu kematiannya, ia dikenal luas sebagai seorang visioner, perintis dan jenius dalam bidang bisnis, inovasi, dan desain produk, dan orang yang berhasil mengubah wajah dunia modern, merevolusi enam industri yang berbeda, dan "contoh bagi semua kepala eksekutif".

Kematiannya ditanggapi secara luas dan dianggap sebagai kehilangan besar bagi dunia oleh para penggemarnya di seluruh dunia.

Berubah, memiliki rasa ingin tau yang besar, action, itulah salah satu kunci keberhasilan Steven Job. Hasil kerjanya, pengalamannya dapat kita nikmati tanpa batas waktu, tempat, tidak mengenal suku bangsa.

Nilai Steven Job bukan pada jumlah uangnya. Tapi kualitas hidupnya. Bermanfaat bagi banyak orang, merubah hidup orang menjadi lebih baik, tanpa batas.

Dalam perjalanan hidupnya, Steven Job memiliki kata-kata menginspirasi orang terdahulu yang membakar semangatnya, mengundang tindakan kreatif sepanjang hidupnya.

Steven Job membuktikan kata-kata yang menginspirasi adalah kekuatan besar, lebih besar dari kekuatan apapun di dunia ini. Kata-kata hati keluar dari mulut orang-orang yang mengalami pekerjaan besar dan agung.

Dari pengalamannya belajar kata-kata bijak dari orang-orang terdahulu, Steve Job menghasilkan kata-kata bijak yang sangat berguna bagi semua orang. Dia tidak pernah menceritakan hartanya 5,1 miliar dollar Amerika, tetapi dia mengisahkan sesuatu yang mebesarkan hati, membangkitkan semangat. .

"And the way to do the great job is to love what you do," kata Steven Job mengajak kita mencintai pekerjaan yang kita lakukan. .

"If today were the last day of my life what I want to do what I am about today?", itulah kata-kata yang sangat berkesan bagi Steven Job. Berkaryalah, seperti Anda akan mati besok hari.

"And whenever the answer has been 'No', for too many days in a row, I know I need to change some thing," katanya. Bertanyalah apakah hari ini Anda melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi Anda dan sekitar Anda.

"Remembering I'll be dead soon, is the most important tool I've ever encountered to help me make a big choices in life," lanjut Steven.

Kita hidup tak berapa lama!. Kita bertemu denga teman hanya beberapa kali lagi. Bekerjalah dengan tekun, berikan kesan yang menginspirasi dalam pertemuan Anda, karena mungkin besok Anda tidak bertemu lagi. .

Tentu saja, koruptor, orang yang suka mencari jalan pintas, tidak mungkin menginspirasi seperti Steven Job!.

Bahkan dari penjara, mereka bangga memamerkan mobil mewahnya, pamer pakaian mewah. Merasa itulah kekuatan utamanya. Di setiap tempat mereka datang untuk pamer dan mendapat pujian dari "upah" yang diperolehnya tanpa kisah yang dapat diteladani. Tak sadar itu hanya hampa, dan tak banyak orang menikmatinya, bahkan justru mencibirnya.
.
Mereka tidak suka proses yang rumit dan capek seperti dijalani Steven. Mau enak, meski hanya goyang-goyang pinggul!

Medan, 23 April 2015

Saling Menginspirasi Mengatasi Kelemahan

Oleh: Jannerson Girsang

Suatu ketika Anda dan Saya tidak berdaya, lemah, lunglai!.

Coba renungkan ketika mengunjungi orang-orang yang sakit di rumah sakit, orang-orang yang lumpuh, orang yang sekarat tak berdaya.

Apa yang bisa mereka buat?.

Belajarlah dari pengalaman mereka!

Kecerdasan menurun (bahkan bisa-bisa pikun), fisik menurun, kegantengan/kecantikan akan hilang, kekayaan atau harta bisa menurun, ATAU kalau bertambah banyak, Anda tak mampu mengendalikannya, jabatan yang Anda "sombongkan" dan dewa-dewakan juga akan berakhir.

Satu-satunya senjata Anda adalah banyaknya Anda menabur "kebaikan" tulus ke hati orang-orang di sekitar Anda selama ini, banyaknya sahabat karib, sahabat sejati Anda.

Tanamkan kebaikan, sehingga mereka menuai kebahagiaan! Nilai Anda yang kekal adalah banyaknya orang yang merindukan Anda, karena Anda menginspirasi kehidupan mereka !

Tidak cukup hanya sekedar sahabat berlatar politik atau bisnis, karena itu hanya didasarkan pada hubungan "kepentingan", punya masa berlaku.

Perbanyaklah sahabat karib, sahabat sejati--orang-orang yang mencintai Anda apa adanya.
Banggalah keluarga Anda--orang tua Anda, anak dan istri/suami Anda. Bangga dan teladanilah kasih sayang orang tua Anda. Anda ada karena ada mereka, karena ada sahabat-sahabat Anda!.

Mari sahabat-sahabat FB saling menginspirasi satu dengan yang lain. Hanya itu jalan untuk menunju persahabatan dan kekuatan yang berkelanjutan.

Suatu ketika, Anda yang saat ini merasa hebat, berangsur akan lemah, lunglai.

Pada akhirnya, Anda tergantung pada keluarga dan sahabat sejati Anda! Jangan terlambat. Pelihara hubungan keluarga Anda dan sekitar Anda.

Ciptakan perdamaian walau berbeda pendapat. Satu musuh terlalu banyak, seribu teman terlalu sedikit!

Selamat pagi semua!

Medan, 22 April 2015

Mencari Bupati Ideal di Kabupaten Simalungun (2015-2020)



Oleh: Jannerson Girsang

Bahan: Mengenang Rajamin Purba (Biografi)

Membaca kisah Rajamin bagi saya ibarat memimpikan pemimpin ideal bagi daerah kelahiranku, Kabupaten Simalungun.

Andai ada seorang berusia 32 tahun, seusia Rajamin jadi bupati, kemudian mengubah Kabupaten Simalungun seperti yang dilakukannya di era dimana banyak mendapat tantangan, serta, situasi politik, keterbatasan keuangan dan teknologi saat itu.

Meski usianya hanya mentok di angka 49 tahun, tetapi meninggalkan karya yang spektakuler.
Memang,usia 32 tahun menjadi bupati, mungkin sulit dicapai seseorang pada saat sekarang ini. Bupati yang tulus membangun rakyatnya tanpa dicekcoki dengan kepentingan pribadi sudah langka di era hedonisme ini.

Tapi tidak ada salahnya bermimpi. Itulah daya tarik membaca buku ini. .

Buku Mengenang Rajamin Purba, yang ditulis Ir MT Purba pada 2006 ini mengisahkan kiprah pria Simalungun, kelahiran Bangun Purba, Haranggaol, 22 Desember 1928.

Mantan Bupati Simalungun (1960-1973) ini dikenal sebagai bupati yang ideal bagi kabupaten Simalungun dari segi pemikiran, konsep maupun implementasinya di lapangan yang berorientasi kepada aspirasi masyarakat.

Rajamin menjadi Bupati Simalungun saat usianya baru 32 tahun. Masih sangat muda untuk ukuran calon-calon bupati yang muncul sekarang ini. Bukan karena usia, maka seseorang menjadi matang. Sebuah pelajaran bagi para calon bupati. Dulu, yang muda yang berkarya.

Hai, generasi muda, beranikah seperti Rajamin?

Di bidang pemerintahan dia mengukir karya-karya spektakuler, mulai dari merombak struktur desa, pangan, penyelesaian tanah garapan, pembangunan sarana jalan, Sarana Kantor dan Rumah, turis, pembangunan sosial, keagamaan, pendidikan dan budaya.

Di bidang budaya misalnya beliau turut membidani Partuha Maujana Simalungun (PMS), Museum Simalungun. Aktualisasi Motto Habonaron do Bona, muncul di saat pemerintahan beliau dan ditulis pada lambang Kabupaten Simalungun. . .

Dalam usia muda (37 tahun), beliau begitu banyak melahirkan konsep-konsep budaya, keagamaan dan pendidikan jangka panjang bagi kabupaten ini. .

Di bidang pendidikan Rajamin adalah pendiri Universitas Simalungun (18 September 1965), dalam pembangunan masyarakat desa oleh gereja beliau turut membidani pendirian Pelayanan dan Pembangunan (Pelpem) GKPS (15 Januari 1965).

Kita masih bisa saksikan sekarang ini. Penyediaan tanah dan konsep implementasi bagi pendidikan dan rumah ibadah dilakukannya tanpa sedikitpun itu menjadi miliknya.

Penyediaan 33 hektar tanah untuk GKPS di Jalan J Wismar Saragih, 38 hektar tanah untuk Universitas Simalungun (USI) di Pematangsiantar adalah usaha-usaha beliau semasa menjabat Bupati Simalungun untuk fasilitas keagamaan dan pendidikan. Tidak ada satu meterpun aset pribadinya terdapat di sana, atau di sekeliling lokasi itu.

Beliau berjuang untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya--tidak hanya berfikir jangka pendek, apalagi untuk pribadinya. Tak ada peninggalan harta pribadinya yang menonjol di Simalungun, meski dia menjabat bupati selama 13 tahun.

Kini, karya-karyanya semuanya menjadi asset yang bisa dinikmati banyak orang.
Walau usianya hanya 49 tahun (meninggal 1977) Rajamin telah mengukir sebuah teladan yang dapat dibanggakan dan perlu dipelajari generasi sekarang ini.

Dia meninggalkan kader-kader pemimpin yang berjaya di kemudian hari, meninggalkan nilai-nilai baik yang jadi panutan.

Mudah-mudahan para pejabat selanjutnya meniru beliau, janganlah mencampur adukkan kepentingan pribadi dalam strategi pembangunan daerah.

Beliau juga mendidik ke enam putra puterinya dengan baik, meski anak-anaknya harus kehilangan ayahnya, saat mereka masih kuliah dan ada yang masih Sekolah Dasar.

Ketika Rajamin meninggal, anak tertuanya Budi Raja Manggala Putra baru masuk kuliah di teknik Sipil ITB, Darmayanti br Purba (Kelas II SMA), Pandu Purba (Kelas I SMA), Suhaerani Purba (Kelas I SMP), Kurniaty (Kelas V SD) dan Adi Rajadiningrat (Kelas II SD).

Rajamin meninggalkan seorang istri, ibu Kencana. MT Purba (penulis buku ini) menyebutnya putri bangsawan dari Jawa Barat. (Ibu Kencana meninggal tahun 2013).

Ibu cantik, sangat ramah dan mampu bertutur lancar dalam bahasa Simalungun ini konon sempat mengeluh, karena ditinggalkan suami tercintanya saat anak-anaknya masih kecil-kecil.
"Bagaimana membimbing dan membesarkan anak-anak yang enam orang ini tanpa Bapak?. Saya merasa tidak berdaya,"ungkapnya seperti dikutip penulis buku ini.

Tuhan Maha Besar. Kini, anak-anaknya berkiprah di berbagai bidang profesi. Putranya Budi Raja Manggala Putra, kini berpangkat Kolonel, serta putrinya Suhaerani Purba adalah penyanyi yang dikenal dengan Rani Purba, dan menikah dengan Martin Hutabarat (Angggota DPR-RI dari Partai Gerindra), serta putra puterinya yang lain dan berkiprah sesuai dengan profesi mereka masing-masing.

Adakah karakter bupati Rajamin akan muncul pada 2015-2020? Mari kita tunggu!

19 April 2015


Peluncuran Buku


Suara Simalungun 15 April 2015. Publikasi Ulang Tahun Pelpem ke-50 dan peluncuran buku:"Refleksi Melayani Di Tengah Masyarakat: 50 Tahun Pelpem GKPS (1965-2015)".

Kampanye Minat Baca

Oleh: Jannerson Girsang

"Bawa buku yang kau tulis, biar ada bacaanku" kata ibuku yang sudah berusia 78 tahun pagi ini saat menemuinya di rumah adik saya.

Ibu saya terhibur membaca buku yang saya tulis: Refleksi Melayani di Tengah Masyarakat: Lima Puluh Tahun Pelpem GKPS (1965-2015).

Tambah senang lagi ketika mereka (ibu dan bapak) ikut peluncurannya di Pematangsiantar, 8 April 2014 lalu.

Yang tua aja senang membaca. Tingkatkan Minat Baca Indonesia!

Danau Toba yang Menginspirasi

Oleh: Jannerson Girsang

Selamat Pagi semua. Foto di bawah ini adalah hasil jepretanku dari perbukitan Sibaganding, di suatu pagi, Nopember 2014. Sejuk, nyaman dan mengundang inspirasi untuk menuliskannya.
Ribuan kisah indahnya Danau Toba telah dipaparkan dan dikisahkan melalui: buku, opini, cerpen, puisi, foto, drama, film dan kisah dari mulut ke mulut.

Ciptaan Tuhan, kaldera raksasa, hasil ledakan vulkanik yang terjadi 70 ribu tahun yang lalu ini menanti sentuhan. Kisahkan keindahan alam dan budayanya!.

Berceritalah dengan jujur bahwa Danau Toba itu indah, lebih indah dari semua danau yang pernah saya kunjungi di Sumatra, Jawa dan Bali. Memberi inspirasi dan semangat hidup bagi jutaan orang yang pernah mengunjunginya. Berceritalah budaya yang ada di sekitar Danau itu.

Mereka yang pernah mengunjungi Danau ini, pasti berjanji akan kembali lagi ke sana.
Jangan cemari danau ini dari kisah-kisah negatif. Ceritakanlah kisah inspirasi yang mengundang orang berkunjung ke Danau terbesar di Asia Tenggara itu.

Satu cerita buruk tentang Danau itu, mengurangi 10.000 wisatawan, satu cerita baik hanya akan menambah 1000 wisatawan. Percayalah!

Israel yang terus dilanda perang dan konflik, tetap dikunjungi jutaan wisatawan setiap tahun, karena mereka dan media di sana tidak mengeksploitasi berta tentang perang. Mereka memberi harapan kepada pengunjung, daerahnya aman.

Bali yang pernah diserang Bom Teroris 2001, cepat pulih, karena mereka, para penulis di Bali menceritakan "harapan" bukan "kekhawatiran". Bahkan para penulis di sana difasilitasi menuliskan keindahan alam dan kekayaan budaya Bali. Tidak terus menerus mengeksploitasi berita teroris atau kejahatan. .

Kisahkan pengalaman yang menyenangkan di Danau Toba. Mari bercerita tentang Danau Toba yang Indah, kisah yang menginspirasi orang berkunjung ke sana!

"Right or Wrong, I love Lake Toba!"

Medan, 14 April 2015

St KW Purba

St KW Purba (82 tahun), mantan Asisten Direktur Pelpem (1966-1968). Masih energik dan berbicara menanggapi ceramah Ephorus GKPS Pdt Jaharianson Saragih PhD, dalam rangkaian acara Peluncuran Buku Refleksi Melayani di Tengah Masyarakat: Lima Puluh Tahun Pelpem GKPS, di Pelpem GKPS Pematangsiantar, siang tadi (8 April 2015)..
Pasti di masa mudanya beliau sangat energik. Beliau lulusan SPMA tahun enampuluhan dan pernah bekerja di Dinas Pertanian di Bogor. Kemudian kembali ke Siantar untuk membangun Simalungun.
KW kini masih mengusahakan pembibitan Cengkeh, UD Senang Tani di Siantar. "Anggo roh hu rumah gratis. Tapi anggo mulak marhira hita" katanya berseloroh dan kami sambut dengan tepuk tangan meriah. Orang tua yang menginspirasi.

Refleksi Melayani di Tengah Masyarakat, Lima Puluh Tahun Pelpem GKPS (1965-2015),

Peluncuran buku Refleksi Melayani di Tengah Masyarakat, Lima Puluh Tahun Pelpem GKPS (1965-2015), dihadiri sekitar 400 undangan, mayoritas para kader Pelpem di berbagai lokasi di Simalungun. Penulis menyerahkan buku secara simbolis kepada Ephorus GKPS dan Direktur Pelpem dalam acara khusus di Pematangsiantar siang ini.

Ultah Perkawinan ke-55

Hari ini, 7 April 2015, orang tuaku genap menjalani pernikahan ke 55 tahun. Baru diberitahu malam ini saat kami baru tiba di sebuah rumah makan di Pematangsiantar. Keduanya di usia mereka memasuki 78 tahun tetap awet. Tuhan memberkati.

Danau Toba.

Dari sudut mana saja Danau Toba itu Indah. Bawa jalan-jalan istri yang senang difoto, asyik juga. Istirahat di Penatapan Tele.